Anda di halaman 1dari 19

A.

MEMBERIKAN CAIRAN PER ORAL

DEFENISI

Pemberian cairan per oral Merupakan cara pemberian cairan melalui mulut dengan tujuan
mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.

Air merupakan suatu senyawa kimia H2O yang sangat istimewa, yang dalam kandunganya
terdiri dari senyawa hydrogen (H2), dan senyawa oksigen (O2). Ke dua senyawa yang
membentuk air ini merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan
seluruh mahkluk hidup di bumi selain matahari yang merupakan sumber energy. Seperti yang
kita ketahui air merupakan hal yang sangat penting, karena semua mahkluk hidup di dunia tidak
dapat hidup tanpa air. Bahkan di dalam tubuh kita terdiri dari 55% - 78% air (tergantung pada
ukuran badan).

Fungsi air

Membentuk sel-sel baru, melihara dan mengganti sel-sel yang rusak.

1. Melarutkan dan membawa nutrisi-nutrisi, oksigen dan hormone ke seluruh sel tubuh yang
membutuhkan
2. Melarutkan dan mengeluarkan sampah-sampah dan racun dalam tubuh kita
3. Katalisator dalam metabolism tubuh serta mampu meredam benturan bagi organ fital
4. Pelumas bagi sendi-sendi dan menstabilkan suhu tubuh.

1. TUJUAN
1. Mempertahankan cairan tubuh
2. Memperbaiki cairan asam basah
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat
2. INDIKASI
1. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat
2. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
3. Pada pasien yang tersendat makanan

4. KONTRA INDIKASI
1. Pada pasien yang terkena luka bakar di bagian oral
2. Pasien yang koma
5. HAL-HAL YANG HARUS DI PERHATIKAN\
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman di sekitar pasien
2. Sebelum di berikan di periksa dahulu, apakah sudah sesuai atau tidak
3. Peralatan minuman harus bersih
4. Pehatikan keluhan pasien pada waktu minum serta reaksi setelah minum

6. PROSEDURTINDAKAN
1. Persiapan perawats
a. Memperhatikan sikap ( etika) dalam memberikan pelayanan
b. Memiliki kemampuan praktek dalam memberikan minuman kepada pasien
c. Memiliki kemampuan komunikasi aktif dengan pasien
2. Persiapan pasien
a. Pasien di beri penjelasan terhadap apa yang akan di lakukan
b. Jaga prifasi pasien dan minta persetujuan untuk memberikan tindakan
3. Persiapan lingkungan
Membersihkan atau merapikan lingkungan dan mengantisipasi bau.

4. Pesiapan alat dan bahan


a. Meja / baki
b. Air minum dalam gelas dan sedotan
c. Gelas ukuran kalau sirup
d. Tissue
e. Bengkok 2 buah
f. Pengalas
5. prosedur
a. Cuci tangan
b.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Kaji kondisi pasien
d. Bantu untuk meminumkannya

Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon pasien

e. Cuci tangan

Alat dan Bahan:

1. Meja / baki
2. Air minum dalam gelas dan sedotan
3. Gelas ukuran kalau sirup
1. Tissue
2. Bengkok 2 buah
3. Pengalas

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan
2.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Kaji kondisi pasien
4. Bantu untuk meminumkannya
5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon pasien
6. Cuci tangan
Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan
penyebab terjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik
asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na
dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

Tanda fisik dehidrasi


Ringan (kurang dari 5 %) Defisit Sedang (5-8%) Berat (9-12%) defisit 6 liter Sangat berat (lebih
2,5 liter defisit 4 liter dari 12 %)
 Haus sedkit    Sangat haus  Komatus
 Membram mukosa  Turgor kulit  Keadaan
kering berkurang dan umum
 Urine pekat tekanan bola mata memburuk
o Rasa haus sedang menurun  Tanda-tanda
o Turgor kulit  Oliguria (kurang syok
menurun dari 400 ml/ urine 24
(elastisitas) , jam)
terutama lengan ,
dahi , abdomen  

Pemberian cairan per oral dengan cara :

1. Minum biasa

Menggunakan gelas yang berisi air dan sedotan.

