Anda di halaman 1dari 135

PROPOSAL

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KELUARGA Tn. D


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARGOREJO
KABUPTEN PATI TAHUN 2021

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan laporan pendidikan ahli madya

kebidanan

Disusun oleh :

MAYA NILAM CAHYA

NIM : 201801013

AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI

TAHUN 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Pendahuluan Tugas Akhir dengan Judul “ASUHAN KEBIDANAN

KOMPREHENSIF PADA KELUARGA Tn. D” Telah Disetujui Sebagai Laporan

Tugas Pendahuluan dan Memenuhi Syarat Untuk Diseminarkan.

Pati,

Pembimbing I

Iin Wiranti, S.Si.T.,M.Kes

NIK.19850724201809257

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Laporan Tugas Akhir dengan Judul “ASUHAN KEBIDANAN

KOMPREHENSIF PADA KELUARGA Tn. D” Telah Diterima dan Disahkan Oleh

Tim Penguji Pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji I Penguji II

Ulin Nafiah, S.S.T.M.,Kes Iin Wiranti, S.Si.T.,M.Kes

NIK.19820720200910236 NIK.19850724201809257

Mengetahui

Direktur

Dwi Sulistyowati, S.S.T.,M.Tr.Keb

NIK. 19850724200801225

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq, serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

laporan tugas akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada

Keluarga Tn. D Di Wilayah Kerja Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati

Tahun 2021”.

Dalam penyusunan proposal laporan tugas akhir mendapatkan bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal laporan tugas akhir ini

dapat terwujud dalam bentuk sekarang, oleh sebab itu penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Iin Wiranti, S.Si.T.,M.Kes selaku pembimbing dan penguji II yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk pada penulis untuk menyelesaikan

proposal laporan tugas akhir.

2. Ulin Nafiah, S.Si.T.,M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan proposal laporan tugas akhir

3. Budho Legowo, SKM, selaku kepala puskesmas margorejo yang telah

membantu proses pengambilan data.

4. Bidan Rahma Amd. Keb selaku bidan desa Muktiharjo yang telah

mendampingi selama melakukan asuhan.

5. Seluruh staf Akademi Kebidanan Duta Dharma Pati yang telah memberikan

dukungan dalam penyusunan laporan tugas akhir.

Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa proposal ini banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna untuk itu penulis mohon kritik dan

saran yang bersifat membangun. Harapan penulis semoga proposal laporan

iv
tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan tenaga

kesahatan pada khususnya.

Pati,

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................i

Halaman Persetujuan..................................................................................ii

Halaman Pengesahan.................................................................................iii

Kata Pengantar...........................................................................................iv

Daftar Isi.....................................................................................................vi

Daftar Tabel................................................................................................viii

Daftar Lampiran..........................................................................................ix

Daftar Singkatan.........................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................12

A. Latar Belakang............................................................................12

B. Pembatasan Masalah.................................................................16

C. Tujuan.........................................................................................17

D. Manfaat ......................................................................................17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................19

A. Konsep Dasar Teori....................................................................19

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan .............................................122

BAB III METODE LAPORAN KASUS.........................................................133

A. Jenis Studi Kasus.........................................................................134

B. Lokasi...........................................................................................134

C. Subjek..........................................................................................134

vi
D. Waktu...........................................................................................134

E. Instrumen.....................................................................................134

F. Teknik Pengumpulan Data...........................................................134

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri.....................................................................34

Tabel 2.2 Jadwal Imunisasi TT....................................................................35

Tabel 2.3 Involusi uterus.............................................................................95

Table 2.4 Macam-Macam Lochea...............................................................96

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Surat pengantar dan pengambilan data

Lampiran 2 : Lembar permintaan menjadi subyek

Lampiran 3 : informed consent

Lampiran 4 : Partograf

Lampiran 5 : Lembar Bimbingan

ix
DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu

AKB : Angka Kematian Bayi

APN : Asuhan Persalinan Normal

ASI : Air Susu Ibu

AIDS : Acquires Immune Deficiency Syndrome

ANC : Antenatal Care

BBL : Bayi Baru Lahir

BB : Berat Badan

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

BCG : Bacillus Calmette Guerin

CPD : Ketuban Pecah Dini

DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi

DJJ : Denyut Jantung Janin

DM : Diabetes Millitus

x
DEPKES : Depertemen Kesehatan

DINKES : Dinas Kesehatan

HIV :Human Immunodeficiency Virus

HB : Hemoglobin

IMD : Inisiasi Menyusui Dini

IM : Intra Muskular

IBI : Ikatan Bidan Indonesia

IUGR : Intra Uterine Growth Rentardation

KEK : Kekurangan Energi Kronis

KEMENKES : Kementerian Kesehatan

KPD : Ketuban Pecah Dini

LILA : Lingkar Lengan Atas

MOP : Metode Operasi Wanita

MOW : Motedo Operasi Pria

PEB : Pre Eklamsia Berat

PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan

PX : Processus Xifoideus

RI : Republik Indonesia

SOAP : Subyektif, Objektif, Analisa, Planning

xi
SC :Sectio Caesarea

TT : Tetanus Toksoid

TFU : Tinggi Fundus Uterus

TTV : Tanda-Tanda Vital

KB : Keluarga Berencana

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KU : Keadaan Umum

WHO : World Health Organization

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan risiko tinggi merupakan salah satu penyebab tingginya

angka kematian ibu. Ibu hamil yang tergolong dalam resiko tinggi adalah

riwayat kurang baik pada kehamilan dan persalinan yang lalu (misalnya

riwayat keguguran, pendarahan pasca kelahiran dan lahir mati), tinggi badan

kurang dari 145 cm, berat badan rendah/kurus, usia kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun, memiliki empat anak atau lebih, jarak antara dua

kehamilan kurang dari dua tahun, riwayat menderita anemia atau kurang

darah, pendarahan pada kehamilan, tekanan darah tinggi, sakit kepala hebat

dan adanya bengkak pada tungkai, kelainan letak janin atau bentuk panggul

yang tidak normal, riwayat penyakit kronik, seperti diabetes dan darah tinggi

(Meyliya dan Seventina, 2017; h.1).

Berdasarkan AKI (Angka kematian ibu) di Indonesia di tahun 2019

sebanyak 4.221 kasus. Penyebab kematian ibu terbanyak yaitu perdarahan

1.280 kasus, hipertensi dalam kehamilan 1.066 kasus, infeksi 207 kasus.

Kemudian AKI di provinsi Jawa Tengah tahun 2019 sebanyak 416 kasus dari

527.433 jumlah kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di provinsi Jawa

Tengah 117 karena Hipertensi dalam kehamilan, 105 karena sebab lain

(Kemenkes RI, 2019).

13
14

AKI Kabupaten Pati tahun 2020 terdapat sebanyak 11 kasus yang

terdiri dari 2 perdarahan, 5 hipertensi dalam kehamilan, 1 gangguan sistem

peredaran darah, dan 3 lain-lain (Data Dinkes pati, 2020). Kemudian data AKI

di puskesmas Margorejo tahun 2020 pada bulan Januari-November

sebanyak 4 kasus terdiri dari perdarahan 2 kasus, gangguan sistem

peredaran darah (jantung,stroke,dll) 1 kasus dan lain-lain 1 kasus, pada

tahun 2019 tidak ada kasus AKI di puskesmas (Puskesmas Margorejo Pati,

2020).

AKB (Angka Kematian Bayi) merupakan jumlah kematian bayi (0-11

bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi. Tingkat pelayanan

antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB,

serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah

tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinkes

Prov,2019).

AKB di indonesia pada tahun 2019 sejumlah 26.395 kasus, penyebab

dari kematian bayi yaitu BBLR, Asfiksia. Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2019

sebanyak 4.450 kasus dari 527.433 jumlah kelahiran hidup, terdiri dari 1.097

karena BBLR, 720 karena Asfiksia, 71 karena sepsis, 461 karena kelainan

bawaan, 146 karena Pneumonia, 132 karena diare, 35 karena kelainan saraf,

53 karena kelainan cerna dan 1.735 karena sebab lain (Profil Kesehatan RI,

2019).

Di Kabupaten Pati AKB pada tahun 2020 sebanyak 135 kasus, yang

terdiri dari32 kasus BBLR, 25 asfiksia, 3 sepsis, 22 kelainan bawaan, 2


15

ikterus, 1 pneumonia, 2 diare, 1 kelainan saluran cerna, 47 lain-lain (Data

Dinkes Pati, 2020). Kemudian AKB di Puskesmas Margorejo di bulan januari-

November tahun 2020 sebanyak 5 kasus, yang disebabkan oleh 3 kasus

BBLR dan asfiksia 2 kasus (Puskesmas Margorejo Pati, 2020).

Ibu hamil dengan masalah di wilayah kerja Puskesmas Margorejo

pada bulan Januari-Desember tahun 2020 yaitu sejumlah 128 kasus. Kasus

tersebut meliputi usia lebih dari 35 tahun 38 kasus, kek 23 kasus, usia kurang

dari 20 tahun 11 kasus, post Sc 10 kasus, HbSAg 8 kasus, letak sungsang 6

kasus, hipertensi 4 kasus, oblik thyroid 3 kasus, gemeli 3 kasus, anemia 3

kasus, jarak kehamilan kurang dari 2 tahun 3 kasus, PEB 3 kasus, Paritas 2

kasus, Hiperemesis 1 kasus, CPD 1 kasus, riwayat jantung 1 kasus, plasenta

previa 1 kasus, batu ginjal 1 kasus, protein urin +3 1 kasus, dan lain-lain 5

kasus (Puskesmas Margorejo Pati, 2020).

Kehamilan risiko tinggi ditemukan pada ibu hamil yang memiliki

masalah usia, paritas dan jarak kehamilan atau yang dikenal dengan “4T”

yaitu terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak dan terlalu dekat. Paritas yang

terlalu banyak dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam kehamilan,

menghambat proses persalinan, menyebabkan perdarahan dan dapat

menambah beban ekonomi keluarga (Meyliya dan Seventina, 2017; h.1).

Maryunani (2016) menyatakan bahwa pada paritas sampai dengan 3,

rahim ibu bisa kembali seperti sebelum hamil. Tetapi pada paritas lebih dari 3

elastisitas otot-otot rahim tidak kembali seperti semula seperti sebelum hamil

karena mengalami regangan pada saat kehamilan. Jarak kehamilan yang

optimal dianjurkan adalah 36 bulan (Meyliya dan Seventina, 2017; h.3).


16

Upaya pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengurangi AKI dan

AKB pada tahun 2019 di Provinsi Jawa Tengah yaitu Program 5NG (JateNG

GayeNG NginceNG woNG meteNG). Program tersebut merupakan gerakan

gotong royong yang memanfaatkan seluruh potensi masyarakat, mulai dari

hulu hingga hilir, yaitu dengan menggerakkan bidan desa dan kader PKK.

