Anda di halaman 1dari 4

Terorisme dan Radikalisme, Sanggupkan Pemerintah Mengatasinya?

Indonesia adalah negara yang sangat beragam. Dalam hal agama saja, Indonesia kurang lebih
memilik enam agama resmi. Hal ini juga didukung di sila pertama pancasila yang berbunyi “Ketuhanan
yang maha esa”. Interpretasi dari sila pertama pancasila adalah setiap warga negara Indonesia wajib
memiliki tuhan. Memiliki tuhan disini berarti beragama. Seorang warga Indonesia wajib memeluk
sebuah agama dan melaksanakan perintah dan menghindari larangan dari agama yang dipeluknya.

Dalam beragama, kita tetap harus memerhatikan kondisi lingkungan sekitar. Jangan sampai kita
mengganggu orang lain apalagi sampai menyakitinya. Kita juga harus selalu menghargai dan
menghormati orang lain yang berbeda keyakinan dengan kita. Karena kembali lagi ke semboyan bangsa
Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu jua. Meskipun orang
lain ada yang berkeyakinan berbeda dengan kita, kita tetap harus menghargainya, jangan malah
mencelanya atau bahkan menyakitinya.

Hampir semua agama ada ajaran berdakwah. Salah satu contohnya adalah Islam. Sebagai
seorang muslim, kita wajib menyebarkan kemusliman pada orang lain. Hal ini bertujuan agar orang-
orang tertarik dan mau memeluk agama Islam. Hal ini boleh dilakukan, asalkan dengan cara yang baik,
benar, dan tidak menyakiti hati dan fisik orang lain. Karena jika kita malah menyakiti orang lain, yang
didapatkan hanyalah dosa. Dan dengan menyakiti orang lain, ajaran dakwah tidak akan tersampaikan
sama sekali.

Belakangan ini, sering terdengar ada kejahatan Terorisme dan Radikalisme. Apa sih terorisme
dan radikalisme itu? Menurut KBBI, terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan
keteakutan dalam usaha mencapai tujuan. Singkatnya, terorisme ini adalah praktik tindakan teror.
Sedangkan radikalisme, menurut KBBI adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau
pebaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Singkatnya, radikalisme ini adalah
sikap ekstrem dalam aliran politik. Dilihat dari pengertiannya saja, kosakata Terorisme dan Radikalisme
sudah membuat kita ngeri.

Terorisme dan radikalisme ini dapat terbentuk karena masa lalu yang kelam. Seseorang yang
memiliki masa lalu tidak indah, cenderung ingin balas dendam pada masa sekarang. Dia merasa bahwa
orang lain juga harus merasakan apa yang dia rasakan dulu. Terorisme dan radikalisme ini juga bisa
terbentuk karena seseorang yang tak sepaham dengan diriinya. Dia ingin semua orang memiliki
pemikiran yang sama dengan diriinya. Namun dia melakukannya dengan cara kekerasan. Sebenarnya
boleh saja mengajak orang untuk berpikiran sama dengannya, namun yang salah disini adalah caranya.

Menurut data yang dikutip dari laman website Universitas Indonesia, di Indonesia dari kurun


waktu 2010 hingga 2017 tercatat terjadi 130 kasus terorisme. 896 pelaku telah ditangkap dan dijatuhi
hukuman, 126 di antaranya dihukum mati, 674 sedang dalam hukuman dan 96 pelaku bebas. Dari data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih memiliki tingkatan yang tinggi dalam peristiwa
terorisme. Hal ini cukup wajar menurut saya. Dikarenakan karena masa lalu Indonesia, tepatnya masa
Pimpinan Soeharto, masyarakat dibatasi untuk mengekspresikan sesuatu. Sehingga yang terjadi
sekarang ini adalah, masyarakat yang beragam paham ingin orang-orang mengetahui pahamnya dan
mengikutinya.
Terorisme yang marak ini didukung oleh taktik para pelaku yang sangat cerdik. Mereka pintar
menyamar, hidup nomaden, dan menyebar, yang mana hal ini menyulitkan polisi untuk mengamankan
mereka. Perilaku terorisme ini dapat berasal dari orang lain, yang mana seseorang melakukan
brainwashing dan para korban terpengaruh, lalu secara tidak langsung merasa ajaran itu benar, dan
melakukan ajaran itu tanpa dasar yang kuat dan jelas. Hal ini sangat berbahaya, karena dapat
mengancam nyawanya sendiri dan juga nyawa orang lain. Pemerintah harus segera mengambil langkah
agar hal-hal yang lebih mengkhawatirkan tidak terjadi ke depannya.

Sebenarnya kita sendiri dapat mencegah terorisme ini, yaitu dengan menanamkan sikap
toleransi. Namun, jika pemerintah tak ikut turun tangan, usaha kita tak akan maksimal, bahhkan
mungkin hanya sia-sia. Dilansir dari website indonesia.go.id, pemerintah bermaksud melakukan
scanning yang mendetail pada aparatur negara. Bagi aparatur yang terindikasi adanya terorisme dan
radikalisme, akan segera ditindaklanjuti.

Dilansir dari idntimes.com, pemerintah juga telah menyiapkan enam langkah canggih dalam
mengatasi aksi teror di Indonesia. Pemerintah memiliki sebuah badan yaitu Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT), badan ini bertugas mempelajari modus aksi teror yang kemungkinan
akan dilakukan. Selain itu, program deradikalisasi juga telah disiapkan. Mulai dari POLRI maupun
Kementrian Agama, telah memililki program-program untuk mencegah terjadinya terorisme dan
radikalisme.