1. Cara membuat larutan gula garam  :

1. gula dua sendok teh penuh


2. Garam satu sendok teh
3.  Air  masak 1 gelas
4. Campuran  diaduk sampai larut benar

1. Larutan Oralite

1. Siapkan 1 gelas (200 ml) air yang telah dimasak / air teh
2. Kemudian  masukan 1 bungkus bubuk oralit kedalam gelas
3. Aduk  sampai larut benar

 
B. MEMBERIKAN CAIRAN IVFD

A. PENGERTIAN IVFD

Infuse adalah pemasuka suatu cairan atau obat dalami tubuh melalui rute intravena dengan
laju konstan selama periode waktu tertentu. Infuse dilakukan untuk seseorang pasien yang
membutuhkan obat sangat cepat atau membutuhkan pemberian obat secara pelan tetapi terus
menarus.

Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering
dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah
tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas
apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan, sehingga
kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus dapat dikurangi, bahkan
tidak terjadi (Priharjo, 2008).

Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukan cairan melalui


intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan
pemberian makanan (Aziz,2008)

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)

Jadi Pemberian cairan intravena (infus) adalah Memasukkan cairan atau obat langsung
melalui pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set.

B.TUJUAN

1. Mempertahankan atau menganti cairan tubuh yang hilang

2. Memperbaiki keseimbangan asam basa

3. Memperbaiki komponen darah

4. Tempat memasukkan obat atau terapi intra vena

5. Rehidrasi cairan pada pasien shock


C. HAL-HAL YANG HARUS DI PERHATIKAN   
  
1. selalu memeriksa tindakan kewaspadaan yang diberikan oleh pabrik obat.
2. jangan mencampurkan aditif dengan darah.
3 . jangan membiarkan larutan untuk diinfuskan selama lebih dari 24 jam.
4. ikuti petunjuk pabrik mengenai penyimpanan dan keamanan.
5. jagan mencampur dua jenis obat intravena dalam spuit yang sama untuk pemberian
intravena.
6 . bila kerja sampingan dari kedua obat tidak diketahui, berikan dengan normal salin steril
diantara pemberian kedua obat tersebut.
7. selalu mengenali lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pemberian semua jenis obat
intravena.

D.INDIKASI

1.Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat


2. .Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui IV
3. .Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau intramuskuler
4. .Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
5. .Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
6. Klien yang mendapatkan tranfusi darah
7. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga
untuk memudahkan pemberian obat)
8. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan
cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga
tidak dapat dipasang jalur infus.

E. KONTRA INDIKASI

Infus dikontraindikasikan pada daerah:


1. Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis
2. Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
3 Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis
4. Vena yang sklerotik atau bertrombus
5 . Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
6. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit
7. Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)
8. Lengan yang mengalami luka bakar

F. PROSEDUR TINDAKAN

1. Perawatan perawat
a. Perawat harus mencegah terjadi infeksi
b. Perawat harus perhatikan perawatan pada tempat pemasangan infuse
2. Persiapan Pasien
Jelaskan pada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan (meliputi proses pungsi vena,
informasi tentang lamanya infus dan pembatasan aktivitas)
Jika pasien akan menggunakan anestesi lokal pada area insersi, tanyakan adanya alergi
terhadap anestesi yang digunakan
Jika pasien tidak menggunakan anestesi, jelaskan bahwa nanti akan muncul nyeri ketika
jarum dimasukkan, tapi akan hilang ketika kateter sudah masuk.
Jelaskan bahwa cairan yang masuk awalnya akan terasa dingin, tapi sensasi itu hanya
akan terasa pada beberapa menit saja.
Jelaskan pada pasien bahwa jika ada keluhan/ketidaknyamanan selama pemasangan,
supaya menghubungi perawat.

