RAHASIA
1. Umum.
RAHASIA
2
4. Pengertian.
a. Mati klinis Penderita dinyatakan mati klinis apabila berhenti nafas dan
jantung berhenti berdenyut. Kematian klinis mungkin masih dapat diubah menjadi
hidup kembali apabila dilakukan RJP
b. Mati biologis Adalah kelanjutan dari mati klinis ( umumnya setelah 10
menit ) yang disertai tanda-tanda pasti dari kematian misalnya timbulnya
pembusukan, kebiruan, kekakuan.
BAB II
HENTI JANTUNG DAN HENTI NAFAS
5. Umum. Henti jantung dan atau henti napas merupakan suatu keadaan
dimana seseorang sangat membutuhkan pertolongan dengan cepat dan tepat. Apabila
terlambat memberikan pertolongan maka akan berakibat fatal bagi korban.
3
6. Henti Jantung.
a. Henti jantung dapat merupakan akibat lanjut dari henti nafas atau
merupakan keadaan yang terjadi tanpa didahului oleh henti nafas ( misalnya pada
serangan jantung infark ). Akibat dari terhentinya denyut jantung maka sistem
sirkulasi darah akan terhenti.
b. Pada akhirnya distribusi oksigen, makanan dan pengangkutan sisa
metabilisme tidak dapat berlangsung pada seluruh tubuh.
a. Pada penderita yang dicurigai terjadi henti jantung maka akan didapatkan
tanda-tanda kegagalan sirkulasi tubuh yang secara umum dapat dirasakan pada
bagian ekstremitas / akral penderita yang terasa dingin dan lembab.
b. Tanda yang pasti adalah dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan denyut jantung secara langsung. Pada keadaan tertentu
pemeriksaan denyut jantung dapat dilakukan dengan merasakan denyutan / aliran
darah dari pembuluh arteri besar.
c. Pemeriksaan arteri dilakukan dengan sentuhan yang lembut dengan ujung
jari dan tidak menekan keras ke arah arteri
1) Pada penderita dewasa arteri yang diperiksa adalah arteri Carotis
2) Pada bayi digunakan arteri brachialis.
Teknik memeriksa A. Carotis. Dimulai dari sisi atas trachea kemudian ditarik ke
samping trachea sebelum otot stenokleido mastoidetus
4
Teknik memeriksa A.
Brachialis pada bayi
8. Henti Nafas.
b Akibat dari henti nafas adalah terhentinya pasokan oksigen kedalam sel
darah merah. Keadaan ini pada akhirnya akan menyebabkan rusaknya sel tubuh
termasuk sel otak dan jantung.
10. Evaluasi .
a. Apakah yang siswa ketahui tentang henti napas dan henti jantung ?
b. Bagaimanakah prinsip dasar pemeriksaan pernapasan ?
c. Bagaimanakah tehnik pemeriksaan denyut jantung ?
BAB III
TEHNIK PEMBERIAN NAFAS BUATAN
a. Mulut ke mulut
b. Mulut ke masker. Konsep metode nafas buatan ini sama dengan mulut ke
mulut. Pengguaan masker adalah sebagai pelindung untuk penolong agar tidak
kontak
secara langsung dengan korban sehingga kemungkinan penularan penyakit atau
hambatan non teknis lain dapat di cegah.
a. Jumlah nafas buatan yang diberikan 20 X per menit untuk bayi ( tiap 3
detik ) dan 12 X per menit untuk dewasa ( tiap 5 detik )
b. Tiupan udara yang diberika harus cukup untuk menyebabkan rongga dada
mengembang saat diberikan tiupan.
c. Terdengar suara dan rasa aliran udara pada saat penderita ekspirasi.
14. Evaluasi.
15. Umum. Pada pertolongan korban yang mengalami henti napas dan henti
jantung tindakan pertolongan yang dilakukan ialah melakukan tindakan resusitasi jantung
paru yang dapat dilakukan oleh satu atau dua orang penolong. Tindakan pertolongan RJP
memerlukan suatu teknik yang harus dilakukan dengan cepat dan tepat, sehingga hasil
tindakan pertolongan yang dilakukan mendapatkan hasil yang optimal.
1 2
3 4
b. Teknik memijat
b. Pneumothorak
c. Hemothorak.
d. Luka memar pada paru-paru.
e. Luka memar pada limpa atau hati
22. Evaluasi.
BAB V
PENGETAHUAN OBAT EMERGENSI & RESUSITASI PERENTERAL
23. Umum. Setelah penderita tertolong dengan tindakan bantuan hidup dasar
(BHD) maka tindakan selanjutnya adalah melakukan bantuan hidup lanjutan, yaitu
memberikan obat-obatan dan cairan melalui intravena serta pemantauan EKG, tindakan
kompresi jantung dan ventilasi paru jangan dihentikan. Bila mungkin dilakukan intubasi
trakea atau krikotirotomi.
