Anda di halaman 1dari 19

MUNCULNYA KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM

MAKALAH

Disusun oleh:
Nilawati 202315570001
Nina Fauziah

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI


PROGRAM STUDI S1 SEJARAH
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang di susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Amerika dengan dosen pengampu Bapak
Huddy Husin, M.Pd
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 12 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................1
B. PERUMUSAN MASALAH.........................................................1
C. TUJUAN PENELITIAN..............................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. PENYEBARAN ISLAM DARI TIMUR TENGAH................. 2
B. KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA..............2
BAB III SIMPULAN ........................................................................................... 7

iii
iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia merupakan bagian integral dari


sejarah Nusantara yang kaya. Makalah ini akan mengeksplorasi faktor-faktor yang
mempengaruhi munculnya kerajaan-kerajaan Islam, perkembangan mereka, dan
dampaknya terhadap budaya dan masyarakat di wilayah ini.

Kerajaan-kerajaan Islam berdiri di beberapa wilayah dinusantara pada


abad XVIII, abad ini merupakan puncak perkembangan Islam. kerajaan-kerajaan
tersebut secara konsepsional, dimaksudkan tentunya dalam rangka menciptakan
kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya serta memberikan kebebasan bagi
rakyat agar kreatif dalam segala bidang kehidupan, termasuk berdagang, kerajaan-
kerajaan Islam tersebut antara lain di pulau Sumatera, kerajaan Aceh Darussalam
dan kerajaan Samudera Pasai, di pulau Jawa, kerajaan Demak, Kerajaan Mataram,
Kerajaan Banten, dan Kesultanan Cireboni, di pulau Sulawesi, Kesultanan
Makasar yang merupakan gabungan dari kesultanan Gowa dan Tallo, di Pulau
Maluku Kesultanan Ternate1 dan Kesultanan Tidore serta di pulau Kalimantan
ada kerajaan Banjar.
Keberadaan institusi politik Islam menjadi indikasi kuat bahwa hukum Islam telah
berlaku dalam kehidupan masyarakat nusantara saat itu, para raja bersama para
ulama mendorong rakyatnya untuk mengikuti peraturan dan ketentuan yang
ditetapkan dalam ruang lingkup institusi politik kerajaan dan memberlakukan
hukum Islam sebagai hukum positif.

Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia:


a. Penyebaran Islam dari Timur Tengah.
b. Peran pedagang Muslim dalam penyebaran agama.

1
2

c. Proses akulturasi antara budaya lokal dan ajaran Islam.

Faktor-Faktor Munculnya Kerajaan Islam:


a. Peran ulama dan tokoh keagamaan.
b. Faktor politik dan ekonomi yang mendukung konversi ke Islam.
c. Proses konversi masyarakat secara bertahap.

B. RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah pada makalah ini yaitu, bagaimana awal mula
munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia

A. TUJUAN
Tujuan pada makalah ini yaitu, mengetahui gambaran dan awal mula
bagaimana awal mula munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENYEBARAN ISLAM DARI TIMUR TENGAH


Sejarah pertumbuhan jaringan antara penuntut islam dari Nusantara dengan
banyak ulama Timur Tengah, khususnyha Haramyn, melibatkan proses-proses historis
yang amat kompleks. Jaringan murid-guru yang tercipta antara kaum Muslim-baik
dari kalangan penuntut ilmu dan ulama maupun muslim awam umumnya dianta
kawasan Dunia Muslim ini- merupakan buah dari interaksi panjang diantara wilayah
Muslim Di Nusantara dan Timur Tengah.
Proses-proses dan alur historis yang terjadi dalam perjalanan Islam di
Indonesia dan hubungannya denganperkembangan islam di Timur Tengah, bisa di
lacak sejak masa-masa awal kedatangan dan penyebaran Islam di Nusantara sampai
kurun waktu yang demikian panjang. Yaitu sejak terjadinya interaksi anata kaum
muslim Timur Tengah dengan masyarakat Nusantara di akhir abad ke-18. Kita dapat
melihat banyak kontinuitas dalam hubungan antara kaum muslim dan di kedua
wilayah ini. Namun perlu di catat terdapat pula perubahan-perubahan dalam bentuk-
bentuk interaksi yang terjadi; pada awalnya hubungan itu lebih berbentuk hubungan
ekonomi dan dagang, kemudian di susul hubungan politik - keagamaan, dan untuk
selanjutnya di ikuti dengan hubungan intelektual agama.
Penyebaran Islam membawa konsep baru tentang legitimasi kekuasaan yang
berbasis pada ajaran agama. Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara sering
menggunakan Islam sebagai dasar legitimasi otoritas mereka.