3. Persiapan Alat

1. Standar infuseSet infuse


2. Cairan sesuai program medic
4 . Jarum infuse dengan ukuran yang sesuai
4. Pengalas
5. Torniket
6. Kapas alcohol
7. Plester
8. Gunting
9. Kasa steril
10. Betadin
11. Sarung tangan

4. Persiapan lingkungan

1. Lingkungan yang nyaman


2. Pasang skerm (untuk privasi pasien)
3. Tanyakan pada pasien untuk BAB dan BAK atau tidak.

F. PROSEDUR KERJA

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses selang
ke botol infuse
4. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan
buka klem slang hingga cairan memenuhi selang dan udara selang keluar
5. Letakkan pangalas di bawah tempat ( vena ) yang akan dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan dengan torniker ( karet pembendung ) 10-12 cm di atas tempat
penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular (bila sadar)
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Disinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol
9. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da
posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas
10. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik keluar bagian
dalam ( jarum ) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena
11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena
dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian
infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse
12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
13. Lakukan fiksasi dengan kasa steril
14. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

G. DOKUMENTAS

Pendokumentasian keperawatan harus jelas :

 waktu pemasangan
 tipe cairan
 Tempat insersi (melalui IV)
 Kecepatan aliran (tetesan/menit)
 Respon klien setelah dilakukan tindakan pemasangan infuse

3. PERAWATAN INFUS.

Setelah pemasangan infus selesai dilakukan, untuk mencapai penatalaksanaan yang


efektif, perawatan pasca pemasangan perlu dilakukan. Pada pasien rawat inap, perawatan infus
lebih banyak dilakukan oleh perawat, tetapi seorang dokter yang baik setidaknya melakukan
perawatan infus ini setidaknya 1 kali jika rawat inap, dan lebih sering pada kegawatdaruratan dan
perawatan intensif.

1. Penilaian Kondisi Klanul Infus

Kondisi kanul perlu dinilai untuk melihat potensi kanul infus, tanda peradangan pada kulit,
posisi kanul,kondisi plaster fiksasi. Penilaian ini dilakukan tiap pergantian botol infus maupun
adanya perpindahan pasien antar departemen (misalnya ke departemen radiologi untuk
pengambilan foto rotgen) Semua kondisi dan perlakuan harap dicatat dalam rekam medis pasien.

Penilaian terhadap masih perlunya infus terpasang juga harus dilakukan secara rutin. Jika
pasien sudah dapat meminum obat secara oral dan infus dipertimbangan tidak diperlukan lagi,
pelepasan infus harus secepatnya dilakukan.
2.  Perawatan Infus Seterawatan INFUS SET

Penanda tambahan obat pada cairan infus yang diberikan sebaiknya ditempel di selang infus.
Kebiasaan menuliskan penambahan obat di botol infus sebaiknya ditinggalkan, selain
dikarenakan akan merusak botol atau tumpahnya cairan juga dikarenakan mudah hilangnya
dokumentasi akibat penggantian botol. Tanda ini perlu mendapat perhatian bagaimana kondisi
tertempelnya di selang infus, jangan sampai longgar ataupun menekan selang infus.

Pelepasan selang infus baik dari botol maupun dari hubungan ke kanul infus sebaiknya
dihindari. Pelepasan ini boleh dilakukan pada kondisi penggantian botol infus, mengganti baju
pasien atau pengambilan foto rontgen. Selain kondisi di atas, pelepasan selang infus dari
sambunganya, infus set harus diganti secara keseluruhan.

Penggantian infus set juga dilakukan jika letak pemasangan infus diganti dan juga setelah
pemberian darah atau komponenen darah.

Sebelum penggantian infus set, lakukan terlebih dahulu pembersihan ujung-ujung tempat
pemberian injeksi dan selang infus, dengan menggunakan alkohol 70% dan dibiarkan mengering.
Jangan menggunakan antiseptik berbahan chlorhexidine.

3.  Durasi Terpasangnya Infus

Infus tidak boleh terpasang lebih dari 72 jam di satu tempat pemasangan. Jika telah
mendekati waktu 72 jam, lakukan penilain dengan pertimbangan infus akan dilepas atau
dipindah berdasarkan kepentingan medis pasien. Infus harus dilepas jika ada tanda-tanda
peradangan ataupun trombosis.

Jika tidak ada tanda-tanda peradangan, infus dapat dipertahankan lebih dari 72 jam dengan
pertimbangan:

 Pemasangan infus baru diperkiran akan sulit dilakukan, atau adanya resiko yang berat
pada pemasangan ulangan.
 Diperkirakan infus hanya dipakai tidak lebih dari 24 jam lagi

Jika infus memang harus digunakan untuk waktu yang lama, pertimbangkan untuk pemasangan
infus vena sentral.

