KEPERAWATAN JIWA
HALUSINASI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Di Stase Jiwa
Disusun oleh :
Novia Ambarwati
SN201182
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Halusinasi
2. Menarik diri
Masalah :
Hari/ tanggal :
Jam :
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
…
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengenal halusinasi.
c. Klien dapat menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi.
d. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara pertama :
menghardik.
3. Tindakan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b. Bantu mengenal halusinasi dengan cara berdiskusi dengan klien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan muncul dan respon klien saat halusinasi muncul.
c. Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi: bicara dengan
orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan
pada suara tersebut “saya tidak mau dengar!”
A. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum. Selamat pagi.”
”Saya Siti, perawat di sini,Siapa nama Bapak? Senang dipanggil
siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
”Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa keluhan Bapak hari
ini?”
c. Kontrak Waktu
”Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama
ini Bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Dimana kita duduk?
Berapa lama? Bagaimana jika 15 menit?”
2. KERJA
”Apakah Bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang
dikatakan suara itu?Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-
waktu? Kapan yang paling sering Bapak dengar suara? Berapa kali
sehari Bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah
waktu sendiri?”
”Apa yang Bapak rasakan saat mendengar suara itu? Apa yang Bapak
lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?”
“Bapak, ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara itu. Kedua, dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Keempat,
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik. Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul,
langsung Bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, ... saya tidak mau
dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Coba Bapak peragakan! Nah begitu, ... bagus! Coba
lagi! Ya bagus Bapak sudah bisa.”
3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah peragaan latihan tadi? Kalau
suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut.”
b. Evaluasi Obyektif
”Ya Bapak sudah bisa memperagakan latihan tadi.”
c. Rencana Tindak Lanjut
”Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Mau jam berapa
saja latihannya?”
d. Kontrak
- Topik
”Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara kedua?”
- Waktu
”Besok pagi jam9 saya akan datang kesini. Bagaimana, Bapak
bersedia?”
- Tempat
”Besok saya akan ke ruangan ini lagi. Sampai jumpa ya.”
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN JIWA PERILAKU BUNUH DIRI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Di Stase Jiwa
Disusun oleh :
Novia Ambarwati
SN201182
b. Faktor presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
a) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan
hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang
berarti.
b) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi
stress
c) Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
d) Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
4. Akibat
Klien dengan resiko bunuh diri dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya atau mencederai dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah,
dll.
Tanda dan gejala yang ditemui seperti:
a. Memperlihatkan permusuhan.
b. Keras dan menuntut.
c. Mendekati orang lain dengan ancaman.
d. Memberi kata-kata ancaman.
e. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan.
f. Rencana melukai diri sendiri dan orang lain
C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain,dan lingkungan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko bunuh diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah (HDR)
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Diagnosa 2
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan umum:
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
- Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
- Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dana spek positif yang
dimiliki.
Tindakan:
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Hindari penilaian negatif disetiap pertemuan klien
- Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
Tindakan:
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
kerumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dimiliki
Tindakan:
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Diagnosa 3
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan umum:
Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus:
- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
Tindakan :
- Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan
- Meningkatkan harga diri pasien dengan cara:
o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting.
o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien.
o Merencanakan yang dapat pasien lakukan.
- Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara
penyelesian masalah.
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Masalah :
Hari / tanggal :
Jam :
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
…
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengenali masalah bunuh diri.
3. Tindakan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Membantu klien mengenali masalah bunuh diri.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi”
“Saya Siti, perawat disini, siapa nama Bapak? Senang dipanggil
siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
c. Kontrak Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang Bapak
rasakan selama ini? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana
jika 20 menit?”
2. KERJA
”Bagaimana perasaan Bapak setelah bencana ini terjadi? Apakah
dengan bencana ini Bapak merasa paling menderita di dunia ini?
Apakah Bapak kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak merasa tak
berharga atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah Bapak sering
merasakan kesulitan berkonsenterasi? Apakah Bapak berniat untuk
menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri, atau berharap bahwa Bapak
mati? Apakah bapak pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya?
Bagaimana caranya? Apa yang Bapak rasakan?”
“Baiklah, tampaknya Bapak membutuhkan pertolongan segera karena
ada keinginan untuk mengakhiri hidup.”“Saya perlu memeriksa seluruh
isi kamar Bapak untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan Bapak.”
“Nah Bapak, karena Bapak tampaknya masih memiliki keinginan yang
kuat untuk mengakhiri hidup Bapak, maka saya tidak akan membiarkan
Bapak sendiri.”
