Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ARSITEKTUR
TRADISIONAL JAWA
DOSEN PEMBIMBING : Dr. INDRAWATI, Ir. MT

DISUSUN OLEH :
ANAS BHAKTI M / D300170124
T E K N I K A R S I T E KT U R U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H S U R A K A R TA 2 0 2 0
JAWABAN SOAL NOMOR 1
Saujana atau cultural landscape (Lanskap budaya), yaitu bentang alam yang merupakan paduan hasil karya manusia dan
alam, yang menunjukkan evolusi masyarakat dan permukiman sepanjang waktu di bawah pengaruh keterbatasan dan
kesempatan yang diberikan oleh lingkungan alam dan oleh kekuatan sosial, ekonomi, dan budaya baik dari luar maupun
dari dalam budaya itu sendiri.
CONTOH :
Hallstatt-Duchstein Salzkammergut Cultural Landscape, Austria
Hallstad-Duchstein merupakan salah satu pusaka saujana kelas dunia, terletak di kawasan Salzkammergut, pegunungan
Alpen, Austria. Area yang memiliki bentanglahan unik ini ditetapkan oleh UNESCO sebagai World Cultural Landscape
Heritage pada tahun 1998. Bentanglahan uniknya merupakan gabungan antara pegunungan batu karst, gua, danau sungai-
sungai bawah tanah, mata air, dan permukiman.

Gambar . Hallstatt-Duchstein Salzkammergut Cultural Landscape

Anas Bhakti Ma’arif / D300170124 T E K N I K A R S I T E KT U R U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H S U R A K A R TA 2 0 2 0


JAWABAN SOAL NOMOR 2
Pola tata kota kerajaan-kerajaan di Jawa berlandaskan konsep Catur Gatra Tunggal. Konsep tersebut memandang bahwa
pemerintahan tidak bisa dipisahkan dari aspek ekonomi, religius, dan sosial. Konsep penataan ibu kota di Kasultanan
Yogyakarta juga disusun berdasarkan konsep Catur Gatra Tunggal yang terdiri atas empat elemen yang menjadi satu
kesatuan ruang bersama antara sultan dengan rakyat meliputi:

Ÿ Keraton Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan tempat kediaman
sultan beserta keluarganya dan menjadi simbol pusat kekuasaan Kasultanan Yogyakarta.
Ÿ Alun-alun sebagai pusat kegiatan masyarakat dan ruang interaksi bersama raja. Alun-alun Lor (utara) terletak di
depan Keraton Yogyakarta, sedangkan Alun-alun Kidul (selatan) berada di belakang Keraton Yogyakarta. Di tengah
kedua alun-alun tersebut, masing-masing terdapat sepasang pohon beringin yang dipagari keliling, sehingga disebut
ringin kurung. Pohon beringin yang ada di tengah Alun-alun Utara sebelah timur bernama Kyai Janadaru/ Wijayadaru
dan di sebelah barat bernama Kyai Dewandaru. Kedua pohon beringin melambangkan konsep Manunggaling Kawula lan
Gusti dan prinsip Hablun min annas dan Hablun min Allah.
Ÿ Masjid Gedhe Kauman melambangkan aspek religius. Masjid Gedhe Kauman merupakan tempat ibadah kasultanan di
Keraton Yogyakarta. Secara simbolis Masjid Gedhe menunjukkan bahwa Sultan tidak hanya sebagai penguasa
pemerintahan (senapati ing ngalaga), tapi juga berperan sebagai wakil Allah (sayidin panatagama khalifatullah) di
dunia.
Ÿ Pasar Beringharjo menyimbolkan pusat perekonomian masyarakat. Pasar merupakan salah satu komponen utama di dalam
tata kota lama. Lahirnya pasar seiring dengan keberadaan keraton. Pasar yang berada di kota dan menjadi pusat
perekonomian di lingkungan keraton disebut Pasar Gedhe. Pada masa Sultan Hamengku Buwono I pendirian Pasar Gedhe
berada di sebelah utara Alun-alun Utara yang dikenal dengan nama Pasar Beringharjo.

