Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan Laporan dengan judul
“Keunggulan Kompetitif Wilayah Kabupaten Bekasi”.
Penulis dalam menyelesesaikan laporan ini telah banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada, Ibu Dr. Tri Ratna Saridewi, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing
mata kuliah Perencanaan Pembangunan Wilayah Perdesaan yang telah bersedia meluangkan
waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi serta mengarahkan
penulis dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari seutuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna karena
terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman penulis. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
berguna dan bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Jumlah Produksi Tanaman Sayuran Semusim Tahun 2020 (Dalam Ton) .......................... 5
Tabel 4. 2 Jumlah Produksi Tanaman Biofarmaka Tahun 2020 (Dalam Ton) ................................... 6
Tabel 4. 3 Jumlah Produksi Buah-Buahan, Sayuran, dan Perkebunan Tahun 2020 (Dalam Ton) ........ 7
Tabel 4. 5 Jumlah Produksi Tanaman Sayuran Semusim Tahun 2019 (Dalam Ton) .......................... 9
Tabel 4. 6 Jumlah Produksi Tanaman Biofarmaka Tahun 2019 (Dalam Ton) ................................. 10
Tabel 4. 7 Jumlah Produksi Buah-Buahan, Sayuran, dan Perkebunan Tahun 2019 (Dalam Ton) ..... 11
Tabel 4. 10 Hasil Perhitungan Proporsional Shift Share (PSS) Pada Tanaman Sayuran Semusim..... 13
Tabel 4. 11 Hasil Perhitungan Proporsional Shift Share (PSS) Pada Tanaman Biofarmaka .............. 14
Tabel 4. 12 Hasil Perhitungan Proporsional Shift Share (PSS) Pada Buah-Buahan, Sayuran, dan
Perkebunan ............................................................................................................. 14
Tabel 4. 13 Hasil Perhitungan Differential Shift Share (DSS) Pada Tanaman Sayuran Semusim...... 15
Tabel 4. 14 Hasil Perhitungan Differential Shift Share (DSS) Pada Tanaman Biofarmaka ............... 16
Tabel 4. 15 Hasil Perhitungan Differential Shift Share (DSS) Pada Buah-Buahan, Sayuran, dan
Perkebunan ............................................................................................................. 17
Tabel 4. 16 Hasil Differential Shift Share (DSS) Berdasarkan Hasil Produksi Pertanian Tahun 2019
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan didapat dalam pembuatan laporan ini agar penulis dapat
menetapkan produk dan kecamatan yang mempunyai keunggulan kompetitif di
Kabupaten Bekasi
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat adalah mengetahui komoditas dari kecamatan yang
memiliki keunggulan komptitif di Kabupaten Bekasi berdasarkan Regional Agregat Shift
Share (RASS), Proportional Shift Share (PSS), dan Differential Shift Share (DSS)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keunggulan Kompetitif
Dalam pengembangan suatu wilayah selain potensi keunggulan komparatif perlu
diketahui pula keunggulan kompetitif. Metode yang digunakan adalah Analisis Shift
Share (SSA), merupakan metode yang menghitung seberapa besar nilai share
(kontribusi) komoditas-komoditas atau desa terhadap pertumbuhan komoditas yang
bersesuaian di tingkat kecamatan. Sehingga dapat diketahui komoditas ataupun wilayah
(desa) yang dapat memberikan kontribusi terbesar (keunggulan kompetitif) terhadap
pertumbuhan wilayah yang lebih luas (kecamatan).