 Peran ulama Timur Tengah dalam pembentukan pembentukan kekuasaan


Ulama dari Timur Tengah turut memainkan peran penting dalam pembentukan
dan penguatan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kehadiran mereka memberikan
dukungan keagamaan kepada penguasa dan membentuk landasan moral bagi
pemerintahan.
 Pengaruh Sosial dan Budaya
Penyebaran Islam membawa perubahan sosial dan budaya yang signifikan.
Adopsi nilai-nilai Islam oleh masyarakat membentuk fondasi kehidupan sehari-hari,

3
4

menciptakan norma-norma baru, dan mengubah tata nilai masyarakat yang kemudian
tercermin dalam struktur kerajaan.

 Hubungan dengan pedagang muslim


Pedagang Muslim dari Timur Tengah yang aktif dalam perdagangan maritim
menjadi penghubung utama antara kawasan tersebut dengan Nusantara. Hubungan ini
tidak hanya ekonomis, tetapi juga membawa bersamaan ajaran Islam dan pengaruh
keagamaan.

 Pengaruh Hukum Islam dalam Struktur Pemerintahan


Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara seringkali diiringi dengan
penerapan hukum Islam sebagai dasar hukum dalam sistem pemerintahan. Hal ini
menciptakan harmonisasi antara kekuasaan politik dan ajaran agama.

Melalui interaksi ini, penyebaran Islam dari Timur Tengah menjadi pendorong
utama pembentukan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kedua elemen ini saling
memperkuat satu sama lain, menciptakan warisan budaya dan sejarah yang kaya di
wilayah Indonesia.

B. KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA


Menurut berbagai sumber sejarah, agama Islam masuk pertama kalinya ke
nusantara sekitar abad ke 6 Masehi. Saat kerajaan-kerajaan Islam masuk ke tanah air
pada abad ke 13, berbagai kerajaan Hindu Budha juga telah mengakhiri masa
kejayaannya.

Kerajaan Islam di Indonesia yang berkembang saat itu turut menjadi bagian
terbentuknya berbagai kebudayaan di Indonesia. Kemudian, salah satu faktor yang
menjadikan kerajaan-kerajaan Islam makin berjaya beberapa abad yang lalu ialah
karena dipengaruhi oleh adanya jalur perdagangan yang berasal dari Timur Tengah,
India, dan negara lainnya.

 Kerajaan Samudra Pasai (1267-1521)

Menurut beberapa sumber, disebutkan bahwa Kerajaan Samudera Pasai berdiri


lebih awal dibandingkan Dinasti Utsmani di Turki yang berdiri pada tahun 1297
masehi. Menurut catatan dari Marcopolo, disebutkan pula bahwa ada seorang
pedagangan yang berasal dari Venesia, Italia dan singgah di Samudera Pasai tahun
1292 masehi.

4
5

Dari catatan dari Marcopolo tersebut, Marcopolo menerangkan bahwa ia telah melihat
sebuah kerajaan Islam yang telah berkembang pada saat itu, diketahui bahwa kerajaan
Islam yang Marcopolo lihat adalah Samudera Pasai dengan ibukotanya di Pasai.

Selain dari dua catata dari Ibnu Battutah dan Marcopolo mengenai waktu berdiri
Samudera Pasai, ada pula sebuah hikayat yaitu Hikayat Raja Pasai serta beberapa
tulisan dari penyelidikan sejumlah ahli sejarah di Eropa.

Menurut para ahli sejarah di Eropa, Kerajaan Samudera Pasai muncul pada
sekitar pertengan abad ke 13 dengan raja pertamanya ialah Sultan Malik Al Saleh.
Beberapa sumber menyatakan bahwa Sultan Malik Al Saleh bisa menjadi raja
pertama dari Kerajaan Samudera Pasai karena Nazimuddin Al Kamil.

Nazimuddin Al Kamil ialah seorang laksamana laut yang berasal dari Mesir. Pada
tahun 1238 M, Nazimuddin Al Kamil diperintahakn oleh Kesultanan Mamluk yang
berada di Kairo untuk merebut sebuah pelabuhan yang bernama Kambayat berada di
Gujarat India. Perebutan pelabuhan tersebut bertujuan untuk menjadikan pelabuhan
sebagai tempat pemasaran barang perdagangan yang berasal dari timur.

Atas perintah dari Kesultanan Mamluk tersebut, Nazimuddin Al Kamil kemudian


mengangkat Marah Silu atau Sultan Malik Al Saleh sebagai pemimpin pertama atau
raja pertama dari Kerajaan Samudera Pasai di Aceh dengan gelar Sultan Malikussaleh
atau Sultan Malik Al Saleh pada tahun 1267 hingga 1297 M.

Meskipun dipercaya bahwa Sultan Malik Al Saleh mendapatkan takhta Kerajaan


Samudera Pasai dari pemberian Nazimuddin Al Kamil, Sultan Malik Al Saleh masih
mendapatkan pengakuan sebagai pendiri sekaligus penguasa pertama dari Kerajaan
Samudera Pasai.

Sementara itu ada beberapa sumber yang menyebutkan kisah berbeda mengenai cara
Marah Silu atau Sultan Malik Al Saleh mendapatkan gelar sebagai pendiri dan raja
pertama dari Kerajaan Samudera Pasai.

Menurut para ahli sejarah di Eropa, dijelaskan bahwa Nazimuddin Al Kamil yaitu
seorang laksamana laut dari Mesir yang berasal dari Dinasti Fatimiyah berhasil
menaklukan kerajaan Hindu Budha yang berada di Aceh lalu mendirikan kerajaan di
Pasai.

Nazimuddin Al Kamil pun wafat lalu Pasai dikuasai oleh seorang laksamana bernama
Johan Jani yang berasal dari Pulau We yang berasal dari Dinasti Mamaluk yaitu
dinasti yang menggantikan Dinasti Fatimiyah.

Johan Jani kemudian berniat untuk merebut kerajaan dari para pendahulu. Dinasti
Mamaluk kemudian mengutus seorang pendakawah yang bernama Syaikh Ismal dan
Fakir Muhammad yang sebelumnya pernah berdakwah di sekitar Pantai Barat India
lalu bergerak ke Pasai.

5
6

Di Pasai dua pendakwah tersebut pun bertemu dengan Marah Silu yaitu salah satu
anggota angkatan perang dari di Kerajaan Pasai. Syaikh Ismal serta Fakir Muhammad
kemudian membujuk Marah Silu untuk memeluk agama Islam lalu mendirikan
Kerajaan Samudera dengan tujuan untuk menandingi Pasai.

Usai memeluk agama Islam, Marah Silu pun mendapatkan gelar Sulran Malik Al
Saleh serta menjadi raja pertama dari Kerajaan Samudera. Kerajaan Samudera sendiri
terletak di bagian kiti dari Sungai Pasai dan menghadap ke arah Selat Malaka.

Sultan Malik Al Saleh lalu menikah dengan putri Ganggang Sati yaitu
keturunan dari Sultan Aladdin Muhammad Amin yang berasal dari Kerajaan Perlak.
Lalu sejak saat itulah, dua kerajaan Islam tersebut pun bergabung menjadi satu dan
menjadi Kerajaan Samudera Pasai.

Nama Samudera Pasai sendiri sebenarnya berasal dari Samudera Aca Pasai yang
artinya adalah Kerajaan Samudera yang baik dengan ibu kota berada di Pasai. Usai
Sultan Malik Al Saleh meninggal dunia, takhta kerajaan pun digantikan oleh putranya
yaitu Sultan Muhammad atau Malik Al Tahir pada 1297 M hingga 1326 M.

Sebagai tambahan informasi, Sultan Malik Al Saleh mendapatkan gelar Al Malikush


Zhahir, sedangkan putranya diberi gelar Al Malikul Mansu Azh Zahir, yaitu gelar
yang dipakai oleh Sultan Mamalik kedua yang berada di Mesir, yaitu Al Malikuzh
Zhair Bibars pada tahun 1260 hingga 1277.

Al Mansur sendiri adalah gelar yang diberikan dari Sultan Mamalik ketiga. Sultan Al
Malikuz Zhahir anak dari Merah Silu atau Sultan Malik Al Saleh pun menjadi sulten
kedua di Samudera Pasai dan memiliki nama kecil Raja Muhammad.

Dari dua sumber tersebut, dapat diketahui bahwa pendiri Kerajaan Samudera Pasai
yang diakui adalah Meurah Silu atau Sultan Malik Al Saleh sebagai pendiri dan raja
pertama Kerajaan Samudera Pasai.

Masa kejayaan Samudra Pasai, Ibnu Batutah berkesempatan untuk


mengunjungi Kerajaan Samudera Pasai di masa-masa kejayaannya yaitu pada masa
pemerintahan Sultan Al Malik Az Zahir II yang berkuasa hingga tahun 1349 M.
Samudera Pasai saat itu berdagang lad sebagai salah satu komoditas utamanya dan
memiliki peran sebagai bandar dagang besar saat itu.