4. Perawatan Plester Fiksasi Infus

Plester yang berguna untuk fiksasi harus tetap terpasang selama infus terpasang, kecuali
ketika lembab, terkumpulnya darah ataupun tidak lengket lagi. Jika ada penggunaan perban,
perban itu harus diganti tiap hari ataupun jika telah kotor dan lembab.

Prosedur Penggantian Plester Fiksasi


1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan dan pastikan keadaan yang aseptik selama prosedur
3. Lepaskan plaster dengan hati-hati, jangan sampai menggeser ataupun melepas kanul yang
telah terpasang.
4. Bersihkan darah yang tampak dengan menggunakan NaCl 0,9%
5. Dekontaminasi area dengan menggunakan Chlorhexidine dan alkohol 70% dan biarkan
mengering
6. Plester baru dapat dipasang kembali

5.  Edukasi Pasien

Pengetahuan pasien mengenai pentingnya menjaga infus sangat beraagam, untuk itu pasien-
pasien perlu diingatkan untuk menjagaanya. Setelah melakukan penilaian ataupun tindakan
terhadap infus dilakukan, ingatkan pasien untuk:

 Tidak menyentuh tempat pemasangan ataupun plester


 Jika menggunakan alat tambahan, misalnya pompa infus, ingatkan juga pasien untuk
tidak menyentuhnya.
 Pastikan area pemasangan tetap kering dan jangan banyak bergerak
 Melaporkan ke perawat jika mengalami nyeri, bengkak ataupun kemerahan pada tempat
pemasangan

6. Flushing Infus 

Jika memungkinkan, pada infus tetap ada mengalir cairan. Jika tidak, maka infus harus
dilakukan flushing. Flushing dilakukan pada saat:

1) Setelah infus terpasang, untuk memastikan pemasangan infus telah benar


2) Sebelum penyuntikan obat ataupun penggantian botol infus, untuk memastikan infus masih
paten
3) Diantara 2 medikamen, untuk menghindari efek yang tidak diinginkan dari interaksi obat-
obat yang diberikan
4) Setelah penyuntikan obat, untuk menghilangkan zat iritan
5) Setelah pengambilan darah, untuk membersihkan kanul dari darah
6) Pada pasien yang infusnya tidak mengalir cairan secara terus menerus, pada pasien ini
flushing dilakukan tiap 8 jam

Interval waktu dan cairan yang digunakan saat flushing harus dicatat dalam rekam medis.

7. Pengambilan Darah Melalui Infus

Pengambilan darah melalui infus hanya dapat dilakukan segera setelah pemasangan infus,
kecuali jika infus bertujuan hanya untuk pengambilan darah.
Cara Menghitung Tetesan Infus :

a. Dewasa

Tetesan/Menit =

       Keterangan :

1cc =20 tetes makro =60 tetes mikro

Comoh Soal :

1.      Seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000ml (2 botol) infus dalam waktu

satu jam, maka tetesan permenit ?

Jawab : Jumlah tetesan/menit =

2.      Berapa tetes macro per menit tetesan 500 cc infus RL harus diberikan agar habis dalam 4
jam?
Jawab :
  Jumlah cc Rl yang diberikan perjam : 500 cc ÷ 4 jam = 125 cc/jam
  Jumlah cc RL yang diberikan per menit :
125 cc ÷ 60 = 2,083 cc/menit
  1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
Jadi 2,083 cc = (2,083 x 20) = 41,66 tetes makro
(2,083 x 60) 124,98 tetes mikro.

b. Anak :

Tetesan/Menit =

            Contoh Soal :

1.      Seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengna 250 ml infus dalam waktu 2
jam, maka tetesan permenit ?

Jawab : Jumlah tetesan/menit =


  

Mengukur Intake dan Output Cairan


            Pengukuran intake dan output cairan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan jumlah cairn yang keluar dari
tubuh (output). Tujuan dari mengukur intake dan output cairan yaitu untuk menentukan status
keseimbangan cauran tubuh klien dn juga untuk menetukan tingkat dehidrasi klien.