Sebagai indikator digunakan jumlah produksi dan setiap komoditas pada dua titik
waktu. Analisis dibagi menjadi tiga komponen, yaitu komponen pertumbuhan regional
(kecamatan), komponen pertumbuhan proporsional (setiap komoditas) dan komponen
pertumbuhan pangsa local (desa). Adapun tahapan-tahapan perhitungannya adalah
sebagai berikut :
2
Secara matematis ketiga komponen tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
Keterangan :
Kriteria penilaian dalam penentuan adalah jika nilainya lebih besar dari nol (>0) maka
komoditas atau daerah tersebut mempunyai keunggulan kompetitif atau relatif lebih maju atau
memberikan kontribusi yang nyata atau memiliki daya saing sehingga cukup layak untuk
dikembangkan. Demikian pula sebaliknya jika nilai perhitungan lebih kecil dari nol (<0).
3
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
3.1 Waktu dan Tempat Penulisan
Hari : Minggu
Tanggal : 9 Mei 2021
Lokasi : Rumah pribadi penulis
2) Bahan
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan laporan praktikum ini adalah Data
Produksi Pertanian Kabupaten Bekasi, yang diperoleh dari data BPS Kabupaten
dalam Angka, tahun terakhir yang tersedia.
4
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Produksi Pertanian di Kabupaten Bekasi
4.1.1 Data Produksi Pertanian di Kabupaten Bekasi Tahun 2020
Tabel 4. 1
Jumlah Produksi Tanaman Sayuran Semusim Tahun 2020 (Dalam Ton)
5
Tabel 4. 2
6
Tabel 4. 3
Jumlah Produksi Buah-Buahan, Sayuran, dan Perkebunan Tahun 2020 (Dalam Ton)
7
Tabel 4. 4
8
4.1.2 Data Produksi Pertanian di Kabupaten Bekasi Tahun 2019
Tabel 4. 5
9
Tabel 4. 6
10
Tabel 4. 7
1 Setu 3,8 12,4 74,2 24,4 46 135,5 24,1 58,1 1378 74,5 5,9 230,6 7,6 2,9 2077,96
2 Serang Baru 0 2,5 15 59,1 1354,4 529,5 30 124,7 450 9 51,9 43,5 0 3,6 2673,2
3 Cikarang Pusat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18,5 18,45
4 Cikarang Selatan 0 3,3 26 3 63,9 22,7 20,6 18,4 18 1,7 10,1 31,8 1,5 14,9 235,94
5 Cibarusah 0 0 0 0 57,2 238,4 0 378 23,8 0 0 0 0 5,7 703,06
6 Bojongmangu 0 0 0 0 0 230 0 3345,4 0 0 0 0 0 22,2 3597,56
7 Cikarang Timur 0 0 0,7 1 0 0 0,5 29,5 0 0 0 0 0 8,6 40,28
8 Kedungwaringin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29,7 29,74
9 Cikarang Utara 0 7,4 188 36,3 25 14,3 0 201,6 0 0 9,8 0 0,5 6,2 489,05
10 Karangbahagia 0 0 87,2 21,7 584,2 0 5,8 323,9 0 0 69,8 0 8,2 17,1 1117,9
11 Cibitung 0 7,7 0 6,6 0 15,1 0 1438,3 28,9 5,9 8,7 125,6 42,2 0,7 1679,71
12 Cikarang Barat 0 3,4 3,6 2,5 141 2,8 5,9 4,6 85 2,1 3 283,4 3,6 3 543,9
13 Tambun Selatan 0 6,4 120,4 66,2 262,2 117 17,2 2108 876,2 0 0,8 21 0,5 7,5 3603,4
14 Tambun Utara 0 20,3 5,4 0 108,5 22,5 5,2 62 0 0 0,2 0 0 0,4 224,46
15 Babelan 10 0 128,7 50,6 163,5 35,5 9,6 611,8 0 2,5 11,1 0 37 25,1 1085,4
16 Tarumajaya 4,5 0 46,1 26,1 15,1 3 0 14,1 0 0,9 23,1 0,6 1,5 17,9 152,88
17 Tambelang 0 2,8 50 45 0 2,6 0 118,6 0 0 0 0 0 15,3 234,28
18 Sukawangi 0,6 2,2 4,1 10,1 325,5 90,4 13,4 158,4 0 0 32 0 4 86,5 727,22
19 Sukatani 0 4,9 0,2 77,7 726,2 40 15,9 126,3 0 3 5 0 0 17,5 1016,7
20 Sukakarya 0 0 20,3 1,5 250 6,7 0 22,4 0 0 12,3 0,8 0 40,4 354,43
21 Pebayuran 0 52,6 72,4 123,7 912 74,1 86 129,7 0 1,3 76,2 27 42 125,1 1722,1
22 Cabangbungin 0 22,2 130,2 113,7 821,9 18,2 0 2956,9 0 8,9 229 0,4 13,7 59,9 4375,02