2) Natrium bikarbonat.
1) Epinefrin (Adrenalin)
2) Kalsium Klorida.
3) Norepinefrin (Levophed)
4) Dopamin ( Intropen)
5) Dobutamin (Dobutrex)
1) Lidokain (Xyliocaine)
2) Bretilium (Bretylol)
3) Prokalnamid (Pronestyl)
4) Kardioversi.
a) Pukulan Prekordial.
5) Atropin.
6) Isopreterenol (Isuprel)
8) Digoksin (Lanoxin)
9) Verapamil (Isoptin)
a. Tujuannya :
2) Pasien syok hemoragi boleh diberikan cairan 2-3 liter dalam 10 menit.
22
4) Dehidrasi berat :
Walaupun Na Cl fisiologis merupakan cairan pengganti yang baik, namun cairan ini
memiliki potensi untuk terjadi asidosis hiperkhloremik, kemungkinan ini bertambah
besar bila fungsi ginjal kurang baik.Jumlah cairan dan darah yang diperlukan untuk
resusitasi sukar diramalkan pada evaluasi awal pasien. Pada Tabel 1 perkiraan
kehilangan cairan dan darah dapat dilihat cara menentukan jumlah cairan dan
darah yang diperlukan oleh pasien.
2) Posisi Syok
Bila sirkulasi darah belum stabil, pasien masih dalam keadaan syok,
letakkan pasien dalam posisi dengan badan horisontal (telentang) dan
tungkai 30-40 derajat keatas.
3) Pantau EKG : untuk menentukan jenis henti jantung dan anemia yang
timbul, sehingga dapat ditentukkan terapi selanjutnya.
4) Terapi fibrilasi.
a) Pukulan prekordial :
24
26. Tujuan Infus. Selama resusitasi darurat dan bantuan hidup pasca
resusitasi cairan IV harus diberikan dengan tujuan :
27. Evaluasi.
a. Sebutkan obat cairan yang harus dberikan pada pertolongan lanjutan tindakan
resusitasi jantung paru !
b. Sebutkan tujuan pemberian cairan!
BAB VI
KRITERIA PASIEN YANG HARUS DIRUJUK
28. Umum . Setiap korban yang mengalami henti nafas dan henti jantung harus
mendapat perhatian serius setelah ddiberikan pertolongan. Sebab bisa saja terjadi
komplikasi adanya trauma pada korban. atau mungkin adanya perdarahan pada organ
tubuhnya. Untuk itu sebagai tindakan antisipasi maka korban harus segera dirujuk
dengan harapan segera dilakukan pemeriksaan atau pertolongan yang lebih akurat dari
trauma atau perdarahan yang mungkin terjadi pada korban.
Yang sangat harus diperhatikan adalah bila korban yang masih dalam keadaan
belum sadar setelah ditolong, walaupun korban tersebut sudah ada tanda tanda dapat
bernafas spontan dan denyut jantung sudah ada. Karena bisa saja korban tersebut
kembali tidak bernafas dan denyut jantung menghilang.
c. Saat merujuk pasien tergantung banyak faktor antara lain : jarak tempat
kejadian dan rumah sakit, jarak rumah sakit yang akan dirujuk dan keberadaan
tenaga terampil yang akan mendampingi pasien. Bila keterampilan dan
kelengkapan ada, keadaan yang mengancam nyawa harus diatasi terlebih dahulu
sebelum merujuk pasien (Tabel 1, kriteria antar rumah sakit)
30. Evaluasi.
a. Sebutkan mengapa korban henti nafas dan jantung harus segera dirujuk
b. Sebutkan pedoman merujuk penderita.
BAB VII
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
BAB VIII
APLIKASI / PRAKTEK RESUSITASI JANTUNG PARU
1) Kesadaran.
2) Jalan napas. 28
3) Pernapasan.
4) Denyut nadi.
1) Mulut ke mulut.
28
2) Mulut ke hidung.
e. Cara melakukan tehnik kombinasi bantuan napas dan kompresi jantung luar
baik yang dilakukan 1 maupun 2 orang penolong.
f. Korban dengan denyut nadi (+), napas (+) tetapi belum sadar untuk
mempertahan jalan napas dibuat posisi PSM (Posisi Sisi Mantap )
BAB IX
PENUTUP
33. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajran untuk
pedoman bagi Gadik dan Bintara Siswa dalam proses balajar mengajar pada pelajaran
Resusitasi Jantung Paru untuk Pendidikan Kursus Perawatan Bedah.
Direktur Kesehatan Angkatan Darat
RAHASIA