Program 5NG dilaksanakan dalam 4 Fase, yaitu : Fase sebelum Hamil, Fase

kehamilan, Fase Persalinan, dan Fase Nifas. Pada fase pra hamil terdapat

dua terminologi yaitu stop dan tunda, stop hamil pada ibu usia > 35 tahun dan

sudah memiliki anak, serta tunda kehamilan jika usia < 20 tahun dan kondisi

kesehatan belum optimal. Selain itu, minimal ibu hamil periksa ke tenaga

kesehatan (dokter dan bidan) sebanyak 4 kali selama kehamilan. Ibu hamil

juga perlu memahami berbagai tanda/bahaya kehamilan dan pada saat

persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Fase

terakhir (nifas) yaitu mencatat dan memonitor ibu dan bayi sampai 1000 hari

pertama kelahiran (Dinas Kesehatan Jawa Tengah,2017;h.1).

Paritas dapat mempengaruhi kecemasan, karena terkait dengan

aspek psikologis. Menurut Handayani (2015), dengan semakin dekatnya

masa persalinan, terutama pada persalinan pertama, wajar jika timbul

perasaan cemas ataupun takut. Sedangkan pada multigravida perasaan ibu

hamil terganggu akibat rasa takut, tegang, bingung yang selanjutnya ibu akan

merasa cemas oleh bayangan rasa sakit yang dideritanya dulu sewaktu

melahirkan. Peran keluarga atau suami sangat mempengaruhi tingkat

kecemasan pada ibu hamil trimester III dengan paritas menjelang proses

persalinan. Karena dengan memberikan dukungan secara terus-menerus

terhadap ibu hamil trimester III dengan paritas menjelang persalinan, dapat
17

memberikan rasa aman dan nyaman. Sehingga dapat mengurangi tingkat

kecemasan pada ibu hamil trimester III dengan paritas (Jannah, 2015).

Berdasarkan data-data di atas, bidan sebagai tenaga kesehatan yang

langsung turun di masyarakat bisa menjadi ujung tombak untuk membantu

menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi melalui pemberian

asuhan secara komprehensif dengan pendekatan keluarga mulai dari hamil

sampai KB. Pelayanan asuhan kebidanan ini dilakukan dengan pendekatan

keluarga menggunakan manajemen pelayanan kebidanan dan penekanan

pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di masyarakat (Setya P dan

Dewinny S, 2019).

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Margorejo tahun 2020, maka akan dilaksanakan asuhan

kebidanan Contuinity of care yang dimulai dari kehamilan trimerster III,

bersalin bayi baru lahir, nifas sampai dengan keluarga berencana dengan

pendekatan keluarga.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

menyusun studi komprehensif dengan judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Keluarga Tn. D Di Wilayah Kerja Puskesmas Margorejo

Kabupaten Pati Tahun 2021”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan Asuhan Kebidanan secara continuity of care pada

keluarga Tn. D dengan faktor resiko paritas dari hamil, bersalin, nifas, dan

bayi baru lahir dengan pendekatan keluarga.


18

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan asuhan kebidanan keluarga Tn. D secara komprehensif

pada ibu hamil dengan masalah serta penanganannya.

b. Melakukan asuhan kebidanan keluarga Tn. D secara komprehensif

pada ibu bersalin dengan masalah serta penanganannya.

c. Melakukan asuhan kebidanan keluarga Tn. D secara komprehensif

pada ibu nifas dengan masalah serta penanganannya.

d. Melakukan asuhan kebidanan keluarga Tn. D secara komprehensif

pada neonatus dengan masalah serta penanganannya.

e. Melakukan asuhan kebidanan keluarga Tn. D secara komprehensif

tentang pelayanan KB dengan masalah serta penanganannya.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Memperluas pengetahuan sehingga dapat dijadikan pedoman dalam

penerapan ilmu kebidanan, terutama mengenai Asuhan Kebidanan pada

masa Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus dan KB dengan

pendekatan keluarga.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Instansi Kesehatan

Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu

hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB, untuk meningkatkan

derajat kesehatan ibu dan anak.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan pembelajaran dan referensi bagi mahasiswa

dalam memahami materi dan memahami pelaksanaan Asuhan


19

Kebidanan secara komprehensif dengan pendekatan keluarga pada

ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB, sehingga menambah

dan meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa.

c. Bagi Penulis

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi penulis

tentang pemberian Asuhan Kebidanan Komprehensif dengan

pendekatan keluarga mulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru

lahir dan KB, sehingga dapat meningkatkan keterampilan penulis

dalam memberikan asuhan.

d. Bagi Klien dan Keluarga

Sebagai bahan informasi ibu dan keluarga dalam mengidentifikasi

masalah kesehatan yang dihadapi khususnya yang berkaitan dengan

kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar/Teori

1. Kehamilan

a. Pengertian

Proses terjadi kehamilan mulai dipertemuan sel sperma dan

ovum. Secara sederhana kehamilan diartikan sebagai kondisi dimana

terdapat janin didalam tubuh wanita akibat aktivitas seksual dengan

pasanganya. Pembuahan terjadi dalam rentang satu minggu dari

seorang ibu selesai haid atau ada 14 hari sebelum siklus haid

berikutnya. Inilah dikatakan masa subur dari calon ibu, dalam waktu

7-10 hari berikutnya sel telur yang sudah dibuahi akan tertanam

(implementasi) (Sri Rahayu, 2017; h.10).

b. Diagnosa Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,

adalah kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43

minggu), kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, triwulan I dimulai dari

konsepsi sampai 12 minggu, triwulan II dari 12 sampai 28 minggu dan

triwulan III dari 28 sampai 40 minggu (Marmi, 2017; h.101).

Diagnosis kehamilan dapat ditegakkan dengan riwayat kesehatan

dan pemeriksaan klinis berdasarkan tanda dan gejala kehamilan.

20
21

1) Tanda Mungkin Hamil

a) Amenorea (terlambat datang bulan)

(1) Wanita tidak datang menstruasi 2 bulan berturut-turut.

(2) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi.

(3) Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan

rumus neagle dapat ditentukan perkiraan persalinan.

b) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

(1) Umumnya terjadi pada wanita hamil muda umur 6-8

minggu.

(2) Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran

asam lambung yang berlebihan.

(3) Menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang

disebut morning sickness.

(4) Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi.

(5) Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.

c) Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginannya yang demikian disebut ngidam. Keadaan ini

biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama.

d) Sinkop atau pingsan

(1) Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan

menimbulkan sinkop atas pingsan.


22

(2) Keadaan ini menghilang setelah umur kehamilan 16

minggu.

e) Payudara tegang (mastodynia)

(1) Pengaruh estrogen-progesteron somatomammotropin

menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada

payudara.

(2) Hormon estrogen memberikan pengaruh pada duktus

mammae dan progesteron pada alveoli mamae.

(3) Payudara besar dan tegang, nyeri serta kencang.

(4) Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama

pada hamil pertama.

f) Sering miksi

(1) Desakan rahim kedepan pada trimester I dan trimester II

menyebabkan kandung kemih cepat merasa penuh dan

sering miksi.

(2) Pada triwulan kedua sudah menghilang.

g) Konstipasi dan obstipasi

Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar dan disebabkan

pula karena faktor perubahan pola makan.

h) Pigmentasi kulit

(1) Pengaruh hormon kortikosteroid.

(2) Sekitar pipi : ciosma grafidarum.

(3) Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis

anterior menyebabkan pigmentasi kulit pada kulit.


23

(4) Dinding perut.

(5) Striae livide,striae nigra, linea alba makin hitam.

(6) Sekitar payudara.

(7) Hiperpigmentasi areola mammae, puting susu makin

menonjol, kelenjar montgomery menonjol, pembuluh

darah.

2) Tanda Tidak Pasti Hamil

a) Perut membesar.

b) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil.

c) Pada pemeriksaan dapat dijumpai

(1) Tanda hegar, isthmus uteri teraba lebih panjang dan lunak.

(2) Tanda chadwicks, mukosa vagina berwarna kebiruan

karena hipervaskularisasi hormon estrogen.

(3) Tanda piscaseck, pembesaran dan pelunakan pada

tempat implantasi. Biasanya ditemukan saat umur

kehamilan 10 minggu.

(4) Kontraksi braxton hicks, kontraksi uterus (perut terasa

kencang) tetapi tidak disertai rasa nyeri.

(5) Teraba ballotement, tanda ada benda mengapung atau

melayang dalam cairan, pada umur kehamilan 16-20

minggu.

(6) Discharge, lebih banyak dirasakan wanita hamil. Ini

merupakan pengaruh hormon estrogen dan progesteron.

(7) Tanda goodell, porsio teraba melunak.


24

d) Pemeriksaan tes kehamilan positif (reaksi kehamilan positif)

(1) Sebagian kemungkinan positif palsu.

3) Tanda Pasti Kehamilan

a) Gerakan janin dalam rahim

(1) Terlihat atau teraba gerakan janin

(2) Teraba bagian-bagian janin

b) denyut jantung janin

(1) didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi,

alat doppler

(2) dilihat dengan alat ultrasonografi

(3) pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk

melihat kerangkajanin, ultrasonografi

(4) Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan

pembesaran perut wanita tidak selamnya suatu kehamilan

sehingga perlu diagnosis banding diantaranya :

a) hamil palsu (pseudocyesis) atau kehamilan spuria

b) tumor Kandungan atau mioma uteri

c) kista ovarium

d) Hematometra

e) Menopause

f) Kandung kemih penuh (Marmi, 2017; h.101-105).

c. Tujuan Asuhan Kebidanan Kehamilan

Tujuan antenatal care adalah sebagai berikut:

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang janin.


25

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial pada ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau implikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

d. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil Trimester III

1) Oksigen

Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan

pendek nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan

akibat membesarnya rahim. Kebutuhan oksigen meningkat 20%.

Ibu hamil sebaiknya tidak berada di tempat yang terlalu ramai dan

penuh sesak, karena akan mengurangi masukan oksigen

(Nugroho, dkk, 2014).

2) Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung

nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang

mahal harganya. Gizi pada ibu hamil harus ditingkatkan hingga

300 kalori perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan


26

yang mengandung protein, zat besi, dan minuman yang cukup

(menu seimbang) (Romauli, 2014).

3) Personal hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan

sedikitnya 2 kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk

mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama

lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) dengan

cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan

mulut, perlu mendapat perhatian karena sering kali mudah terjadi

gigi berlubang. Terutama pada ibu yang kekurangan kalsium.

Rasa mual selama masa hamil dapat mengakibatkan buruknya

hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi (Romauli,

2014).

4) Pakaian

Untuk pakaian, ibu hamil harus memakai baju yang praktis untuk

digunsksn, menggunakan bahan yang tidak panas, longgar dan

mudah menyerap keringat. Bagian dad harus longgar karena

payudara membesar, bagian pinggang harus longgar kalau perlu

terdapat tali untuk menyesuaikan perut yang terus membesar.

Brach disiapkan paling sedikit dua buah dengan bukaan didepan

untuk mempermudah menyusui. Anjurkan mengenakan sepatu

yang tidak bertumit dan tidak bertali karena dapat merepotkan ibu

hamil (Rukiyah, 2013).


27

5) Eliminasi

Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada trimester I dan III

kehamilan. Sementara frekuensi buang air besar menurun akibat

adanya kontipasi. Kebutuhan ibu hamil akan rasa nyaman

terhadap masalah eliminasi juga perlu mendapat perhatian, yaitu:

a) Ibu hamil akan sering ke kamar mandi terutama saat malam

sehingga mengganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum

tidur dikurangi.

b) Gunakan pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang

basah dan lembab sehingga memudahkan kuman masuk.

c) Setiap habis buang air besar dan buang air kecil, cebok

dengan baik (Nugroho, dkk, 2014).