“Apa yang Bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau
keinginan itu muncul maka untuk mengatasinya Bapak harus langsung
minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau
teman yang sedang besuk. Jadi,Bapak jangan sendirian ya, katakan
pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri
kehidupan.”
“Saya percaya Bapak dapat mengatasi masalah.”
3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak sekarang setelah mengetahui cara
mengatasi perasaan ingin bunuh diri? Coba bapak sebutkan lagi”
b. Evaluasi Objektif
“Bapak terlihat lebih tenang.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Saya akan menemani Bapak terus sampai keinginan bunuh diri
hilang.”
d. Kontrak
- Topik
“Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk berbincang
tentang topik yang sama?”
- Waktu
”Besok pagi jam 8 saya akan datang kesini lagi. Bagaimana,
Bapak mau kan?”
- Tempat
”Tempatnya disini saja ya Pak. Assalamualaikum.”
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN JIWA DEFISIT PERAWATAN DIRI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Di Stase Jiwa
Disusun oleh :
Novia Ambarwati
SN201182
2. Faktor presipitasi
Kurang/ penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri
Menurut Tarwoto (2010) faktor yang mempengaruhi personal higiene
adalah
a. Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya
b. Praktik sosial: pada anak-anak yang selalu dimanjadalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
higiene
c. Status sosial ekonomi: personal higiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakan
d. Pengetahuan: pengetahuan tentang personal higiene sangat penting
karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan
e. Budaya: disebagian masyarakat bila ada individu yang sakit tidak
boleh dimandikan
f. Kebiasaan seseorang: ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri
g. Kondisi fisik atau psikis: pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya
4. Akibat
Klien yang kurang merawat kebersihan dirinya akan beresiko
terganggunya integritas kulit, karena kulit yang kotor akan mudah
terkena luka.
I. POHON MASALAH
Perawatan diri kurang: higiene
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit Perawatan Diri
2. Isolasi Sosial
A. PROSES KEPERAWATAN
1 Kondisi klien
…
2 Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat melakukan kebersihan diri secara
mandiri.
3 Tindakan keperawatan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Melatih klien cara-cara perawatan kebersihan diri.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi?”
“Saya Bu Warsiti, perawat di sini,Siapa nama Bapak? Senang
dipanggil siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
”Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Dari tadi saya lihat Bapak
menggaruk-garuk badan, gatal ya?”
c. Kontrak Waktu
”Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kebersihan diri?
Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika 20 menit?”
2. KERJA
”Berapa kali Bapak mandi dalam sehari? Apakah Bapak sudah mandi
hari ini? Menurut Bapak apa kegunaannya mandi? Apa alasan Bapak
sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut bapak apa manfaatnya kalau
kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak
merawat diri dengan baik seperti apa ya? Badan gatal, mulut bau,
apalagi? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa
menurut bapak yang bisa muncul? Betul, ada kudis, kutu, dll.”
”Apa yang Bapak lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan
saja Bapak menyisir rambut? Apa tujuan sisiran? Berapa kali bapak
cukuran dalam seminggu? Kapan bapak cukuran terakhir? Apa gunanya
cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan? Iya sebaiknya cukuran 2x
perminggu, dan ada alat cukurnya? Nanti bisa minta ke perawat ya.”
”Berapa kali Bapak makan sehari? Apa pula yang dilakukan setelah
makan? Betul, kita harus sikat gigi setelah makan.”
”Dimanabiasanya Bapakkencing/berak? Bagaimana membersihkannya?
Iya kita kencing dan berak harus di wc, nah itu wc di ruangan ini, lalu
jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun.”
”Menurut Bapak kalau mandi itu kita harus bagaimana? Sebelum mandi
apa yang perlu kita persiapkan? Benar sekali bapak perlu menyiapkan
pakaian ganti, handuk, sikat gigi, sampo, dan sabun serta sisir.”
”Bagaimana kalau kita sekarang ke kamar mandi, saya akan
membimbing Bapak melakukannya. Sekarang bapak siram seluruh tubuh
Bapak termasuk rambut lalu ambil sampo gosokkan pada kepala Bapak
sampai berbusa lalu bilas sampai bersih, bagus sekali. Selanjutnya
ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram
dengana air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol. Giginya
disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi Bapak mulai
dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih.