Gambar. Keraton Yogyakarta, Alun - Alun, Masjid Gede Kauman, Pasar Beringharjo

Anas Bhakti Ma’arif / D300170124 T E K N I K A R S I T E KT U R U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H S U R A K A R TA 2 0 2 0


JAWABAN SOAL NOMOR 3

Pola tata ruang dan bangunan Komponen arsitektural :


a.) Ornamental
a.) Prinsip mirokosmos hirarkis (Sunaryo, 2015).
Ornament menjadi komponen arsitektural yang penting
kedua konsep ini mengacu pada prinsipnya bahwa raja dalam bangunan-bangunan yang terdapat pada Komplek
adalah pusat dunia (mikrokosmis hierarkis) dan raja Keraton Surakarta. Bentuk ornament ini kemudian
sebagai pengatur keseimbangan alam semesta (mikrokosmos menjadikan identitas bangunan. dan menjadikan pembeda
antara Keraton Surakarta dengan Keraton Lainnya. Contoh
dualistis). ornamental pada bangunan-bangunan di Kompelk Keraton
Surakarta yaitu ragam hias tumbuhan dan ragam hias ular
naga.
b.) Struktur
Merupakan komponen yang penting selain ornament.
Fungsinya selain menjadikan identitas bangunan,yaitu
sebagai kekuatan bangunan yang menjadikan bangunan-
bangunannya bertahan untuk waktu yang lama (mengingat
karakteristik pola kosmologi yang terbagi menjadi empat Keraton Surakarta adalah bangunan cagar budaya)
lapisan yaitu kuthanegara, negara gung, mancanegara,
dan pesisiran.
b.) Prinsip Kiblat Papat Kalima Pancer
LOR
Suatu konsep yang memiliki arti hidup menuju empat arah HUTAN

mata angin namun berpusat pada satu kiblat di tengahnya


Analogi konsep kiblat papat kalima Pancer, Keraton
KULON WETAN
KERATON
Surakarta sebagai pancer atau pusat kiblat dan GUNUNG MERAPI
SURAKARTA GUNUNG LAWU

dikelilingi oleh Hutan Krendhawahana disebelah utara,


Gunung Lawu disebelah timur, Gunung Merapi/Merbabu KIDUL
PANTAI
disebelah Barat dan Pantai Selatan disebelah selatan.
Setiawan (2000) menyatakan bahwa arah timur (wetan)
merupakan asal mula segala sesuatu. Sehingga bangunan Gambar . Denah Keraton Surakarta

keraton disesuaikan dengan arah menghadap pandhapa


besar yaitu Sasana Saweka yang berada di timur.

Anas Bhakti Ma’arif / D300170124 T E K N I K A R S I T E KT U R U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H S U R A K A R TA 2 0 2 0


JAWABAN SOAL NOMOR 4
a.) Definisi Nativisasi
Nativisasi diambil dari kata native, yang berarti asli, orang asli ataupun pribumi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), Nativ-isme bermakna sikap atau paham suatu negara atau masyarakat terhadap suatu kebudayaan
sendiri berupa gerakan yang menolak pengaruh, gagasan atau kaum pendatang. Sedangkan “isasi” lainnya, yaitu upaya
menyebarkan sebuah “isme” atau paham-paham, Sehingga Nativisasi ialah upaya menyebarkan sebuah paham di suatu negara
atau masyarakat terhadap suatu kebudayaan sendiri berupa gerakan yang menolak pengaruh, gagasan atau kaum pendatang.
Definisi Nativisme menurut Muhammad Natsir yaitu usaha yang sistematis maupun tidak yang dijalankan untuk
menghilangkan peran kesejarahan Islam dan umatnya dari suatu negri dengan cara mengangkat budaya lokal setempat
sehingga masyarakat cenderung untuk percaya pada kepercayaan nenek moyang.
b.) Dampak nativisasi terhadap karakter islam
Dari gambar diatas terlihat bagaimana progam nativisasi kolonial belanda menggiring pola pikir masyarakat Islam di
Jawa kembali pada dunia mistik yang menjadikannya cenderung pada islam sinkretik yang semakin jauh pada ajaran
Alquran dan Hadist.

Gambar . Skema Perkembangan Varian Islam DiJawa

Anas Bhakti Ma’arif / D300170124 T E K N I K A R S I T E KT U R U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H S U R A K A R TA 2 0 2 0


JAWABAN SOAL NOMOR 5
a.) Secara formal dalam politik pemerintahan b.) Secara non formal terkait perkembangan seni
Sejarah Jawa akhir abad ke 15 hingga awal abad ke 16 mempunyai budaya
arti penting bagi perkembangan Islam. Hal tersebut dilihat 1. Melalui Wayang
sebagai masa peralihan dari sistem politik HinduBudha yang Wayang merupakan bentuk kebudayaan Hindu-Budha
berpusat dipedalaman Jawa Timur ke sistem sosial politik Islam yang diadopsi Walisongo sebagai sarana untuk
yang berpusat di pesisir utara Jawa tengah. Dimana Walisongo mengenalkan ajaran Islam. Sampai saat ini pakem
berperan sebagai pencetus puncak islamisasi yang terjadi di cerita asli pewayangan masih merupakan kisah-
Jawa. kisah dari kitab Mahabaratadan Ramayana yang
Contoh saja di Jawa Tengah, dengan runtuhnya kerajaan Majapahit merupakan bagian dari kitab suci Hindu. Walisongo
akibat serangan Kediri (1478) dapat dikatakan bahwa pusat mengadopsi kisah-kisah tersebut dengan
kekuasaan politik Hindhu dan Budha sudah tidak berperan lagi. memasukkan unsur nilainilai Islam dalam plot
Berdirinya Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa cerita tersebut. Pada prinsipnya, walisogo hanya
merupkan realitas politik dimana politik Jawa Islam telah dapat mengadopsi instrumen budaya Hindu yang berupa
menggeser kekuatan politik Jawa-Hindu Majapahit. wayang, dan memasukkan nilai-nilai Islami untuk
Kerajaan Islam Demak merupakan simbol berdirinya kekuatan menggantikan filsafat yang terdapat di dalamnya.
politik Islam perrtama di Jawa yng menjadi titik peralihan
sekaligus masa transisi dari masa Hindu ke masa Kewalen 2. Kreasi Seni Islam Bernuansa Budaya Lokal
(Kewalian). Demak diakui mampu menyebarkan Islam secara Banyak bentuk kreasi budaya Islam yang
kultural yangditandai dengan kemampuan para wali dalam dikembangkan oleh Walisongo dalam rangka
mengadaptasikan agama dengan budaya lokal (Jawa).Munculnya menyesuaikan Islam dengan budaya setempat. Dari
kesultanan Demak nantinya melahirkan Kesultanan Pajang dan sisi kesenian, kita dapat mencatat kreasi
Mataram. Fondasi dakwah kultural yang telah ditanamkan oleh Walisongo yang berupa tembang macapat, lagu-lagu
para wali dan da'i tidak pernah Begitu juga pada era Mataram pujian keagamaan, lagu-lagu dolanan, dan
Islam perpaduan dan adaptasi kultural Islam dengan budaya lokal bentukbentuk permainan untuk anak-anak dan
semakin kental sehingga corak kultur keberagamaaan ini lebih remaja.
dikenal dengan sebutan Islam Kejawen.