23 Muaragembong 0 8,1 19,9 80,8 615 1569,7 53 973,3 0 0 53,3 0 44,4 53,6 3471,13
KABUPATEN BEKASI 18,9 156,2 992,4 750 6471,6 3168 287,2 13204 2859,9 109,8 602,2 764,7 206,7 582,17 30173,77
11
Tabel 4. 8
CATATAN :
Dalam mengambil data pembanding hasil produksi pertanian, disini penulis mengambil Data Hasil Produksi Pertanian Tahun 2019
dengan beberapa alasan sebagai berikut. (1) adanya perbedaan format hasil produksi pertanian antara tahun 2020 dengan 2019 ke
bawah sangat berbeda dikarenakan adanya pergantian kepala BPS Kabupaten Bekasi. (2) dan dalam katalog data “Kabupaten Bekasi
Dalam Angka” datanya baik itu data demografi, data sarana dan prasarana, serta data hasil produski pertanian lebih lengkap di tahun
2020 atau 2021 dibanding dengan 2019 ke bawah. Dengan pertimbangan 2 hal tersebut maka penulis mengambil data hasil produksi
pertanian tahun 2019 sebagai pembanding dengan data hasil produksi pertanian tahun 2020
12
4.2 Regional Agregat Shift Share (RASS)
Tabel 4. 9
Dapat dilihat dalam Tabel 4.9 dalam menghitung dengan menggunakan cara Regional Agregat Shift Share (RASS) dengan hasil
– 0,0622459 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam perubahan pereknomian khususnya dibidang hasil produksi pertanian di tingkat
kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi dikatakan pertumbuhannya yang lambat. Hal ini terjadi karena dipengerahui oleh hasil
produksi pertaniannya yang tidak menghasilkan (0 Ton), dan adanya produksinya yang menurun atau menyusut pada tahun 2020
misalnya pada Hasil Produksi Cabai di Kecamatan Setu pada tahun 2019 dengan total produksi 43 Ton Cabai, sedangkan di tahun 2020
mengalami penurunan yang sangat drastis dengan total produksi sebanyak 23 Ton Cabai.
Hasil Perhitungan Proporsional Shift Share (PSS) Pada Tanaman Sayuran Semusim
Dapat dilihat dalam Tabel 4.10 dalam menghitung dengan menggunakan cara Proporsional Shift Share (PSS) pada setiap
komoditas di Tanaman Sayuran Semusim memiliki hasil berbeda-beda pada setiap komoditasnya. Komoditas yang mengalami
kenaikan meliputi : (1) Produksi Bayam, (2) Produksi Kangkung, (3) Produksi Kembang Kol, dan (4) Produksi Sawi. Sedangkan
komoditas yang mengalami penurunan meliputi : (1) Produksi Bawang Merah, (2) Produksi Cabai, (3) Produksi Kacang Panjang,
(4) Produksi Ketimun, dan (5) Produksi Terung. Dalam produksi tanaman sayuran semusim lebih banyak komoditas yang
mengalami penurunan dibandingkan dengan komoditas yang mengalami kenaikan
13
4.3.2 Proporsional Shift Share (PSS) Pada Produksi Tanaman Biofarmaka
Tabel 4. 11
Dapat dilihat dalam Tabel 4.11 dalam menghitung dengan menggunakan cara Proporsional Shift Share (PSS) pada setiap komoditas di Tanaman Biofarmaka
memiliki hasil yang berbeda-beda pada setiap komoditasnya. Komoditas yang mengalami kenaikan meliputi : (1) Produksi Jahe, (2) Produksi Lempuyang, dan (3)
Produksi Mengkudu. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan meliputi : (1) Produksi Laos, (2) Produksi Kencur, (3) Produksi Kunyit, dan (4) Produksi
Mengkudu. Dalam produksi tanaman biofarmaka lebih banyak komoditas yang mengalami penurunan dibandingkan dengan komoditas yang mengalami kenaikan.
