Anda di halaman 1dari 11

Haedar Akib/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn.

2010 1

Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN:
Apa, Mengapa, dan Bagaimana

HAEDAR AKIB
Guru Besar Ilmu Administrasi Universitas Negeri Makassar

ABSTRACT
Policy implementation has gained substantial currency and popularity among teoriticians
and pratitioners. Many now indicate an interest or involvement in research and
discussion about such topic as policy implementation of poverty alleviation program or
community development driven program, implementation of decentralization or local
autonomy program, and implementation of strategic decision, etc. At the same time,
perspectives, schools and program have been introduced and established. In spite of
all this interest in policy implementation theories and practices, there is still no
aggreement on what policy implementation model applicable to all kinds of development
programs or projects, and to different sectors. This article will explain policy
implementation concepts and their perspectives, models and measurement criteria with
the contour or focus on what, why, and how policy implementation.

Kata Kunci: Apa, Mengapa dan Implementasi Kebijakan, Berbasis


Pengetahuan.

PENDAHULUAN implementasi kebijakan pada posisi yang


Pakar yang lebih awal mencurahkan berbeda, namun pada prinsipnya setiap
perhatian dan gagasan terhadap masalah kebijakan publik selalu ditindaklanjuti
implementasi ialah Douglas R. Bunker di dengan implementasi kebijakan.
depan forum the American Association for Implementasi dianggap sebagai wujud
the Advancement of Science pada tahun utama dan tahap yang sangat menentukan
1970 (Akib dan Tarigan, 2008; Bowman dalam proses kebijakan (Birklan, 2001:
dalam Rabin, 2001: 209). Eugene Bardach 177; Heineman et al., 1997: 60; Ripley dan
mengakui bahwa pada forum itu untuk Franklin, 1986; Wibawa dkk., 1994: 15).
pertama kali disajikan secara konseptual Pandangan tersebut dikuatkan dengan
mengenai proses implementasi kebijakan pernyataan Edwards III (1984: 1) bahwa
sebagai suatu fenomena sosial politik tanpa implementasi yang efektif keputusan
(Edward III, 1984: 1) atau yang lazim pembuat kebijakan tidak akan berhasil
disebut political game (Parsons, 1995: dilaksanakan. Implementasi kebijakan
470) sekaligus sebagai era pertama dari merupakan aktivitas yang terlihat setelah
studi impelementasi kebijakan dikeluarkan pengarahan yang sah dari
(Birkland, suatu kebijakan yang meliputi upaya
2001: 178). Konsep implementasi semakin mengelola input untuk menghasilkan
marak dibicarakan seiring dengan output atau outcomes bagi masyarakat.
banyaknya pakar yang memberikan
kontribusi pemikiran tentang implementasi Apa Implementasi Kebijakan itu
kebijakan sebagai salah satu tahap dari Pemahaman umum mengenai
proses kebijakan. Wahab (1991: 117) dan implementasi kebijakan dapat
beberapa penulis menempatkan tahap diperoleh
Haedar Akib/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2
2010

dari pernyataan Grindle (1980: 7) bahwa dan para penganjurnya. Generasi pertama
implementasi merupakan proses umum diwakili oleh studi Pressman dan
tindakan administratif yang dapat diteliti Wildavsky yang terfokus pada bagaimana
pada tingkat program tertentu. Proses keputusan otoritas tunggal dilaksanakan
implementasi baru akan dimulai apabila atau tidak dilaksanakan. Hasilnya memberi
tujuan dan sasaran telah ditetapkan, pengakuan sifat atau kakikat implementasi
program kegiatan telah tersusun dan dana yang kompleks. Generasi kedua terfokus
telah siap dan disalurkan untuk mencapai pada deteminan keberhasilan implementasi
sasaran. Jika pemahaman ini diarahkan kebijakan. Model konseptual model proses
pada lokus dan fokus (perubahan) dimana implementasi dikembangkan dan diuji
kebijakan diterapkan akan sejalan dengan pada berbagai area yang berbeda. Dua
pandangan Van Meter dan van Horn yang pendekatan yang mendominasi adalah
dikutip oleh Parsons (1995: 461) dan pendekatan top-down dan pendekatan top-
Wibawa, dkk., (1994: 15) bahwa down. Studi yang representatif pada masa
implementasi kebijakan merupakan ini dibuat oleh Carl Van Horn dan Donald
tindakan yang dilakukan oleh (organisasi) Van Meter serta Daniel Mazmanian dan
pemerintah dan swasta baik secara Paul Sabatier. Generasi ketiga terfokus
individu maupun secara kelompok yang pada sintesis dan pengembangan
dimaksudkan untuk mencapai tujuan. pendekatan implementasi kebijakan
Deskripsi sederhana tentang konsep dengan lokus (secara multilevel) dan fokus
implementasi dikemukakan oleh Lane yang lebih kompleks sebagai proses
bahwa implementasi sebagai konsep dapat dinamis. (Ann O’M Bowman dalam Rabin,
dibagi ke dalam dua bagian yakni 2005).
implementasi merupakan persamaan fungsi
dari maksud, output dan outcome. Mengapa Implementasi Kebijakan
Berdasarkan deskripsi tersebut, formula Alasan mengapa implementasi
implementasi merupakan fungsi yang kebijakan diperlukan mengacu pada
terdiri dari maksud dan tujuan, hasil pandangan para pakar bahwa setiap
sebagai produk, dan hasil dari akibat. kebijakan yang telah dibuat harus
Selanjutnya, implementasi merupakan diimplementasikan. Oleh karena itu,
persamaan fungsi dari kebijakan, formator, implementasi kebijakan diperlukan karena
implementor, inisiator, dan waktu berbagai alasan atau perspektif.