6) Seksual

Wanita hamil dapat tetap melakukan hubungan seksual dengan

suaminya sepanjang hubungan seksual tersebut tidak

mengganggu kehamilan. Ada beberapa tips untuk wanita hamil

yang ingin melakukan hubungan seksual dengan suaminya, yaitu

sebagai berikut:

a) Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi

wanita hamil.

b) Sebaiknya gunakan kondom, karena prostaglandin bisa

menyebabkan kontraksi.

c) Lakukan kurang lebih 2-3 kali seminggu (Nugroho, dkk, 2014).


28

7) Mobilisasi

Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/aktifitas fisik biasa selama

tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat dianjurkan untuk melakukan

pekerjaan rumah dengan dan secara berirama dengan menghindari

gerakan menyentak, sehingga mengurangi ketegangan pada tubuh

dan menghindari kelelahan (Romauli, 2014).

8) Exercise/ Senam Hamil

Exercise dilakukan bertujuan untuk menyangga dan

menyesuaikan tubuh agar lebih baik dalam menyangga beban

kehamilan, memperkuat otot untuk menopang tekanan tambahan,

membangun daya tahan tubuh, memperbaiki sirkulasi dan respirasi,

menyesuaikan dengan adanya pertambahan berat badan dan

perubahan keseimbangan, meredakan ketegangan dan membangun

relaksasi, membentuk kebiasaan bernafas dengan baik, memperoleh

kepercayaan sikap mental yang baik. Senam hamil dilakukan

bertujuan untuk dapat menjaga kondisi otot-otot dan persendian yang

berperan dalam proses mekanisme persalinan, membimbing wanita

menuju suatu persalianan yang fisiologis (Rukiyah, 2013).

9) Istirahat/ Tidur

Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang

teratur khususnya seiring kemajuan kehamilan. Jadwal istirahat dan

tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang

teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk

kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin. Tidur pada


29

malam hari selama 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada

siang hari selama 1 jam (Romauli, 2014).

e. Asuhan Standar Minimal “10T”

Menurut (Depkes RI, 2017; h. 1-3), pelayanan ANC 10T, yakni :

1) Pengukuran tinggi badan cukup satu kali

Bila tinggi badan <145 cm, maka faktor resiko panggul sempit,

kemungkinan sulit melahirkan.

2) Pengukuran tekanan darah (Tensi)

Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih

besar atau sama dengan 140/80mmHg, ada faktor resiko

hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan.

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

Bila < 23,5 cm menunjukan ibu hamil menderita KEK dan beresiko

melahirkan BBLR.

4) Mengukur Tinggi Rahim

Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan

janin, Apakah sesuai dengan usia kehamilan.

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri

No Tinggi Tinggi fundus uteri (TFU) Umur


fundus Kehamilan
uteri (cm)

1 12 1/3 diatas simfisis 12


2 16 ½ sinfisi-pusat 16
3 20 2/3 diatas simfisis 20
4 24 Setinggi pusat 24
5 28 1/3 jari diatas pusat 28
6 32 Pertengahan pusat-Prosesus 32
Xifoideus(PX)
7 36 Setinggi PX 36
8 38 2 jari bawah px 38
30

Sumber : Walyani, 2015

5) Penentuan letak janin (presentasi janin) dan perhitungan denyut

jantung janin

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau

kepala masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada

masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit

atau lebih dari 160x/menit menunjukan ada tanda gawat janin,

segera dirujuk.

6) Penentuan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah tetanus pada

ibu dan bayi.

Tabel 2.2 Jadwal Imunisasi TT

Antigen Interval Lama


(Selang Waktu Minimal) Perlindungan
TT1 - Langkah awal
pemberian
kekebalan tubuh
terhadap tetanus
TT2 4 minggu setelah T1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah T2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah T3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah T4 25 tahun
Sumber : Kemenkes RI (2019)

7) Pemberian Tablet Tambah Darah (Tablet Fe)

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah

setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum

pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.

8) Tes Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium pada saat antenatal yang meliputi :


31

a) Pemeriksaan golongan darah, untuk mempersiapkan donor

bagi ibu hamil bila diperlukan.

b) Pemeriksaan kadar Haemoglobin darah (Hb)

c) Tes pemeriksaan urine (air kencing) dibagi menjadi 2 yaitu:

(1) Protein Urine

Pemeriksaan protein urine dalam urine ini bertujuan untuk

mengetahui komplikasi adanya preeklamsia pada ibu yang

menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun persalinan

dan terkadang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu

dan bayi jika tidak segera diantisipasi.

Standar kadar kekeruhan pada protein urine :

 Negatif : urine jernih

 Positif 1 (+) : ada kekeruhan

 Positif 2 (++) : kekeruhan dapat dilihat dan ada

endapan.

 Positif 3 (+++) : urine lebih keruh dan endapan

yanglebih jelas.

 Positif 4 (++++) : urine sangat keruh dan endapan

yang menggumpal.

(2) Pemeriksaan Urine Reduksi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya glukosa

dalam urin. Urin normal biasanya tidak mengandung

glukosa. Dalam kasus tertentu urin mengandung glukosa

seperti pada ibu yang mempunyai riwayat penyakit DM


32

(Diabetes Melitus). Cara membaca hasil pemeriksaan urine

reduksi :

 Negatif : biru atau hijau (tidak berubah)

 Positif 1 (+) : hijau atau kuning (< 0,5%)

 Positif 2 (++) : kuning kehijauan (0,5-1%)

 Positif 3 (+++) : jingga (1-2%)

 Positif 4 (++++) : merah bata (>2%)

d) Tes pemeriksaan darah lainya, seperti HIV dan sifilis,

sementara pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis.

9) Konseling atau penjelasan

Tenaga kesehatan memberikan penjelasan mengenai

perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan

dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), nifas,perawatan bayi baru lahir,

ASI eksklusif, keluarga berencana dan imunisasi pada bayi.

10) Tatalaksana atau mendapatkan pengobatan jika ibu memiliki

masalah.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan

1) Faktor Fisik

a) Status kesehatan

Status Kesehatan adalah suatu keadaan kedudukan orang

dalam tingkatan sehat atau sakit.

(1) Faktor usia

Usia seseorang dapat mempengaruhi keadaan

kehamilannya. Bila wanita tersebut hamil pada masa


33

reproduksi, kecil kemungkinan untuk mengalami

komplikasi dibanding wanita yang hamil di bawah usia

reproduksi ataupun diatas usia reproduksi.

Segi negatif kehamilan di usia tua ;

(a) Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun

akan sangat menentukan proses kelahirannya. Hal ini

turut mempengaruhi kondisi janin.

(b) Pada proses pembuahan, kualitas sel telur perempuan

pada usia ini telah menurun jika dibandingkan dengan

sel telur pada perempuan dengan usia reproduksi

sehat (25-30 tahun). Jika pada proses pembuahan, ibu

mengalami gangguan sehingga menyebabkan

terjadinya gangguan perkemihan dan perkembangan

buah kehamilan, maka kemungkinan akan

nnmenyebabkan terjadinya Intra Uterine Growth

Rentardation (IUGR) yang berakibat bayi berat lahir

rendah (BBLR).

(c) Kontraksi uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi

fisik ibu. Jika ibu mengalami penurunan kondisi,

terlebih pada primitua (hamil pertama dengan usia

lebih dari 40 tahun), keadaan ini harus benar-benar

diwaspadai.

(2) Riwayat kesehatan

Wanita yang mempunyai riwayat kesehatan buruk atau

wanita dengan komplikasi kehamilan sebelumnya,


34

membutuhkan pengawasan yang lebih tinggi pada saat

kehamilan karena hal ini akan dapat memperberat

kehamilan bila ada penyakit yang telah di derita ibu

sebelum hamil. Penyakit yang pernah diderita ibu dapat

mempengaruhi kehamilannya. Sebagai contoh penyakit

yang akan mempengaruhi dan dapat dipicu dengan

adanya kehamilan adalah :

(a) Hipertensi

(b) Penyakit Jantung

(c) Diabetes Mellitus

(d) Anemia

(e) Penyakit Menular Seksual.

b) Status gizi

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat sangat mutlak

dibutuhkan oleh ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan

nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang

dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk menghadapi

persalinan dengan aman.

Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang

sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi

tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu

dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai

darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada

janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami

gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak


35

kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik

juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi

berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses

persalinan.

c) Gaya Hidup

Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup

masyarakat sekarang ternyata ada beberapa gaya hidup lain

yang cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil,

misalnya kebiasaan begadang, bepergian jauh dengan

kendaraan motor dan lain-lain.

(1) Perokok

Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan diri sendiri

dan bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun

yang dihisap melalui rokok bisa ditransfer melalui plasenta

dalam tubuh bayi. Pada ibu hamil dengan perokok berat

atau merokok lebih dari sepuluh batang perhari harus

waspada akan resikonya keguguran, kelahiran prematur,

retardasi pertumbuhan intrauterin, BBLR bahkan kematian

janin.

(2) Hamil di luar nikah atau kehamilan tidak diharapkan

Jika kehamilan tidak diharapkan, secara otomatis ibu akan

sangat membenci kehamilannya, sehingga tidak ada

keinginan untuk melakukan hal-hal positif yang akan

meningkatkan kesehatan bayinya. Pada kasus ini kita

waspada akan adanya keguguran, prematur dan kematian


36

janin. Pada kehamilan di luar nikah, hampir bisa dipastikan

bahwa pasangan masih belum siap dalam hal

ekonomi.Selain itu kekurangsiapan ibuuntuk merawat

bayijuga perlu diwaspadai agar tidak terjadi postpartum

blues.

Perlu diketahui bahwa tindakan abortus yang tidak

bertanggungjawab akan menyebabkan: kematian ibu

hamil, perdarahan, infeksi, perasaan bersalah menghantui

pelaku abortus sepanjang hidupnya sehingga

mengakibatkan gangguan jiwa dan perbuatan abortus

tanpa alasan yang dapat diterima adalah perbuatan dosa

besar sama dengan membunuh manusia.

2) Faktor Psikologis

a) Stressor Internal dan Eksterternal

(1) Stressor internal

Stressor internal meliputi faktor-faktor pemicu stress ibu

hamilyang berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban

psikologis yang ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan

gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat

ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang

dengankepribadian yang tidak baik, bergantung pada

kondisi stress yang dialami oleh ibunya, seperti anak yang

menjadi temperamental, autisatauorang yang terlalu

rendah diri (minder). Ini tentu saja tidak diharapkan.Oleh


37

karena itu, pemantauan kesehatan psikologis pasien

sangat perlu dilakukan.

(2) Stressor eksternal

Pemicu stress yang berasal dari luar bentuknya sangat

bervariasi, misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga,

pertengkaran dengan suami, tekanan dari lingkungan

(respon negatif dari lingkungan pada kehamilan lebih dari 5

kali), dan masih banyak kasus yang lain.

b) Support Keluarga

Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan

baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus

melakukan adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi

dimana sumber stress terbesar terjadi dalam rangka (Eka P

dan Kurnia D, 2014; h.33-67).

g. Faktor Paritas

Menurut Herlina (2009) dalam Ariyani (2019) mengatakan paritas

adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu, baik yang

melahirkan yang lahir hidup atau lahir mati. Resiko ibu yang sering

melahirkan akan dapat menyebabkan anemia karena kehamilan

berikutnya ibu kurang memperhatikan asupan nutrisi yang baik dalam

kehamilan. Kecenderungan bahwa semakin banyakjumlah kelahiran

paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

1) Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita


38

tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin

mudah dalam memperolehmenerima informasi, sehingga

kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang

mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa

jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.

2) Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi

masing-masing.

3) Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan kualitas

hidup yang baik untuk keluarga dalam hal gizi, pendidikan, tempat

tinggal, sandang,serta fasilitas pelayanan kesehatan yang

diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang

yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu

dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.

4) Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi

tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat

langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang 9

jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan

apa yang ia ketahui.

Tingginya angka kematian ibu antara lain dipicu oleh 4 kondisi

kehamilan yang tidak ideal atau yang disebut “4 terlalu” (4T) dan

situasi ‘3 terlambat’ (3T).

kematian ibu hamil dipicu oleh kondisi kehamilan yang tidak

ideal yang disebut ‘4 Terlalu’ yakni:


39

a) Kehamilan terlalu muda (kurang dari 18 tahun).

b) Usia yang terlalu tua untuk hamil (di atas 34 tahun).

c) Jarak kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun).

d) Kehamilan terlalu banyak (lebih dari 3 anak).

Untuk mencegahnya dibutuhkan pengaturan kehamilan

melalui alat kontrasepsi. Tujuannya dibagi menjadi 3 tujuan, yakni

untuk menunda, menjarangkan dan membatasi kehamilan. Selain

itu, penyebab kematian antara lain dipengaruhi oleh tingkat sosial

ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya dan akses trasportasi.

Situasi ini diindikasikan dengan ‘3 Terlambat’ yaitu:

a) Terlambat mengambil keputusan, sehingga terlambat untuk

mendapat penanganan.

b) Terlambat sampai ke tempat rujukan karena kendala

transportasi.

c) Terlambat mendapat penanganan karena terbatasnya sarana

dan sumber daya manusia.

Faktor resiko paritas terhadap ibu

a) Perdarahan

Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang

berlebihan setelah melahirkan janin dan dapat terjadi sebelum

atau setelah plasenta lahir dengan jumlah kehilangan darah

lebih dari 500 ml setelah persalinan spontan dan 1000 ml pada

persalinan seksio caesarea. Perdarahan pasca persalinan

yaitu : perdarahan pasca persalinan primer 51 yaitu yang

terjadi kala tiga atau dalam waktu 24 jam pertama setelah


40

melahirkan biasanya disebabkan atonia uteri, robekan jalan

lahir dan sisa sebagian plasenta. Sedangkan perdarahan

pasca persalinan sekunder yaitu yang terjado setelah 24 jam

atau perdarahan yang berlebihan antara 24 jam, 6 minggu

sampai dengaan 12 minggu setelah melahirkan. Salah satu

faktor penyebab perdarahan pada ibu riwayat paritas tinggi

yaitu atonia uteri. Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus

atau kontraksi Rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu

menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta

setelah bayi dan plasenta lahir dan seorang ibu yang berulang

kali melahirkan maka uterus juga akan berulang kali teregang.

Hal ini akan menurunkan kemampuan berkontraksi dari uterus

segera setelah plasenta lahir. Hal tersebutlah yang

mengakibatkan terjadinya perdarahan yang disebabkan oleh

atonia uteri.

b) Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan, khamilan yang terlalu sering

mempengaruhi proses embrogenesis, selaput ketuban lebih

tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya. Pernyataan

teori dari menyatakan semakin banyak paritas semakin mudah

terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur servik pada

persalinan sebelumnya. KPD lebih sering terjadi pada

multipara karena penurunan fungsi reproduksi, berkurangnya


41

jaringan 52 ikat vaskularisasi dan serviks yang sudah

membuka satu cm akibat persalinan yang lalu.

Faktor resiko pada paritas tinggi terhadap bayi

a) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 g. Bayi dengan berat

badan lahir rendah umumnya mengalami proses hi dup jangka

panjang yang kurang baik. Faktor resiko paritas tinggi akan

mempengaruhi perkembangan janin yang dikandungnya hal

tersebut disebabkan adanya gangguan plasenta dan sirkulasi

darah ke janin, sehingga pertumbauhan janin terhambat, jika

keadaan tersebut berlangsung lama akan mempengaruhi

berat badan lahir bayi.

b) Letak Sungsang

Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan

kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum

uteri. Ibu dengan paritas tinggi memiliki resiko terjadinya letak

sunsang karena ibu yang telah melahirkan banyak anak

sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin

berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke37 dan

seterusnya yang akhirnya menimbulkan kelainan letak

sungsang. Pada grandemultipara sering didaptkan perut

gantung, akibat regangan uterus yang berulang-ulang karena


42

kehamilan dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi

uterus, sehingga uterus menjadi jatuh ke depan, disebut perut

gantung. Perut gantung dapat mengakibatkan 53 terjadinya

gangguan his karena posisi uterus yang menggantung ke

depan sehingga bagian bawah janin tidak dapat menekan dan

berhubungan langsung serta rapat dengan segmen bawah

rahim. Akhirnya janin dapat mengalami kelainan letak seperti

letak sungsang.

2. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan secara alami adalah persalinan yang mengacu pada

proses persalinan dan kelahiran tanpa intervensi medis dan obat-

obatan penghilang rasa sakit, namun membutuhkan dukungan.

Melahirkan secara alami merupakan bagian dari perencanaan ibu

hamil. Dalam banyak kasus, intervensi medis minimal diperlukan

(Indrayani, 2016; h.20).

Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan dengan

presentasi janin belakang kepala yang berlangsung secara spontan

dengan lama persalinan dalam batas normal, beresiko rendah sejak

awal persalinan hingga partus dengan masa gestasi 37-42 minggu

(Indrayani, 2016; h.21).

Persalinan normal menurut IBI adalah persalinan dengan

presentasi janin belakang kepala yang berlangsung secara spontan

dengan lama persalinan dalam batas normal, tanpa intervensi

(penggunaan narkotik, epidural, oksitosin, percepatan persalinan,


43

memecahkan ketuban dan episiotomi), beresiko rendah sejak awal

persalinan hingga partus dengan masa gestasi 37-42 minggu

(Indrayani, 2016;h.21).

Persalinan merupakan proses alami yang berlangsung secara

alamiah, walau demikian tetap diperlukan pemantauan khusus karena

setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda sehingga

mengurangi resiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan (Eka

Nurhayati, 2019; h.89).

b. Macam-macam persalinan, menurut Setyorini (2012;h.3) yaitu: 

1) Persalinan/partus immaturus adalah pengeluaran buah kehamilan

antara umur kehamilan 22 minggu sampai dengan 28 minggu atau

bayi dengan BBL antara 500 gr sama dengan 999 gr.

2) Partus prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara

umur kehamilan 28 minggu sampai dengan 37 minggu atau bayi

dengan BBL antara 1000 gram sampai dengan 2499 gram.

3) Partus maturus atau aterm adalah pengeluaran buah kehamilan

antara umur kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu atau

bayi dengan BBL antara 2500 gram atau lebih.

4) Partus maturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah

kehamilan 42 minggu.

c. Sebab-sebab terjadinya persalinan.

Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih

merupakan kumpulan teoritis yang komplek, yang turut memberikan

andil dalam proses terjadinya persalian-persalianantara lain ; Teori

hormon, prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh


44

saraf dan nutrisi hal inilah yang diduga memberikan pengaruh

sehingga partus dimulai (Ai yeyeh,2019;h.4-5).

1) penurunan kadar progesterone

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim sebaliknya

estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan

terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen

didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone

menurun sehingga timbul his.

2) Teori Oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu

timbul kontraksi otot-otot rahim.

3) Peregangan otot-otot

Dengan majunya kehamilan , maka makin terbanglah otot-otot

rahim sehingga timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.

4) Pengaruh janin

Hipofise dan kadar suprenatal janin rupanya memegang peranan

penting oleh karena itu pada ancephalitis kelahiran sering lebih

lama .

5) Teori prostaglandin

Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga

aterm terutama saat persalianyang menyebabkan kontraksi

miometrium. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu

terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar

prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah


45

perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama persalian

(kurniarum,2016;h.5).

d. Tanda-tanda persalinan

Menurut Manuaba dalam buku Ilmu Kebidanan dan Penyakit

Kandungan telah disebutkan bahwa tanda-tanda persalinan dibagi

menjadi dua fase yaitu (Eka P dan Kurnia D. 2014 : h.10).

1) Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat

a) Terjadi Lightening

Menjelang minggu ke 36 kehamilan, tanda pada

primigravida adalah terjadinya penurunan fundus uteri karena

kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan:

kontraksi Braxton Hicks, ketegangan dinding perut,

ketegangan ligamentum rotundum dan gaya berat janin

dimana kepala ke arah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas

panggul menyebabkan ibu merasakan:

(1) Ringan di bagian atas perut dan rasa sekitnya berkurang.

(2) Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal.

(3) Kesulitan berjalan.

(4) Sering buang air kecil

b) Terjadinya His Permulaan

Pada sewaktu umur kehamilan masih muda, yaitu sejak

trimester pertama kehamilan uterus akan sering mengalami

kontraksi ringan. Pada Trimester kedua dapat dideteksi

dengan pemeriksaan bimanual. Fenomena ini dikemukakan


46

pertama kali oleh Braxton Hicks. Sampai bulan terakhir

kehamilan biasanya kontraksi ini sangat jarang dan meningkat

pada satu atau dua minggu sebelum persalinan. Kontraksi ini

terjadi karena adanya perubahan keseimbangan estrogen dan

progesteron sehingga terjadi peningkatan jumlah reseptor

oksitosin dan gap junction diantara sel-sel miometrium.

Dengan demikian tuanya kehamilan, pengeluaran estrogen

dan progesteron semakin berkurang, sehingga oksitosin dapat

menimbulkan kontraksi yang lebih sering, yang dikenal

sebagai his palsu, dengan sifat sebagai berikut:

(1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah.

(2) Datangnya tidak teratur.

(3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.

(4) Durasinya pendek.

(5) Tidak bertambah bila beraktifitas.

2) Tanda-tanda timbulnya persalinan (inpartu)

Pada fase ini sudah memasuki tanda-tanda inpartu :

a) Terjadinya His persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba

menimbulkan rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan

pembukaan serviks.. His yang menimbulkan pembukaan

serviks dengan kecepatan tertentu disebut his efektif. His

efektif mempunyai sifat adanya dominan kontraksi uterus pada

fundus uteri (Fundal dominance), kondisi berlangsung secara

sinkron dan harmonis, adanya intensitas kontraksi yang


47

maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur dan frekuensi

yang kian sering, lama his berkisar 45-60 detik.

Pengaruh his ini dapat menimbulkan desakan di daerah

uterus (meningkat), terjadi penurunan janin, terjadi penebalan

pada dinding korpus uteri, serta terjadinya pembukaan pada

kanalis servikalis.

His persalinan memiliki sifat sebagai berikut :

(1) Pinggang terasa sakit dan mulai menjalar ke depan.

(2) Teratur dengan interval yang makin pendek dan

kekuatannya makin besar.

(3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks.