4.3.3 Proporsional Shift Share (PSS) Pada Produksi, Buah-Buahan, Sayuran, dan Perkebunan
Tabel 4. 12
Hasil Perhitungan Proporsional Shift Share (PSS) Pada Buah-Buahan, Sayuran, dan Perkebunan
Dapat dilihat dalam Tabel 4.12 dalam menghitung dengan menggunakan cara Proporsional Shift Share (PSS) pada setiap komoditas di Produksi Buah-Buahan,
Sayuran, dan Perkebunan memiliki hasil yang berbeda-beda pada setiap komoditasnya. Komoditas yang mengalami kenaikan meliputi : (1) Produksi Alpukat, (2) Produksi
Belimbing, (3) Produksi Jambu Air, (4) Produksi Mangga, (5) Produksi Pepaya, (6) Produksi Sawo, (7) Produksi Sukun, (8) Produksi Petai, dan (9) Produksi Kelapa.
Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan meliputi : (1) Produksi Jambu Biji, (2) Produksi Pisang, (3) Produksi Nangka, (4) Produksi Rambutan, dan (5) Produksi
Melinjo. Dalam produksi Buah-Buahan, Sayuran, dan Perkebunan memiliki hasil yang jauh berbeda dengan produksi tanaman sayuran semusim dan produksi biofarmaka.
Produksi Buah-Buahan, Sayuran, dan Perkebunan memiliki lebih banyak komoditas yang mengalami kenaikan dibandingkan dengan komoditas yang me ngalami
penurunan.
14
4.4 Differential Shift Share (DSS)
Tabel 4. 13
Hasil Perhitungan Differential Shift Share (DSS) Pada Tanaman Sayuran Semusim
KETERANGAN :
Komoditas yang relative lambat dan memiliki hasil produksi pada tahun 2019 dan 2020
Komoditas yang relative lambat dan hanya memiliki satu hasil atau tidak ada hasil produksinya pada tahun 2019 dan 2020 maka ditambahkan 0,001
Komoditas yang relative cepat dan memiliki hasil produksi pada tahun 2019 dan 2020
Komoditas yang relative cepat dan hanya memiliki satu hasil atau tidak ada hasil produksinya pada tahun 2019 dan 2020 maka ditambahkan 0,001
15
Tabel 4. 14
KETERANGAN :
Komoditas yang relative lambat dan memiliki hasil produksi pada tahun 2019 dan 2020
Komoditas yang relative lambat dan hanya memiliki satu hasil atau tidak ada hasil produksinya pada tahun 2019 dan 2020 maka d itambahkan 0,001
Komoditas yang relative cepat dan memiliki hasil produksi pada tahun 2019 dan 2020
Komoditas yang relative cepat dan hanya memiliki satu hasil atau tidak ada hasil produksinya pada tahun 2019 dan 2020 maka ditambahkan 0,001
16
Tabel 4. 15
Hasil Differential Shift Share (DSS) Pada Buah-Buahan, Sayuran, dan Perkebunan
KETERANGAN :
Komoditas yang relative lambat dan memiliki hasil produksi pada tahun 2019 dan 2020
Komoditas yang relative lambat dan hanya memiliki satu hasil atau tidak ada hasil produksinya pada tahun 2019 dan 2020 maka ditambahkan 0,001
Komoditas yang relative cepat dan memiliki hasil produksi pada tahun 2019 dan 2020
Komoditas yang relative cepat dan hanya memiliki satu hasil atau tidak ada hasil produksinya pada tahun 2019 dan 2020 maka ditambahkan 0,001
17
Dari data Tabel 4.13, Tabel 4.14, dan Tabel 4.15 setiap kecamatan memiliki hasil yang berbeda-beda pada setiap komoditasnya. Sehingga dapat disimpulkan dalam
bentuk tabel berikut ini.