Terakhir siram lagi seluruh tubuh sampai bersih lalu keringkan dengan
handuk. Bapak bagus sekali melakukannya. Selanjutnya bapak pakai
baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dan
mandi serta berganti pakaian? Coba Bapak jelaskan lagi apa saja
cara-cara mandi yang baik yang sudah Bapak lakukan tadi?”
b. Evaluasi Obyektif
”Bapak tadi sudah mempraktikkan cara mandi yang benar.”
c. Rencana Tindak Lanjut
”Mau berapa kali Bapak mandi dan sikat gigi dalam sehari? Dua
kali pagi dan sore, mari kita masukkan jadwal. Beri tanda M
(mandiri) kalau sudah melakukan tanpa disuruh, beri tanda B
(bantuan) kalau diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak
melakukan.”
d. Kontrak
- Topik
”Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk latihan
menyisir rambut?”
- Waktu
”Besok pagi jam 8 saya akan datang ke sini lagi. Bagaimana,
Bapak mau kan?”
- Tempat
”Tempatnya disini saja ya Pak. Assalamualaikum”
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN JIWA ISOLASI SOSIAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Di Stase Jiwa
Disusun oleh :
Novia Ambarwati
SN201182
b. Faktor presipitasi
Menurut stuart dan sundeen (2007) stressor terjadinya isolasi sosial
dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal.
a. Stressor sosial budaya
Dapat memicu kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
b. Stressor biokimia
1. Teori dopamine
Kelebihan dopamine pada mesokartikal serta fragrus saraf dapat
berupa indikasi terjadinya skizofrenia
2. Faktor endokrin
Jumlah TSH yang rendah ditemukan pada klien skizofrenia,
demikian pula proklatin mengalami penurunan karena dihambat
4. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya
terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini
merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptif, dimana
halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/rangsangan eksternal.
Tanda dan gejala yang ditemui seperti (Keliat, 2009):
- Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
- Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
- Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
- Tidak dapat memusatkan perhatian.
- Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), takut.
- Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
C. POHON MASALAH
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
Data objektif:
- Klien berbicara dan tertawa sendiri.
- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
- Disorientasi
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Harga diri rendah
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Tujuan umum:
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi
Tujuan khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tuiuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan/ janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
a. Beri perhatian dan penghargaan: temani klien walau tidak menjawab
b. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan
terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.
2. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan:
a. Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
b. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
Tindakan:
a. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
b. Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.
4. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien dengan
perawat, klien dengan klien lain, klien dengan kelompok, klien dengan
keluarga.
Tindakan:
a. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin
perawat yang sama.
b. Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
c. Tingkatkan interaksi secara bertahap
d. Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
e. Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
f. Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik
5. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain.
Tindakan:
a. Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi/ kegiatan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
6. Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan:
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
Diagnosa 2
Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terpeutik
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilikiklien.
b. Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
c. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampun yang dimiliki
Tindakan:
a. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya
Tindakan:
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
B. PROSES KEPERAWATAN
1 Kondisi klien
…
2 Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
3 Tindakan keperawatan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.
c. Membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang
lain.
d. Membantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan.
C. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi”
“Saya Siti, perawat disini,Siapa nama Bapak? Senang dipanggil
siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
”Bagaimana perasaan Bapak hari ini“Apa keluhan Bapak hari
ini?”
c. KontrakWaktu
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-
teman Bapak?Mau dimanakita bercakap-cakap? Bagaimana kalau
di ruang tamu? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit.”
2. KERJA
(jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan
Bapak? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan Bapak? Apa yang
membuat Bapak jarang bercakap-cakap dengannya?”
(jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang Bapak rasakan selama Bapak dirawat disini? O.. Bapak
merasa sendirian? Siapa saja yang Bapak kenal di ruangan ini”
“Apa yang menghambat Bapak dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan pasien yang lain?”
”Menurut Bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman?
kalau kerugiannya tidak punya teman bagaimana Pak?”
”Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan
orang lain”
”Begini lho Bapak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan
dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi.
”Selanjutnya Bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.”
”Setelah Bapak berkenalan dengan orang tersebut Bapak bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Bapak
bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya.”
3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah kitalatihan berkenalan?”
b. Evaluasi Obyektif
”Bapak tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik
sekali. Selanjutnya Bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita
pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga Bapak lebih siap
untuk berkenalan dengan orang lain.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bapak mau praktikkan lagi....Mau jam berapa mencobanya. Mari
kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
d. Kontrak
- Topik
“Bapak besok kita bertemu lagi ya..untuk mengajak Bapak
berkenalan dengan teman saya perawat N“
- Waktu
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini. Bagaimana,
bapak mau kan?”
- Tempat
”Disini saja ya pak....”Baiklah, sampai jumpa.”
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN JIWA WAHAM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Di Stase Jiwa
Disusun oleh :
Novia Ambarwati
SN201182
Tanda dan gejala pada klien dengan waham, yaitu: terbiasa menolak
makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, ekspresi wajah sedih dan
ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan
tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari
orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan
kegiatan keagamaan secara berlebihan (Direja, 2011).
O. POHON MASALAH
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Kerusakan komunikasi verbal
Q. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan isi pikir: waham
2. Gagguan konsep diri: harga diri rendah
Masalah :
Hari / tanggal :
Jam :
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
…
2. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
c. Klien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
3. Tindakan Keperawatan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Membantu orientasi realita.
c. Mendiskusikan kebutuhan psikologi/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi”
“Saya Siti, perawat di sini,Siapa nama Bapak? Senang dipanggil
siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
c. Kontrak Waktu
“Bisa kita bercakap-cakap Pak? Dimana kita duduk? Berapa lama?
Bagaimana jika 20 menit?”
2. KERJA
”Saya mengerti Bapak merasa bahwa Bapak adalah seorang nabi, tapi
sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setau saya semua nabi
sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus
Pak?”
“Tampaknya Bapak gelisah sekali, bisa Bapak ceritakan apa yang
Bapak rasakan? Oh,, jadi Bapak merasa takut nanti diatur-atur oleh
orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri Bapak sendiri?
Siapa menurut Bapak yang sering mengatur-atur diri Bapak? Jadi, ibu
yang terlalu mengatur-mengaturya Pak, juga kakak dan adik kakak yang
lain? Kalau Bapak sendiri inginnya seperti apa? Oh bagus,,Bapak sudah
punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri. Coba kita tuliskan rencana
dan jadwal tersebut pak. Wah bagus sekali, jadi setiap harinya Bapak
ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan kalau dirumah terus ya.”
3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan
saya?
b. Evaluasi Obyektif
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau jadwal ini Bapak lakukan, setuju Pak?”
d. Kontrak
- Topik
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk berbincang?”
- Waktu
”Nanti 3 jam lagi saya akan datang kesini. Bagaimana, Bapak
mau kan?”
- Tempat
”Tempatnya disini saja ya Pak. Assalamualaikum.”
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN JIWA RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Di Stase Jiwa
Disusun oleh :
Novia Ambarwati
SN201182
2. Penyebab
a. Faktor presipitasi
Faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian masal, dll
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasardan kondisi
sosial ekonomi
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa
e. Adanya riwayat perilaku antisosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya
pada saat menghadapi rasa frustrasi
f. Kematian anggota keluarga terpenting, kehilangan pekerjaan
b. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang
berpengaruh terhadap perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses
impuls agresif: sistem limbik, lobus frontal dan
hipotalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan
dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi,
ekspresi, perilaku dan memori. Apabila ada gangguan pada
sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan
potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus
frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan,
kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai
implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi
dengan pusat agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmiter (epinephrine,nonepinephrine,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam
memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini
sangat konsisten dengan figth atau fligth yang dikenalkan
oleh Selye dalam teorinya tentang respon terhadap stress
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara
perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY
4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi
perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak
khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus
temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis dan epilepsi
khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap
perilaku agresif dan tindak kekerasan
b. Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah.
Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan
prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan
arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka
terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri
2) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran
mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran
tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau
berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan
pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang
orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun
dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai
meniru pola perilaku guru, teman, orang lain. Individu yang
dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang
tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman
fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah
dewasa
c. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan
struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial
yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara
untuk menyelesaikan masalah. Masyarakat juga berpengaruh
pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari
bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi
secara konstruktif. Penduduk yang ramai/padat dan lingkungan
yang ribut dapat beresiko untuk perilaku kekerasan. Adanya
keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup
individu
C. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai
diri orang lain dan lingkungan.
D. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Masalah :
Hari / tanggal :
Jam :
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
…
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
f. Klien dapat mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan.
3. Tindakan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Diskusi bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu.
c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan.
d. Diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah.
e. Diskusikan bersama klien akibat perilaku marah.
f. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi”
“Saya Siti, perawat disini,Siapa nama Bapak? Senang dipanggi
lsiapa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Masih ada perasaan marah
atau kesal?”
c. Kontrak Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan marah
Bapak? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana jika 20
menit?”
2. KERJA
”Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah sebelumnya Bapak
pernah marah? Penyebabnya apa? Sama kah dengan yang sekarang?