(4) Penambahan aktivitas (seperti berjalan) maka his tersebut

semakin meningkat.

b) Keluarnya lendir bercampur darah (show)

Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis.

Sedangkan pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya

pembuluh darah waktu serviks membuka.

c) Terkadang disertai ketuban pecah

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecah-

nya selaput ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban

sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung

dalam 24 jam. Namun, apabila persalinan tidak tercapai, maka

persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya

ekstraksi vakum atau sectio caesarea.

d) Dilatasi dan Effacement


48

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara

berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah

pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula

panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal

hanya ostium yang tipis seperti kertas.

e. Tahapan persalinan

Tahapan persalinan (Ai yeyeh,2019;h.5-7).

1) Kala I

Pada kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang

ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur,adekuat,dan

menyebabkan perubahan pada serviks sehingga mencapai

pembukaan lengkap, fase kala I persalinan terdiri dari fase laten

yaitu dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4

cm, kontraksi mulai teratur tetapi namanya masih diantara 20-30

detik, tidak terlalu mules; fase aktif dengan tanda-tanda kontraksi

diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau lebih dan

mules, pembukaan 4cm hingga lengkap, penurunan bagian

terbawah janin, waktu pembukaan serviks sampai pembukaan

lengkap 10cm ,fase pembukaan dibagi menjadi 2 fase , yaitu fase

laten: berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai pembukaan 3cm . Fase aktif : dibagi

dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan

3cm menjadi 4 cm menjadi 9cm, Fase deselerasi pembukaan jadi

lambat kembali dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi

lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 8jam


49

dengan pembukaan 1 cm perjam dalam pada multigravida 8 jam

dengan pembukaan 2 cm per jam. Komplikasi yang dapat timbul

pada kala I yaitu: ketuban pecah dini, tali pusat menumbung,

obstruksi plasenta, gawat janin, inersia uteri (Lia ,2014;h.5-6).

2) Kala II

Gejala dan tanda kala II,telah terjadi pembukaan lengkap,

tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina, ada

rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum

atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan sfingter ani

membuka,peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi

lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam

multi. Pada keluarga pengeluaran janin telah turun masuk ruang

panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul

yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan,karena

tekanan darah rectum ibu merasa seperti mau buang air besar

dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai

kelihatan ,vulva membuka, perineum membuka, perineum

meregang. Dengan adanya his ibu dipimpin untuk mengejan,

maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.

Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu :

eklampsia, kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung ,

penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu, persalinan lama, ruptur

uteri, distosia karena kelainan letak ,infeksi intrapartum, inersia

uteri, tanda-tanda lilitan pusat (Ai yeyeh,2019;h.7-8).


50

3) Kala III

Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan

berlangsungnya proses pengeluaran plasenta tanda-tanda lepas

plasenta: terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri

,tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/vulva,

adanya semburan darah secara tiba-tiba kala III , berlangsung

tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras

dengan fundus uteri agak atas pusat beberapa menit kemudian

uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat

beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas

dalam 6 menit- 15 menit setelah bayi lahir yang keluar spontan

atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta

,disertai dengan pengeluaran darah , komplikasi yang dapat timbul

pada kala III adalah perdarahan akibat atonia uteri, retensio

plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali pusat.

4) Kala IV

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan

terhadap bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama

kurang lebih 2 jam . Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan

darah dari vagina, tapi tidak banyak yang berasal dari pembuluh

darah yang ada di dinding rahim tempat lepasnya plasenta, dan

setelah beberapa hari akan mengeluarkan cairan sedikit darah


51

yang disebut lochea yang berasal dari sisa-sisa jaringan . Pada

beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran

menjadi banyak ,ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya

kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu

perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan

perdarahan semakin hebat,dapat dilakukan tindakan secepatnya.

(Elisabeth dan Th Endang,2020;h.16).

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Power (kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,

kontraksi otot-otot perut, kontraksidiafragma, dan aksi dari

ligamen.

a) His

His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada

bulan terakhir dari kehamilan dan sebelum persalinan dimulai

sudah ada kontraksi rahim yang disebabkan oleh his. His

dibedakan sebagai berikut:

(1) His pendahuluan (his palsu)

Kontraksi bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri

diperut bagian bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan

nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian

bawah. Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah

kuat.

(2) His persalinan


52

Kontraksi bersifat otonom, artinya tidak dipengaruhi oleh

kemauan, namun dapat dipengaruhi dari luar, misalnya

rangsangan jari-jari tangan.

Sifat-sifat his yang normal adalah sebagai berikut:

(a) Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk

rahim.

(b) Fundal dominant, menjalar keseluruh otot rahim

(c) Kekuatannya seperti memeras isi rahim.

(d) Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang

semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan

segmen bawah rahim (Sukami, 2013;h.186).

b) Tenaga mengejan

Tenaga mengejan pasien akan semakin menambah kekuatan

kontraksi uterus. Pada saat pasien meneran, diafragma dan

otot-otot dinding abdomen akan berkontraksi. Kombinasi

antara his dan tenaga mengejan pasien akan meningkatkan

tekanan intrauterin sehingga janin akan semakin terdorong

keluar. Dorongan menekan akan semakin meningkat ketika

pasien dalam posisi yang nyaman, misalnya setengah duduk,

jongkok, berdiri, atau tidur miring ke kiri. (Sulistyowati,Ari,

2010).

c) Passage (jalan lahir)

Faktor janin (passanger) meliputi sikap janin, letak

presentasi, bagian terbawah, dan posisi janin. Sikap janin

(Habitus) adalah hubungan bagian-bagian janin dengan


53

sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin

umumnya berada dalam sikap fleksi, lengan bersilang dada.

Letak (Situs) adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap

sumbu ibu ,presentasi adalah bagian terbawah janin, yang

dijumpai ketika palpasi tau pemeriksaan dalam. Posisi janin

menunjukkan hubungan bagian janin tertentu dan belakang

dari jalan lahir (Arsinah dkk,2010;h.12-13).

Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir

dari faktor passenger adalah :

(1) Janin

(a) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada

bagian depan jalan lahir seperti presentasi kepala,

presentasi bokong (mumi, komplit, letak lutut atau

letak kaki ), presentasi bahu.

(b) Sikap janin hubungan bagian janin ( kepala) dengan

bagian janin lainnya (badan), misal fleksi, defleksi, dll.

(c) Posisi janin

Hubungan bagian atau point penentu dari bagian

terbawah janin dengan panggul ibu, dibagi menjadi 3

unsur yaitu sisi panggul ibu, bagian terendah janin,

bagian panggul ibu.

(2) Plasenta

Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter

15-20 cm tebal 2-2,5 cm berat 500 gram. Letak plasenta


54

umumnya didepan atau dibelakang dinding uterus, agak

keatas kearah fundus (Sulistiyowati dkk, 2010;h.33).

(3) Air ketuban merupakan elemen penting

Air ketuban merupakan elemen penting dalam proses

persalinan. Air ketuban pada kehamilan cukup bulan

kira-kira 1000-1500 cc, berwarna putih keruh, berbau

amis, dan terasa manis. Komposisinya terdiri atas 98%

air sisanya albumin, urea, asam urin, kreatinin, sel-sel

epitel,lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik.

Kadar protein 2,6% gram/liter. Yang berfungsi melindungi

janin dari trauma dan benturan, kemungkinan janun

bergerak bebas, menstabilkana suhu tubuh janin agar

tetap hangat, menahan tekanan uterus, pembersih jalan

lahir (Sulistiyawati dkk,2010;h.39).

d) Faktor jalan lahir (Passager)

Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas

tulang panggul dengan persendiannya (artikulasio) dan

bagianlunak yang terdiri dari atas otot-otot, jaringan-jaringan

dan ligamen-ligamen (Arsinah,2010;h.15).

Bidang-bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai

dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul saat

persalinan, bidang hodge dibagi menjadi empat yaitu: Bidang

Hodge I adalah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis


55

dan promontorium. Bidang Hodge II adalah bidang yang

sejajar dengan Bidang Hodge I terletak setinggi bagian bawah

simfisis. Bidang Hodge III adalah bidang yang sejajar dengan

Bidang Hodge I dan II terletak setinggi spina iskiadika kanan

dan kiri. Bidang Hodge I, II dan III terletak setinggi os koksigis

(Prawiroharjo,2016;h.195).

g. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Kebutuhan dasar ibu bersalin menurut (Kurniarum 2016;h.81).

1) Kebutuhan Oksigen

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan

perlu diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II,

dimana oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya untuk

oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak

adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan dan dapat

mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat

diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik selama

persalinan. Ventilasi udara perlu diperhatikan, hindari penggunaan

pakaian yang ketat, sebaiknya penopang payudara/BH dapat

dilepas atau dikurangi kekencangannya. Indikasi pemenuhan

kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ)

baik dan stabil.

2) Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makanan dan minum)

merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu

selama proses persalinan. Pastikan bahwa pada setiap tahapan


56

persalinan (kala I, II, III maupun IV), ibu mendapatkan asupan

makanan yang cukup. Asupan makanan yang cukup (makanan

utama maupun makanan ringan), merupakan sumber dari glukosa

darah, yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.

Kadar gula darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia.

Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan

dehidrasi pada ibu bersalin.

Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat menyebabkan

komplikasi persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan

mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat

kemajuan persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan

tindakan, serta dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum.

Pada janin akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga

akan mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia.

Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan kontraksi

menjadi tidak teratur. Ibu mengalami dehidrasi dapat diamati dari

bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh, dan eliminasi yang

sedikit.

3) Kebutuhan Eliminasi

Kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi oleh

bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan

kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan

sesering mungkin atau minimal 2 jam sekali selama persalinan.

Kandung kemih yang penuh dapat mengakibatkan :


57

a) Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke

dalam rongga panggul, terutama apabila berada diatas spine

sciatica

b) Menurunkan efisiensi kontraksi uterus /his

c) Meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu

karena bersama dengan munculnya kontraksi uterus

d) Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala I

e) Memperlambat kelahiran plasenta

f) Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung

kemih yang penuh menghambat kontraksi uterus. Apabila

masih memungkinkan anjurkan ibu untuk berkemih dikamar

mandi, namun apabila sudah tidak memungkinkan, bidan

dapat membantu ibu untuk berkemih dengan wadah

penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk melakukan

kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum maupun

setelah kelahiran bayi dan plasenta. Kateterisasi kandung

kemih hanya dilakukan apabila terjadi retensi urin dan ibu

tidak mampu untuk berkemih secara mandiri. Kateterisasi

akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma atau perlukaan

pada saluran kemih ibu. Sebelum memasuki proses

persalinan, sebaiknya pastikan dulu bahwa ibu sudah BAB.

4) Kebutuhan Hygiene (Kebutuhan Personal)


58

Kebutuhan Hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu

diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin,

karena personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa

aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi,

mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas

pada jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis.

Tindakan personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat dilakukan

bidan diantaranya : membersihkan daerah genetalia (vulva-

vagina,anus), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan

badan dengan mandi. Secara ilmiah, selain dapat membersihkan

seluruh bagian tubuh, mandi juga dapat meningkatkan

kenyamanan pada ibu, dan dapat mengurangi rasa sakit. Selama

proses persalinan apabila memungkinkan ibu dapat diijinkan

mandi di kamar mandi dengan pengawasan dari bidan.