Anas Bhakti Ma’arif / D300170124 T E K N I K A R S I T E KT U R U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H S U R A K A R TA 2 0 2 0


JAWABAN SOAL NOMOR 6
Dikarenakan pada zaman hindu-budha alun-alun telah ditulis di buku Negara Kertagama sejarah bermula dari kelompok
tani yang menggunakan lahan yang luas sebagai bercocok tanam maka harus dibuatkan upacara untuk meminta izin kepada
Dewi Tanah yaitu dengan jalan membuat sebuah lapangan yang disebut "Tanah Sakral" yang berbentuk persegi empat dan
dikenal oleh masyarakat setempat dengana sebutan alun-alun.
Setelah kekuasaan Hindu-Budha berakhir digantikan oleh Islam. Alun-alun juga hadir di Kesultanan Mataram yang
didirikan oleh Penembahan Senopati. Alun-alun dan Keraton tak bisa dipisahkan karena menjadi pusat pemerintah dan
pusat kebudayaan tempat raja tinggal, sehingga keraton dan alun-alun adalah miniatur makrokosmos yang disakralkan.
Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa ilang Budaya Jilid 3: Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris (2018) menyebutkan
bahwa, konsepsi ruangan yang disusun kesultanan mataram adalah pengembangan dari tata ruang Candi Plaosan Lor yang
diperkirakan dari abad ke-9.

Gambar . Tatanan Keraton Surakarta Menurut Kosmologi

Anas Bhakti Ma’arif / D300170124 T E K N I K A R S I T E KT U R U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H S U R A K A R TA 2 0 2 0


JAWABAN SOAL NOMOR 7
Langgar merupakan sentrum aktivitas masyarakat Konsep :
muslim pedesaan Jawa.Secara kultural,langgar Berdasarkan Isu dan Analisa disamping, maka konsep yang
mempunyai fungsi sebagai basis komunikasi digunakan untuk tidak mendorong terjadinya sinkretisme ritual
religius jamaah, tempat inisiasi bagi anak-anak islam dan jawa,yaitu merubah fasad dari Langgar itu
laki-laki menuju usia muda,dan tempat pertemuan sendiri,terutama bagian atap langgar, dimana langgar pada zaman
umum warga. dahulu dengan menggunakan atap brunjung ( seperti atap joglo )
mempunyai kesan sakral. Dan tidak terlihat adanya ornamen atau
ISU : bagian dimana langgar tersebut di gunakan untuk Beribadah.
Sebagai institusi kultural muslim pedesaan Dengan konsep Pendekatan Transendental,yang dimana dalam
Jawa, langgar telah menyediakan berbagai kegiatan spiritualis dilanggar tersebut secara psikis merasa
rujukan nilai-nilai dan norma-norma asetis bagi selalu diawasi Allah SWT.
muslim pedesaan Jawa dalam beragama dan
Konsep Bentuk :
bermasyarakat, termasuk di dalamnya adalah
tempat untuk melestarikan kesenian-kesenian
leluhur mereka.

Analisa :
Berdasarkan isu diatas, masih terjadi Tampak dan Detail :
sinkretisme Islam dan Jawa, dimana Langgar masih
digunakan sebagai tempat untuk melestarikan
DETAIL DETAIL
kesenian dan juga kebiasaan leluhur seperti WUWUNGAN WUWUNGAN
DETAIL
ORNAMEN ATAP
selametan,kondangan dan lainnya.Maka dari itu
perlu adanya perubahan bentuk langgar untuk
merubah presepsi masyarakat bahwa langgar hanya
digunakan untuk beribadah yaitu Sholat dan
Mengaji.

Gambar . Bentuk Langgar Pada Zaman Dahulu

Tampak Depan Tampak samping Tampak Persperktif Tampak Persperktif

Anas Bhakti Ma’arif / D300170124 T E K N I K A R S I T E KT U R U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H S U R A K A R TA 2 0 2 0


MATURSUWUN

T E K N I K A R S I T E KT U R U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H S U R A K A R TA 2 0 2 0

Anda mungkin juga menyukai