                        Prosedur :

a.       Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan yang masuk ke dalam
tubuh melalui air minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme) dan cairan
intrvena.

b.      Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, cairan yang keluar dari tubuh
terdiri atas urine, insensible water loss (IWL), feses, dan muntah.

c.       Tentukan kseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus intake-output.

Keseimbangan Intake dan Output :

a. Rata-rata intake cairan perhari :

1). Air minum : 1500 - 2500 ml

2). Air dari makanan : 750 ml

3). Air hasil metabolism oksidatif : 300 ml

b. Rata-rata output cairan perhari :

                                1). Urine : 1-2 cc/kgBB/jam

                                2). Insensible water loss :

                                      - dewasa : IWL = 10-15 cc/kgBB/hari

                                      - anak-anak : IWL = 30-umur th cc/kgBB/hari

                                      - bila ada kenaikan suhu :

                                        IWL = 200 (suhu sekarang sampai 36,8oC)

     

3). FESES : 100-200 ML


  Monitoring Tetesan Infus Dan Balance Cairan
 Konsep cairan tubuh Cairan tubuh sebanyak 60% terdiri dari : Cairan intraseluler 40%
Cairan ekstraseluler 20%, terdiri dari : Plasma darah 5% Cairan interstisial 15%
 Konsep cairan tubuh Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen cairan: ruang
intraseluler (cairan dalam sel) dan ruang ekstraseluler (cairan di luar sel). Kurang lebih
dua pertiga dari cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intraseluler, dan
kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal. Kompartemen cairan ekstraseluler lebih
jauh dibagi menjadi ruang cairan intravaskular, interstisial, dan transeluler. Ruang
intravaskular (cairan dalam pembuluh darah) mengandung plasma. Kurang lebih 3 liter
dari rata-rata 6 liter cairan darah terdiri dari plasma. Tiga liter sisanya terdiri dari eritrosit,
leukosit, dan trombosit. Ruang interstisial mengandung cairan yang mengelilingi sel dan
berjumlah sekitar 8 liter pada orang dewasa.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit Usia Penyakit
terminal/kronis; kanker, diabetes melitus, malnutisi, PPOK, gangguan ginjal. Trauma;
kecelakaan, cedera kepala, dan luka bakar Obat-obatan; diuretik, steroid, TPN Penurunan
fungsi gastrointestinal : GE, fistula Kondisi lingkungan, high temperature
 Teori penghitungan tetesan infus Cara penghitungan tetesan infus: Macro (Tts/mnt) :
Jumlah cairan x drip factor (20) Lama infus x 60 Lama infus Macro (Jam) : Jumlah cairan
x 20   TPM x 60
 Teori penghitungan tetesan infus Micro (Tts/mnt): Jumlah cairan x 60 Lama infus x 60
Lama infus Micro (Jam) : Jumlah cairan x 60 TPM x 60 Drip factor : Untuk macrodrip
→ 20 (infusion set), 15 (transfusion set) Untuk microdrip → 60  
 Pengukuran keseimbangan cairan Mengukur dan mencatat seluruh masukan (intake) dan
keluaran (output) cairan selama 24 jam membantu melengkapi pengkajian data dasar
untuk cairan, elektrolit, dan keseimbangan asam-basa. Masukan cairan meliputi seluruh
cairan yang masuk secara oral, melalui selang makanan, dan secara parenteral (Potter &
Perry, 1997).
 Pengukuran keseimbangan cairan Gunakan rumus berikut ini sebagai panduan untuk
menghitung kebutuhan cairan pada orang dewasa dalam 24 jam: BB x 30 ml  Untuk
menghitung Insensible Water Loss (IWL), gunakan pedoman: 15 - 20 ml/kgBB/24 jam.
Gunakan rumus berikut ini untuk menghitung keseimbangan cairan: B = I - (O + IWL)  
B : Keseimbangan (balance) cairan I : Masukan (intake) cairan O: Keluaran (output)
cairan IWL: Insensible Water Loss (IWL)
 INSENSIBLE WATER LOSS (IWL) Insensible Water Loss Dewasa 15 - 20 cc/kg BB/
24 jam Anak â- anak 25 cc/kg BB / 24 jam Nenonatus 30 cc/kg BB/24 jam Kenaikan
suhu 1oC membutuhkan peningkatan IWL sebanyak 12,5% Kenaikan 25% dst
 Insensible Water Loss (IWL) Intake Output Cairan oral 1300 ml Urin 1500 ml Air dalam
makanan 1000 ml Feses 200 ml Air yang dihasilkan Insensible Water Loss (IWL)
melalui metabolisme 300 ml Paru-paru 300 ml Kulit 600 ml Total 2600 ml Total 2600 ml
(Dikutip dari Metheny, N. (1997). Fluid and electrolyte balance: Nursing considerations.
Philadelphia: JB Lippincott)    
 Perhitungan Balance cairan Dilakukan minimal setiap 24 jam Pada Pasien Kritis setiap
shift jaga Hasil perhitungan harus ditindak lanjuti Perhatikan penggunaan obat yang
berhubungan dgn cairan
CARA MELEPASKAN INFUS