Oh iya jadi ada 2 penyebab marah Bapak? Pada saat penyebab marah
itu ada, seperti Bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan
makanan, apa yang bapak rasakan?” (tunggu respon pasien) apakah
Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang Bapak lakukan? Oh iya jadi Bapak memukul istri
Bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan
terhidangkan? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?
Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut Bapak
adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Pak, salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka
Bapak berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah biasa
melakukannya.”
3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan Bapak?
b. Evaluasi Obyektif
“Ya, jadi ada 2 penyebab Bapak marah ....(sebutkan) dan yang
Bapak rasakan ...(sebutkan) dan yang Bapak lakukan...(sebutkan)
serta akibatnya...(sebutkan). Bapak sudah bisa memperagakan tarik
nafas dalam tadi dengan baik.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Berapa kali bapak
mau latihan dalam sehari? Mau jam berapa saja latihannya?”
d. Kontrak
- Topik
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan rasa marah?”
- Waktu
”Nanti 2 jam lagi saya akan datang ke sini. Bagaimana, Bapak
mau kan?”
- Tempat
”Tempatnya disini saja ya Pak. Assalamualaikum”
LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Di Stase Jiwa
Disusun oleh :
Novia Ambarwati
SN201182
2. Penyebab
Penyebab gangguan harga diri rendah, yaitu secara situasional dan kronik
(Yosep, 2007).
a. Situasional
Terjadi trauma secara tiba-tiba, seperti : harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah dan putus hubungan kerja.
Pada klien yang menjalan irawat inap dapat terjadi gangguan harga
diri rendah karena privasi yang kurang diperhatikan, pemeriksaan
fisik yang sembarangan, pemasangan alat kesehatan yang tidak
sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit dan perlakuan petugas yang
tidak menghargai.
b. Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama
sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik
kronis atau pada klien gangguan jiwa.
4. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik
diri. Isolasi sosial menarik diri merupakan gangguan kepribadian yang
tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif dan mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan social (Depkes, 2007).
C. POHON MASALAH
Isolasi sosial: menarik diri
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional.
Masalah :
Hari / tanggal :
Jam :
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
…
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapatdigunakan.
d. Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
kemampuan.
e. Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
3. Tindakan
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
c. Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
d. Membantu klien menetapkan/memilih kegiatan yang akan dilatih
sesuai kemampuan.
e. Melatih kemampuan yang dipilih klien.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum. Selamat pagi?”
”Saya Siti, perawat di sini,siapa nama Bapak?
Senangdipanggilsiapa?”
b. Evaluasi/Validasi
”Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bapak terlihat segar?”
c. Kontrak Waktu
”Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernahBapak lakukan? Setelah itu kita nilai, kita
akan pilih satu kegiatan untuk kita latih. Dimana kita duduk?
Berapa lama? Bagaimana jika 20 menit?”
2. KERJA
”Apa saja kemampuan yang Bapak miliki? Bagus, apalagi? Saya buat
daftarnya ya. Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Bapak
lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu? Mencuci
piring? Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan yang Bapak miliki.”
”Bapak, dari 5 kemampuan ini, mana yang masih dapat dikerjakan
dirumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua...sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus
sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini.”
”Sekarang, coba Bapak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan
dirumah sakit ini.” ”Oh yang nomor satu, merapikan tempat tidur, kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur
Bapak. Mari kita lihat tempat tidur Bapak. Coba lihat, sudah rapihkah
tempat tidurnya?”
”Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus! sekarang kita angkat spreinya, dan
kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari arah atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukan, lalu
sebelah pinggir masukan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan
disebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah
bawah/ kaki. Bagus!”
”Bapak sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapihkan? Bagus.”
”Coba Bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri)
kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa
melakukan, dan T(tidak) melakukan.
3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap dan
latihan merapihkan tempat tidur?”
b. Evaluasi Obyektif
”Ya Bapak ternyata memiliki kemampuan yang dapat dilakukan
dirumah sakit ini. Salah satunya merapikan tempat tidur yang sudah
Bapak praktikkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat
dilakukan juga dirumah setelah pulang.”
c. Rencana Tindak Lanjut
”Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian. Bapak mau
berapa kali sehari merapikan tempat tidur? Bagus. Dua kali yaitu
pagi-pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00.”
d. Kontrak
- Topik
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak
masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan dirumah
sakit selain merapikan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.”
- Waktu
”Besok pagi jam8 saya akan datang ke sini. Bagaimana, Bapak
bersedia?”
- Tempat
”Besok saya akan ke dapur ruangan ini sehabis makan pagi.
Sampai jumpa ya.”