Dengan hal ini, masyarakat juga harus mendukung upaya pemerintah. Dengan cara, segera
melaporkan bila ada indikasi-indikasi terorisme maupun radikalisme di sekitar lingkungan. Dengan peran
masyarakat dan upaya pemerintah, maka terorisme dan radikalisme setidaknya bisa berkurang di
Indoensia. Indonesia kembali menjadi negara yang lebih aman dan lebih stabil dari sebelumnya. –rckr.
1. Mengapa Indonesia tidak cocok berbentuk serikat. Hal ini dikarenakan asal usul negara dan cita-
cita negara Indonesia sendiri yang awalnya adalah persatuan. Dengan negara berbentuk serikat,
negara Indonesia akan lebih sulit untuk bersatu, dan bisa jadi negara-negara bagian malah saling
melepaskan diri dan terjadi banyak konflik. Bentuk serikat juga dinilai tidak cocok dalam kondisi
Indonesia yang mana memiliki beragam suku dan budaya.

2. Persatuan dan kesatuan sangat penting bagi keutuhan sebuah negara. Dengan persatuan dan
kesatuan yang utuh, sebuah negara tidak akan mudah untuk dipecah belah oleh pihak lain.
Karena rasa persatuan dan kesatuan dalam hati nurani kita senantiasa ingin mempertahankan
Indonesia dan tidak ingin Indonesia direbut pihak lain. Persatuan dan kesatuan ini juga
melambangkan terbentuknya NKRI. Dulu Indonesia yang terdiri dari banyak kerajaan, kerajaan-
kerajaan ini bersatu dan memilki tujuan yang sama, yaitu mengusir penjajah. Akhirnya penjajah
pun terusik dan mereka pergi, dan lahirlah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan dan
kesatuan ini juga penting untuk mencegah terjadinya konflik di masyarakat.

3. Kita dapat memeperkuat rasa persatuan dan kesatuan dengan banyak cara, diantaranya adalah :
 Menghormati budaya lain dan tetap melestarikan budaya,
 Tidak membanding-bandingkan suku,
 Menerima keberagaman sebagai sebuah hal yang baik, dan tidak diperangi,
 Saling menghormati dan bekerjasama antar suku bangsa demi mencapai cita-cita bangsa Indoensia,
 Selalu menghargai orang lain yang memiliki keyakinan dan pemikiran yang berbeda,
 Memiliki perasaan yang sama, yaitu mempertahankan negara Indonesia dan Belanegara,
 Mengamalkan nilai-nilai pancasila,
 Dan meningkatkan rasa persaudaraan

4. Berikut adalah dinamika persatuan dan kesatuan NKRI :


 Pada masa sebelum penjajahan, masih banyak kerajaan kerajaan. Hal ini membuat perjuangan tidak
utuh dan masih banyak konflik internal.
 Pada saat penjajahan, kerajaan mulai bergabung dan berjuang karena memiliki tujuan yang sama.
Yaitu merebut kembali Indonesia dan memerdekakan Indonesia.
 Pada Masa Revolusi Kemerdekaan (18 Agustus 1945-27 Desember 1949), NKRI berbentuk kesatuan
dan berdasar paa UUD 1945. Namun pelaksanaannya belum maksimal, dikarenakan baru selesai
terjajah dan belum stabil.
 Pada Masa Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950),
Indonesia berbentu Federal. Hal ini tak bertahan lama karena tak sesuai dengan cita-cita NKRI.
Terjadi juga banyak pemberontakan.
 Pada Masa Demokrasi Liberal (17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959), pada masa ini kacau
dan diperparah dengan dewan konstituante tak berhasil membuat UU.
 Pada Masa Orde Lama (5 Juli 1959 sampai dengan 11 Maret 1966 ), kembali ke UUD 1945 lagi.
Terjadilah demokrasi terpimpin dan kekuasaan terlalu tersentrall ke Soekarno.
 Pada Masa Orde Baru (11 Maret 1966 sampai dengan 21 Mei 1998), awalnya masa ini baik dan
pembangunan lancar. Namun lama kelamaan demokrasi dibatasi dan timbul pemberontakan besar-
besaran.
 Pada Masa Reformasi (Periode 21 Mei 1998-sekarang), masih tetap UUD 1945 dan berjalan sampai
sekarang.

5. Menurut saya, sebagai genarasi muda, kita harus lebih banyak membuat konten-konten yang
mempersatukan bangsa. Bisa dengan video, ataupun lainnya. Kita harus kreatif dan inovatif agar
usaha kita berhasil. Kita bisa melakukan gerakan-gerakan sosial ke beragam suku-suku bangsa
agar orang lain juga melihat persatuan dan kesatuan kita dalam membantu sesama. Bisa juga
dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial antarsuku lainnya, misalnya dengan Jambore
Nasional atau lainnya. Selain itu, kita sebagai generasi muda harus selalu belajar untuk
bertoleransi. Dengan toleransi, akan merendahkan ego kita dan cenderung bersikap peduli dan
membantu sesama orang lain. Dengan ini, Indonesia akan lebih damai dan tenteram. Kita
sebagai generasi muda dilarang memercikkan konflik-konflik. Jangan mengikuti tawuran dan
perkelahian-perkelahian lainnya. Kita harus menjadi contoh yang baik bagi rakyat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai