Anda di halaman 1dari 28

1

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Dirkesad


DIREKTORAT KESEHATAN Nomor Kep / / / 2010
Tanggal 2010

RESUSITASI JANTUNG PARU


BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah tindakan memberikan pernafasan buatan


dan sekaligus memberikan pijatan jantung ( dari luar ).
b. Kematian akan timbul bila sel tubuh tidak mendapatkan oksigen. Jaringan vital
seperti otak dan jantung akan rusak paling dahulu dan kematian disebabkan
kerusakan otak dan jantung.
c. Kerusakan otak dimulai setelah 4 – 6 menit berhentinya pernafasan dan
sirkulasi darah ( mati klinis ). Keadaan ini bila berlanjut ( umumnya setelah 10
menit) akan menyebabkan kematian biologis ( manusia mulai membusuk ) yang
tidak bisa lagi dihidupkan dengan RJP
d. Dengan demikian tindakan RJP harus dilaksanakan secara cepat dan tepat
sebelum kematian biologis terjadi. Batasan 10 menit dijadikan patokan untuk tidak
melakukan RJP.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud. Untuk dapat digunakan sebagai Bahan Ajaran bagi Gumil


dalam memberikan pelajaran Resusitasi Jantung Paru serta referensi bagi para
Peserta Didik Kursus Kejuruan Bintara Perawatan Kesehatan Lapangan.
b. Tujuan. Agar Basis memahami dan mampu melaksanakan tindakan-
tindakan resusitasi jantung paru.

RAHASIA
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut

a. Ruang Lingkup. Meliputi pertolongan resusitasi jantung paru terhadap


korban tempur, non tempur dan sakit untuk mencegah kematian.
b. Tata Urut. Naskah ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :
1) Pendahuluan.
2) Henti Jantung dan Henti Nafas.
3) Tehnik Pemberian Nafas Buatan.
4) Tehnik Resusitasi Jantung Paru.
5) Pengetahuan Obat Emergensi & Resusitasi.
6) Kriteria Pasien Yang Harus Dirujuk.
7) Evaluasi Akhir Pelajaran.
8) Penutup.

4. Pengertian.

a. Mati klinis Penderita dinyatakan mati klinis apabila berhenti nafas dan
jantung berhenti berdenyut. Kematian klinis mungkin masih dapat diubah menjadi
hidup kembali apabila dilakukan RJP
b. Mati biologis Adalah kelanjutan dari mati klinis ( umumnya setelah 10
menit ) yang disertai tanda-tanda pasti dari kematian misalnya timbulnya
pembusukan, kebiruan, kekakuan.

BAB II
HENTI JANTUNG DAN HENTI NAFAS

5. Umum. Henti jantung dan atau henti napas merupakan suatu keadaan
dimana seseorang sangat membutuhkan pertolongan dengan cepat dan tepat. Apabila
terlambat memberikan pertolongan maka akan berakibat fatal bagi korban.
3

6. Henti Jantung.

a. Henti jantung dapat merupakan akibat lanjut dari henti nafas atau
merupakan keadaan yang terjadi tanpa didahului oleh henti nafas ( misalnya pada
serangan jantung infark ). Akibat dari terhentinya denyut jantung maka sistem
sirkulasi darah akan terhenti.
b. Pada akhirnya distribusi oksigen, makanan dan pengangkutan sisa
metabilisme tidak dapat berlangsung pada seluruh tubuh.

7. Teknik Pemeriksaan Denyut Jantung.

a. Pada penderita yang dicurigai terjadi henti jantung maka akan didapatkan
tanda-tanda kegagalan sirkulasi tubuh yang secara umum dapat dirasakan pada
bagian ekstremitas / akral penderita yang terasa dingin dan lembab.
b. Tanda yang pasti adalah dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan denyut jantung secara langsung. Pada keadaan tertentu
pemeriksaan denyut jantung dapat dilakukan dengan merasakan denyutan / aliran
darah dari pembuluh arteri besar.
c. Pemeriksaan arteri dilakukan dengan sentuhan yang lembut dengan ujung
jari dan tidak menekan keras ke arah arteri
1) Pada penderita dewasa arteri yang diperiksa adalah arteri Carotis
2) Pada bayi digunakan arteri brachialis.

Teknik memeriksa A. Carotis. Dimulai dari sisi atas trachea kemudian ditarik ke
samping trachea sebelum otot stenokleido mastoidetus
4

Teknik memeriksa A. Carotis pada orang


dewasa

Teknik memeriksa A.
Brachialis pada bayi

8. Henti Nafas.

a. Banyak faktor yang dapat menyebabkan henti nafas pada manusia.


