Oleh
Iman Khoerudin
1215010083
Banten pada masannya merupakan kota besar di nusantara yang dikenal sebagai
pusat perdagangan internasional. Kita tau bukan saja pedagang dari nusantara seperti
maluku, solor, Makassar, Sumbawa, Gresik dan Sumatera tapi pedagang internasional mulai
dari Arab, cina, India, Gujarat, Turki, Belanda, Inggris, Denmark, Perancis hingga Portugis
juga ikut Berdagang di Banten.
Dengan padatnya kegiatan di banten ini, tentu memperlukan saran yang mendukung.
Maka dari itu, untuk mendukung kelancaran aktivitas perdagangan di Banten, pihak
Kesultanan membangun sarana dan prasarana seperti pasar Pelabuhan, gudang,
penginapan hingga pembuatan mata uang. Dengan keadaan yang semakin nyaman ini, tidak
sedikit para pedagang baik yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang lama
menetap disana dan akhirnya membuat penguasa Banten harus mengatur pemukiman
penduduk asing dan lokal disana. Sampai saat ini pun sisa-sisa pemukiman tersebut masih
dapat kita jumpai.
Salah satunya adalah kampung Bugis. Kampung ini terletak di sisi Timur dari kota
Banten lama. Sampai saat ini masih dapat kita jumpai beberapa rumah-rumah panggung yang
menjadi ciri khas masyarakat Bugis. Ada juga Kampung Pekojan yang berada di sisi Utara
dari kota Banten Lama. Kampung ini merupakan pemukiman dari orang-orang Arab India,
Gujarat dan Turki. Walau saat ini perkampungan ini hanya tinggal tersisa reruntuhan runtuh.
Ada juga Kampung Pecinan di disisi Barat dari kota Banten lama yang ditandai
dengan adanya klenteng avalokitesvara yang merupakan salah satu klenteng tertua yang ada
di pulau Jawa. klenteng ini dibangun pada masa pemerintahan Syarif Hidayatullah. Ada pula
Gerbang Masjid Pecinan tinggi yang bergaya arsitektur Cina yang berasal dari abad ke-18.
Selain itu ada juga perkampungan Eropa yang terletak di benteng speelwijk yang
terletak dibagian sudut Utara Kota Banten Lama. Benteng ini merupakan pertahanan dari
orang-orang Eropa. Ada pula jejak pemakaman dari orang-orang Eropa yang berada di dekat
benteng speelwijk.
Untuk pemukiman pedagang nusantara juga ada kampung Kebalen yang merupakan
pemukiman bagi orang-orang Bali saat itu. Sayangnya sudah tidak lagi menggambarkan
masyarakat Bali karena sudah berkembangnya pembangunan di daerah ini salah satunya
pembangunan Terminal kawasan Banten Lama.
Oleh : Junianto
Sistem kekuasaan raja di Jawa, memiliki bentuk yang bercorak sakral, dalam konsepsi
wahyu atau dikenal dengan “Dewa – Raja” ini menyebabkan legitimasi bersifat sakral dan
akhirnya konsepsi kota-kota yang tumbuh dari sebuah pusat kerajaan berlandaskan konsepsi
religius-budaya. Keberadaan kerajaan Mataram Islam merupakan jejak yang sangat penting
di Jawa, mengingat semasa kejayaannya pernah menguasai sebagian besar wilayah
Indonesia saat ini. Ini menyebabkan kerajaan ini berperan penting dalam perkembangan
budaya yang ada saat ini. Salah satunya adalah mengenai konsep Mancapat-mancalima yang
terimplementasikan pada struktur perkotaan mereka.
Penataan ruang pada masa kerajaan Mataram Islam, mengenal suatu hubungan yang
mempunyai struktur tertentu antara negara agung dan mancanegara. . Tata ruang ‘negara’
Jawa masa kerajaan Mataram Islam, terbagi dalam sistem lingkaran, dengan empat radius
berbeda secara hirarkis. Raja berkedudukan sebagai pusat sistem, secara simbolik sebagai
satu-satunya segala kekuasaan dan kewibawaan. Raja dianggap memiliki segala sesuatunya
di dalam ‘negara’. Kehormatan dan kedudukan, keadilan dan wibawa, kebijaksanaan dan
kesejahteraan, kesemuanya menjelma dalam diri sang raja.
Lalu secara berurutan ‘negara’ Mataram Islam, sebagai ibukota berada di lingkaran
kedua. Tempat ini biasanya tempat hidup bara bangsawan. Ada pula Negara agung (Tanah
suci) yang berada di lingkaran ketiga yang biasnaya digunakan sebagai tanah guna pakai.
Lalu terakhir Lingkaran ke-empat yang disebut daerah mancanegara. Wilayah mancanegara
ini, dipimpin oleh beberapa orang bupati yang merupakan bawahan langsung dari Patih
Dalem. Kesemuanya ini sebenarnya dibatasi oleh batas imajiner.
Selanjutnya tatanan masyarakat jawa yang buah hasil akulturasi budaya yang pernah
berkembang disana menyebabkan munculnya kesatuan eksistensi yang akhirnya
mengajarkan masyarakat konsep keselarasan tatanan. Dalam ajaran-ajaran Jawa, dikenal
penuh dengan simbolisme, yang memacu angan dan renungan. Ajaran tersebut, juga
terkandung dalam mitologi wayang purwa, yang diilhami oleh Mahabarata. Kehidupan di dunia
dianggap hanya merupakan pencerminan semata.
Studi kasusnya bisa ditemukan pada beberapa kota kerajaan mataram islam yang kita
ketahui hari ini. Berikut adalah beberapa kota kerajaan yang ditelusuri.
Akan kita temui di berbagai kota tersebut bahwa Raja sebagai pusat kekuasaan kota,
lalu keraton sebagai pimpinan pemerintahan kota atas nama raja di batas kedua dan pusat
kerajaan di batas ketiga. Dalam struktur kota inilah mancapat mancalima ada, walaupun
hanya sebatas pada hirarki ketiga (Dalem/raja-Komplek Kraton-Negara). Kasusnya agak
berbeda ketika penelusuran kota kerajaan Kartasura dan Surakarta yang memiliki 4 hirarki
(dengan Mancanegara sebagai hirarki keempatnya.