(Sabatier, 1986: 21-48). Penekanan utama Berdasarkan perspektif masalah kebijakan,
kedua fungsi ini adalah kepada kebijakan sebagaimana yang diperkenalkan oleh
itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai Edwards III (1984: 9-10), implementasi
dan dilaksanakan oleh implementor dalam kebijakan diperlukan karena adanya
kurun waktu tertentu. masalah kebijakan yang perlu diatasi dan
Implementasi kebijakan meng- dipecahkan. Edwards III memperkenalkan
hubungkan antara tujuan kebijakan dan pendekatan masalah implementasi dengan
realisasinya dengan hasil kegiatan mempertanyakan faktor-faktor apa yang
pemerintah. Ini sesuai dengan pandangan mendukung dan menghambat keberhasilan
Van Meter dan van Horn (Grindle, 1980: implementasi kebijakan. Berdasarkan
6) bahwa tugas implementasi adalah pertanyaan retoris tersebut dirumuskan
membangun jaringan yang memungkinkan empat faktor sebagai sumber masalah
tujuan kebijakan publik direalisasikan sekaligus prakondisi bagi keberhasilan
melalui aktivitas instansi pemerintah yang proses implementasi, yakni komunikasi,
melibatkan berbagai pihak yang sumber daya, sikap birokrasi atau
berkepentingan. pelaksana, dan struktur organisasi
Studi implementasi kebijakan dibagi termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat
ke dalam tiga generasi dengan fokus kajin faktor tersebut merupakan kriteria
yang
perlu ada dalam implementasi suatu agar dapat memberikan pengaruh,
kebijakan. meskipun pengaruhnya seringkali bersifat
T. B. Smith mengakui bahwa ketika positif atau negatif. Oleh karena itu,
kebijakan telah dibuat, kebijakan tersebut diasumsikan bahwa jika lingkungan
harus diimplementasikan dan hasilnya berpandangan positif terhadap suatu
sedapat mungkin sesuai dengan apa yang kebijakan maka akan menghasilkan
diharapkan oleh pembuat kebijakan dukungan positif sehingga lingkungan
(Nakamura dan Smallwood, 1980: 2). Jika berpengaruh terhadap kesuksesan
divisualisasikan akan terlihat bahwa suatu implementasi kebijakan. Sebaliknya, jika
kebijakan memiliki tujuan yang jelas lingkungan berpandangan negatif maka
sebagai wujud orientasi nilai kebijakan. akan terjadi benturan sikap sehingga
Tujuan implementasi kebijakan proses implementasi terancam akan gagal.
diformulasi ke dalam program aksi dan Lebih daripada ketiga aspek tersebut perlu
proyek tertentu yang dirancang dan pula dipertahankan kepatuhan kelompok
dibiayai. Program dilaksanakan sesuai sasaran kebijakan sebagai hasil langsung
dengan rencana. Implementasi kebijakan dari implementasi kebijakan yang
atau program – secara garis besar – menentukan efeknya terhadap masyarakat.
dipengaruhi oleh isi kebijakan dan Implementasi kebijakan di-perlukan
konteks implementasi. Keseluruhan untuk melihat kepatuhan kelompok sasaran
implementasi kebijakan dievaluasi kebijakan. Oleh karena itu, dilihat dari
dengan cara mengukur luaran program perspektif perilaku, kepatuhan kelompok
berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran sasaran merupakan faktor penting yang
program dilihat melalui dampaknya menentukan keberhasilan implementasi
terhadap sasaran yang dituju baik individu kebijakan. Pemahaman ini sejalan dengan
dan kelompok maupun masyarakat. pandangan Ripley dan Franklin (1986: 12)
Luaran implementasi kebijakan adalah bahwa untuk mendukung keberhasilan
perubahan dan diterimanya perubahan oleh implementasi kebijakan perlu didasarkan
kelompok sasaran. pada tiga aspek, yaitu: 1) tingkat
Alasan lain yang mendasari perlunya kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi di
implementasi kebijakan dapat dipahami atasnya atau tingkatan birokrasi,
dari pernyataan Grindle (1980: 10) dan sebagaimana diatur dalam undang-undang,
Quade (1984: 310) yang mengharapkan 2) adanya kelancaran rutinitas dan tidak
agar dapat ditunjukkan konfigurasi dan adanya masalah; serta 3) pelaksanaan dan
sinergi dari tiga variabel yang menentukan dampak (manfaat) yang dikehendaki dari
keberhasilan implementasi kebijakan, semua program terarah.