Penyebab yang paling sering adalah karena sumbatan jalan nafas total yang tidak
segera dibebaskan.

b Akibat dari henti nafas adalah terhentinya pasokan oksigen kedalam sel
darah merah. Keadaan ini pada akhirnya akan menyebabkan rusaknya sel tubuh
termasuk sel otak dan jantung.

9. Teknik Pemeriksaan Pernafasan

a. Secara fisiologis proses pernafasan akan ditandai dengan kontraksi otot-otot


pernafasan yang mengakibatkan gerakan ritmis dinding rongga dada. Tanda-tanda
lain adalah terdengarnya aliran udara keluar masuk hidung / mulut serta dapat
dirasakannya aliran udara tersebut.

b. Posisi penderita pada saat pemeriksaan pernafasan adalah dalam posisi


berbaring terlentang, kendorkan pakaian yang secara ketat menutup dinding
rongga dada dan perut. Kepala ekstensi ( tengadah ) dengan memperhatikan
kemungkinan cedera pada tulang leher.

c. Prinsip dasar pemeriksaan pernafasan adalah :


5

1) Lihat. Bagian yang harus dapat dilihat dengan cermat adalah


gerakan naik-turun dinding rongga dada. Hal yang harus diperhatikan
adalah :

a) Apakah dinding dada bergerak ritmis ?


b) Apakah gerakan dada kanan dan kiri sama ?
c) Apakah tidak ada bagian dinding dada yang tertinggal ?

2) Dengar. Cara mendengarkan suara nafas adalah dengan


mendekatkan telinga pemeriksa di depan hidung / mulut penderita, atau
dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara nafas di
rongga dada.. Hal yang harus diperhatikan adalah :

a) Apakah ada suara nafas ?


b) Apakah ditemukan suara nafas tambahan ?

3) Rasa. Cara merasakan nafas penderita adalah dengan


merasakan adanya tiupan udara yang keluar dari lobang hidung / mulut
penderita. Hal yang harus diperhatikan adalah gunakan kulit pemeriksa yang
sensitif dalam merasakan tiupan angin yang lemah, misalnya dengan
menggunakan kulit punggung tangan atau pipi.
6

10. Evaluasi .

a. Apakah yang siswa ketahui tentang henti napas dan henti jantung ?
b. Bagaimanakah prinsip dasar pemeriksaan pernapasan ?
c. Bagaimanakah tehnik pemeriksaan denyut jantung ?

BAB III
TEHNIK PEMBERIAN NAFAS BUATAN

11. Umum. Pemberian nafas buatan merupakan tidakan kedaruratan yang


harus segera dilakukan pada penderita dengan henti nafas. Tindakan ini ditujukan untuk
mengevaluasi jalan nafas dan memberikan oksigen dengan cepat agar kerusakan
lanjutan akibat kekurangan oksigen dapat dicegah. Persyaratan mutlak sebelum
pemberian nafas buatan adalah terjaminnya jalan nafas yang bebas

12. Metode Nafas Buatan

a. Mulut ke mulut

1) Udara yang kita hirup terdiri dari 21 % oksigen, 4 – 5 % akan


digunakan oleh tubuh, sedang sisanya 16 –17 % dikeluarkan kembali. Sisa
oksigen yang keluar dari mulut kita cukup untuk diberikan kepada penderita
saat membantu pernafasan.

2) Teknik pemberian nafas mulut ke mulut adalah :

a) Berlutut disamping kepala penderita

b) Buka jalan nafas penderita ( angkat dahi dan dagu )


7

c) Jepit lubang hidung korban.

d) Tutup mulut korban dengan mulut penolong ( tutup


keseluruhan dengan bibir penolong agar tidak terjadi kebocoran
udara saat meniup ).

e) Tiupkan perlahan udara dari paru penolong ke penderita (1,5 –


2 detik pada dewasa atau 1 – 1,5 detik untuk bayi ) dengan volume
cukup untuk mengembangkan rongga dada.

f) Tiupan awal lakukan sebanyak 2 kali untuk mengevaluasi


sumbatan jalan nafas. Apabila dengan teknik tiupan yang benar
dirasakan ada tahanan maka segera bebaskan jalan nafas
8

b. Mulut ke masker. Konsep metode nafas buatan ini sama dengan mulut ke
mulut. Pengguaan masker adalah sebagai pelindung untuk penolong agar tidak
kontak
secara langsung dengan korban sehingga kemungkinan penularan penyakit atau
hambatan non teknis lain dapat di cegah.

c. Memakai Bag Valve Mask (BVM).Konsep dasarnya adalah mengalirkan


udara bebas ke paru penderita dengan menggunakan kantong udara yang
dipompakan ke dalam paru penderita. Keuntungan metoda ini adalah jumlah
oksigen yang diberikan bisa lebih tinggi dari metode mulut ke mulut. Bahkan
konsentrasinya bisa sangat tinggi jika secara langsung kantung udara dihubungkan
dengan tabung oksigen.
9

13. Tanda-tanda Pemberian Nafas Buatan Adequad (cukup)

a. Jumlah nafas buatan yang diberikan 20 X per menit untuk bayi ( tiap 3
detik ) dan 12 X per menit untuk dewasa ( tiap 5 detik )

b. Tiupan udara yang diberika harus cukup untuk menyebabkan rongga dada
mengembang saat diberikan tiupan.

c. Terdengar suara dan rasa aliran udara pada saat penderita ekspirasi.

d. Sianosis mulai menghilang.