Pengertian

Melepaskan  infus adalah pencabutan cairan yang telah dimasukkan ke dalam tubuh pasien
melalui pembuluh darah karena keadaan pasien yang sudah membaik.

Tujuan

Agar tidak timbulnya reaksi alergi, emboli udara, infeksi, edema paru-paru pada pasien.

Indikasi :

Bagi pasien yang sudah mendapat izin dari dokter untuk pulang, sembuh dan bagi pasien yang
sudah terpenuhi oksigennya

Kontra Indikasi:

Bagi pasien yang belum sembuh dan mendapatkan izin dari dokter untuk pulang sarta belum
terpanuhi oksigennya.

Persiapan Alat

1. Perlak dan pengalas


2. Sarung tangan
3. Kapas alkohol larutan antiseptik (klorheksidin glukonat 2%, alcohol 60-90% atau PVI
10%
4. Plester bedah atau band aid steril, kasa 2×2 cm,
5. Gunting plester
6.  Bengkok

Prosedur

1. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan


2. Mendekatkan alat
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak dan pengalas
5. Memakai sarung tangan
6. Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas alkohol
7. Melepas plester dan kassa dari kulit
8. Menekan tempat tusukan dengan kapas alkohol dan mencabut infus pelan-pelan
9. Menekan kapas alkohol dengan plester
10. Membereskan alat dan merapikan pasien
11. Melepas sarung tangan
12. Mencuci tangan
13. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

MEMBERIKAN MINUM SECARA ORAL DAN MEMBERIKAN


IVFD (INFUS)

DOSEN PENGAJAR : I TAURAN,S,KEP,NS,M.KES

OLEH :
Kelompok 2
Astuti Basmar Bugis
Eka Agustiani Mujiono
Fajria Mewar
Irna Sampolawa
Junita Elake
Nur Hakiki Rumatumia
Siti Amanda Lewalaking
( TK I C )

Yayasan Whana Bhakti Karya Husada Akper Rumkit


TK III Dr.J.A Latumeten
Ambon
2016
KATA PENGANTAR

Puji syikur kami sepenuh langit dan bumi kami panjatkan pada tuhan yang Maha ESA
yang telah memberikan kemampuan kepada kami untuk menyelesaikan masalahh KDM dengan
teman-teman memberikan minuman melalui oral dan pemberian IVFD “ tepat pada waktunya
kami juga mengucapkan terimah kasi kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makala ini.
Kami menyadari banyak kekeurangan dalam penulisan makalah ini oleh karena itu kami
berharap ibu dosen dan siapa saja yang membaca makalah ini berkenan memberikan masukan
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan untuk kesempurnaan makalah ini kedepanya.
Dan kami penulis berdo’a semoga makalah ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
bagi siapa saja yang membaca makalah ini amin….

Ambon mei, 2016


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semua orang pasti kekurangan cairan yang di mana di lakuka pemberian cairan melalui
oran dan intra vena. Terumatama pada orang sakit membutuhkan lebih banyak membutuhkan
cairan di dalam tubuh sebagai pemulihan da penyembuhan

Member cairan minum melalui oral dan IVFD pada pasien-pasien yang mengalami
gangguan tertentu bisa di bantu oleh perawat, keluarga atau berkolaborasi antara ke duanya.
Contoh pasien yang mengalami pembedahan membutuhkan diet yang banyak mengandung
vitamin C dan protein karena ini membantu penyembuhan.dan juga protein secara khusus untuk
melawan infeksi anti body yang digunakan tubuh untuk melawan infeksi adalah protein. Tetapi
orang sering menggunakan IVFD ketika mengalami pembedahan atau cedera ketika mengalami
cedera atau mengalami sakit beserta demam. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving
seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi
dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan. Agar
lebih jelas sebelumnya saya akan menjelaskan apa itu infus dan apa tujuan pemasangan infus
sendiri
Pemberian cairan intravena (infus) Memasukkan cairan atau obat langsung melalui
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set .seperti
ini gambar infus set.
,
B. TUJUAN
1) Dapat memahami arti penting dari pemunuhan kebutuhan caira
2) Dapat memahami dan melaksanakan cara-cara pemberian minum melalui oral dan cairan
IVFD.
3) Bisa memgetahui perawatan dan melepaskan IVFD.
C. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang di maksut dengan pemenuhan kebutuhan cairan kepada pasien.
2) Bagaimana cara memberikan minum melalui oral dan IVFD.
3) Bagaimana cara perawatan dari pemberian minum melalui oral dan IVFD menurut SOP.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Perumusan masalah
BAB II. PEMBAHASAN
1. MINUM MELALUI ORAL
A. Pengertian
B. Tjuan
C. Macam-macam
D. Indikasi
E. Kontra Indikasi
F. Pelaksanaan
G. Hal-hal yang harus di perhatikan
2. IVFD
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Hal-hal yang harus di perhatikan
D. Indikasi
E. Kpntra indikasi
F. Prosedur kerja
G. Dokumentasi
3. PERAWATAN INFUS
4. CARA MENGHITUNG TETESAN
5. CARA MELEPASKAN INFUS.
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULA

Rumah sakit adalah suatu wadah atau tempat pelayanan keaehatan yang berusaha untuk
mencapai pemulihan penderita dalam waktu sesingkat mungkin, dan salah satu untuk mencapai
tujuan tersebut adalah pelayanan energi yang meliputi penyelenggaraan makanan, pembwerian
cairan per oral yang memenuhi kebutuhan energy dan termaksut oleh setiap pasien merupakan
salah satu factor untuk mempercepat proses pemulihan atau kesembuhan pasien. Pemberian
cairan per oral Merupakan cara pemberian cairan melalui mulut dengan tujuan mencegah,
mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat. jadi Pemberian cairan
intravena (infus) adalah Memasukkan cairan atau obat langsung melalui pembuluh darah vena
dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Yang bertujuan untuk
mempertahankan cairan tubuh yang hilang dan menjaga keseimbangan asam basah. Biasanya
pada pasien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau intramuskuler.

Setelah pemasangan infus selesai dilakukan, untuk mencapai penatalaksanaan yang


efektif, perawatan infus ini setidaknya 1 kali jika rawat inap, dan lebih sering pada
kegawatdaruratan dan perawatan intensif. Seperti Penilaian Kondisi Klanul Infus,  Perawatan
Infus Set,  Durasi Terpasangnya Infus, Perawatan Plester Fiksasi Infus. Dan perawat harus bisa
menghitung tetesan/menit pada anak-anak dan orang dewasa. Serta mengukur intake dan
ouput cairan. Yang di mana  Pengukuran intake dan output cairan merupakan suatu tindakan
yang dilSakukan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan jumlah
cairn yang keluar dari tubuh (output). Tujuan dari mengukur intake dan output cairan yaitu
untuk menentukan status keseimbangan cauran tubuh klien dn juga untuk menetukan tingkat
dehidrasi klien.

B. SARAN

Untuk petugas kesehatan dan maha siswa akademik keperawatan agar lebih memperhatikan
prosedur dalam setiap melakukan tindakan keperawatan agar pasien merasa nyaman dan
mempercepat kesembuhan pasien secara pisikologis.

erawatan

Anda mungkin juga menyukai