yakni hubungan segi tiga variabel Menurut Goggin et al (1990: 20-21,
kebijakan, organisasi, dan lingkungan 31-40), proses implementasi kebijakan
kebijakan. Harapan itu perlu diwujudkan sebagai upaya transfer informasi atau
agar melalui pemilihan kebijakan yang pesan dari institusi yang lebih tinggi ke
tepat masyarakat dapat berpartisipasi institusi yang lebih rendah dapat diukur
dalam memberikan kontribusi yang keberhasilan kinerjanya berdasarkan
optimal untuk mencapai tujuan yang variabel: 1) dorongan dan paksaan pada
ditetapkan. Selanjutnya, ketika sudah tingkat federal, 2) kapasitas pusat/negara,
ditemukan kebijakan yang terpilih perlu dan 3) dorongan dan paksaan pada tingkat
diwadahi oleh organisasi pelaksana, pusat dan daerah.
karena di dalam organisasi terdapat Variabel dorongan dan paksaan pada
kewenangan dan berbagai jenis sumber tingkat pusat ditentukan oleh legitimasi
daya yang mendukung pelaksanaan dan kredibilitas, yaitu semakin sahih
kebijakan atau program. Sedangkan kebijakan yang dikeluarkan oleh
penciptaan situasi dan kondisi lingkungan pemerintah pusat di mata daerah
kebijakan diperlukan maka
semakin besar kredibilitasnya, begitu pula pelaksana, dan 6) lingkungan ekonomi,
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk sosial dan politik.
mengukur kekuatan isi atau subtansi dan Menurut Quade (1984: 310), alasan
pesan kebijakan dapat dilihat melalui: a) perlunya implementasi kebijakan adalah
besarnya dana yang dialokasikan, dengan untuk menunjukkan bukti bahwa dalam
asumsi bahwa semakin besar dana yang implementasi kebijakan terjadi aksi,
dialokasikan, semakin serius kebijakan interksi, dan reaksi faktor implementasi
tersebut dilaksanakan, dan b) bentuk kebijakan. Quade menyatakan bahwa
kebijakan yang memuat antara lain, dalam proses implementasi kebijakan yang
kejelasan kebijakan, konsistensi ideal akan terjadi interaksi dan reaksi dari
pelaksanaan, frekuensi pelaksanaan dan organisasi pengimplementasi, kelompok
diterimanya pesan secara benar. Sementara sasaran, dan faktor lingkungan yang
itu, untuk mengetahui variabel kapasitas mengakibatkan munculnya tekanan diikuti
pusat atau kapasitas organisasi dapat dengan tindakan tawar-menawar atau
dilihat melalui seberapa jauh organisasi transaksi. Melalui transaksi tersebut
pelaksana kebijakan mampu diperoleh umpan balik yang oleh
memanfaatkan kewenangan yang dimiliki, pengambil kebijakan dapat digunakan
bagaimana hubungan antara pelaksana sebagai bahan masukan dalam perumusan
dengan struktur birokrasi yang ada, dan kebijakan selanjutnya. Quade memberikan
bagaimana mengkoordinasikan berbagai gambaran bahwa terdapat empat variabel
sumber daya yang tersedia dalam yang perlu diperhatikan dalam analisis
organisasi dan dalam masyarakat. implementasi kebijakan publik, yaitu: 1)
Implementasi kebijakan diperlukan Kebijakan yang diimpikan, yaitu pola
karena pada tahap itulah dapat dilihat interaksi yang diimpikan agar orang
“kesesuaian” berbagai faktor determinan yang menetapkan kebijakan berusaha untuk
keberhasilan implementasi kebijakan atau mewujudkan; 2) kelompok target, yaitu
program. Alasan tersebut sejalan dengan subyek yang diharapkan dapat mengadopsi
pernyataan Korten dan Syahrir (1980) pola interaksi baru melalui kebijakan dan
bahwa keefektifan kebijakan atau program subyek yang harus berubah untuk
tergantung pada tingkat kesesuaian antara memenuhi kebutuhannya; 3) organisasi
program dengan pemanfaat, kesesuaian yang melaksanakan, yaitu biasanya berupa
program dengan organisasi pelaksana dan unit atau satuan kerja birokrasi pemerintah
kesesuaian program kelompok pemanfaat yang bertanggungjawab meng-
dengan organisasi pelaksana. Selain alasan implementasikan kebijakan; dan 4) faktor
tersebut, implementasi kebijakan lingkungan, yaitu elemen sistem dalam
diperlukan untuk melihat adanya hubungan lingkungan yang mempengaruhi
antara implementasi kebijakan dengan implementasi kebijakan.
faktor-faktor lain. Hal ini sekaligus Secara praksis, implementasi
membuktikan asumsi teoritis Van Meter kebijakan diperlukan untuk melihat
dan Van Horn (lihat dalam Grindle, 1980: kesesuaian dan relevansi model deskriptif
6) bahwa terdapat variabel bebas yang yang dibuat. Hal ini sesuai dengan
saling berkaitan sekaligus menghubungkan pendapat Mazmanian dan Sabatier yang
antara kebijakan dengan prestasi kerja. merekomendasikan perlunya “kerangka
Variabel yang dimaksud oleh keduanya kerja analisis implementasi” (lihat Wahab,
meliputi: 1) ukuran dan tujuan kebijakan, 1991: 117). Menurut perspektif
2) sumber kebijakan, 3) ciri atau sifat ini
badan/instansi pelaksana, 4) komunikasi implementasi kebijakan diperlukan untuk
antar organisasi terkait dan komunikasi mengetahui keefektifan dan relevansi
kegiatan yang dilaksanakan, 5) sikap kerangka kerja yang ada sebagai pedoman
dalam pelaksanaanya. Menurut
Mazmanian dan Sabatier, peranan penting
analisis implementasi kebijakan negara kebijakan seperti yang dipersepsikan, dan
ialah mengidentifikasi variabel yang e) perbaikan.
