Anda di halaman 1dari 2

BAB VI

PENDEKATAN DESAIN

Konsep Arsitektur Islam

Menurut Ibn Katsir, salah seorang Mufassir, bahwa agama Islam adalah syariat (peraturan
hukum) yang ditetapkan oleh Allah. Agama bisa juga disebut dengan syara‟, syariat, atau millah.
Peraturan hukum ini wajib ditaati. Kata Islam dapat ditemukan di dalam beberapa ayat Al-Quran,
Dalam Arsitektur berdasarkan Nilai-Nilai Islam Dalam beraktivitas apapun termasuk dalam
merancang, seorang arsitek muslim harus selalu berpegang kepada al-Qur‟an dan as-Sunnah agar
hasil rancangannya memberikan manfaat. Oleh karena itu, dalam merancang mestinya seorang
arsitek mengacu kepada prinsip-prinsip arsitektur islam dalam merancang arsitektur. Prinsip-
prinsip tersebut dapat kita temukan kesesuaiannya dengan nilai-nilai Islam, sebagai berikut :

1. Fungsional (hasan)
a. Berorientasi pada sikap tauhid (pengesaan Allah SWT),
b. Mendorong terwujudnya akhlak mulia (akhlaqul karimah)
c. Tidak terjadinya ke-mudharatan
d. Bentuk pengabdian / ibadah terhadap Tuhan, dimana segala aspek proses arsitektural
dimaknai sebagai ibadah sesuai fitrah manusia.
2. Baik (thoyib), dalam arti karya arsitektur merupakan upaya amar ma’ruf (mengajak pada
kebaikan), yaitu :
a. bersifat universal, dengan penerapan konsep mahram secara jelas (privacy), sehingga
rumah dapat dimanfatkan oleh user secara maksimal.
b. bersifat rasional, sesuai logika ilmiah
c. bersifat peduli terhadap lingkungannya, menjadi rahmat bagi seluruh alam (bersih,
ramah lingkungan, hemat energi)
d. membentuk peradaban baik (meningkatkan ketaqwaan dengan orientasi ka’bah secara
jelas, baik dalam arti fisik maupun peradaban)
3. Estetis (jamil) dalam konteks fisik maupun kenyamanan.
Konsep ini diterapkan melalui pengolahan ornamen dan utilitas lainnya (penggunaan AC,
Soud System, water heater, dan sebagainya), dengan menghindari karya arsitektur yang
mendorong pada kemunkaran.
a. tidak membuat kerusakan dan kebinasaan
b. tidak bermegah-megahan atau berlebih-lebihan / isrof (berpotensi menimbulkan
kesombongan atau mengingkari kebenaran)
c. Tidak lahwun (sia-sia).
d. Setiap bentuk dalam arsitektural memiliki makna positif tanpa memiliki makna
kemusyrikan.

Anda mungkin juga menyukai