PDF Laporan PBL Kel3 Modul Berdebar Debar DL
PDF Laporan PBL Kel3 Modul Berdebar Debar DL
LAPORAN PBL
MODUL BERDEBAR-DEBAR
MATA KULIAH SISTEM KARDIOVASKULAR
DISUSUN OLEH
KELOMPOK III
KETUA KELOMPOK : DEWI MELIYANI R.S (70600117029)
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Wb.
Dalam proses penyusunan tak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan
dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada tutor kami yang telah membantu dan membimbing kami, dan
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik.
Kelompok III
2
DAFTAR ISI
Sampul...............................................
.......................................................................
...............................................
...............................................
...........................
... 1
Kata Pengantar .............................................
....................................................................
..............................................
......................................
............... 2
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. KASUS
Seorang laki-laki umur 58 tahun datang ke Unit Gawat Darurat dengan
keluhan berdebar-debar. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan terasa
semakin berat saat melakukan aktifitas. Pemeriksaan fisis 120/80 mmHg, denyut
nadi 130/ireguler.
4
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
1
1. DEFINISI PALPITASI
Berdebar berasal dari kata debar yang menurut Kamus Besar
Indonesia berarti “bergerak -gerak” atau bedenyut lebih kencang dari
biasanya. Dalam Bahasa Inggris, berdebar adalah palpitation
palpitation.. Baik
Berdebar atau palpitasi lebih ditunjukkan untuk menggambarkan denyut
jantung yang lebih cepat yang dikaitkan dengan keadaan fisik atau psiki
tertentu.
Berdebar tidak hanya terbatas pada denyut jantung yang cepat.
Pasien dapat mengeluh berdebar ketika denyut jjantungnya cepat maupun
lambat, tidak teratur, terasa lebih kuat, ada jeda bahkan saat terasa nyeri
dada. Oleh karena itu istilah berdebar didefenisikan sebagai kesadaramn
akan denyut janntung yang digambarkan sebagai sensasi nadi yang tidak
nyaman atau gerakan sekitar dada.
7
b. Kegelisahan
c. Rasa takut
d. Olahraga berat
e. Alkohol
f. Kafein
g. Obat-
Obat-obatan
obatan
h. Pil diet
i. Nikotin
j. Kokain
k. Ganja
8
4) Hipetensi4,6
Tekanan darah merupakan faktor yang penting pada sistem
sirkulasi. Peningkatan tekanan darah adalah refleksi dari meningkatnya
tahanan perifer (Systemic Vascular Resistance). Tekanan darah normal
merupakan indikator penting merefleksikan efektivitas pompa jantung.
Peningkatan tekanan darah indikasi klinis peningkatan afterload.
Peningkatan afterload memperberat kerja jantung dan meningkatkan
9
Selain itu hipertensi juga dapat menebalkan dinding Ventrikel kiri jantung
yang akhirnya melemahkan fungsi pompa jantung.
5) Merokok 4
Efek rokok dapat menyebabkan beban miokard bertambah karena
rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi oksigen akibat
inhalasi Carbon monoksida atau dengan kata lain dapat meyebabkan
takikardi,vasokontrisi pembuluh darah dan merubah permeabilitas dinding
pembuluh darah. Merokok juga dapat meningkatkan hipertensi, sehingga
10
saat tidur meyebabkan pen ingkatan aktivitas simpatis perifer diikuti oleh
aktivitas parasimpatis jantung, sehingga terjadi vasokonstriksi perifer dan
bradikardi (mekanisme “diving reflex” yang simultan bertujuan
7) Obesitas8
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang
ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.
Obesitas pada anak menyebabkan disfungsi endotel. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara lemak
tubuh dan dislipidemia, resistensi insulin dan inflamasi
infla masi yang menyebabkan
disfungsi endotel.
Disfungsi endotel merupakan proses awal dari perkembangan
11
NO yang diperantarai oleh insulin. Hal ini juga dapat menyebabkan
penekanan lipolisis adiposit dan peningkatan asam lemak bebas. Disfungsi
Dis fungsi
endotel berhubungan dengan hasil sekresi adiposit. Adiposit dapat
mensekresi berbagai hormon peptida dan sitokin yang dapat merubah
fungsi vaskular.
Ketidakseimbangan energi yang berlangsung lama dari asupan
kalori berlebih menyebabkan peningkatan simpanan kelebihan energi
dalam bentuk adiposit intraselular sehingga terjadi hipertrofi dan
hiperplasia adiposit. Hal ini menyebabkan terjadinya disfungsi sel dengan
12
1. Jantung
A. Orientasi Cor
Bentuk dan orientasi cor seperti piramida terbalik yang berdiri di atas satu
sisinya. Berada di dalam cavitas thoracis, apex piramida ini menghadap ke
depan, bawah, dan ke kiri, sedangkan basisnya berada di arah kebalikan apex
dan menghadap ke posterior. Sisi-sisi piramida terdiri dari :
bagian proximal venae besar (venae cava superior dan inferior dan venae
pulmonales).
13
Secara fungsional, cor terdiri dari dua pompa yang terpisah oleh
suatu sekat. Pompa kanan menerima darah deoksigenasi dari tubuh dan
mengirimnya ke pulmo.Pompa kiri menerima darah teroksigenasi dari
pulmo dan mengirimnya ke seluruh tubuh.