14. Evaluasi.

a. Apakah persyaratan mutlak sebelum memberikan bantuan pernafasan ?


b. Sebutkan macam-macam cara memberikan bantuan pernafasan ?
c. Bagaimanakah tehnik pemberian bantuan pernafasan dari mulut ke mulut ?
d. Sebutkan tanda – tanda pemberian bantuan pernapasan yang adequad
atau cukup ?
BAB IV
TEKNIK RESUSITASI JANTUNG PARU

15. Umum. Pada pertolongan korban yang mengalami henti napas dan henti
jantung tindakan pertolongan yang dilakukan ialah melakukan tindakan resusitasi jantung
paru yang dapat dilakukan oleh satu atau dua orang penolong. Tindakan pertolongan RJP
memerlukan suatu teknik yang harus dilakukan dengan cepat dan tepat, sehingga hasil
tindakan pertolongan yang dilakukan mendapatkan hasil yang optimal.

16. Persiapan RJP


10

a. Tentukan penderita tidak sadar. untuk menentukan penderita tidak sadar,


panggil dan goyangkan penderita dengan perlahan dan tanyakan namanya atau
pertanyaan lain, seperti “ Pak, pak apakah anda baik-baik saja?” Jika penderita
tidak ada respon cobalah lagi dengan rangsangan nyeri dengan cara mencubit kulit
punggung tangan sambil mengulang pertanyaan. Jika dengan cara tersebut
penderita tetap tidak ada respon maka segera meminta pertolongan dan bersiap
untuk melakukan RJP. Pada penderita bayi dan anak segera bersiap untuk RJP
dan meminta pertolongan, karena yang biasanya menjadi penyebab henti
jantungnya adalah masalah pernafasan.

b. Tentukan penderita tidak bernafas. Lakukan prosedur pemeriksaan


nafas sesuai Bab terdahulu. Berikan 2 X tiupan untuk mengevaluasi jalan nafas.
upayakan selalu memberikan oksigen jika memungkinkan.

c. Tentukan nadi tidak teraba. Lakukan prosedur pemeriksaan


nadi sesuai Bab terdahulu. Jika nadi masih teraba sekalipun lemah dan tidak
teratur maka tidak boleh melakukan RJP. Pada kasus dimana nadi masih teraba
dan nafas terhenti maka tindakan yang dibutuhkan hanyalah pemberian nafas
buatan saja. Adalah suatu hal yang tidak mungkin terjadi pada penderita dengan
nafas masih ada tetapi jantung berhenti.

d. Siapkan posisi penderita dan penolong. Posisi penderita adalah terlentang


diatas alas datar dan keras. Longgarkan pakaian di dada dan perut, buka baju
secukupnya sehingga tulang dada terlihat. Posisi penolong berlutut di samping
penderita

17. Teknik Pemijatan Jantung.

a. Menentukan titik pemijatan ( Titik Kompresi ).

1) Tentukan prosesus Xifoideus dari tulang dada dengan cara meraba


mengikuti lengkung tulang rusuk paling bawah ke arah tengah sampai ke
ujung tulang dada.
11

2) Setelah prosessus Xipoideus ditemukan letakkan 2 jari diatas (kearah


kepala) jari tadi. Inilah titik pemijatan ( titik kompresi jantung )

1 2

3 4
b. Teknik memijat

1) Pemijatan pada penderita dewasa dilakukan dengan tumit tangan,


bukan keseluruhan bagian tangan. Pada bayi dan anak dilakukan dengan
ujung jari
12

2) Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga


masuk 3-4 cm untuk dewasa dan 1-1,5 cm untuk bayi

3) Jaga lengan agar tetap lurus, sehingga penekanan dilakukan oleh


bahu / bagian atas tubuh, bukan lengan atau siku.

4) Pastikan arah tekanan lurus ke bawah tulang dada.