Pada kala I fase aktif, dimana peningkatan bloodyshow dan

ibu sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus

membantu ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk

menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk

meningkatkan kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah

genetalia dapat dilakukan dengan melakukan vulva hygiene

menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi dengan air DTT

hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik maupun lisol.

Bersihkan dari atas (vestibulum), ke bawah (arah anus), tindakan

ini dilakukan apabila diperlukan, misalnya setelah ibu BAK, setelah

ibu BAB, maupun setelah ketuban pecah spontan.


59

Pada kala II dan kala III untuk menjaga kebersihan diri ibu

bersalin, maka ibu dapat diberikan alas bersalin (underpad) yang

dapat menyerap cairan tubuh (lendir darah, darah, air ketuban)

dengan baik. Apabila saat mengejan diikuti dengan faeses, maka

bidan harus segera membersihkannya, dan meletakkannya

diwadah yang seharusnya. Sebaiknya hindari menutupi bagian

tinja dengan tisu atau kapas ataupun melipan underpad.

Pada kala IV setelah janin dan plasenta dilahirkan, selama 2

jam observasi, maka pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat

dimandikan atau dibersihkan diatas tempat tidur. Pastikan bahwa

ibu sudah menggunakan pakaian bersih dan penampung darah

(pembalut bersalin, underpad) dengan baik. Untuk memudahkan

bidan dalam melakukan observasi, maka celana dalam sebaiknya

tidak digunakan terlebih dahulu, pembalut ataupun underpad

dapat dilipat disela-sela paha.

5) Kebutuhan Istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat

pada ibu bersalin tetap harus terpenuhi, istirahat selama proses

persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan

memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba rileks tanpa

ada tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak

ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas

rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal

menyenangkan lain untuk melepas lelah, atau apabila


60

memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu

diusahakan untuk tidak mengantuk.

Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil

melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur

apabila sangat kelelahan. Namun sebagian bidan, memotivasi ibu

untuk memberikan ASI dihi harus tetap dilakukan. Istirahat yang

cukup setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk

memulihkan fungsi-fungsi alat reproduksi dan meminimalisasi

trauma saat persalinan.

6) Posisi dan Ambulasi

Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari

dan terus berlangsung/ progresif. Bidan dapat membantu ibu agar

tetap tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak mengatur

posisi persalinan dan posisi meneran ibu.

Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi

persalinan dan posisi meneran serta menjelaskan alternatif –

alternatif posisi persalinan dan posisi meneran bila posisi yang

dipilih ibu tidak efektif. Bidan harus memahami posisi – posisi

melahirkan, bertujuan untuk menjaga agar proses kelahiran bayi

dapat berjalan senormal mungkin. Hal – hal yang perlu

diperhatikan dalam menentukan posisi melahirkan :

a) Klien/Ibu bebas memilih, hal ini dapat meningkatkan kepuasan,

menimbulkan perasaan sejahtera secara emosional, dan ibu

dapat mengendalikan persalinannya secara alamiah.


61

b) Peran bidan adalah membantu/memfasilitasi ibu agar merasa

nyaman.

c) Secara umum, pilihan posisi melahirkan secara alami/naluri

bukanlah posisi berbaring.

Menurut sejarah, posisi berbaring diciptakan agar penolong

lebih nyaman dalam bekerja. Sedangkan posisi tegak, merupakan

cara yang umum digunakan dari sejarah penciptaan manusia

sampai abad ke-18. Pada awal persalinan, sambil menunggu

pembukaan lengkap, ibu masih diperbolehkan untuk melakukan

mobilisasi/aktivitas. Hal ini tentunya disesuaikan dengan

kesanggupan ibu. Mobilisasi yang tepat dapat membantu dalam

meningkatkan kemajuan persalinan, dapat juga mengurangi rasa

jenuh dan kecemasan yang dihadapi ibu menjelang kelahiran

janin.

Pada kala I, ibu diperbolehkan untuk berjalan, berdiri,

posisi berdansa, duduk, berbaring miring ataupun merangkak.

Hindari posisi jongkok, maupun dorsal recumbent maupun litotomi.

Hal ini akan merangsang kekuatan meneran. Posisi terlentang

selama ini akan merangsang kekuatan meneran. Posisi terlentang

selama persalinan (kala I dan II) juga sebaiknya dihindari, sebab

saat itu berbaring terlentang maka berat uterus, janin, cairan

ketuban, dan plasenta akan menekan vena cava inferior.

Penekanan ini akan menyebabkan turunnya suplai oksigen utero-

plasenta. Hal ini akan menyebabkan hipoksia. Posisi terlentang

juga dapat menghambat kemajuan persalinan.


62

Macam – macam posisi meneran diantaranya :

a) Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan

dalam membantu kelahiran kepala janin dan memperhatikan

keadaan perineum.

b) Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan

dengan rasa sakit pada punggung, mempermudah janin dalam

melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang.

c) Jongkok atau berdiri , posisi jongkok atau berdiri memudahkan

penurunan kepala janin, memperluas panggul sebesar 28%

lebih besar pada pintu bawah panggul, dan memperkuat

dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko memperbesar

terjadinya laserasi (perlukaan) jalan lahir.

d) Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat mengurangi

penekanan pada vena cava inferior, sehingga dapat

mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia janin karena

suplai oksigen tidak terganggu, dapat memberi suasana rileks

bagi ibu yang mengalami kecapekan, dan dapat mencegah

terjadinya robekan jalan lahir.

e) Hindari posisi terlentang (dorsal recumbent), posisi ini dapat

mengakibatkan: hipotensi (beresiko terjadinya syok dan

berkurangnya suplai oksigen dalam sirkulasi uteroplasenter,

sehingga mengakibatkan hipoksia bagi janin), rasa nyeri yang

bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu

mengalami gangguan untuk bernafas, buang air kecil

terganggu, mobilisasi ibu kurang bebas, ibu kurang semangat,


63

dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan

punggung.

7) Pengurangan Rasa Nyeri

Bidan dapat membantu ibu bersalin dalam mengurangi nyeri

persalinan dengan Teknik self-help. Teknik ini merupakan Teknik

pengurangan nyeri persalinan yang dapat dilakukan sendiri oleh

ibu bersalin, melalui pernafasan dan relaksasi maupun stimulasi

yang dilakukan oleh bidan. Teknik self-help dapat dimulai sebelum

ibu memasuki tahapan persalinan, yaitu dimulai dengan

mempelajari tentang proses persalinan dilanjutkan dengan

mempelajari cara bersalin dan tetap tenang serta mempelajari cara

menarik nafas dalam.

Kontak fisik yang dilakukan pemberi asuhan/bidan dan

pendamping persalinan memberi pengaruh besar bagi ibu. Kontak

fisik berupa sentuhan, belaian maupun pijatan dapat memberikan

rasa nyaman, yang pada akhirnya dapat mengurangi rasa nyeri

saat persalinan. Bidan mengajak pendamping persalinan untuk

terus memegang tangan ibu, terutama saat kontraksi, menggosok

punggung dan pinggang, menyeka wajahnya, mengelus rambutnya

atau mungkin dengan mendekapnya.

8) Penjahitan Perineum (Jika Diperlukan)

Proses kelahiran bayi dan plasenta dapat menyebabkan

berubahnya bentuk jalan lahir, terutama adalah perineum. Pada

ibu yang memiliki perineum yang tidak elastis, maka robekan

perineum seringkali terjadi. Robekan perineum yang tidak


64

diperbaiki, akan mempengaruhi fungsi dan estetika. Oleh karena

itu, penjahitan perineum merupakan salah satu kebutuhan

fisiologis ibu bersalin. Dalam melakukan penjahitan perineum,

bidan perlu memperhatikan prinsip sterilitas dan asuhan sayang

ibu. Berikanlah selalu anestesi sebelum dilakukan penjahitan.

Posisikan badan ibu dengan posisi litotomi/dorsal recumbent, tepat

berada di depan bidan. Hindari posisi bidan yang berada di sisi ibu

saat menjahit, karena hal ini dapat mengganggu kelancaran dan

kenyamanan Tindakan.

9) Kebutuhan Akan Proses Persalinan Yang Terstandar

Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan persalinan

yang terstandar merupakan hak setiap ibu. Hal ini merupakan

salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin, karena dengan

pertolongan persalinan yang terstandar dapat meningkatkan

proses persalinan yang alami/normal.

Hal yang perlu disiapkan bidan dalam memberikan

pertolongan persalinan terstandar dimulai dari penerapan upaya

pencegahan infeksi. Dalam melakukan pertolongan persalinan,

bidan sebaiknya tetap menerapkan APN (asuhan persalinan

normal) pada setiap kasus yang dihadapi ibu. Lakukan penapisan

awal sebelum melakukan APN agar asuhan yang diberikan sesuai.

Segera lakukan rujukan apabila ditemukan ketidaknormalan.

h. Asuhan Kebidanan pada Persalinan Normal (APN)

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Melihat tanda gejala kala dua


65

1) Mengamati tanda gejala kala dua

a) Ibu mempunyai keinginan untuk menekan

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan vaginanya

c) Perineum menonjol.

d) Vulva vagina dan sfingteranal membuka

Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Memastikan perlengkapan bahan dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksan dalam.

6) Menyiapkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

meletakkan kembali di partus set wadah desinfeksi tingkat tinggi

atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.

Memastikan pembukaan lengkap dengan Janin Baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menekannya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang sudah


66

dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum,

atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkanya

dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.

Membuang kapas ke dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

tangan jika terkontaminasike dalam larutan dekontaminasi.

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan

terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama

10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas)

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180

kali/menit).

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk membantu Proses Pimpinan

meneran

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu


67

serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat

mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai keinginan

untuk menera:

a) Membimbing ibu untuk menekan saat ibu mempunyai

keinginan untuk menekan.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d) Menganjurkan keluarga untuk mrndukung dan memberi

semangat pada ibu.

e) Menganjurkan asupan cairan per oral.

f) Menilai DJJ setiap 5 menit.

g) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk

segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.


68

h) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60

menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak

kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara

kontraksi.

i) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadisegera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu segera.

Persiapan pertolongan kelahiran bayi

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong

ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Menolong kelahiran bayi

Lahirnya kepala

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang

lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan

kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran

perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.


69

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan)

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi:

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklaimnya di

dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

Lahir bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

keduatangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu

untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Denag lembut

menariknya kea rah bawah dan kearah luar hingga bahu anterior

muncul di bawah arkus pubis dan kemudian denag lembut

manarik kea rah atas dan kea rah luar untuk melahirkan bahu

posterior

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusupkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah kearah perineum,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bawah untuk menyangga tubuh bayi


70

saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusupkan tangan yang ada

diatas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata

kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki

Penanganan Bayi Baru Lahir

25) Setelah menilai dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian

meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit

lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,

meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi

mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin im

(ligat keterangan dibawah)

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu

dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)

28) memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29) mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,

menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi

mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.


71

30) memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

Oksitosin

31) meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32) memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

33) dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, diberikan suntikan

oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 paha atas kanan ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

Penegangan tali pusat terkendali

34) memindahkan klem pada tali pusat

35) meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat

diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang

tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang

(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40

detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga

kontraksi berikut muali. (Jika uterus tidak berkontraksi, meminta


72

ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan

puting susu).