Setiap pompa terdiri dari atrium dan ventriculus yang terpisah oleh
suatu katup/valvula. Atrium yang berdinding tipis menerima darah yang
datang ke cor, sedangkan ventriculus yang relatif berdinding tebal
memompa darah ke luar cor. Lebih banyak tenaga diperlukan untuk
memompa darah keluar cor menuju ke seluruh tubuh dibandingkan ke
pulmo, sehingga dinding muscularis ventriculus sinister lebih tebal
dibandingkan ventriculus dexter.
14
15
"gigi-gigi sisir". Rigi ini juga ditemui di auricula dextra, yang merupakan
kantung muscularis, berbentuk kerucut, seperti daun telinga, yang di
bagian luarnya menutupi aorta ascendens.
Ventikulus dexter
16
17
Musculus papillaris posterior dapat terdiri dari satu, dua, atau tiga
struktur, dengan beberapa chordae tendineae yang berasallangsung dari
dinding ventriculus
Atrium sinistrum
Separuh bagian posterior, atau bagian aliran masuk, menerima darah dari 4
venae pulmonales . Bagian ini memiliki dinding halus dan berasal dari
18
ini berisi musculi pectinati dan berasal dari atrium primitif embryonicum.
Tidak seperti crista terminalis pada atrium dextrum, tidak terdapat struktur
jelas yang memisahkan dua komponen atrium
atrium sinistrum ini.
Septum interatriale merupakan bagian dinding anterior atrium sinistrum.
Daerah tipis atau cekungan di septum adalah valvula foraminis ovalis dan
berhadapan dengan lantai fossa ovalis atrium dextrum.
Ventrikulus sinister
19
trabeculae bersama rigi dan jembatan musculorum ini serupa dengan yang
ada di ventriculus dexter. Musculi papillares. bersama dengan chordae
tendineae, juga teramati dan strukturnya seperti yang telah digambarkan di
pars membranacea.
20
bebas cuspis melekat pada chordae tendineae, yang muncul dari ujung-
ujung musculi papillares.
anterior , relatif dengan posisi fetal valvula semilunaris ini sebelum rotasi
21
jalur aliran keluar dari ventriculi sempurn. Setiap cuspis membentuk sinus
berbentuk seperti kantung suatu dilatasi dinding bagian permulaan truncus
pulmonalis. Setelah kontraksi ventriculus, berbaliknya darah mengisi
Valvula mitralis
Valva aortae
C. Vaskularisasi
Dua arteria coronaria berasal dari sinus aortae pada bagian awal
aorta ascendens dan menyuplai musculi dan jaringan lain dari cor. Arteriae
ini mengelilingi cor di sulcus coronarius, dengan rami marginalis dan
interventriculare, di sulci interventriculare, dan mendekat menuju ke apex
cordis.
22
Arteria coronaria
Arteria coronaria dextra
Keluar dari dextra aorta ascendens, lewat di anterior dan kanan, di antara
auricula dextra dan truncus pulmonalis. Kemudian arteria ini turun verticalis di
antara atrium dextrum dan ventriculus dexter pada sulcus coronaries.
Sesampainya di margo inferior cordis, arteria ini membelok ke posterior dan
berlanjut pada sulcus sampai ke facies diaphragmatica dan basis cordis. Selama
perjalanannya, arteria ini memberikan percabangan:
Suatu cabang awal rami atriales, lewat di antara auricula dextra. Dan
aorta ascendens, memberikan cabang ramus nodus sinuatrialisis, yang
lewat di posterior mengelilingi vena cava superior untuk menyuplai nodus
sinuatrialis;
23
Berasal dari sinus aortae sinistra aorta ascendens, lewat di antara truncus
pulmonalis dan auricular sinistra sebelum memasuki sulcus coronarius. Posterior
dari truncus pulmonalis, arteria ini terbagi menjadi dua cabang terminal, ramus
interventricularis anterior dan ramus circumflexus
24
Venae cordis
Vena cardiaca magna dimulai dari apex cordis dan naik di sulcus
interventricularis anterior, dimana vena ini berjalan dengan arteria
interventricularis anterior. Di sini vena ini bisa disebut sebagai vena
icularis anterior. Di sulcus coronarius, vena ini berbelok ke kiri dan
interventricularis
interventr
berlanjut hingga ke basis/facies diaphragmatica cordis dan dikaitkan dengan
ramus circumflexus arteria coronaria sinistra. Berlanjut di sepanjang lintasannya
pada sulcus coronarius, dengan bertahap vena cordis (cardiaca) magna membesar
menjadi sinus coronarius, dan memasuki atrium dextrum.
25
(acutus) cordis. Bila vena marginalis dextra tidak bergabung dengan vena cardiaca
parva, akan langsung memasuki atrium dextrum.
Histologi11
1. Jantung
Jantung merupakan bangunan yang berongga berdinding muskuler tebal.
Dinding jantung baik atrium dan ventrikulus terdiri atas 3 lapisan utama yaitu :
1. Endocardium
2. Myocardium
3. Epicardium
Endocardium
26
Lapisan dalam, ditutupi oleh endotel, terdiri atas jaringan pengikat halus
dan malanjutkan diri pada tunica intima pembuluh darah yang meninggalkan
jantung
Lapisan tengah, merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri atas jaringan
pengikat padat yang mengandung banyak serabut elastis dan kadang-kadang
serabut kolagen yang sejajar dengan permukaan.
Myocardium
Epicardium
27
Rangka Jantung
Katup Jantung
Serabut otot jantung khusus ini merupakan suatu sistim konduksi dan
disebut serabut Purkinje yang terlihat mirip otot jantung dengan inti di tengah dan
terlihat adanya garis-garis melintang. Perbadaannya adalah pada serabut Purkinje
yang lebih besar dan myofibril terdesak ke tepi. Bagian tengah diisi oleh glikogen
dan terlihat pula desmosom dan tight junction di antara sel-sel
s el-sel yang berdekatan.
28
Tunika Intima, lapis terdalam yang memiliki endotel (sel selapis pipih atau
skuamosa) yang langsung menghadap ke lumen disertai dengan jaringan ikat
subendotel yang cenderung longgar atau jarang,
Tunika Media, yang kemungkinan besar tersusun atas sel otot polos yang secara
konsentris mengelilingi lumen, disertai dengan serat kolagen (tipe III), elastin,
proteoglikan, serta zat amorf intraseluler. Lapis ini merupakan lapis yang paling
tebal;
a).Arteri
Sumber : Histologi Difiore
Histologi Difiore
29
Arteri Besar
Tunica intima, Pada orang dewasa tebalnya sekitar 127 mikron. Tunica
intima ini terdiri atas endotel yang berbentuk polygonal, dengan panjang 25-50
mm dan lebar 10-15 mm, sumbu panjangnya terorientasi memanjang. Di bawah
sel-sel endotel ini terdapat anyaman serabut-serabut kolagen dengan sel-sel otot
polos berbentuk kumparan. Lebih ke dalam, terdapat banyak serabut-serabut
elastis yang bercabang saling berhubungan. Di antaranya terdapat beberapa
serabut kolagen, fibroblas, dan berkas-berkas kecil otot polos.
30
langsung secara difusi dari lumen. Akibat kondisi-kondisi tersebut maka dinding
arteri lebih mudah mengalami degenerasi dibandingkan jaringan lain dalam tubuh.
Arteri Sedang
Arteri sedang ini merupakan arteri yang paling banyak dari sistem arteri.
Mencakup arteri branchial, arteri femoral, arteri radial, dan arteri poplitea dan
cabang-cabangnya. Ukuran cabangnya sampai sekecil 0,5 mm. Bersifat kurang
elastin dan lebih banyak otot polosnya.
Sumber : Histologi Difiore
Histologi Difiore
Tunica adventitia, terkadang lebih tebal dari tunika media dan mengandung
fibroblast, berkas- berkas kolagen yang tersusun memanjang.
31
Arteri kecil
Tunica intima, Terdiri atas endotel utuh yang menempel langsung pada
membrana elastica interna dan lapis subendotel ysng sangat tipis terdiri atas serat
retikuler dan elastin.
Tunica media, Terdiri atas susunan sel-sel otot polos yang konsentris.
Pada arteriol yang besar kadang-kadang terdapat membrana elastica eksterna tipis.
a) Vena
Sumber : Histologi Difiore
Histologi Difiore
32
Vena besar
Tunica media, Biasanya sangat tipis, kadang tidak ada sama sekali. Kalau
ada terdiri atas serabut-serabut otot polos sirkuler yang dipisahkan oleh serabut
kolagen yang memanjang.
Vena sedang
Pada umumnya vena ini berukuran 2 – 9 mm. Yang termasuk vena ini
misalnya : v. Subcutanea, v. Visceralis, dan sebagainya.
Tunica intima, Sangat tipis, kalau ada strukturnya sama dengan vena besar
Dengan tunica media dibatasi oleh anyaman serabut elastis.
33
Venula
Fisiologi12
1. Jantung berfungsi sebagai pompa yang memberi tekanan pada darah
untuk menghasilkan gradien tekanan yang dibutuhkan untuk
mengalirkan darah ke jaringan. Seperti semua cairan, darah mengalir
menuruni gradien tekanan dari daerah dengan tekanan tinggi ke
daerah dengan tekanan rendah. Bab ini berfokus pada fisiologi
jantung.
2. Pembuluh darah merupakan saluran untuk mengarahkan dan
menyebarkan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan
kemudian dikembalikan ke jantung. Pembuluh darah terkecil
dirancang otot untuk pertukaran cepat bahan-bahan antara sel sekitar
dengan darah di dalam pembuluh
3. Darah adalah medium pengangkut tempat larutnya atau
tersuspensinya bahan-bahan (misalnya, O2, CO2, nutrien, zat sisa,
elektrolit, dan hormon) yang akan diangkut jarak-jauh di dalam
tubuh
34
Komponen –
Komponen – komponen
komponen konduksi jantung :
35
rendah ini disebabkan oleh sifat membrane yang mudah ditembus ion
natrium. Kebocoran natrium ini menyebabkan eksitasi-sendiri dari serabut
S-A.
3. Berkas His terletak di septum interventrikular dan bercabang 2,
yaitu : a.Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch) b.Cabang berkas
kanan (Right Bundle Branch). Setelah melewati kedua cabang ini, impuls
akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut
purkinye. Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel
ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat
sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel
pace maker (impuls) yang secara
s ecara otomatis mengeluarkan impuls dengan
frekuensi 20 –
20 – 40
40 kali permenit.