5) Dorongan yang terlalu kuat dapat menyebabkan tulang dada patah

6) Waktu untuk menekan dan melepaskan tekanan harus sama

7) Pada setiap akhir penekanan tulang dada harus diusahakan kembali


seperti kedudukan semula

18. Teknik Resusitasi Jantung Paru.

a. Penilaian korban. Nilai dengan cepat


keadaan korban, pastikan korban tidak sadar,
tidak bernafas dan jantung berhenti berdenyut (
stadium mati klinis ). Apabila ditemukan tanda-
tanda mati biologis, diantaranya lebam mayat
( warna biru pada bagian tubuh yang terendah,
kaku mayat, busuk mayat atau luka yang
sangat parah dimana kemungkinan hidup
sangat kecil, misalnya kepala pecah dengan
jaringan otak keluar, kepala hampir putus dll
tidak perlu dilakukan RJP.
13

b. Segera mintakan bantuan. Mintalah


bantuan orang lain untuk menghubungi fasilitas
kesehatan / personel kesehatan yang lebih
ahli.Jangan meninggalkan penderita sendiri.
Sambil menunggu bantuan segera persiapkan
RJP.

c. Berikan nafas buatan. Berikan nafas


buatan sebanyak 2 kali untuk mengevaluasii
jalan nafas. jika ditemukan sumbatan jalan
nafas segera bebaskan.

d. Periksa nadi . Periksa nadi carotis


dan pastikan ada / tidaknya denyut nadi. Jika
denyut nadi (+) maka penderita hanya
membutuhkan nafas buatan. Tetapi jika nadi (–)
, maka penderita memerlukan RJP

e. Tentukan titik pemijatan jantung. Teknik


penentuan titik pemijatan sesuai dengan Bab
terdahulu. Berikan pijatan sebanyak

RJP SENDIRI / BERDUA


30 pijat jantung 2 nafas buatan
14

19. Tanda-tanda Keberhasilan RJP


a. Dinding dada naik – turun dalam setiap pemberian nafas buatan
b. Pupil bereaksi atau nampak normal ( reflek cahaya + )
c. Denyut jantung kembali terdengar
d. Reflek pernafasan spontan dan dapat terlihat
e. Kulit penderita pucatnya berkurang atau kembali normal
f. Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya
g. Penderita berusaha untuk menelan
h. Penderita menggeliat atau memberontak
20. Kesalahan dalam Melakukan RJP
a. Kesalahan dalam memberikan nafas buatan :

1) Terbentuk celah antara mulut penolong dengan mulut korban pada


teknik pemberian nafas buatan mulut ke mulut. Hal yang sama pada
teknik mulut ke masker atau BVM.
2) Salah dalam membuka jalan nafas penderita.
3) Interval nafas buatan lebih dari 5 detik.
4) Gagal melihat atau mendengar ekspirasi penderita.
5) Pemberian tiupan terlalu cepat.

b. Kesalahan dalam memberikan pijatan jantung :

1) Siku tertekuk dan tidak lurus.


2) Bahu penolong tidak tepat berada diatas penderita.
3) Gagal menentukan titik pemijatan.
4) Jari-jari tangan menyentuh dada penderita.
5) Jumlah pijatan dan nafas buatan tidak sesuai

21. Komplikasi yang Disebabkan RJP

a. Patah tulang iga, terutama pada orang tua


15

b. Pneumothorak
c. Hemothorak.
d. Luka memar pada paru-paru.
e. Luka memar pada limpa atau hati
22. Evaluasi.

a. Sebutkan urutan persiapan tindakan resusitasi jantung paru !


b. Bagaimanakah cara menentukan titik pemijatan / kompresi jantung luar ?
c. Bagaimanakah tehnik pemijatan jantung luar ?
d. Sebutkan tanda – tanda keberhasilan resusitasi jantung paru !
e. Sebutkan komplikasi tindakan resusitasi jantung paru !

BAB V
PENGETAHUAN OBAT EMERGENSI & RESUSITASI PERENTERAL

23. Umum. Setelah penderita tertolong dengan tindakan bantuan hidup dasar
(BHD) maka tindakan selanjutnya adalah melakukan bantuan hidup lanjutan, yaitu
memberikan obat-obatan dan cairan melalui intravena serta pemantauan EKG, tindakan
kompresi jantung dan ventilasi paru jangan dihentikan. Bila mungkin dilakukan intubasi
trakea atau krikotirotomi.

24. Obat-obat Emergensi.


Semua obat emergensi untuk tindakan RJP pada bantuan hidup lanjut hendaknya
diberikan secara intra venus ke dalam sirkulasi sentral bila mungkin. Jangan diberikan
secara intra musculer / subcutis. Berbagai obat dan cara tersedia untuk memberikan
lingkungan fisiologik yang optimal bagi miokard (otor jantung) bertekanan perfusi dan
mengatasi aritmia.

a. Untuk memberikan lingkungan fisiologik optimal bagi miokard.