Mengeluarkan plasenta

37) setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk menekan sambil

menarik tapi pusat kearah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus

a) jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak 5-10 cm dari vulva

b) jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit:

(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M

(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptic bila perlu

(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15

menitberikutnya

5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi

38) jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang

plasenta dengan kedua tangan dan dengan hati-hati memutar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan

melahirkan selaput ketuban tersebut

Pemijatan uterus
73

39) segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus uteri keras)

Menilai perdarahan

40) memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan

plasenta di dlam kantung plastic atau tempat khusus. Jika uterus

tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik

mengambil tindakan sesuai

41) mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif

Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan

kedalam larutanklorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat esinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama


74

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan

klorin 0,5 %

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

c) Setiap 20-30 menit pada jam kdua pasca persalinan

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan

perawatan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,

melakukan penjahitan dengan anestesi lokal dan

menggunakan teknik yang sesuai.

50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua

jam pertama pasca persalinan

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal
75

Kebersihan dan Keamanan

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 %

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan

setelah dekontaminasi

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untukmemberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5 % dan membilasdengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

59) Mencuci keduatangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang) (Sarwono,

2018; h. 334-347).

3. Nifas

a. Pengertian

Masa Nifas (puerperium) adalah di mulai setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan


76

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu

(Prawiroharjo, 2020 : N- 23).

Masa Nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6

minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke

keadaan tidak hamil yang normal. (Obstetri William).

Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra

hamil. Lama masa Nifas 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri).

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan mengetahui

apa tujuan dari pemberian asuhan pada ibu masa nifas, tujuan

diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain untuk :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis

di mana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat

penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka

kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) di mana

bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu

masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengajian data subjektif,

objektif maupun penunjang.

3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus

menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini

dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.


77

4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat

langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas

dapat dilaksanakan.

5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya dan perawatan bayi sehat; memberikan

pelayanan keluarga berencana.

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan

tanggung jawab seorang bidan terhenti, karena asuhan kepada ibu

harus dilakukan secara komprehensif dan terus menerus, artinya

selama masa kurun reproduksi seorang wanita harus mendapatkan

asuhan yang berkualitas dan standar, salah satu asuhan

berkesinambungan adalah ibu selama masa nifas.

Bidan mempunyai peran dan tanggung jawab antara lain :

1) Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat

untuk memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil.

2) Periksa fundus tiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit pada

jam kedua, jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai keras

karena otot akan menjepit pembuluh darah sehingga

menghentikan pendarahan.
78

3) Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan tiap 15

menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.

4) Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan

perineum, dan kenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat, beri

posisi yang nyaman, dukung program bounding attachment dan

ASI Eksklusif, ajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa

fundusdan perdarahan, beri konseling tentang gizi, perawatan

payudara,kebersihan diri.

5) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa

nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan

fisik dan psikologis selama masa nifas.

6) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

7) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan

rasa nyaman.

8) Membuat kebijakan, perencanaprogram kesehatan yang berkaitan

ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

9) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

10) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga

gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman

11) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta

melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama periode nifas.


79

12) Memberikan asuhan secara profesional

d. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas seperti dijelaskan diatas merupakan rangkaian setelah

proses persalinan dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahapan

masa nifas yang harus dipahami oleh seorang bidan antara lain :

1) Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat

genital yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki

komplikasi.

e. Kebutuhan dasar ibu nifas

1) Nutrisi dan Cairan, Pada Seorang Ibu Menyusui

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari; Makan dengan diet

berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang

cukup; Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk

minum setiap kali menyusui); Pil zat besi harus diminum untuk

menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin;

Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan

vitamin A kepada banyinya melalui ASI nya.

2) Ambulasi

Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak

karena merasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari

tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran per vaginam.


80

Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena.

Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan

otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh

yang baik, mengencangkan otot dasar panggul. Sehingga

mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

3) Eliminasi : Bak/Bab

Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama

setelah melahirkan, dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan

untuk mengosongkan kandung kemihnya karena rasa sakit,

memar atau gangguan pada tonus otot. Ia dapat dibantu untuk

duduk diatas kursi berlubang tempat buang air kecil (mommode)

jika masih belum diperbolehkan berjalan sendiri dan mengalami

kesulitan untuk buang air kecil dengan pispot di atas tempat tidur.

Meskipun sedapat mungkin dihindari, katerisasi lebih baik

dilakukan daripada terjadi infeksi saluran kemih akibat urin yang

tertahan.

4) Kebersihan Diri/Perineum

Pada ibu masa nifas sebaiknya anjurkan kebersihan seluruh

tubuh. Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah

kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk

membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke

belakang anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap

kali selesai buang air kecil dan besar. Sarankan ibu untuk

mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali

sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik,
81

dan dikeringkan dibawah sinar matahari atau disetrika. Sarankan

ibu untuk mencuci tangan dengan dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka

episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari

menyentuh daerah luka.

5) Istirahat

Istirahat pada ibu selama masa nifas beristirahat cukup untuk

mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan dia untuk kembali

ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan, serta

untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. Kurang

istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal; Mengurangi

jumlah ASI yang diproduksi; memperlambat prosesinvolusi uterus

dan memperbanyak perdarahan; menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

6) Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua

jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah

berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk

memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan

suami istri sampai masa waktu tertentu. Misalnya setelah 40 hari

atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada

pasangan yang bersangkutan.

7) Keluarga Berencana
82

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan

sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan

tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat

membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan

kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak

diinginkan. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur

(ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.

Oleh karena itu, metode amenorea laktasi dapat dipakai sebelum

haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru.

Resiko cara ini adalah 2% kehamilan. Meskipun beberapa metode

KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih

aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi. Sebelum

menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan

dahulu kepada ibu : Bagaimana metode ini dapat mencegah

kehamilan dan efektivitasnya, kekurangannya, efek samping,

bagaimana menggunakan metode itu, kapan metode itu dapat

mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui. Jika

seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada

baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk ,

mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan

itu dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan

baik (Ai Yeyeh Rukiyah, Lia Yulianti, 2018; h.2-81).

f. Perubahan Fisik Masa NIfas


83

Perubahan fisik pada masa nifas adalah perubahan fisik yang

terjadi pada ibu masa nifas yaitu perubahan pada uterus, lokia, vagina

dan vulva. Pada masa nifas, uterus akan berangsur-angsur pulih

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Segera setelah lahirnya

plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada

kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit

lebih tinggi (Widy, 2018).

Menurut Widy (2018) perubahan fisik masa nifas adalah sebagai

berikut :

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a) Involusi uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras

karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya, sehingga dapat

menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas

implantasi plasenta.

Tabel 2.3 Involusi uterus

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1.000 gr
1 minggu Pertengahan pusat 750 gr
simfisis
2 minggu Tidak teraba diatas 500 gr
simfisis
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal seperti belum 30 gr
hamil
Sumber : Fitriana, 2018

b) Involusi tempat plasenta


84

Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat

dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira besarnya

setelapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir

minggu kedua hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2

cm.

c) Lochea

Pada bagian pertama masa nifas biasanya keluar cairan dari

vagina yang dinamakan lochea. Berasal dari luka dalam rahim

terutama luka plasenta. Jadi, sifat lochea berubah seperti

secret luka berubah menurut tingkat penyembuhan luka. Pada

2 hari pertama lochea berupa darah dan disebut lochea rubra.

Setelah 2-4 hari merupakan darah encer yang disebut lochea

serosa dan pada hari ke 10 menjadi cairan putih atau

kekuning-kuningan yang disebut lochea alba. Warna ini

disebabkan karena banyak leucocyt. Terdapat di dalam nya

bau lochea has amis dan yang berbau busuk menandakan

infeksi

Table 2.4 Macam-Macam Lochea

Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari darah
kehitaman segar, jaringan sisa-
sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi),
dan sisa mekonium.
Lochea rubra yang
menetap pada awal
periode postpartum
menunjukkan adanya
perdarahan
postpartum sekunder
85

yang mungkin
disebabkan tinggalnya
sisa atau selaput
plasenta.
Sanguinolent 4-7 hari Merah Sisa darah bercampur
a kecoklatan lendir.
dan
berlendir
Serosa 4-7 hari Kuning Lebih sedikit darah dan
kecoklatan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan
robekan atau laserasi
plasenta. Lochea serosa
dan alba yang berlanjut
bisa menandakan
adanya endometriosis,
terutama jika disertai
demam, rasa sakit atau
nyeri tekan pada
abdomen.
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit,
berlangsung sel desidua dan sel
2-6 epitel, selaput lendir
postpartum serviks serta serabut
jaringan yang mati.
Lochea Terjadi infeksi keluar
purulenta cairan seperti nanah
berbau busuk.
Lokhea Lochea tidak lancar
astasis keluarnya.
Sumber: Fitriana, 2018

d) Serviks dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat

dilalui oleh 2 jari. Pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-

retak karena robekan dalam persalinan. Selain itu, disebabkan

hiperplasia ini dan retraksi serta robekan serviks menjadi

sembuh.

2) Perubahan Sistem Pencernaan


86

Perubahan sistem pencernaan (system gastrointestinal) dari masa

kehamilan dan kemudian sekarang berada pada masa nifas dapat

dijelaskan sebagai berikut.

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Pelvis, ginjal,dan ureter yang meregang dan berdilatasi selama

kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah

melahirkan. Pemeriksaan siskotopik segera setelah melahirkan

menunjukkan tidak saja edema dan hiperemis dinding kandung

kemih, tetapi sering kali terdapat ekstravasasi darah pada

suhumukosa.

4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu

lama, tetapi biasanya pilih selama 6 minggu. Ligament, fasia, dan

diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah

bayi lahir, secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih

kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan

menjadi retrofleksi.

a) Hormone placenta

Selama periode postpartum terjadi perubahan hormonal yang

besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penularan

signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta.

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.

b) Hormone pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak

menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH


87

meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3,

dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c) Hormon oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian

belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan

payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin

menyebabkan pemisahan plasenta.

d) Hipotalamus Pituitari Ovarium

Bagi wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi.

Seringkali menstruasi pertama itu 37 bersifat anovulasi yang

dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Di

antara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi

selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu, sedangkan

wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu

655 setelah 12 minggu dan 905 setelah 24 minggu. Umumnya,

wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk

wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

5) Perubahan tanda-tanda vital

a) Suhu

Dalam 24 jam postpartum suhu akan naik sekitar 37,5 ℃- 38 ℃

yang merupakan pengaruh dari proses persalinan dimana ibu

kehilangan banyak cairan dan kelelahan. Hari ke-3 suhu akan

naik lagi karena proses pembentukan ASI, payudara menjadi

bengkak, berwarna merah. Peningkatan suhu bisa juga


88

disebabkan karena infeksi pada endometrium, mastitis, infeksi

traktus urogenitalis. Kita harus mewaspadai bila suhu lebih dari

38 ℃ dalam 2 hari berturut-turut pada 10 hari pertama post

partum dan suhu harus terus diobsevasi minimal 4 kali sehari.

b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa berkisar 60-80 kali

permenit. Setelah persalinan denyut nadi menjadi lebih cepat.