mempengaruhi pencapaian tujuan formal Para pakar dan pemerhati ke-bijakan
pada keseluruhan proses implementasi. yang lain juga mengemukakan urgensi
Variabel yang dimaksud diklasifikasikan implementasi kebijakan, sesuai dengan
ke dalam tiga kategori umum, yaitu: 1) sudut pandang dan latar belakang
mudah atau sulitnya dikendalikan masalah pemikirannya. Namun, apa-pun perspektif
yang digarap; 2) kemampuan kebijakan dan latar belakang pemikirannya disepakati
untuk mensistematisasi proses bahwa implementasi kebijakan merupakan
implementasinya; dan 3) pengaruh salah satu dari dua sisi mata uang yang
langsung variabel politik terhadap menggelinding. Pemahaman ini meng-
keseimbangan dukungan bagi tujuan yang ilhami Bonoma (1984) ketika
termuat dalam kebijakan. Ketiga variabel memperkenalkan Model Korelasi antara
ini merupakan variabel bebas yang Rumusan Strategi dan Implementasi
dibedakan dengan variabel terikat yakni Strategi (Salusu, 2003: 445). Alasan yang
implementasi yang harus dilalui. dikemukakan tersebut menjadi acuan
Kategori faktor mudah atau sulitnya dalam menentukan bagaimana cara meng-
suatu masalah dikendalikan dapat terlihat implementasikan kebijakan atau program
melalui: a) kesukaran teknis yang dihadapi, dan sekaligus dalam menetapkan kriteria
b) keberagaman perilaku kelompok pengukuran keberhasilannya.
sasaran, c) persentase jumlah kelompok
sasaran dibandingkan dengan jumlah Bagaimana Implementasi Kebijakan
penduduk, dan d) ruang lingkup perubahan Ada berbagai cara yang digunakan
perilaku yang diinginkan. Sedangkan oleh pelaksana kebijakan agar tujuan yang
kategori faktor kemampuan kebijakan ditetapkan dapat tercapai. Salah satu
untuk mensistematisasi proses caranya adalah dengan mengembangkan
implementasi mencakup: a) kejelasan dan kerangka pikir yang dibangun sendiri atau
konsistensi tujuan, b) ketepatan alokasi dengan cara mereplikasi, meng-kombinasi
sumber daya, c) keterpaduan hirarki dalam atau mensinergikan, dan mengembangkan
dan di antara lembaga pelaksana, d) pendapat para pakar mengenai model
kejelasan aturan keputusan dari badan implementasi kebijakan. Pada peng-
pelaksana, e) kesesuaian pola rekruitmen embangan model tersebut dapat diketahui
pejabat pelaksana, dan f) akses formal model mental para pakar dan implementor
pihak luar. bersama kelompok sasaran kebijakan –
Kategori faktor di luar kebijakan minimal – berdasarkan relevansi dan
yang mempengaruhi proses implementasi keefektifan implementasi kebijakannya.
antara lain ditunjukkan melalui: a) kondisi Mengacu pada pendapat Edward III
sosial ekonomi dan teknologi, b) dukungan mengenai kriteria penting dalam
publik, c) sikap dan sumber daya yang implementasi kebijakan, dapat di-
dimiliki kelompok, d) dukungan dari kemukakan empat faktor sebagai sumber
pejabat atau atasan, dan e) komitmen dan masalah sekaligus prakondisi bagi ke-
kemampuan kepemimpinan pejabat berhasilan proses implementasi, yakni
pelaksana (Keban, 2007: 16). Sedangkan komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi
variabel terikat yang ditunjukkan melalui atau pelaksana dan struktur organisasi,
tahapan dalam proses implementasi termasuk tata aliran kerja birokrasi.
meliputi: a) output kebijakan badan Komunikasi suatu program hanya dapat
pelaksana, b) kesediaan kelompok sasaran dilaksanakan dengan baik apabila jelas
mematuhi output kebijakan, c) dampak bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut
nyata output kebijakan, d) dampak proses penyampaian informasi, kejelasan
output informasi dan konsistensi informasi yang
di-sampaikan. Sumber daya, meliputi dan berbagai faktor dalam lingkungan
empat komponen yaitu staf yang cukup politis. Sementara itu, perspektif ilmu
(jumlah dan mutu), informasi yang politik yang mendapat dukungan dari
dibutuhkan guna pengambilan keputusan, pendekatan sistem politik memberikan
kewenangan yang cukup guna perhatian pada bagaimana implementasi
melaksanakan tugas atau tanggung jawab kebijakan dipengaruhi oleh input dari luar
dan fasilitas yang dibutuhkan dalam arena administrasi, seperti ketentuan
pelaksanaan. Disposisi atau sikap administratif, perubahan preferensi publik,
pelaksana merupakan komitmen pelaksana teknologi baru dan preferensi masyarakat.
terhadap program. Struktur birokrasi Perspektif ini terfokus pada pertanyaan
didasarkan pada prosedur operasional dalam analisis implementasi, yaitu
standar yang mengatur tata aliran bagaimana konsistensi antara output
pekerjaan dan pelaksanaan kebijakan. kebijakan dengan tujuannya.
Jaminan kelancaran implementasi Ripley dan Franklin (1986: 11)
kebijakan adalah diseminasi yang memperkenalkan pendekatan “kepatuhan”
dilakukan secara baik. Syarat pengelolaan dan pendekatan “faktual” dalam
diseminasi kebijakan ada empat, yakni: 1) implementasi kebijakan. Pendekatan
adanya respek anggota masyarakat kepatuhan muncul dalam literatur
terhadap otoritas pemerintah untuk administrasi publik dengan fokus perhatian
menjelaskan perlu-nya secara moral pada upaya membangun kepatuhan agen
mematuhi undang-undang yang dibuat oleh atau individu bawahan terhadap agen atau
pihak berwenang; 2) adanya kesadaran individu atasan dalam suatu organisasi.
untuk menerima kebijakan. Kesadaran dan Perspektif kepatuhan merupakan analisis
kemauan menerima dan melaksanakan karakter dan kualitas perilaku organisasi.
kebijakan terwujud manakala kebijakan Menurut keduanya, paling tidak terdapat
dianggap logis; 3) keyakinan bahwa dua kekurangan perspektif kepatuhan,
kebijakan dibuat secara sah; dan 4) yakni: 1) banyak faktor non-birokratis
pemahaman bahwa meskipun pada yang berpengaruh tetapi justru kurang
awalnya suatu kebijakan dianggap diperhatikan, dan 2) adanya program yang
kontroversial, namun seiring dengan tidak didesain dengan baik. Sedangkan
perjalanan waktu maka kebijakan tersebut perspektif faktual mengasumsikan bahwa
dianggap sebagai sesuatu yang wajar terdapat banyak faktor yang
dilaksanakan. mempengaruhi proses implementasi ke-
Pandangan Mazmanian dan Sabatier bijakan yang mengharuskan implementor
(1983: 5) mengenai dua perspektif agar lebih leluasa mengadakan
implementasi kebijakan – yaitu perspektif penyesuaian. Dengan demikian, kepatuhan
administrasi publik dan perspektif ilmu pelaksana terhadap atasan perlu
politik – merupakan cara alternatif ditunjukkan sebagai bukti keberhasilan
dalam meng-implementasikan kebijakan implementasi kebijakan atau program.
atau program. Menurut perspektif Menurut Grindle (1980: 7), kedua
administrasi publik, implementasi perspektif yang diperkenalkan Ripley dan
kebijakan pada awalnya didasarkan pada Franklin tersebut tidak kontradiktif, tetapi
bagaimana cara memenuhi aspek saling melengkapi satu sama lain. Secara
ketepatan dan keefisienan. Namun empirik, perspektif kepatuhan mengakui
demikian, pada akhir Perang Dunia II adanya faktor eksternal organisasi yang
berbagai penelitian administrasi negara juga mempengaruhi kinerja agen
menunjukkan bahwa agen administrasi administratif. Kecenderungan itu sama
publik tidak hanya bekerja berdasarkan sekali tidak bertentangan dengan perspektif
mandat resmi, tetapi juga karena tekanan faktual yang juga memfokuskan perhatian
dari kelompok kepentingan, anggota pada berbagai faktor non-organisasional
lembaga legislatif
yang mem-pengaruhi implementasi tingkat pusat maka implementasinya
kebijakan. bersifat sentralistik atau mereflesikan
Berdasarkan pendekatan kepatuh-an model top down, sementara itu ketika
dan pendekatan faktual dapat dinyatakan keputusan bentindak lebih banyak
bahwa keberhasilan kebijakan sangat didasarkan pada inisiasi, kreasi, dan
ditentukan pada tahap implementasinya penyesuaian oleh implementor di tingkat
dan keberhasilan proses implementasi bawah maka implementasinya bersifat
ditentukan oleh kemampuan implementor, desentralistik atau mereflesikan model
yaitu: 1) kepatuhan implementor mengikuti bottom up.
apa yang diperintahkan oleh atasan, dan 2) Pada aspek pelaksanaan, terdapat
kemampuan implementor melakukan apa dua model implementasi kebijakan publik
yang dianggap tepat sebagai keputusan yang efektif, yaitu model linier dan model
pribadi dalam menghadapi pengaruh interaktif (Dye, 1981). Dengan kata lain,
eksternal dan faktor non- implementasi kebijakan atau program perlu
organisasional, atau pendekatan faktual. dilakukan secara konsisten dengan
Keberhasilan implementasi ke- menunjukkan keterkaitan elemen
bijakan atau program juga dapat dikaji sistemnya. Pemahaman ini antara lain
berdasarkan proses implementasi mengilhami Kadji (2008) dalam
(perspektif proses) dan hasil yang dicapai mengembangkan model implementasi
(perspektif hasil). Pada perspektif proses, kebijakan berupa model MSN approach –
program pemerintah dikatakan berhasil pendekatan mentality, system dan
jika pelaksanaannya sesuai dengan networking.
petunjuk dan ketentuan pelaksanaan yang Pada model linier, fase pengambilan
dibuat oleh pembuat program yang keputusan merupakan aspek yang
mencakup antara lain tata cara atau terpenting, sedangkan fase pelaksanaan
prosedur pelaksanaan, agen pelaksana, kebijakan kurang mendapat perhatian atau
kelompok sasaran dan manfaat program. dianggap sebagai tanggung jawab
Sedangkan pada perspektif hasil, program kelompok lain. Keberhasilan pelaksanaan
dinilai berhasil manakala programnya kebijakan tergantung pada kemampuan
mem-bawa dampak seperti yang instansi pelaksana. Jika implementasi
diinginkan. Suatu program mungkin saja kebijakan gagal maka yang disalahkan
berhasil dilihat dari sudut proses, tetapi biasanya adalah pihak manajemen yang
boleh jadi gagal ditinjau dari dampak yang dianggap kurang memiliki komitmen
dihasilkan, atau sebaliknya. Dengan kata sehingga perlu dilakukan upaya yang lebih
lain, implementasi kebijakan dapat baik untuk meningkatkan kapasitas
dianggap berhasil ketika telah nampak kelembagaan pelaksana.
konsistensi antara proses yang dilalui Berbeda dengan model linier, model
dengan hasil yang dicapai. interaktif menganggap pelaksanaan
Mengacu pada pendapat Sabatier kebijakan sebagai proses dinamis, karena
(1986: 21-48) mengenai dua model yang pihak yang terlibat dapat mengusulkan
berpacu dalam tahap formulasi kebijakan, perubahan dalam berbagai tahap
yakni model top down dan model pelaksanaan. Hal itu dilakukan ketika
bottom up, penulis menganggap bahwa kebijakan publik dianggap kurang
refleksi kedua model tersebut dapat memenuhi harapan para pemangku
ditunjukkan pada tahap implementasi kepentingan (stakeholdera). Ini berarti
kebijakan dalam wujud yang sentralistik bahwa berbagai tahap implementasi
dan desentralistik, dilihat pada kondisi dan kebijakan publik akan dianalisis dan
tempat dimana implementor mengambil dievaluasi oleh setiap pihak sehingga
keputusan dalam organisasi. Manakala potensi, kekuatan dan kelemahan pada
putusan bertindak didominasi oleh setiap fase pelaksanaannya dapat
keinginan implementor di diketahui
dan segera diperbaiki untuk mencapai perubahan, kontrol, dan kepatuhan dalam
tujuan. Oleh karena itu, meskipun bertindak merupakan konsep penting
persyaratan input sumber daya dalam prosedur implementasi. Keduanya
merupakan keharusan dalam proses mengembangkan tipologi kebijakan
implementasi kebijakan, tetapi hal itu menurut: (i) jumlah perubahan yang akan
tidak menjamin suatu kebijakan akan dihasilkan, dan (ii) jangkauan atau ruang
dilaksanakan dengan baik. Input lingkup kesepakatan mengenai tujuan oleh
sumberdaya dapat digunakan secara berbagai pihak yang terlibat dalam proses
optimum jika dalam proses pengambilan implementasi.
keputusan dan pelaksanaan kebijakan Tanpa mengurangi kredibilitas
terjadi interaksi positif dan dinamis antara model proses implementasi kebijakan dari
pengambil kebijakan, pelaksana kebijakan Van Meter dan Van Horn terlihat bahwa
dan pengguna kebijakan (masyarakat) elemen yang menentukan keberhasilan
dalam suasana dan lingkungan yang penerapannya termasuk ke dalam elemen
kondusif. model proses politik dan administrasi
Menurut Akib dan Tarigan (2008), menurut Grindle. Kata kunci yang
jika model interaktif implementasi digunakan yakni perubahan, control, dan
kebijakan di atas disandingkan dengan kepatuhan termasuk dalam dimensi isi
model implementasi kebijakan yang lain, kebijakan dan konteks implementasi
khususnya model proses politik dan kebijakan. Demikian pula dengan tipologi
administrasi dari Grindle, terlihat adanya kebijakan yang dibuat oleh keduanya
kesamaan dan representasi elemen yang termasuk dalam elemen isi kebijakan dan
mencirikannya. Tujuan kebijakan, konteks implementasi menurut Grindle.
program aksi dan proyek tertentu yang Tipologi jumlah perubahan yang
dirancang dan dibiayai menurut Grindle dihasilkan termasuk dalam elemen isi
menunjukkan urgensi fase pengambilan kebijakan dan tipologi ruang lingkup
keputusan sebagai fase terpenting dalam kesepakatan termasuk dalam konteks
model linier implementasi kebijakan. implementasi (Akib dan Tarigan, 2008).
Sementara itu, enam elemen isi kebijakan Sejalan dengan pendapat di atas,
ditambah dengan tiga elemen konteks David C. Korten yang diinterviu oleh
implementasi sebagai faktor yang AtKisson (1991) meneguhkan kembali
mempengaruhi aktivitas implementasi gagasannya tentang Model Kesesuaian
menurut Grindle mencirikan adanya implementasi kebijakan atau program
interaksi antara pengambil kebijakan, dengan memakai pendekatan proses
pelaksana kebijakan dan pengguna pembelajaran. Model ini berintikan
kebijakan dalam model interaktif. Begitu kesesuaian antara tiga elemen yang ada
pula istilah model proses politik dan proses dalam pelaksanaan program, yaitu program
administrasi menurut Grindle, selain itu sendiri, organisasi pelaksana dan
menunjukkan dominasi cirinya yang kelompok sasaran atau pengguna.
cenderung lebih dekat kepada ciri model Pada kesempatan lain Korten (1980)
interaktif implementasi kebijakan, juga menyatakan bahwa suatu program akan
menunjukkan kelebihan model tersebut berhasil dilaksanakan jika terdapat
dalam cara yang digunakan untuk kesesuaian dari tiga unsur implementasi
mengukur keberhasilan implementasi program. Pertama, kesesuaian antara
kebijakan, beserta output dan program dengan pemanfaat, yaitu
outcomesnya. kesesuaian antara apa yang ditawarkan
Selain model implementasi oleh program dengan apa yang dibutuhkan
kebijakan di atas, Van Meter dan Van oleh kelompok sasaran (pemanfaat).
Horn mengembangkan Model Proses Kedua, kesesuaian antara program dengan
Implementasi Kebijakan (Agostino, 2006). organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian
Keduanya meneguhkan pendirian bahwa
antara tugas yang dipersyaratkan oleh dampak yang dirasakan oleh kelompok
program dengan kemampuan organisasi target dan perubahan yang terjadi melalui
pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara implementasi kebijakan. Tiga aspek
kelompok pemanfaat dengan organisasi tersebut merupakan elemen dari
pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat dimensi isi kebijakan dalam model
yang diputuskan organisasi untuk dapat proses politik dan administrasi. Sedangkan
memperoleh output program dengan apa aspek yang secara tidak langsung
yang dapat dilakukan oleh kelompok mengacu pada keempat model
sasaran program. implementasi kebijakan tersebut adalah
Berdasarkan pola pikir Korten dapat sebagian besar dari aspek kebijakan yang
dipahami bahwa jika tidak terdapat dibicarakan, seperti aspek kejelasan tujuan
kesesuaian dari tiga unsur implementasi kebijakan bagi pelaksana, kesesuaian isi
kebijakan maka kinerja program tidak akan kebijakan dan konsistensi isi kebijakan
berhasil sesuai dengan apa yang dengan program dan pelaksanaannya. Tiga
diharapkan. Jika output program tidak aspek kebijakan tersebut implisit dalam
sesuai dengan kebutuhan kelompok makna dari kata kepentingan yang
sasaran maka jelas outputnya tidak dapat berpengaruh sebagai elemen dari dimensi
dimanfaatkan. Jika organisasi pelaksana isi kebijakan dalam model proses politik
program tidak memiliki kemampuan dan administrasi. Begitu pula aspek lain
melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh yang dibicarakan, seperti hubungan sosial
program maka organisasinya tidak dapat yang solid, kerjasama dengan lembaga
menyampaikan output program dengan mitra, kepemimpinan berdasarkan hati
tepat. Atau, jika syarat yang ditetapkan nurani dan politik, implisit dalam makna
organisasi pelaksana program tidak dapat kata mentalitas, sistem dan networking
dipenuhi oleh kelompok sasaran maka (model MSN approach), begitu pula aspek
kelompok sasaran tidak mendapatkan daya tanggap, kekuasaan, kepentingan
output program. Oleh karena itu, dan strategi aktor serta kepatuhan.
kesesuaian antara tiga unsur implementasi Aspek- aspek tersebut merupakan
kebijakan mutlak diperlukan agar program bagian dari dimensi konteks
berjalan sesuai dengan rencana yang telah implementasi dalam model proses
dibuat. politik dan administrasi sebagai faktor
Model kesesuaian implementasi determinan implementasi kebijakan.
kebijakan yang diperkenalkan oleh Korten
memperkaya model implementasi PENUTUP
kebijakan yang lain. Hal ini dapat
dipahami dari kata kunci yang digunakan Tinjauan paradigmatis tentang apa
yaitu “kesesuaian.” Meskipun demikian, substansi (ontologi), mengapa (aksiologi)
elemen yang disesuaikan satu sama lain – dan bagaimana (epistemologi)
program, pemanfaat dan organisasi – juga implementasi kebijakan menunjukkan
sudah termasuk baik dalam dimensi isi konsistensi dan kolaborasi pemikiran para
kebijakan (program) dan dimensi konteks pakar dalam menjelaskan substansi,
implementasi (organisasi) maupun dalam urgensi dan signifikansi, serta wahana atau
outcomes (pemanfaat) pada model proses konteks implementasi kebijakan dilihat
politik dan administrasi dari Grindle (Akib dari beragam perspektif, termasuk tata cara
dan Tarigan, 2008). dan acara atau implementasi kebijakan itu
Aspek yang secara langsung sendiri. Deskripsi hal itu telah dikonstruksi
mengacu pada model proses politik dan ke dalam sebuah model deskriptif sistem
administrasi (Grindle) adalah kesesuaian determinan implementasi kebijakan yang
isi atau substansi kebijakan dengan apa meliputi isi, konteks, dan infrastruktur
yang dilaksanakan, jenis manfaat atau (Akib dan Tarigan), atau model mentalitas,
sistem, dan jaringan kerja (Kadji), dan
Haedar Akib/ Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 10
2010

model-model lainnya dari para pakar Edward III, George C (edited), 1984,
yang Public Policy Implementing, Jai
– oleh penulis – direkonstruksi menjadi Press Inc, London-England.
model deskriptif manajemen implementasi Goggin, Malcolm L et al. 1990.
kebijakan berbasis pengetahuan, karena Implementation, Theory and
explicit knowledge dan tacit knowledge Practice, Scott, Foresmann and
menjadi bagian dari pekerjaan setiap Company, USA.
implementor, kelompok target kebijakan Grindle, Merilee S. 1980. Politics and
(masyarakat), dan pemangku kepentingan Policy Implementation in The Third
dalam implementasi kebijakan atau World, Princnton University Press,
program. New Jersey.
Secara sederhana, model deskriptif Heineman, Robert A et al. 1997. The Worl
manajemen implementasi kebijakan of Policy Analyst, Chatham House
berbasis pengetahuan meliputi: “dimensi” Publishers, Inc. Chatham NY.
(substansi isi, signifikansi atau urgensi, Hunter, David J and Linda Marks. 2002.
konteks, infrastruktur), “indikator” dan Decision Making Processes for
“kriteria pengukuran” dari berbagai model Effective Policy Implementation,
implementasi kebijakan sebagai sebuah Shool of Health, Wolfson Research
sistem yang menekankan peranan dan Institute, University of Durham
fungsi aktor - pelaksana, pemangku Queen’s Campus, http//www.nice.-
kepentingan, dan kelompok target dalam org, diakses 5 September 2010.
memberdayakan kreasi pengetahuan yang Kadji, Yulianto. 2008. Implementasi
dimiliki dalam melaksanakan kebijakan Kebijakan Dalam Perspektif
atau program. Gambaran rinci mengenai Realitas, Cahaya Abadi, Tulung
model ini akan dijelaskan dalam artikel Agung Jawa Timur.
yang lain. Keban, Yeremias T. 2007. Pembangunan
Birokrasi di Indonesia, Pidato
DAFTAR BACAAN Pengukuran Guru Besar pada FISIP
Agostiono. 2006. Implementasi Kebijakan UGM, Yogyakarta.
Publik Model Van Meter dan Van Korten, David C dan Syahrir. 1980.
Horn,http//kertyawitaradya.wordpre Pembangunan Berdimensi
ss, diakses 5 September 2010. Kerakyatan, Yayasan Obor
Akib, Haedar dan Antonius Tarigan. Indonesia, Jakarta.
“Artikulasi Konsep Implementasi Lane, Jan-Eric and Svante Ersson. Policy
Kebijakan: Perspektif, Model dan Implementation in Poor Countries,
Kriteria Pengukurannya,” Jurnal Umea University, Sweden,
Baca, Volume 1 Agustus 2008, http//www.gogle.co.id/search,
Universitas Pepabari Makassar. diakses 5 September 2010.
AtKisson, Alan. Beyond Bureaucracy: Mazmanian, Daniel A and Paul A.
The Sabatier. 1983. Implementation and
Development Agenda, an Interview Public Policy, Scott Foresman and
with David C. Korten, Company, USA.
http//www.context.org/ICLIB/IC28. Nakamura, Robert T and FrankSmallwood.
html., diakses 5 September 2010. 1980. The Politics of Policy
Birkland, Thomas A. 2001. Implementation, St. Martin Press,
An New York.
Introduction to the Policy Process, Parsons, Wayne. 1995. Public Policy, an
M.E . Sharpe Inc., Armonk NY. introduction to the theory and
Dye, Thomas R. 1981. Understanding practice of policy analysis,
Public Policy, Prentice-Hall
International, Inc., Englewood
Cliffs, NY.
Quade, E.S. 1984. Analysis For Public Salusu, Jonathan. 2003. Pengambilan
Decisions, Elsevier Science Keputusan Strategik untuk
Publishers, New York. Organisasi Publik dan Organisasi
Rabin, Jack. 2005. Encyclopedia of Nonprofit. Jakarta: Grasindo.
Public Administration and Public Wahab, Solichin A. 1991. Analisis
Policy, Taylor & Francis Group, Kebijakan dari Formulasi ke
LLC USA. Implementasi Kebijakan, Bumi
Ripley, Rendal B. and Grace A. Franklin. Aksara Jakarta.
1986. Policy Implementation and Wibawa, Samodra. 1994. Kebijakan
Bureaucracy, second edition, the Publik, Intermedia
Dorsey Press, Chicago-Illionis. Jakarta.
Sabatier, Paul. 1986. “Top down and Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses
Bottom up Approaches to Kebijakan Publik, Media Pressindo
Implementation Research” Journal Yogyakarta.
of Public Policy 6, (Jan), h. 21-48.

Anda mungkin juga menyukai