1) Oksigen, berikan O2 100% dengan sungkup tekanan positif atau


pipa tracheal.
16

2) Natrium bikarbonat.

a) Untuk asidosis metabolik pada permulaan RJP.

b) Dosis : 1,0 meq / kg BB dosis awal, kemudian 0,5 meq / kg


BB setiap 10-15 menit jika tidak tersedia pengukuran pH.
Jika masa henti singkat 1-2 menit tidak diperlukan bikarbonat. Dosis
bikarbonat dapat dihitung dari kelebihan basa (-) dari gas darah arteri
sbb : BE X 0,25 X BB/kg. BE : Base Excess.

c) Kelebihan natrium dengan hipernatremia dapat timbul pada


pemberian bikarbonat yang terlalu giat. Hipokalemia setelah resusitasi
bisa ditemukan.

3) Hiperventilasi dapat digunakan untuk meningkatkan pH sistematika


dan susunan syaraf pusat secara akut dan reversible.

b. Untuk meningkatkan kontraktilitas dan tekanan perfusi miokard.

1) Epinefrin (Adrenalin)

a) Untuk asistol, fibrilasi ventrikular yang halus dan disosiasi


elektro mekanis.

b) Dosis : 0,1 mg setiap 3 – 5 menit atau mula-mula dengan infus


0,001 mcg/kg BB /menit, dititrasi sampai timbul efek yang diinginkan.

2) Kalsium Klorida.

a) Untuk kontraktilitas miokard yang buruk, asistol, disosiasi


elektromekanis dan hipokalsemia.
17

b) Dosis : 2 – 20 mcg /kg BB / menit dititrasi sampai tercapai


tekanan arteri yang diinginkan.

3) Norepinefrin (Levophed)

a) Untuk tahanan vaskular sistemik yang rendah dengan


hipotensi refrakter.

b) Dosis : mula-mula infus 0,04 mcg /kg BB / menit, dititrasi


sampai tercapai arteri yang diinginkan.

4) Dopamin ( Intropen)

a) Untuk hipotensi, disfungsi ventricular atau keduanya.

b) Dosis : 2 – 20 mcg /kg BB / menit dititrasi sampai tercapai


tekanan arteri yang diinginkan.

c) Kadang dopamin merupakan pengganti adrenalin yang


bermanfaat karena aktivitas alfa yang terlihat bila diberikan dalam
dosis lebih tinggi.

5) Dobutamin (Dobutrex)

a) Untuk disfungsi ventrikular, terutama dengan tahanan vaskular


sistemik yang tinggi.

b) Dosis : 2,5 – 10,0 mcg/kb BB/menit dititrasi sampai tercapai


tekanan darah yang diinginkan.

c) Dobutamin mungkin tidak begitu bermanfaat seperti dopamin /


adrenalin dalam fase awal henti jantung.

c. Untuk mengobati aritmia dan blok jantung.


18

1) Lidokain (Xyliocaine)

a) Untuk disritmia ventrikular, merupakan obat pilihan pertama


untuk takikardi ventrikular dan fibrilasi ventricular.

b) Dosis : 1 mg /kg BB bolus, diikuti dengan infus 1 – 4 mg/menit,


dititrasi menurut respon pasien.

c) Laju infus diturunkan bila ada hipotensi, kegagalan beberapa


organ atau keadaan lain yang mungkin menurunkan aliran darah hati.

2) Bretilium (Bretylol)

a) Obat ini dipertimbangkan pada awal farmakologik fibrilasi atau


takikardi ventrikular. Dianjurkan untuk fibrilasi ventrikular berulang
yang refrakter terhadap lidocain.

b) Dosis : Fibrilasi ventrikular 5 mg/kg BB/IV dengan cepat dan


diulangi seperlunya. Untuk takikardi ventrikular refrakter / berulang
berikan 5 – 10 mg/ kg BB IV larutan encer. (500 mg dalam 50 – 100
ml dextrose 5% dalam air) selama 10 – 20 menit.

3) Prokalnamid (Pronestyl)

a) Untuk fibrilasi / takikardi ventrikular berulang yang refrakter


terhadap lidokain.

b) Dosis : 10 mg dosis muatan setiap 5 menit sekitar 20


mg/menit sampai 1 gram diikuti oleh infus 1-4 mg/kg BB / menit.

c) Pemberian dosis diatas harus dihentikan jika disritmia hilang,


tekanan darah turun / kompleks QRS lebih dari / sama dengan 50%.
19

4) Kardioversi.

a) Pukulan Prekordial.

(1) Untuk takikardi ventrikular yang berlanjut ke fibrilasi


ventrikular selama 60 detik pertama henti jantung yang
disaksikan.

(2) Pukulan dilakukan dengan memberikan pukulan cepat


dan keras pada bagian tengah sternum dengan bagian daging
bawah pergelangan tangan dari jarak 20-30 cm. RJP segera
dimulai jika kardioversi tak efektif.

b) Syok Balik arus searah.

(1) Untuk aritmia supraventrikular yaitu fibrilasi atrial / flater


atrial, takikardi ventrikular / fibrilasi ventrikular.

(2) Dosis syok balik arus searah (Watt – Sec)

(a) Toraks terbuka ventrikular fibrilasi 10-20


(b) Toraks tertutup

i) Atrial Fibrilasi 80-200


ii) Atrial Flater 20-50
iii) Ventrikular Takikardi 50-100
iv) Ventrikular Fibrilasi 200-300

5) Atropin.

a) Untuk bradikardi berat / blok atrioventrikular derajat tinggi.


b) Dosis : 0,5 – 2,0 mg intra vena.
c) Atropin mungkin terbaik untuk bradikardi akibat rangsangan
vagal / bradikardi karena penyakit sistem hantaran.
20

6) Isopreterenol (Isuprel)

a) Untuk bradikardi refibrilasi / blok atrioventrikular derajat tinggi.


b) Dosis : 2-20 mcg / menit sebagai infus yang dititrasi untuk
mencapai frekuensi denyut jantung yang normal.

7) Pemasangan pacu jantung. Untuk blok atrial ventrikular derajat


tinggi / bradikardi berat yang timbul selama / setelah RJP.

8) Digoksin (Lanoxin)

a) Untuk flater / fibrilasi atrial dengan respons ventrikular yang


cepat.

b) Dosis muatan 1 mg diberikan dalam dosis terbagi (0,25 mg )


yang terpisah 30-60 menit.

c) Lebih diindikasikan kardioversi dari pada pemberian digoksin


jika takiaritmia atrial menyebabkan kestabilan kemodinamik yang
bermakna.

9) Verapamil (Isoptin)

a) Untuk takiaritmia supraventrikular.

b) Dosis 0,075-0,150 mg/kg BB perlahan-lahan, diulangi sesuai


keperluan.

10) Propranolol (Inderal)

a) Untuk aritmia ventrikular / supraventrikular, bukan obat pilihan


pertama pada RJP.
21

b) Dosis awal 0,1-0,5 mg IV, jika bisa ditoleransi kemudian


ditambah 0,1-0,5 mg setiap 2-5 menit yang dititrasi terhadap respon
pasien.

c) Berikan dengan hati-hati pada masa pasca henti jantung


karena ada difungsi kontraktil ventrikular dalam berbagai tingkat.

25. Resusitasi Parenteral. Yang dimaksud resusitasi parenteral adalah pemberian


resusitasi cairan yang diberikan secara parenteral. Resusitasi cairan adalah pemberian
cairan secara cepat dalam waktu tertentu yang diberikan dengan mempertimbangkan
penyebab dari kehilangan cairan pasien.

a. Tujuannya :

1) Menggantikan kehilangan akut cairan tubuh.


2) Untuk ekspansi cepat dari cairan intravaskular dan memperbaiki
perfusi jaringan.

b. Indikasi pemberian resusitasi cairan :

1) Pasien syok hipovolemik.


2) Pasien hemoragi.
3) Pasien luka bakar.
4) Pasien dengan dehidrasi berat.

c. Pelaksanaan pemberian cairan. Berikan cairan infus sesuai dengan


kebutuhan :

1) Pasien syok hipovolemik : berikan cairan ringer laktat atau normal


saline 20 ml /kg BB selama 30-60 menit (jika respon tidak membaik dosis
bisa diulangi)

2) Pasien syok hemoragi boleh diberikan cairan 2-3 liter dalam 10 menit.
22

3) Pasien luka bakar : 24 jam pertama berikan 2-4 ml RL/kg BB tiap %


luka bakar dengan cara dosisdiberikan untuk 8 jam pertama dan ½ dosis
berikuty 16 kemudian (jika respon membaik turunkan laju infus secara
bertahap)

4) Dehidrasi berat :

a) Untuk neonatus dengan berat 2-3 kg : 4 jam pertama berikan


25 ml/kg BB/menit , bila 1 ml = 20 tetes.

b) Untuk anak i bulan – 2 tahun dengan berat 3 – 10 kg.

(1) 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam.

(1) 7 jam kemudian : 12 ml/kg BB/jam.

c) Untuk anak 2-5 tahun dengan berat 10-15 kg.

(1) 1 jam pertama 30 ml/kg BB/jam.


(2) 7 jam kemudian 10 ml/kg BB/jam.

d) Untuk anak 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg.

(1) 1 jam pertama 20 ml/kg BB/jam


(2) 7 jam kemudian 10 ml/kg BB/jam.
e) Untuk anak lebih dari 10 tahun : berikan 20 ml/kg BB/jam pada
jam pertama.

d. Resusitasi cairan sebagai terapi awal cairan. Larutan elektrolit isotonik


digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan untuk mengisi intravaskuler dalam
waktu singkat dan menstabilkan volume vaskuler dengan cara menggantikan
kehilangan cairan berikutnya dalam ruang intertisial dan intraseluler. Larutan RL
adalah cairan pilihan pertama, sedangkan Na Cl fisiologis adalah pilihan kedua.
23

Walaupun Na Cl fisiologis merupakan cairan pengganti yang baik, namun cairan ini
memiliki potensi untuk terjadi asidosis hiperkhloremik, kemungkinan ini bertambah
besar bila fungsi ginjal kurang baik.Jumlah cairan dan darah yang diperlukan untuk
resusitasi sukar diramalkan pada evaluasi awal pasien. Pada Tabel 1 perkiraan
kehilangan cairan dan darah dapat dilihat cara menentukan jumlah cairan dan
darah yang diperlukan oleh pasien.

Perhitungan kasar jumlah total volume kristaloid secara akut diperllukan


adalah pengganti setiap ml darah yang hilang dengan 3 ml kristaloid, sehingga
memungkinkan restitusi volume plasma yang hilang kedalam ruang intertisial dan
intraseluler ,dikenal hukum 3 untuk 1.

1) Obat-obatan dan cairan

2) Posisi Syok

Bila sirkulasi darah belum stabil, pasien masih dalam keadaan syok,
letakkan pasien dalam posisi dengan badan horisontal (telentang) dan
tungkai 30-40 derajat keatas.

3) Pantau EKG : untuk menentukan jenis henti jantung dan anemia yang
timbul, sehingga dapat ditentukkan terapi selanjutnya.

Pantau analisis gas darah : untuk menentukan terapi selanjutnya dari


oksigenasi venetilasi paru serta keseimbangan asam- basa.

Pantau produksi urin dengan memasang kateter urin tetap (daner


catheter) : untuk megetahui perubahan perfusi ginjal terutama selama masih
dalam keadaan syok.

4) Terapi fibrilasi.

a) Pukulan prekordial :
24

Bila tindakan ini sempat dikerjakan dalam beberapa menit


pertama, segera pukul daerah midsternum. Pasien dengan bagian
ulnar atau hipotenar dari kapalan (tinju) penolong. Bila imbul fibrilasi
ventrikel, berikan terapi defibrilasi dengan defibrilasi dengan
defibrilator.

b) Defibrilasi luar dengan DC Syok.

26. Tujuan Infus. Selama resusitasi darurat dan bantuan hidup pasca
resusitasi cairan IV harus diberikan dengan tujuan :

a. Untuk mengembalikan dengan segera volume darah dalam sirkulasi normal


yang hilang, Gunakan kombinasi larutan elekterolit, koloid dan eritrosit. Infus cepat
NaCl 0,5 % atau koloid, dapat menyelamatkan nyawa, terutama kasus
perdarahan.

b. Untuk mempertahankan saluran intravena terbuka uintuk pemberian obat


dan pemberaian hidrasi dasar serta glukosa.

c. Untuk mengekspansikan volume darah dalam sirkulasi normal setelah henti


jantung, dengan cairan kira2 10% volume darah taksiran (10 ml/kg), sebagai
pengganti kekurangan volume daarah akibat vasodilatasi , penimbunan divena
dan kebocoran kapiler. Sebagai pegangan, jumlah darah orang normal kira2 1/12
berat badan. Misalnya berat badan 60 KG, maka jumlah darah kira2 5 liter.

d. Guna menyesuaikan terapi untuk meningkatkan atau menurunkan diuresis


dengan mempertahankan urin lebih dari 25 ml/70kg/jam.

e. Guna memberikan cairan intravena, sehingga diperoleh komposisi darah


optimal dengan kadar elektrolit, osmolalitas dan tekanan osmotik kloid normal,
serum albumin (3-5g/dl), hematokrit (30-40%) dan glukosa (100-300 mg/dl)
25

f. Untuk memenuhi kebutuhan khusus seperti osmoterapi pada periode dini


pasca henti jantung dan alimentasi buatan (dekstore) asam amino, vitamin) pada
pasca henti jantung.

27. Evaluasi.

a. Sebutkan obat cairan yang harus dberikan pada pertolongan lanjutan tindakan
resusitasi jantung paru !
b. Sebutkan tujuan pemberian cairan!