36
Siklus Jantung
Siklus jantung terdiri dari dua periode yaitu kontaksi (sistol) dan relaksasi
(diastol). Selama sistol jantung memompa darah keluar dan selama diastol jantung
terisi kembali oleh darah.
Sistol Ventrikel terjadi setelah penutupan katup-katup mitral dan trikuspid.
Terdiri atas 2 fase :
1. Fase awal sistol yang terdiri atas dua sub bagian :
a. Fase kontraksi isovolumetrik, keadaan dimana naiknya tekanan ventrikel akibat
kontraksi setelah penutupan katup mitral dan tricuspid, sehingga kontraksi ini
tidak merubah volume darah dalam ventrikel.
b. Fase ejeksi (rapid ventricular ejection), terjadi saat tekanan di ventrikel
melebihi tekanan di aorta dan arteri pulmonalis. Hal ini menyebabkan darah
dipompa ke luar dari ventrikel dengan cepat.
2. Fase akhir sistol, terjadi saat ventrikel menurun dan tekanan aorta dan arteri
pulmonalis melebihi tekanan
te kanan ventrikel sehingga terjadi
terj adi penutupan katup aorta dan
katup pulmonal.
Diastol Ventrikel terjadi setelah penutupan katup aorta dan pulmonal. Periode ini
terbagi atas 3 fase :
37
b. Fase pengisian cepat (rapid filling phase), terjadi ketika tekanan atrium
melebihi tekanan ventrikel sehingga katup mitral dan tricuspid membuka dan
darah dari atrium dengan cepat masuk ke ventrikel.
2. Fase kedua, terjadi pada sepertiga tengah periode diastole disebut sebagai fase
diastasis karena aliran masuk ke dalam ventrikel hampir tidak ada. Ini adalah
keadaan dimana atrium dan ventrikel sama-sama relaksasi.
3. Fase ketiga, terjadi pada akhir diastole, dimana terjadi kontraksi atrium (atrial
kick) sehingga darah yang tersisa diatrium didorong ke ventrikel, fase ini disebut
fase pengisian akhir (late filling phase).
mekanis memompa darah. Sel-sel dalam keadaan normal tidak membentuk sendiri
potensial aksi mereka.
2. Sebaliknya, sel-sel jantung sisanya yang sedikit tetapi sangat penting, sel
otoritmik, tidak berkontraksi tetapi khusus memulai dan menghantarkan potensial
aksi yang menyebabkan kontraksi sel-sel jantung kontraktil.
38
39
pendepolarisasi yang te
terjadi
rjadi melalui kanal yang terbuka ini mulai menggerakkan
potensial membran sel pemacu dengan segera menuju ambangnya
ambangnya sekali lagi.
Mekanisme ion kedua yang berperan serta terhadap potensial pemacu ini
adalah pengurangan progresif fluks pasif K+ keluar. Di dalam sel autoritmis
jantung, permeabilitas terhadap K+ tidak konstan di antara potensial aksi seperti
halnya pada sel saraf dan sel otot rangka. Kanal K+ yang terbuka selama fase
menurunnya potensial aksi sebelumnya perlahanlahan menutup pada potensial
negatif. Penutupan yang lambat ini secara bertahap mengurangi aliran keluar 1C+
positif menuruni gradien konsentrasinya. Akibatnya, terjadi kebocoran Na+ ke
dalam secara perlahan bersama dengan penurunan perlahan kecepatan efluks K+
melalui kanal If yang terbuka, semakin menggeser membran menuju ambang.
Jika ambang telah tercapai, terbentuk fase naik potensial aksi sebagai
respons terhadap pengaktifan kanal Ca2+ berpintu listrik yang bertahan lama
(kanal Ca2+ tipe L; "L" merupakan kepanjangan long-lasting, atau bertahan lama)
dan diikuti oleh influ Ca2+ dalam jumlah besar. Fase naik yang diinduksi Ca2+
pada sel pemacu jantung berbeda dengan yang terjadi di sel saraf dan sel otot
rangka, yaitu ketika yang mengubah potensial ke arah positif adalah influks Na+
dan bukan influks Ca2+.
Fase turun disebabkan, seperti biasanya, oleh efluks K+ yang terjadi ketika
40
dengan penutupan kanal Ca2+ tipe L. Setelah potensial aksi selesai, terjadi
depolarisasi lambat berikutnya menuju ambang akibat penutupan kanal K+ secara
perlahan.
41
Karena itu, sekitar 70% aliran arteri koronaria terjadi selama diastole,
didorong oleh tekanan darah aorta, dengan hanya 30% aliran arteri koronaria yang
terjadi selama sistol, digerakkan oleh kontraksi ventrikel.
PATOMEKANISME PALPITASI13
5. PATOMEKANISME
Daerah jantung yang tereksitasi secara abnormal ini, akan memicu potensial aksi
premature yang menyebar ke seluruh jantung sebelum nodus SA dapat memulai
potensial aksi normalnya. Sehingga yang menjadi pacemaker bukan lagi
nodus SA melainkan serat purkinje. Ini akan membuat kecepatan jantung
menjadi sangat meningkat dan akan kembali normal bila pacemaker diambil alih
kembali oleh nodus SA. Peristiwa ini yang membuat jantung mengalami aritmia
dan palpitasi. Faktor pencetus lain seperti olahraga juga dapat menstimulasi kerja
saraf simpatis pada jantung. Saat beraktivitas berat atau berolahraga, terjadi
peningkatan kebutuhan darah. Sehingga, stimulasi simpatis membuat nodus
SA mempercepat depolarisasi.
42
karena itu, terjadi potensial aksi yang lebih sering dan kecepatan jantung
meningkat. Stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan hantaran pada nodus AV,
mempercepat penyebaran potensialaksi ke seluruh jalur hantaran khusus,
dan meningkatkan kekuatan kontraksi sel kontraktil atrium dan ventrikel
sehingga jantung berdenyut lebih kuat dan memeras lebih banyak darah.
43
6. KLASIFIKASI ARITMIA14
44
b) Bradiaritmia
Bradiaritmia adalah seluruh gangguan pada irama jantung yang
lambat secara abnormal. Secara kasar, bradiaritmia didefenisikan
sebagai denyut jantung < 60 kali/menit (bpm). Sedangkan menurut
Dresing bradiaritmia adalah bradikardia ( denyut jantung kurang
dari 60 kali per menit) yang disertai dengan gejala sinkop atau
hampir sinkop, gagal jantung kongestif, intoleransi olahraga,
fatigue, atau status mental yang membaik dengan membaiknya
bradikardia.
Bradikardia merupakan akibat dari gagalnya inisiasi ataupun
konduksi impuls. Kegagalan inisiasi impuls dikarenakan
tertekannya automatisitas akibat dari lambat atau gagalnya
45
46
47
serangan panik yang berulang-ulang dengan onset cepat dan durasi sangat
singkat. Karena adanya keluhan fisik berat pada waktu serangan, pasien
menjadi ketakutan mereka akan mendapat serangan jantung, stroke dan
lain-lain. Kadang pasien berfikir mereka akan kehilangan kontrol atau
menjadi gila. Gangguan Panik bisa terjadi kapan saja sepanjang hidup,
onset tertinggi usia 20-an. Wanita 2-3 kali lebih banyak menderita
gangguan ini dibanding laki-laki.
B. Non-psikologis
1. Fibrilasi atrial19,20
48
tidak teratur dari atrium. Oleh karena itu impuls listrik yang timbul dari
atrium juga sangat cepat dan sama sekali tidak teratur. Fibrilasi atrium
(FA) merupakan aritmia yang paling sering ditemui dalam praktik sehari-
hari. Pada pemeriksaan EKG akan tampak adanya gelombang fibrilasi
yang berupa gelombang yang sangat tidak teratur dan sangat cepat dengan
frekuensi 300-500 kali per menit. Biasanya hanya sebagian kecil dari
impuls tersebut yang sampai ke ventrikel karena dihambat oleh nodul AV
untuk melindungi ventrikel, supaya denyut ventrikel tidak terlalu cepat,
sehingga akan menimbulkan denyut vemtrikel antara 80-150 kali per
menit. Pada pemeriksaan klinis ditemukan irama jantung yang sama sekali
tidak teratur dengan bunyi jantung yang intensitasnya tidak sama. Fibrilasi
atrial dapat berlangsung sebentar (paroksismal) atau menetap. Angka
kejadian fibrilasi atrial lebih sering terkena pada laki-laki dibanding
perempuan dan pada usia lanjut, yaitu usia >65 tahun. Beberapa gejala
ringan yang mungkin dikeluhkan pasien fibrilasi atrium antara lain,
palpitasi yang umumnya diekspresikan oleh pasien sebagai: pukulan
genderang, gemuruh guntur, atau kecipak ikan di dalam dada, Mudah lelah
atau toleransi rendah terhadap aktivitas fisik, Presinkop atau sinkop,
49
3. Ekstrasisto
Ekstrasistoll ventricular23,24
Ekstrasistole ventrikular adalah suatu kompleks ventrikel prematur
timbul secara dini disalah satu ventrikel akibat cetusan dini dari suatu
fokus yang otomatis atau melalui mekanisme reentri atau takikardi
ventricular adalah kelainan irama jantung berupa tiga at
atau
au le
lebih
bih
kompleks yang berasal dari ventrikel secara berurutan dengan laju lebih
dari 100/menit. Ekstrasistole supraventricular atau takikardi
supraventrikular (TSV) adalah satu jenis takidiaritmia yang ditandai
dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat
menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit.
Kelainan pada TSV mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi
di bagian atas
at as bundel HIS. Pada kebanyakan TSV mempunyai
kompleks QRS normal. Kelainan ini sering tterjadi
erjadi pada demam,
emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung. Takikardi supraventrikular
4. Regurgitas
Regurgitasii aorta20,25
Regurgitasi Aorta adalah aliran balik dari aorta ke ventrikel kiri yang
disebabkan oleh kelainan katup aorta itu sendiri atau sebagai akibat
kelainan geometri pangkal aorta. Dapat disertai stenosis katup aorta tetapi
derajat regurgitasi lebih dominan. Pada penyakit ini pasien biasa datang
dengan keluhan berdebar-debar, sesak napas, ortopnea, paroxysmal
nocturnal dyspnea, kemampuan aktivitas fisik menurun, pusing kepala,
50
tidak spesifik. Pemeriksaan fisik pada TdP dapat berupa denyut nadi yang
cepat, tekanan darah yang normal atau rendah, dan kehilangan kesadaran
yang dapat didahului oleh bradikardi, atau premature ventricular
contractions (menyebabkan palpitasi), atau temuan lain berdasarkan
penyebab TdP. Biasanya bersifat sementara dan berakhir spontan;
s pontan; kadang
berulang, dan dapat menjadi takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikel,
hingga kematian mendadak. Irama TdP tampak lebih tidak teratur
dibandingkan fibrilasi ventrikel. Episode TdP yang cepat dikarakteristik
oleh durasi panjang yang diawali oleh denyut jantung yang cepat, dan
51
9. LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS27
A. Anamnesis
1. Menanyakan keluhan utama
utama pasien berupa :
a. Onset dan durasi : timbul mendadak, kapan dan sudah berapa lama
b. Irama denyut jantung (regular atau irregular)
c. Tanyakan ada atau tidaknya gejala lain yang menyertai seperti :
1. Sesak, keringatan
2. Mual, muntah, nyeri ulu hati (+/-)
3. Otot lemah/ lumpuh, nyeri dada, edema
4. Pingsan, badan lemah
2. Menggali riwayat penyakit sekarang (jika ada) dan terdahulu yang
sama dan yang berkaitan, untuk menilai apakah penyakit ada
hubungannyaa dengan yang lalu
hubunganny
3. Menggali riwayat penyakit keluarga dan lingkungan : Tanyakan
apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
4. Menggali riwayat penggunaan obat sebelumnya dan obat yang
digunakan sekarang. Contoh : golongan katekolamin (epinefrin,
norepinefrin, dopamin), golongan non katekolamin (amfetamin,
efedrin)
52
53
3. Perkusi
a. Melakukan perkusi untuk menetukan batas relative yang
merupakan perpaduan bunyi pekak dan sonor
3. Ekokardiografi
54
EKSTRASISTOL VENTRIKEL
Definisi29,30
Adalah kelainan irama yang ditandai dengan timbulnya kompleks QRS lebar
(LBBB atau RBBB) yang datag lebih awal daripada interval irama dasarnya.
Ekstrasistol ventrikel timbul karena adanya fokus ektopik pada ventrikel yang
muncul lebih awal dari irama dasarny. Pada EKG akan terlihat kompleks QRS
55
yang lebar, terdaaat perubahan segmen ST-T sekunder, dan terdapat pause
kompensasi penuh.
Epidemiologi
Prevanlesi VES lebih banyak terjadi diusia lanjut, juga pada perokok aktif.
Etiologi31
Ekstrasistol ventrikel terjadi karena adanya fokus ektopik pada ventrikel yang
muncul lebih awal daripada irama dasarnya. Kemunculan fokus ektopik lain ini
disebabkan oleh faktor-faktor penyebab terjadinya ekstrasistol ventrikel.
Manifestasi Klinis31
Diagnosis29
56
2. Pemeriksaan Fisik : laju nadi teraba ireguler dengan adanya pause
kompensatoar.
3. Kritesria diagnosis :
EKG 12 sadapan
a. QRS lebar yang datang lebih awal, kadang disertai pause kompentaoar.
b. Degan melihat morfologi kompleks QRS, dapat diketahui dimana
sumer ekstrasistol, misalnya : morfologi sebagai LBBB, aksis inferior,
lokasi di right ventrikular outflow tract dan morfologi sebagai RBBB
berasal di ventrikel kiri.
EKG Holter
a. Menilai seberapa sering tibulnya ekstrasistol (arrhytmic burden)
b. Menilai adanya takikardia
c. Kriteria VES benigna vs maligna :
- > 6 dalam 1 menit (10% dalam 24 jam)
- R on T
- Infarkmiokard
- Polimorfik
- Repetitif dan konsekutif (bigeminy, couplet, triplet)
Uji latih jantung dengan beban
a. Iskemia sebagai pencetus
b. Mencetuskan takikardia ventrikel
4. Pemeriksaan Penunjang :
1.) EKG : Muncul sebelum denyut normal yang seharusnya muncul, tidak
didahului oleh gelombang P, kompleks QRS terlihat abnorml dan
memiliki durasi >120ms, diikuti oleh jeda kompensasi sehingga
interval RR antara denyut normal segera sebelum dan segera setellah
denyut ektopik tepak 2x lipat interval RR normal.
57
2.) Lab : elektrolit, hematologi rutin, faktor koagulas, fungsi tiroid, fngsi
ginjal, Hbs Ag,anti HCV dan HIV
3.) Foto rontgen toraks : dapat menunjukkan pembesaran bayangan
jantung sehubung dengan disfungsi ventrikel
4.) Pemantauan holter : gambaran EKG 24 jam diperlukan untuk
menentukan letak disaritmia, juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat.
5.) Uji latih jantung dengan beban (TMT)
6.) Ekokardiografi
7.) Studi elektrofisiologi
Tatalaksana31
Pada pasien tanpa abnormalitas jantung yang mendasarinya maka tidak perlu
diberikan pengobatan khusus, kecuali bila disertai gejala yang berat (pada kondisi
tersebut, dosis kecil penyekat beta dapat menekan aktivitas ektopik), selain
Rujukan31
58
ATRIAL FIBRILASI
Definisi32,33
40
Epidemiologi
Fibrilasi atrium adalah aritmia yang paling umum. Di Eropa dan Amerika
Utara, pada 2014 , ini mempengaruhi sekitar
s ekitar 2% hingga 3% populasi. Ini
merupakan peningkatan dari 0,4 menjadi
menjadi 1% dari populasi sekitar tahun 2005. Di
negara berkembang, angka ini sekitar 0,6% untuk pria dan 0,4% untuk
wanita. Jumlah orang yang didiagnosis dengan AF telah meningkat karena deteksi
yang lebih baik untuk silent silent dan bertambahnya usia dan kondisi yang
menjadi predisposisi darinya.
34,35
Klasifikasi
59
1. AF primer terjadi bila tidak disertai penyakit jantung atau penyakit
sistemik lainnya
2. AF sekunder disertai adanya penyakit jantung atau penyakit
sistemik seperti gangguan tiroid
60
Patogenesis32
61
Gambar 2.7 Prinsip mekanisme elektrofisiologi fibrilasi atrium. A, Aktivasi
fokal (focal activation). Fokus pencetus (ditandai bintang) seringkali terletak
diantara muara vena- vena pulmonalis. Wavelets yang dihasilkan merupakan
konduksi fibrilasi seperti pada multiple-wavelet reentry. B, Multiple-wavelet
reentry. Wavelets (tanda panah) secara acak masuk kembali ke jaringan yang
sebelumnya diaktivasinya atau diaktivasi oleh wavelets lain. Perjalanan wavelets
bervariasi. LA - left atrium; PV- pulmonary vein; ICV –
ICV – inferior
inferior vena cava; SCV
- superior vena cava; RA - right atrium.
62
63
impuls dari sinus. c) Stimulus prematur berjalan lambat melewati rute lain dan
kembali ke daerah A, dan saat itu masa refrakter daerah A baru saja selesai dan
siap tereksitasi kembali. d) daerah A akan melanjutkan impuls dan mengeksitasi
daerah B dan lingkaran reentry akan muncul dengan sendirinya.
Faktor Risiko32
Etiologi36
diantaranya adalah :
a. Peningkatan tekanan/resistensi atrium
64
h. Keturunan/ genetic
Penegakan Diagnosa32,37
65
Melalui riwayat medis harus diperoleh dari pasien yang diduga atau
diketahui dengan AF, manajemen akut pasien AF harus berkonsentrasi untuk
menghilangkan gejala dan penilaian faktor risiko AF terkait. Evaluasi klinis harus
mencakup penentuan skor EHRA, estimasi risiko stroke, dan mencari kondisi
yang mempengaruhi AF dan komplikasi aritmia tersebut. Pada 12 lead EKG
harus diperiksa untu tanda-tanda penyakit jantung structural (seperti: infark
miokard akut, LVH, bundle branch block atau ventricular pre-excitation, gejala
kardiomiopati, atau iskemik).
Tatalaksana33,38,39
66
metoprolol 2,5 – 5
2,5 – 5 mg iv bolus dalam Hipotensi, bradikardia
67
sinus. Sedangkan pada fibrilasi atrium permanen, pendekatan rate control lebih
menjadi pilihan. Namun apapun jenis fibrilasi atriumnya, upaya prevensi risiko
tromboemboli, meredakan gejala klinis dan hemodinamik serta penanganan
komorbid merupakan aspek penting manajemen keseluruhan.
1) Terapi Farmakologik
Pada pasien dengan AF paroksismal yang singkat, tujuan strategi
pengobatan adalah dipusatkan pada kontrol aritmianya (rhytm control). Namun
pada pasien dengan AF yang persisten, terkadang kita dihadapkan pada dilema
apakah mencoba mengembalikan ke irama sinus (rhytm control) atau hanya
mengendalikan laju denyut ventrikular (rate control) saja. Uji klinik (AFFIRM
trial, PIAF trial) akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kedua cara ini tidak ada
yang lebih superior.
Obat yang biasa digunakan untuk tujuan rhytm control adalah obat anti
aritmia golongan I seperti Quinidine, Disopiramid, dan Propafenon; Amiodaron
dapat diberikan sebagai obat anti aritmia golongan III. Untuk mengendalikan laju
denyut ventrikel (rate control), dapat diberikan obat-obatan yang bekerja pada
nodus AV seperti digitalis, verapamil dan penyekat beta. Amiodaron juga dapat
dipakai untuk rate control.
Risiko kejadian tromboembolik dan stroke pada pasien dengan fibrilasi
atrium tidaklah sama, terdapat berbagai faktor klinis yang turut berkontribusi
terhadap risiko tersebut. Oleh karena itu, pendekatan pencegahan stroke pun
berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing pasien. Berbagai kriteria klinis dan
ekokardiografis telah digunakan dalam beberapa model stratifikasi risiko. Salah
satu model yang paling popular dan sukses dalam identifikasi pencegahan primer
pasien dengan risiko tinggi stroke adalah indeks risiko CHADS2 (Congestive
heart failure, Hypertension, Age >75 years, Diabetes Mellitus, and prior Stroke
or Transient isckaemic attack/TIA).
attack/TIA). Indeks risiko CHADS2 merupakan suatu
sistem scoring kumulatif yang memprediksi risiko stroke pada pasien dengan
fibrilasi atrium. Scoring CHADS2 memberikan poin 2 untuk adanya riwayat
stroke atau TIA sebelumya, sedangkan untuk masing-masing faktor risiko klinis
lainnya seperti usia >75 tahun, hipertensi, diabetes mellitus dan gagal jantung
68
kongestif diberi poin 1. Semakin tinggi kumulasi poin CHADS2 yang dimiliki
pasien dengan fibrilasi atrium, semakin besar pula risiko untuk terkena stroke.
Salah satu cara pemilihan agen antitrombotik dapat didasarkan pada indeks
risiko CHADS2. Pasien dengan skor CHADS2 0 tidak memerlukan antikoagulan
dan dapat diterapi dengan aspirin . antikoagulan diperlukan untuk skor CHADS 2
2 atau lebih besar, dengan mempertimbangkan risiko perdarahan. Untuk pasien
dengan skor CHADS2 1, baik aspirin maupun warfarin dapat digunakan.
69
TAKIKARDIA SUPRAVENTRIKULER 41
Definsi
Takikardia supraventrikular atau supraventricular tachycardia
tachycardia ditandai
dengan adanya perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi
berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit, pada kebanyakan SVT
kompleks QRS normal. TSV dibagi menjadi dua yaitu :
1.Takikardia reentri nodus atrioventrikular (TaRNAV): takikardia reentri yang
melibatkan dua jaras konduksi yang berbeda (umumnya dinamakan jaras cepat
dan jaras lambat).
2.Takikardia resiprokal atrioventrikular (TaRAV) : takikardia yang sirkuit
reentrinya melibatkan atrium, nodus atrioventrikular (AV), jaras tambahan dan
ventrikel.
Epidemiologi
Salah satu jenis TSV, yaitu takikardia reentri nodus atrioventrikular
(TaRNAV), lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Selain itu,
TaRNAV lebih sering muncul pada usia pertengahan atau lebih tua, sedangkan
70
pada usia remaja (dewasa muda), prevalensi antara TaRNAV dan TaRAV
seimbang, atau justru TaRAV lebih sering terjadi.
Etiopatogenesis
Mekanisme reentri merupakan pemicu terjadinya TSV, proses ini dapat
diinduksi oleh beberapa faktor penyebab antara lain : hipertiroidisme, kafein,
obat-obatan dan akohol, selain itu dapat juga terjadi pada pasien dengan riwayat
penyakit infark miokard, prolaps katup mitral, penyakit jantung rematik,
perikarditis, pneumonia, penyakit paru kronis, intoksikasi alkohol, dan iintoksikasi
ntoksikasi
digoksin.
Manifestasi klinis
1) Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi )
2) Nadi tidak teratur,defisit nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi
ekstra, denyut menurun,kulit pucat, sianosis, berkeringat,edem, haluaran
urin menurun bila curah jantung menurun berat. Sinkop, pusing,
berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
pupil.
3) Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah.
4) Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan,bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal,hemoptisis.
5) Demam,kemerahan kulit (reaksi obat),inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial),kehilangan tonus otot/kekuatan.
Penegakan diagnosa
Anamnesis : keluhan berdebar, dizziness, awitan dan terminasi mendadak, hampir
sinkop/sinkop.
Pemeriksaan Fisik : laju nadi teraba cepat dan reguler, tanda-tanda hipoperfusi
(akral dingin, pucat).
Elektrokardiografi (EKG) :
71
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan medikamentosa adalah untuk memperlambat konduksi di jalur
aksesoris (jaras tambahan) maupun konduksi AV. Tatalaksana yang dapat
dilakukan di rumah sakit antara lain :
Rujukan
Pasien dengan takikardia ventrikular di rujuk ke dokter spesialis penyakit
jantung dan pembuluh darah untuk dilakukan studi elektrofisiologi dan dilakukan
ablasi radio frekuensi slow pathway dari nodus AV (TaRNAV) dan jalur
tambahan (TaRAV).
72
yaa baniii aadama khuzuu ziinatakum 'inda kulli masjidiw wa kuluu wasyrobuu
wa laa tusrifuu, innahuu laa yuhibbul-musrifiin
"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh,
meningkat dan menjadi Diabetes dan dapat pula menyebabkan Obesitas. Berlebih-
lebihan merupakan salah satu perbuatan syetan yang harus kita jauhi, karena Allah
SWT tidak menyukai orang yang berlebih- lebihan baik itu dalam makan ataupun
minum. Kedua nya merupakan faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit Kardiovasklar.
Sumber ketenangan dan penghilang kesusahan yang hakiki
73
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir
(mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tenteram””
tenteram
(Qs. ar-Ra’du:
ar-Ra’du: 28).
28).
Berdebar-debar dapat disebabkan oleh faktor psikis maupun non psikis. Faktor
psikis antara lain cemas, stress, mudah emosi dan panik menyebabkan seseorang
ses eorang
tidak dapat mengontrol dirinya diikuti dengan jantung yang berdebar-debar.
Dari ayat diatas dengan berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala segala
kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan
kesenangan.
kegembiraan dan kesenangan.
Bahkan, tidak ada sesuatupun yang lebih besar mendatangkan ketentraman dan
kebahagiaan bagi hati manusia melebihi berzikir kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala
74
BAB III
PENUTUP
75
DAFTAR PUSTAKA
76
77
78
79