Bahkan pada masa tersebut, Kerajaan Samudera Pasai ini telah mengeluarkan
bentuk alat tukar berupa koin emas atau dirham dengan komposisi emas pada alat
tukar tersebut adalah 70 persen murni. Selain berjaya karena perdagangan, Kerajaan
Samudera Pasai juga menjadi pusat dari penyebaran agama Islam. Sebab, letak
Kerajaan Samudera Pasai dinilai strategis serta mudah dikunjungi oleh orang-orang
dari berbagai daerah dengan beragam agama.

Kerajaan Samudera Pasai pun sempat mendapatkan serangan dari Kerajaan Majapahit
di masa jayanya. Namun, Kerajaan Samudera Pasai berhasil kembali merengkuh

6
7

masa-masa keemasan di era pemerintahan seorang sultan perempuan dengan gelar


Sultanah Malikah Nahrasyiyah yang memegang takhta pada tahun 1406 hingga 1428
M.

Sultanah Nahrasyiyah pun memiliki peran besar dalam memajukan Kerajaan


Samudera Pasai, termasuk dalam menjadikan Samudera Pasai sebagai salah satu pusat
perkembangan agama Islam yang besar serta kuat di Nusantara saat itu.

Masa Akhir Kerajaan Samudera Pasai serta Invasi dari Portugis


Menurut catatan Tiongkok, putra dari Zainal Abidin seharunya memiliki hak
untuk dapat menduduki takhta kerajaan di Samudera Pasai. Akan tetapi, seorang
nelayan berhasil merebut takhta tersebut. Karena tidak merasa senang, Zainal Abidin
pun membunuh nelayan yang merebut takhtanya, lalu Zainal Abidin pun naik takhta
yang sebelumnya memang haknya.

Raja Iskandar yaitu anak dari Raja Samudera Pasai pada tahun 1412 pun
dibawa oleh Laksamana Cheng Ho untuk mengunjungi Tiongkok lalu datang dan
menghadap kepada Maharaja Tiongkok. Lalu usia sampai di Tiongkok, Raja Iskandar
pun meninggal karena terbunuh. Semenjak terbunuhnya Raja Iskandar, jarang
terdengar hubungan diplomatis yang terjadi antara Pasai serta Tiongkok. Tercatat
bahwa kunjungan terakhir Kerajaan Samudera Pasai ke Tiongkok adalah pada tahun
1434.

Sementara itu, Malaka saat itu mulai naik dan Kerajaan Samudera Pasai mulai
turun. Pelabuhan di Pasai secara perlahan pun berangsur-angsur mulai sepi dan
pantainya mulai dangkal. Sehingga, banyak kapal yang memilih untuk melabuhkan
kapalnya di Pelabuhan Malaka.

Sejak saat itu, pusat kegiatan Islam yang mulanya berada di Pasai pun
berpindah ke Malaka. Selain itu, banyak pula warga yang berasal dari Samudera Pasai
memilih untuk meninggalkan kampung halamannya usai Portugis melakukan invasi
dan menyerang Samudera Pasai pada tahun 1521.

Lantas makin banyak pula warga di Samudera Pasai yang pergi dan memilih
merantau ke tanah Jawa terutama merantau ke Jawa Timur dan menetap di sana yaitu
ke daerah pusat kekuasaan Majapahit.

Salah satu warga asal Pasai yang datang ke Jawa bernama Fatelehan atau
Fatahillah atau Syarif Hidayatullah. Ia memutuskan untuk peri merantai ke Jawa
sebab saat itu Kerajaan Samudera Pasai yaitu negerinya tengah diserang oleh Portugsi.
Di jawa, Fatahillah pun memutuskan untuk berkarirs sebagai seorang panglima
perang di Demak untuk mengalahkan Galuh serta Pajajaran. Hingga akhitnya
Fatahillah sukses dan mendirikan kota Banten serta Cirebon.

Jadi bisa di simpulkan ada beberapa faktor terbentuknya kerajaan ini pun di
bagi menjadi beberapa aspek yaitu; Politik, ekonomi dan sosial, diantaranya ada
faktor didalamnya;

7
8

a. Perdagangan maritim

b. Islam sebagai identitas politik

c. Peran ulama dalam missonaris Islam

d. Kontrak dengan dunia Arab

e. Ketertarikan terhadao ilmu pengetahuan

f. Keamanan Maritim

 Kerajaan Demak (1478-1554)

Berdirinya Kerjaan Demak, Kerajaan Demak adalah sebuah kerajaan


Islam pertama yang ada di pantai utara Jawa. Dulu, wilayah Demak pertama muncul
sebagai kabupaten dari Kerajaan Majapahit. Kesultanan atau Kerajaan Demak
menjadi salah satu pelopor yang cukup besar dalam menyebarkan Agama Islam di
wilayah Pulau Jawa. Namun, umur Kerajaan Demak relatif pendek dibandingkan
dengan kerajaan lainnya. Salah satu peninggalan yang cukup terkenal dari Kerajaan
Demak yaitu Masjid Agung Demak, yang didirikan oleh para Wali Songo.

Selain itu, Kerajaan Demak juga menjadi salah satu pusat persebaran Agama
Islam yang ada di Indonesia. Pastinya, Kerajaan Demak mempunyai sejarah yang
cukup kompleks. Mulai dari proses berdirinya sampai berakhirnya kerajaan tersebut.

Di dalam proses perjalanannya, Kerajaan Demak mempunyai peristiwa atau


kejadian yang sangat penting di dalamnya. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah
beberapa pembahasan mengenai sejarah berkuasanya Kerajaan atau Kesultanan
Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Pendiri Kerajaan Demak sendiri yaitu Raden Patah. Selain pendiri, Raden
Patah juga menjadi raja pertama di kesultanan tersebut. Setelah Ia pergi meninggalkan
Majapahit, Raden Patah memperoleh dukungan dari Bupati yang berkuasa di sekitar
wilayah Demak. Lalu, Ia mendirikan Kerajaan Demak. Hingga kemudian kerajaan
tersebut menjadi sebuah kerajaan Islam, sehingga aturan dan norma yang diterapkan
berlandaskan pada nilai-nilai dan ajaran Islam.

Tak hanya itu saja, berdirinya Kerajaan Demak ditandai oleh keberadaan
condro sengkolo. Menurut cerita yang beredar hingga saat ini, ketika Raden Patah
pergi berkunjung ke Glagah Wangi, Ia berjumpa dengan seorang yang dikenal dengan
panggilan Nyai Lembah. Disana Raden Patah kemudian disarankan untuk menetap di
Glagah Wangi.

Setelah menerima saran tersebut, akhirnya Raden Patah menerimanya dan


mulai tinggal di wilayah tersebut. Sekarang, daerah Glagah Wangi dikenal dengan

8
9

julukan Bintoro Demak. Seiring berjalannya waktu, wilayah Bintoro Demak berubah
menjadi pusat Ibu Kota untuk seluruh kegiatan Kerajaan Demak.

Kehidupan Masyarakat Pada Masa Kejayaan Kerajaan Demak

1. Kehidupan Sosial
Perbedaan yang paling mendasar dari kehidupan masyarakat di Kerajaan Islam
dan juga Kerajaan Hindu adalah akses yang cukup masif terhadap agama yang dianut
oleh sebagian besar masyarakatnya. Di dalam Agama Islam sendiri tidak ada yang
namanya kasta, jadi bisa dianut oleh berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, di
Agama Islam juga tidak ada ritual-ritual yang harus mengeluarkan biaya cukup mahal
seperti persembahan kepada dewa atau brahmana seperti yang dilakukan oleh umat
dari Agama Hindu.

Sistem sosial yang ada di dalam kerajaan Islam bersifat egaliter. Seperti
halnya pelaksanaan sholat Jumat yang bersamaan dengan masyarakat biasa. Hal
tersebut tentu merupakan salah satu bentuk kebaruan yang tidak bisa ditemukan di
masa lampau.

Terlebih di dalam sistem feudal, dimana di sistem tersebut meletakkan posisi


pemimpin di tempat yang sangat tinggi. Hampir semua masyarakat Demak, terutama
masyarakat yang berada di pusat kekuasaan beragama Islam. Kemudian ditunjang lagi
dengan dakwah yang dilakukan oleh berbagai ulama yang dekat dengan para
penguasa yaitu Walisongo.

2. Kehidupan Politik
Jika dilihat dari kacamata politik dan sistem pemerintahannya, Kerajaan
Demak adalah salah satu kekuasaan terbesar di Jawa. Kerajaan tersebut berhasil
mengakhiri dominasi panjang Kerajaan Majapahit dan eksistensi penguasa Sunda
yang sudah secara konsisten berdiri sejak abad keenam Masehi.

Kerajaan Demak sendiri menempatkan adipati sebagai tangan panjang Sultan.


Sementara untuk wilayah seperti Tuban, Surabaya, dan Madiun mempunyai adipati
yang cukup berpengaruh. Pada abad ke 16, Kerajaan Demak kemudian dilanjutkan
oleh kedudukan Portugis di Malaka. Kemudian ada tahun 1527, terjadi peristiwa
perebutan Sunda Kelapa dengan tujuan untuk menguasai semua pesisir yang ada di
pantai utara dan menangkal kedatangan Portugis di Pulau Jawa.

3. Kehidupan Ekonomi
Seperti yang kita tahu bahwa Kerajaan Demak berada di pesisir utara Pulau
Jawa. Sehingga sumber utama ekonomi masyarakat Demak adalah perdagangan laut.
Tidak adanya kerajaan Islam lain di Pulau Jawa, hal ini menjadi salah satu faktor
mengapa Demak sangat aktif dalam melakukan perdagangan di laut. Kemudian,
Kerajaan Demak mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan
Trenggono.

9
10

Dimana pada saat itu, mereka berhasil memperluas wilayah dan menguasai
mayoritas pelabuhan utama seperti Madura, Tuban, Surabaya, Semarang, Cirebon,
Jepara, dan Sunda Kelapa. Tak hanya itu, kadipaten yang ada di pedalaman seperti
Kediri, Madiun, Malang, Pati, dan Panjang juga menjadi sumber utama pertanian dan
juga peternakan untuk komoditas dagang. Di dalam bidang pertanian, Beras Jawa
adalah salah satu komoditas cukup penting di dalam perdagangan internasional di
Indonesia.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Demak


1. Terjadi Perang Antar Saudara
Tragedi perang antar saudara ini berawal dari persaingan yang terjadi antara
pangeran Surowiyoto atau yang lebih dikenal dengan Sekar Seda Lepen dengan
Sultan Trenggana. Mereka merupakan dua putra dari pemimpin Kerajaan Demak
sebelumnya yaitu Raden Patah.

Setelah Raden Patah meninggal dunia, kedua putranya mulai bersaing untuk
memperebutkan kedudukan tahta raja. Setelah adanya persaingan tersebut, akhirnya
Sultan Trenggana lah yang berhasil menduduki tahta raja. Kemudian sesudah Sultan
Trenggana meninggal dunia, kedudukan raja digantikan oleh putranya yang bernama
Sunan Prawoto.

Akan tetapi, kedudukannya tidak berjalan lancar dan ditentang keras oleh
Sekar Seda Lepen. Akibat dari penolakan dari Sekar Seda Lepen, Sunan Prawoto
akhirnya membunuh Seda Lepen di tepi sungai saat Ia baru pulang dari masjid setelah
melakukan sholat Jumat.

Pada tahun 1561, Arya Penangsang yaitu putra dari Sekar Seda Lepen
membalaskan dendam ayahnya dengan membunuh Sunan Prawoto sekeluarga dan
merebut posisi raja Demak yang kelima. Setelah Ia berhasil menjadi seorang raja,
Arya Penangsang memerintahkan para pengikutnya untuk membunuh pemimpin
Jepara yaitu Pangeran Hadiri. Hal itulah yang kemudian membuat para adipati
termasuk Jaka Tingkir Hadiwijaya memusuhi raja tersebut.

2. Adanya Perdebatan Sengketa di Dalam Keluarga


Salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Demak selanjutnya adalah perbedaan
keturunan yang ada di dalam keluarga Raden Patah. Ia diketahui mempunyai banyak
anak laki-laki, tapi berasal dari ibu yang berbeda-beda. Kerumitan yang pertama
dialami setelah meninggalnya Adipati Unus yang tidak memiliki anak laki-laki.

Kemudian Pangeran Surowiyoto atau Sekar Seda Lepen dan juga Raden
Trenggana memperebutkan kekuasaan. Perdebatan tersebut terjadi karena Seda Lepen
yang merupakan putra tertua dari sang raja, tapi Ia terlahir dari istri ketiga. Sementara
Raden Trenggana yang lebih muda, lahir dari istri yang pertama.

10
11

3. Pemerintah Kerajaan yang Gagal


Pemerintah kerajaan Demak yang gagal menjadi salah satu faktor penyebab
Kerajaan Demak runtuh. Berbagai masalah yang terjadi seperti perbedaan mazhab
antara masyarakat dan bangsawa, pemerintah yang tidak peduli dengan rakyatnya dan
terlalu fokus dengan perang Portugis serta kurangnya mendengarkan aspirasi dari
rakyat, membuat Kerajaan Demak tidak dapat bertahan.

Dapat disimpulkan bahwa, adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya


kerajaaan ini, antara lain;

a. Peningkatan penyebaran Islam

b. Hubunngan dagang dan diplomatik

c. Peran ulama dan Misionaris

d. Kekuatan militer

e. Pemerintahan yang Islami

f. Kebutuahan politik dan stabilitas

 Kerajaan Banten (1526-1813)

Kerajaan Islam di Indonesia berikutnya adalah Banten yang berada di ujung


pulau Jawa yaitu daerah Banten. Tanda penyebaran Islam di wilayah ini bermula
ketika Fatahillah merebut Banten dan mulai melakukan penyebaran Islam. Islam
tersebar dengan baik saat itu karena dipengaruhi oleh banyaknya pedagang-pedagang
asing seperti dari Gujarat, Persia, Turki, dan lain sebagainya. Masjid Agung Banten
menjadi salah satu hasil peninggalan Islam yang dibangun sekitar abad ke 16 Masehi

Sama seperti kerajaan Demak, kerajaan Banten pun memiliki 7bfaktor yang
mempengaruhi terbrntuknya kerajaan ini, antaralain;

a. Kontak dengan pedagang dan misionaris Islam

b. Penyebaran agama islam

c. Kemerosotan Kerjaan Sunda

d. Pemberontakan dan ketidak stabillan politik

e. Lokasi geografis yang strategis

f. Faktor militer

11
12

g. Pemerintahan berlandaskan Islam

 Kerajaan Islam Cirebon (1430-1677)

Kesultanan Cirebon masuk sebagai kesultanan Islam ternama di wilayah Jawa


Barat sekitar abad ke 15 dan 16 masehi. Wilayah Cirebon juga masuk dalam area
strategis jalur perdagangan antar pulau.

Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Sebelum mendirikan kerajaan Cirebon,
Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam terlebih dahulu di Tanah Pasundan. Beliau
juga berkelana ke Mekkah dan Pasai. Sunan Gunung Jati juga berhasil menghapus
kekuasaan kerajaan Padjajaran yang saat itu masih bercorak Hindu.

Faktor terbentuknya Kesultanan Cirebon ini antara lain:

a. Adanya pengaruh dari kerajaan Padjajaran

b. Adopsi Islam oleh raja

c. Pengelolaan wilayah yang terpisah

d. Keharmonisan agama dan budaya

 Kerajaan Mataram Islam (1588-1680)

Panembahan Senopati pada tahun 1584 mendeklarasikan terbentuknya


Kesultanan atau Kerajaan Mataram Islam di alas Mentaok. Alas Mentaok adalah
sebuah daerah yang saat ini dikenal dengan sebutan kota Yogyakarta.
Panembahan Senapati selaku pendiri dari Kesultanan Mataram Islam
kemudian menobatkan dirinya sebagai raja sekaligus sultan pertama yang memiliki
gelar Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Panembahan Senopati wafat pada
tahun 1601 dan dimakamkan di Kotagede Yogyakarta.

Setelah beliau wafat, kepemimpinan Kerajaan Mataram dilanjutkan oleh Raden Mas
Jolang yang bergelar Susuhunan Hanyakrawati yang merupakan ayah dari Sultan
Agung.

Adapun pusat pemerintahan Kesultanan Mataram saat itu adalah di Kutagede


atau saat ini lebih dikenal dengan sebutan Kotagede.

Beberapa sumber juga menyebutkan jika wilayah kesultanan atau kerajaan Mataram
Islam pada awalnya hanyalah sebuah hutan. Di tengah hutan tersebut berdiri sebuah
istana tua yang dikenal sebagai Mataram Hindu. Area Mataram Hindu ini adalah
wilayah yang dikuasai oleh kerajaan Pajang hingga akhir abad ke 16 M.

12
13

Asal mula berdirinya Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman serta di


awainya kerajaan Islam pertama di Jawa yaitu Deman Bintoro, dilanjutkan dengan
Kerajaan Pajang dan cerita di balik kemegahan Kerajaan Mataram Islam dapat kamu
temui pada buku Menelusuri Jejak Mataram Islam Di Yogyakarta.

Ketika Sultan Agung Hanyakrakusuma memimpin Kerajaan Mataram Islam


pada tahun 1613 hingga 1645 M, kejayaan Kerajaan Kesultanan Mataram semakin
berada di puncak. Di eranya, Sultan Agung berhasil menguasai banyak daerah
kekuasaan di berbagai wilayah di Jawa.

Selain itu, kemajuan Kerajaan Mataram Islam di bawah kepemimpinan Sultan


Agung juga berhasil menyentuh banyak aspek kehidupan masyarakat saat itu.
Beberapa di antaranya ialah pada bidang ekonomi, keagamaan, budaya, hukum,
pemerintahan dan masih banyak lagi. Di masa kepemimpinannya, Sultan Agung
memiliki beberapa kebijakan penting dalam bidang ekonomi yang diusungnya yakni
sektor pertanian, fiskal dan juga moneter.

Pada era Sultan Agung beliau membangun sektor pertanian dengan


memberikan tanah kepada petani dan membentuk forum komunikasi sebagai tempat
pembinaan. Adapun dalam urusan fiskal, Sultan Agung mengatur regulasi pajak yang
tidak memberikan beban kepada rakyat.

Kemudian pada bidang moneter Sultan Agung membentuk lembaga keuangan


untuk mengelola dana kerajaan. Di bidang keagamaan dan hukum Islam, Sultan
Agung juga menerapkan aturan yang sesuai dengan aturan Islam.

Tak hanya itu, ulama pada kala itu juga diberikan ruang untuk bekerja sama
dengan pihak kerajaan. Bahkan, Sultan Agung juga menetapkan penanggalan atau
Kalender Jawa sejak tahun 1633 di mana penghitungan tanggal tersebut merupakan
kombinasi kalender Saka dan Hijriah.

Pada bidang kebudayaan dan kesenian, Sultan Agung juga termasuk pemimpin
yang sangat berperan dalam memajukan kesenian wilayahnya. Menurut sumber
sejarah, berbagai jenis tarian, gamelan hingga wayang sangat berkembang pesat di
bawah kepemimpinan Sultan Agung.

Runtuhnya Kesultanan Mataram Islam dimulai ketika Sultan Agung kalah


dalam sebuah misi yang bertujuan untuk merebut Batavia. Saat itu Sultan Agung
berjuang menaklukkan seluruh wilayah Jawa dari tangan Belanda.

Setelah peristiwa kekalahan tersebut, aspek ekonomi para masyarakat di Kesultanan


Mataram Islam semakin melemah karena banyak masyarakat yang dikerahkan untuk
menghadapi perang. Dengan demikian, pihak kerajaan serta masyarakat pun tidak
mampu lagi memperbaiki kondisi ekonomi yang terjadi kala itu.

13
14

SIMPULAN

Agama dan budaya adalah pengikat kuat bagi masyarakat agar selalu
terhubungan dengan nilai luhur, dengan nilai sosial, dan dengan kehangatan masa lalu.
Di saat perubahan terjadi secara cepat, agama, dan budaya menyediakan ruang untuk
membangun kohesivitas sosial dan sarana untuk mencapai ketenangan rohani.

Peran Islam dalam budaya Indonesia tidak bisa diabaikan untuk pembangunan
masyarakat dan kebudayaannya. Makalah ini muncul sebagai upaya untuk melihat
jejak Islam dalam kebudayaan Indonesia. Islam di Indonesia tumbuh berkembang
dengan pesat dan menjadi satu anyaman yang kuat dan menguatkan dengan nilai
sosial yang ada di masyarakat.

Makalah ini ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai eksistensi nilai


Islam dalam kebudayaan Indonesia dan bagaimana cipta, karsa, dan karya manusia
Indonesia dilihat kembali sebagai khazanah untuk menggali kearifan lokal, seraya
tetap mendorong pembangunan manusia yang unggul dan berdaya saing, sehingga
pembaca bisa menapaki kembali kekayaan khazanah nilai luhur agama dalam
kebudayaan Indonesia.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Kompas : Sejarah perang Dunia I (1914-1918).2020. Diambil dari


https://www.gramedia.com/literasi/kerajaan-islam-di-indonesia-
nusantara/#Kerajaan_Islam_Pertama_di_Indonesia
2. Sejarah kerajaan Mataram Islam. Diambil dari
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-kerajaan-mataram-
islam/#Sejarah_Kerajaan_Mataram_Islam_-_Pendiri_Kerajaan_Mataram_Islam

3. Sejarah Kerajaan Samudra Pasai


https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-kerajaan-mataram-
islam/#Sejarah_Kerajaan_Mataram_Islam_-_Pendiri_Kerajaan_Mataram_Islam

15

Anda mungkin juga menyukai