Tabel 4. 16
Hasil Differential Shift Share (DSS) Berdasarkan Hasil Produksi Pertanian Tahun 2029 dan Tahun 2020
Nama Hasil Differential Shift Share (DSS) Berdasarkan Hasil Produksi Pertanian Tahun 2019 dan Tahun 2020
No.
Kecamatan Relative Cepat Relative Lambat
Bayam, Cabai, Kangkung, Kembang Kol, Sawi, Laos, Temulawak, Jambu Air,
Bawang Merah, Jamur, Kacang Panjang, Ketimun, Terung, Jahe, Kencur, Kunyit,
Pisang, dan Sawo.
1 Setu Lempuyang, Mengkudu, Alpukat, Belimbing, Jambu Biji, Mangga, Nangka,
Pepaya, Rambutan, Sukun, Melinjo, Petai, dan Kelapa
18
Bawang Merah, Bayam, Cabai, Jamur, Kacang Panjang, Ketimun, Jahe, Laos,
Kangkung, Kembang Kol, Sawi, Terung, Lempuyang, Alpukat, Jambu Air,
14 Tambun Utara Kencur, Kunyit, Temulawak, Mengkudu, Belimbing, Jambu Biji, Pepaya, Pisang,
Mangga, Nangka, Petai, dan Kelapa
Rambutan, Sawo, Sukun, dan Melinjo
Bawang Merah, Jamur, Sawi, Jahe, Laos, Kencur, Kunyit, Temulawak,
Bayam, Cabai, Kacang Panjang, Kangkung, Kembang Kol, Ketimun, Terung,
15 Babelan Mengkudu, Jambu Air, Jambu Biji, Mangga, Nangka, Pisang, Rambutan, Sawo
Lempuyang, Alpukat, Belimbing, Pepaya, Sukun, dan Kelapa
dan Petai
Bawang Merah, Bayam, Cabai, Jamur, Kacang Panjang, Kangkung, Ketimun,
Kembang Kol, Terung, Lempuyang, Alpukat, Belimbing, Jambu Air, Jambu Biji,
16 Tarumajaya Sawi, Jahe, Laos, Kencur, Kunyit, Temulawak, Mengkudu, Mangga, Nangka,
Pepaya, Petai, dan Kelapa
Pisang, Rambutan, Sawo, Sukun, dan Melinjo
Bawang Merah, Bayam, Cabai, Jamur, Kacang Panjang, Kangkung, Terung, Jahe,
Kembang Kol, Ketimun, Sawi, Lempuyang, Alpukat, Belimbing, Jambu Air,
17 Tambelang Laos, Kunyit, Temulawak, Mengkudu, Mangga Nangka, Pisang, Rambutan,
Jambu Biji, Pepaya, dan Kelapa
Sawo, Sukun, Melinjo, dan Petai
Bawang Merah, Bayam, Jamur, Kangkung, Kembang Kol, Terung, Jahe, Laos, Cabai, Kacang Panjang, Ketimun, Sawi, Lempuyang, Alpukat, Belimbing, Jambu
18 Sukawangi
Kencur, Kunyit, Temulawak, Mengkudu, Rambutan, Sawo, dan Melinjo Air, Jambu Biji, Mangga, Nangka, Pisang, Pepaya, Sukun, Petai, dan Kelapa
Bawang Merah, Bayam, Kacang Panjang, Kangkung, Kembang Kol, Sawi,
Cabai, Jamur, Ketimun, Terung, Jahe, Laos, Kencur, Kunyit, Temulawak,
19 Sukatani Lempuyang, Alpukat, Belimbing, Jambu Biji, Mangga, Nangka, Sawo, Sukun,
Mengkudu, Jambu Air, Pepaya, Pisang, Rambutan, dan Melinjo
Petai, dan Kelapa
Bawang Merah, Bayam, Cabai, Jamur, Kacang Panjang, Kangkung, Ketimun,
Kembang Kol, Sawi, Lempuyang, Alpukat, Belimbing, Mangga, Nangka, Pepaya,
20 Sukakarya Terung, Jahe, Laos, Kencur, Kunyit, Temulawak, Mengkudu, Jambu Air, Jambu
Pisang, Sukun, Petai, dan Kelapa
Biji, Rambutan, Sawo, dan Melinjo
Bayam, Kacang Panjang, Kangkung, Kembang Kol, Sawi, Jahe, Kunyit,
Bawang Merah, Cabai,Jamur, Ketimun, Terung, Laos, Kencur, Temulawak,
21 Pebayuran Lempuyang, Alpukat, Belimbing, Jambu Air, Jambu Biji, Mangga, Pepaya, dan
Mengkudu, Nangka, Rambutan, Sawo, dan Melinjo
Pisang, Sukun, Petai, dan Kelapa
Bawang Merah, Bayam, Cabai, Jamur, Kangkung, Ketimun, Terung, Jahe, Laos,
Kacang Panjang, Kembang Kol, Sawi, Lempuyang, Alpukat, Pepaya, Pisang,
22 Cabangbungin Kencur, Kunyit, Temulawak, Mengkudu, Belimbing, Jambu Air, Jambu Biji,
Sukun, Melinjo, dan Kelapa
Mangga, Nangka, Rambutan, Sawo, dan Petai
Bayam, Cabai, Kacang Panjang, Kangkung, Kembang Kol, Ketimun, Lempuyang,
Bawang Merah, Jamur, Terung, Jahe, Laos, Kencur, Kunyit, Temulawak,
23 Muaragembong Alpukat, Belimbing, Jambu Air, Jambu Biji, Mangga, Pepaya, Pisang, Sukun,
Mengkudu, Nangka, Rambutan, Sawo, dan Melinjo
Petai dan Kelapa
Dari Tabel 4.16 ada 3 Kecamatan yang memiliki hasil produksi komoditas yang relative cepat yang sama dengan jumlah komoditas 21 diantaranya : (1) Kecamatan
Cikarang Timur, (2) Kecmatan Tarumajaya, (3) dan Kecamatan Cabangbungin. Sedangkan kecamatan yang memiliki hasil produksi komoditas yang relative lambart dengan
jumlah komoditas 19 ada pada Kecamatan Pebayuran, diikuti dengan Kecamatan Bojongmangu dan Kecamatan Muaragembong dengan jumlah 17 Komoditas.
Dari Tabel 4.16 kita dapat mengetahui komoditas-komoditas unggul yang ada pada setiap kecamatan di Kabupaten Bekasi. Agar komoditas unggulan memiliki nilai
jual lebih tinggi dan dapat meningkatkan perekonomian disetiap kecamatan, maka komoditas unggulan harus diolah agar memiliki nilai tambah. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam meingkatkan nilai tambah komoditas adalah (1) Faktor Produksi (kapasitas produksi), (2) Faktor Sumber Daya Manusia (jumlah tenaga kerja, kualitas
tenaga kerja, dan upah tenaga kerja), (3) Faktor Produk Olahan (kualitas produk olahan, harga jual produk olahan, dan manajemen pengolahan), (4) Faktor Bahan Baku (
kualitas bahan baku, kuantitas bahan baku, dan harga bahan baku), dan (4) Faktor Pasar (manajemen pemasaran).
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam menghitung dengan menggunakan cara Regional Agregat Shift (RASS)
dengan hasil – 0,0622459. Bahwa dalam perubahan pereknomian khususnya dibidang
hasil produksi pertanian di tingkat kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi dikatakan
pertumbuhannya yang lambat. Hal ini terjadi karena dipengerahui oleh hasil produksi
pertaniannya yang tidak menghasilkan (0 Ton), dan adanya produksinya yang menurun
atau menyusut pada tahun 2020.
Menggunakan cara Proporsional Shift Share (PSS) pada hasil produksi pertanian
yang meliputi (1) Produksi Tanaman Sayuran Semusim, (2) Produksi Tanaman
Biofarmaka, dan (3) Produksi Buah-Buahan, Sayuran, dan Perkebunan. Dalam
menghitung dengan menggunakan cara Proporsional Shift Share (PSS) pada setiap
komoditas memiliki hasil yang berbeda-beda pada Produksi Buah-Buahan, Sayuran, dan
Perkebunan memiliki hasil yang jauh berbeda dengan Produksi Tanaman Sayuran
Semusim dan Produksi Biofarmaka. Produksi Buah-Buahan, Sayuran, dan Perkebunan
memiliki lebih banyak komoditas yang mengalami kenaikan dibandingkan dengan
komoditas yang mengalami penurunan. Sedangkan pada Produksi Tanaman Sayuran
Semusim dan Produksi Biofarmaka lebih banyak yang mengalami penurunan
dibandingkan dengan kenaikan hasil komoditasnya.
Hasil Differential Shift Share (DSS) Berdasarkan Hasil Produksi Pertanian Tahun
2029 dan Tahun 2020 ada 3 Kecamatan yang memiliki hasil produksi komoditas yang
relative cepat yang sama dengan jumlah komoditas 21 diantaranya : (1) Kecamatan
Cikarang Timur, (2) Kecmatan Tarumajaya, (3) dan Kecamatan Cabangbungin.
Sedangkan kecamatan yang memiliki hasil produksi komoditas yang relative lambart
dengan jumlah komoditas 19 ada pada Kecamatan Pebayuran, diikuti dengan Kecamatan
Bojongmangu dan Kecamatan Muaragembong dengan jumlah 17 Komoditas.
Dengan menggunakan 3 cara diatas kita dapat mengetahui komoditas unggul yang
ada pada setiap kecamatan di Kabupaten Bekasi. Agar komoditas unggulan memiliki
nilai jual lebih tinggi dan dapat meningkatkan perekonomian disetiap kecamatan, maka
komoditas unggulan harus diolah agar memiliki nilai tambah. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam meingkatkan nilai tambah komoditas adalah (1) Faktor Produksi
(kapasitas produksi), (2) Faktor Sumber Daya Manusia (jumlah tenaga kerja, kualitas
20
tenaga kerja, dan upah tenaga kerja), (3) Faktor Produk Olahan (kualitas produk olahan,
harga jual produk olahan, dan manajemen pengolahan), (4) Faktor Bahan Baku ( kualitas
bahan baku, kuantitas bahan baku, dan harga bahan baku), dan (4) Faktor Pasar
(manajemen pemasaran).
21
DAFTAR PUSTAKA
Bekasi, B. K. (2020). Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2020. Kabupaten Bekasi: BPS Kabupaten
Bekasi.
Bekasi, B. K. (2021). Kabupaten Bekasi Dalam Angga 2021. Kabupaten Bekasi: BPS Kabupaten
Bekasi.
Kuncoro, M. (2020). Strategi Meraih Keunggulan Kompetitif di Era Industri 4.0. Yogyakarta: ANDI
(Anggota IKAPI).
Prahasta, K. A., & Santoso, E. B. (2014). Pengembangan Komoditas Unggulan Sekotr Pertanian
Tanaman Pangan. TEKNIK POMITS, 189.
22