BAB VI
KRITERIA PASIEN YANG HARUS DIRUJUK

28. Umum . Setiap korban yang mengalami henti nafas dan henti jantung harus
mendapat perhatian serius setelah ddiberikan pertolongan. Sebab bisa saja terjadi
komplikasi adanya trauma pada korban. atau mungkin adanya perdarahan pada organ
tubuhnya. Untuk itu sebagai tindakan antisipasi maka korban harus segera dirujuk
dengan harapan segera dilakukan pemeriksaan atau pertolongan yang lebih akurat dari
trauma atau perdarahan yang mungkin terjadi pada korban.

Yang sangat harus diperhatikan adalah bila korban yang masih dalam keadaan
belum sadar setelah ditolong, walaupun korban tersebut sudah ada tanda tanda dapat
bernafas spontan dan denyut jantung sudah ada. Karena bisa saja korban tersebut
kembali tidak bernafas dan denyut jantung menghilang.

29. Menentukan perlunya rujukan.

a. Yang mutlak harus diketahui adalah kemampuan tenaga yang bertugas


serta kemampuan rumah sakit tersebut. Dengan pengetahuan ini dapat dikenal
secara dini pasien mana yang perlu dilakukan rujukan.
26

b. Bila sudah diambil keputusan merujuk, jangan menunda rujukan dengan


melakukan tindakan diagnostik yang tidak perlu.

c. Saat merujuk pasien tergantung banyak faktor antara lain : jarak tempat
kejadian dan rumah sakit, jarak rumah sakit yang akan dirujuk dan keberadaan
tenaga terampil yang akan mendampingi pasien. Bila keterampilan dan
kelengkapan ada, keadaan yang mengancam nyawa harus diatasi terlebih dahulu
sebelum merujuk pasien (Tabel 1, kriteria antar rumah sakit)

d. Faktor pedoman untuk merujuk.


1) Kriteria fisiologis.
2) Pola perlukaan.
3) Biomekanika trauma.
4) Beberapa masalah khusus (Tabel 1)

30. Evaluasi.

a. Sebutkan mengapa korban henti nafas dan jantung harus segera dirujuk
b. Sebutkan pedoman merujuk penderita.

BAB VII
EVALUASI AKHIR PELAJARAN

31. Evaluasi Akhir.

a. Bagaimanakah tehnik pemeriksaan pernapasan ?


b. Sebutkan penyebab henti napas dan henti jantung !
c. Sebutkan prinsip dasar pemeriksaan pernapasan !
d. Bagaimanakah tehnik pemeriksaan denyut jantung ?
e. Sebutkan macam-macam tehnik pemberian bantuan pernapasan !
f. Sebutkan urutan tindakan resusitasi jantung paru yang dilakukan oleh
27

dua orang penolong !


g. Sebutkan kesalahan dalam memberikan napas buatan dan pemijatan /
kompresi jantung !
h. Sebutkan macam obat emergensi untuk meningkatkan kontraktilitas dan
tekanan perfusi miokard !
i. Apa yang siswa ketahui tentang obat emergensi : adrenalin dan lidocain ?
J. Apakah yang dimaksud dengan resusitasi parenteral ?
k. Sebutkan indikasi penderita diberikan resusitasi cairan !
l. Repon pemberian resusitasi cairan awal ada 3 macam sebutkan !
m. Bagaimanakah cara menentukan rujukan ?
n. Sebutkan ketentuan protokol rujukan !
o. Pengelolaan apa yg harus dilakukan selama transportasi rujukan pasien ?

BAB VIII
APLIKASI / PRAKTEK RESUSITASI JANTUNG PARU

32. Melaksanakan aplikasi / praktek materi resusitasi jantung paru tentang :

a. Cara menilai / memeriksa :

1) Kesadaran.
2) Jalan napas. 28
3) Pernapasan.
4) Denyut nadi.

b. Cara membebaskan jalan napas secara manual :

1) Healt lift chin lift.


2) Jaw thrust.

c. Cara memberikan bantuan napas.

1) Mulut ke mulut.
28

2) Mulut ke hidung.

d. Cara melakukan kompresi jantung luar.

e. Cara melakukan tehnik kombinasi bantuan napas dan kompresi jantung luar
baik yang dilakukan 1 maupun 2 orang penolong.

f. Korban dengan denyut nadi (+), napas (+) tetapi belum sadar untuk
mempertahan jalan napas dibuat posisi  PSM (Posisi Sisi Mantap )

BAB IX
PENUTUP

33. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajran untuk
pedoman bagi Gadik dan Bintara Siswa dalam proses balajar mengajar pada pelajaran
Resusitasi Jantung Paru untuk Pendidikan Kursus Perawatan Bedah.
Direktur Kesehatan Angkatan Darat

dr. Chaerunan Hasbullah,MARS


Brigadir Jenderal TNI

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai