TUGAS 1
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKALOIDA
(Ekstrak Alstonia scholaris)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia
KELOMPOK : 8
KELAS : F
DOSEN PEMBIMBING :
Siti Rofida, S.Si, M.Farm., Apt.
Drs. Herra Studiawan, M.Si., Apt.
Amaliyah Dina Anggraeni, M.Farm., Apt.
B. Latar Belakang
Hasil Susenas 2007 menunjukkan penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam
kurun waktu sebulan sebelum survey 30,90%. Dari penduduk yang mengeluh sakit,
65,01% memilih pengobatan sendiri (swamedikasi) menggunakan obat dan atau obat
tradisional. Penggunaan obat tradisional dalam pengobatan sendiri merupakan suatu
perilaku kesehatan. Pengertian obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Supardi & Susyanti, 2007).
Dalam dosis kecil, alkaloida dapat memberikan efek farmakologis pada manusia.
Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen. Hampir semua alkaloida
yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada beberapa yang
beracun dan ada beberapa yang dapat digunakan untuk pengobatan. Alkaloida pada
umumnya ditemukan dengan kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran
senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Alstonia Scholaris
i. Morfologi dan kegunaan
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris(L.) R.Br.
Keterangan :
S : Simplisia Kulit Pule
P : Pembanding tetrahidroalstonin
Rf pembanding tetrahidrolstonin 0,46
Rf 1. 0,16
Rf 2. 0,24
Rf 3. 0,33
Rf 4. 0,42
Rf 5. 0,46
Rf 6. 0,53
iv. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa
polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam senyawa non polar. Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap proses ekstraksi adalah lama ekstraksi, suhu dan
jenis pelarut yang digunakan. Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan jenis
pelarut adalah daya melarutkan, titik didih, sifat toksik, mudah tidaknya terbakar dan
sifat korosif terhadap peralatan ekstraksi (Rahmawati, 2015).
B. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung nitrogen dengan berat molekul
rendah dan, karena adanya cincin heterosiklik yang mengandung atom nitrogen,
biasanya bersifat basa. Alkaloid dikenal dengan banyak efek farmakologis pada
vertebrata. Metabolit ini dapat dibagi menjadi beberapa kelas menurut prekursornya
(mis., Alkaloid indol adalah alkaloid yang berasal dari triptofan), yang mencakup lebih
dari 20 kelas yang berbeda (mis., alkaloid pirolidid, alkaloid tropana, alkaloid piperidin,
alkaloid piridin, alkaloid quinolizidine, dan alkaloid indole).
Kehadiran alkaloid dan metabolit sekunder lainnya pada tanaman meningkatkan
tingkat reproduksi tanaman, baik dengan meningkatkan pertahanan terhadap tekanan
biotik dan abiotik atau dengan mempengaruhi penyerbuk dan kunjungan penyebar biji /
buah. Strategi pertahanan termasuk keunggulan predator dengan toksisitas atau rasa
pahit atau perbaikan kerusakan oleh antioksidan (Matsuura & Fett-Neto, 2015).
C. Metode Identifikasi
i. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas tergolong "kromatografi
planar." KLT adalah yang metode kromatografi paling sederhana yang banyak
digunakan. Pada KLT, identifikasi awal suatu senyawa didasarkan padaperbandingan
nilai Rf dibandingkan Rf standar (Wulandari, 2011).
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase
diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas) yang menyebabkan terjadinya
perbedaan migrasi dari masing-masing komponen. Perbedaan migrasi merupakan
hasil dari perbedaan tingkat afinitas masing-masing komponen dalam fase diam dan
fase gerak (Wulandari, 2011).
Lempeng diletakkan kedalam bejana kromatografi yang telah berisi fase gerak
Tutup bejana, lalu tunggu hingga fase gerak merambat sampai batas jarak rambat
Keluarkan lempeng lalu keringkan. Amati noda dengan UV 254nm dan 365 nm
Tentukan nilai Rf
IV. HASIL
V. PEMBAHASAN
VI. DAFTAR PUSTAKA
Cai, X. H., Du, Z. Z., & Luo, X. D. (2007). Unique monoterpenoid indole alkaloids from
Alstonia scholaris. Organic letters, 9(9), 1817-1820.
Albert, S., Padhiar, A., Gandhi, D., & Nityanand, P. (2011). Morphological, anatomical and
biochemical studies on the foliar galls of Alstonia scholaris (Apocynaceae). Brazilian
Journal of Botany, 34(3), 343-358.
Reddy, D. S. (2016). Phytochemical Analysis of Active Constituents of Alstonia scholaris
and their Cytotoxicity in vitro. International Journal of Pharmaceutical Sciences and
Research, 7(8), 3262.
Poerba, Y. S. (2007). STUDI KERAGAMAN GENETIK PULAI [Alstonia scholaris (L.) R.
Br.] BERDASARKAN MARKA RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA.
Berita Biologi, 8(5), 353-363.
Wulandari, L. (2011). Kromatografi Lapis Tipis.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Rahmawati, F. (2015). Optimasi penggunaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada
pemisahan senyawa alkaloid daun pulai (Alstonia scholaris LR Br) (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Supardi, S., Susyanti, A. PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DALAM UPAYA
PENGOBATAN SENDIRI DI INDONESIA (ANALISIS DATA SUSENAS TAHUN
2007). Buletin Penelitian Kesehatan, North America, 38, Jul. 2012. Available at:
<http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/100/174>. Date
accessed: 17 Feb. 2020.
Matsuura, H. N., & Fett-Neto, A. G. (2015). Plant Alkaloids: Main Features, Toxicity, and
Mechanisms of Action. Plant Toxins, 1–15.
Kukula-Koch, W. A., & Widelski, J. (2017). Alkaloids. In Pharmacognosy (p. 163- 198).
Academic Press.