Denyut nadi yang cepat (>100x/menit) biasa disebabkan

karena infeksi atau perdarahan post partum yang tertunda.

c) Pernafasan

Pernapasan selalu terkait dengan kondisi suhu dan denyut

nadi. Apabila nadi dan suhu tidak normal, pernapasan juga

akan mengikutinya, kecuali pada kondisi gangguan saluran

pernapasan. Umumnya, respirasi cenderung lambat atau

normal karena ibu dalam kondisi pemulihan. Bila respirasi

cepat > 30 per menit mungkin diikuti oleh tanda-tanda shock.

d) Tekanan darah

Tekanan darah relatif rendah karena ada proses kehilangan

darah karena persalinan. Tekanan darah yang tinggi

mengindikasikan adanya pre eklamsi post partum. Biasanya

tekanan darah normal yaitu <140/90 mmHg. Namun, dapat

mengalami peningkatan dari pra persalinan pada 1-3 hari post

partum. Setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami

peningkatan tekanan darah sementara waktu. Keadaan ini

akan kembali normal selama beberapa hari.


89

e) Perubahan sistem kardiovaskuler

Segera setelah bayi lahir, kerja jantung mengalami

peningkatan 80% lebih tinggi dari pada sebelum persalinan

karena autotransfusi dari uteroplasenter. Resistensi pembuluh

perifer meningkat karena hilangnya prosesuteroplacenter dan

kembali normal setelah 3 minggu.

f) Perubahan sistem hematologi

Jumlah kehilangan darah yang normal dalam persalinan.

1) Persalinan pervaginam : 300-400 ml.

2) Persalinan sectiocaesarea : 1000 ml.

3) Histerektomi secaria : 1500 ml.

g. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Menurut Fitriana (2018) perubahan psikologis pada masa nifas

adalah:

1) Fase taking in

Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu

fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman

selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini

membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.

2) Fase taking hold


90

Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan

rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu

memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan

yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat

diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.

3) Fase letting go

fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang

berlangsung

sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan

diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalanya, ibu

mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya

keadaan ini disebut baby blues.

4. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Pengertian bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir antara 2500-

4000 gram (Depkes. RI, 2015). Bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa

memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan

42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan

tanpa cacat bawaan (Ai Yeyeh dkk, 2017).


91

Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru

lahir dengan umur kehamilan 38-40 minggu, lahir melalui jalan lahir

dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis

kuat, nafas secara spontan dan teratur, berat badan antara 2500-

4000 gram (Andina, 2019).

b. Kebutuhan Dasar Neonatus

1) Kebutuhan Fisik

a) Nutrisi

(1) Berikan ASI yang pertama kali keluar dan berwarna ke

kuningan (kolostrum)

(2) Berikan hanya ASI ( ASI eksklusif )

(3) Jangan berikan makanan / minuman selain ASI

(4) Susui sesering mungkin

(5) Susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit 8 kali sehari

(6) Jika tidur lebih dari 3 jam, bangunkan, lalu susui

(7) Susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian

(8) Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah

kepayudara sisi lainnya.

b) Personal Hygiene

(1) Neonatus harus selalu dijaga agar tetap bersih, hanta dan

kering.memandikan neonatus sebaiknya ditunda sampai 6 jam

kelahiran.

(2) Mandikan setiap pagi dan sore dengan air hangat. Jika ingin

memakai sabun pilih sabun dengan PH netral dengan sedikit atau

bahkan tanpa parfum atau pewarna.


92

(3) Ganti popok sesegera mungkin bila kotor, baik karena urin atau

feses. Kulit harus segera dibersihkan baik cair maupun dengan lap

untuk mengurangi resiko lecet dan ruam popok pada kulit.

c. Standar Kunjungan Neonatus

Menurut Andina (2019) standar kunjungan neonatus adalah

sebagai berikut :

1) Kunjungan I

Dilakukan pada 6 jam pertama setelah persalinan.

a) Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering. Menilai

penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan

bayi secara keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang

dapat menggambarkan keadaan kesehatan nya.

b) Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan

pentinguntuk diawasi selama 6 jam pertama.

c) Menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering.

d) Pemberian ASI awal.

2) Kunjungan II

Pada hari ke-3 setelah persalinan.

a) Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi.

b) Menanyakan bagaimana bayi menyusui.

c) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus).

d) Memeriksa apakah ada nanah pada pada pusat bayi dan

apakah baunya busuk.

3) Kunjungan III

Pada minggu ke-2 setelah persalinan


93

a) Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu

pasca persalinan.

b) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup

c) Bayi harus mendapatkan imunisasi.

4) Kunjungan IV

Pada 6 minggu setelah lahiran

a) Memastikan bahwa laktasi berjalan dengan baik dan berat

badan bayi meningkat.

b) Melihat hubungan antara ibu dan bayi.

c) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu

untuk penimbangan imunisasi.

d. Adaptasi Fisiologis BBl Terhadap Kehidupan di Luar Uterus

Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantung terhadap

ibunya kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus

mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendapatkan nutrisi per

oral untuk mempertahankan kadar gula,mengatur suhu tubuh,

melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelumnya

dilakukan oleh plasenta.

1) Perubahan sistem pernafasan

Perkembangan paru-paru: paru-paru berasal dari titik yang muncul

dari pharynx kemudian bentuk bronkus sampai umur 8 tahun,

sampai jumlah bronkiolus untuk alveolus berkembang: awal

adanya nafas karena terjadi hipoksia pada akhir persalinan dan

rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat

pernafasan diotak, tekanan rongga dada menimbulkan kompresi


94

paru-paru selama persalinan menyebabkan udara masuk paru-

paru secara mekanis.

2) Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-paru dimana

selama lahir 1/3 cairan ini diperas dari paru-paru, jika proses

persalinan melalui sectio ceesarea maka kehilangan keuntungan

kompresi dada ini tidak terjadi maka dapat mengakibatkan paru-

paru basah.

Beberapa tarikan nafas pertama menyebabkan udara memenuhi

ruangan trakea untuk bronkus bayi baru lahir, paru-paru akan

berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

3) Perubahan sistem peredaran darah

Setelah bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru

untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh guna

menghantar oksigen ke jaringan sehingga harus terjadi dua hal:

penutupan foramen ovale dan penutupan duktus arteriosus antara

arteri paru-paru serta aorta.

4) Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh

darah

Pada saat tali pusat diregistrasi pembuluh sistemik, meningkat

dan tekanan rahim menurun, tekanan atrium kanan menurun

karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan menyebabkan

penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendirikan

membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke

paru-paru untuk proses oksigenasi ulang.


95

Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-

paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan, oksigen pada

pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya

sistem pembuluh darah paru-paru akan menurunkan resistensi

pembuluh darah paru-paru sehingga terjadi peningkatan volume

darah dan tekanan pada atrium kanan menimbulkan penurunan

tekanan pada atrium kiri menyebabkan foramen ovale menutup.

5) Metabolisme glukosa

Untuk memfungsikan otak, dengan tindakan penjepitan tali pusat

sehingga bayi harus mempertahankan kadar glukosa darahnya

sendiri pada saat bayi lahir, glukosa darah akan menurun dalam

waktu cepat (1-2 jam) koreksi penurunan glukosa dilakukan

dengan tiga cara : penggunaan ASI, penggunaan cadangan

glikogen.

6) Perubahan sistem gastrointestinal

Sebelum janin cukup bulan akan menghisap dan menelan.

Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk

dengan baik pada saat lahir, kemampuan ini masih cukup selain

mencerna ASI, hubungan antara Esophagus bawah dan lambung

masih belum sempurna maka akan menyebabkan gumoh pada

bayi baru lahir, kapasitas lambung sangat terbatas kurang dari 30

cc, dan akan bertambah lambat sesuai pertumbuhannya.

7) Perubahan sistem kekebalan tubuhnya


96

Sistem imun bayi masih belum matang sehingga rentan terhadap

berbagai infeksi dan alergi jika sistem imun matang akan

memberikan kekebalan alami atau didapat, berikut contoh

kekebalan alami: perlindungan oleh kulit membran mukosa, fungsi

saringan-saringan saluran nafas, pembentukan koloni mikroba

oleh kulit halus dan usus, perlindungan kimia oleh lingkungan

asam lambung.

8) Sistem pengaturan suhu, metabolisme glukosa gastrointestinal

tubuh

Pengaturan suhu: bayi baru lahir belum bisa mengatur suhu

sendiri sehingga menimbulkan stres dengan adanya perubahan-

perubahan lingkungan, pada saat bayi meninggalkan ruangan

rahim ibu yang hangat menuju lingkungan luar rahim yang jauh

lebih dingin ditambah air ketuban menguap lewat kulit

mengakibatkan mendinginkan darah bayi.

Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tempat

mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi

kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya, hasil

penggunaan lemak coklat untuk produksi panas, timbunan coklat

akan meningkatkan panas sampai 100%, untuk mendapatkan

lemak coklat bayi harus menggunakan glukosa untuk

mendapatkan energi yang akan merubah lemak menjadi panas,

jika bayi kedinginan dia akan mengalami hipoglikemia, hipoksia

dan asidosis sehingga upaya pencegahan kehilangan panas


97

merupakan prioritas utama bidan untuk meminimalkan kehilangan

panas tubuh bayi ( Ai Yeyeh Rukiyah, dkk, 2019).

e. Mekanisme Kehilangan Panas

Terdapat empat kemungkinan mekanisme yang dapat

menyebabkan bayi kehilangan panas yaitu:

1) Konduksi

Konduksi adalah kehilangan panas dari objek hangat dalam

kontak langsung dengan objek yang lebih dingin. Panas

dihantarkan dari tubuh bayi ke benda di sekitarnya yang kontak

124 langsung dengan tubuh bayi (perpindahan panas dari tubuh

bayi ke objek lain melalui kontak langsung).

Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi

tanpa alas timbangan, memegang bayi saat dingin dan

menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.

2) Radiasi

Kehilangan panas melalui radiasi terjadi ketika panas

dipancarkan dari bayi baru lahir keluar dari tubuhnya ke

lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek

yang mempunyai suhu berbeda).

Contohnya, membiarkan bayi baru lahir dalam ruangan ber

AC tanpa pemanas, membiarkan bayi baru lahir dalam keadaan

telanjang, atau menidurkan bayi baru lahir berdekatan dengan

ruangan yang dingin.


98

3) Konveksi

Konveksi terjadi saat panas hilang dari tubuh bayi ke udara di

sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang

bergantung pada kecepatan dan suhu udara)

Contohnya konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau

menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, atau membiarkan bayi

baru lahir di ruangan yang terpasang kipas.

4) Evaporasi

Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Jika

saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan dapat terjadi

kehilangan panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas juga 125

terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya

tidak segera dikeringkan dan diselimuti (Manggiasih, 2016; h. 9).

f. Kesadaran Pada Bayi Baru Lahir

Menurut Manggiasih, 2016;h.2 Enam kesadaran bayi baru lahir

yaitu:

1) Menangis

Keadaan menangis bayi mengeluarkan aktivitas motorik yang

tidak jelas dan aktif menangis. Tangis yang normal adalah kuat

dan keras atau nyaring.

2) Tidur Nyenyak

Keadaan tidur tenang bayi jarang bergerak dan pernafasan lambat

serta teratur.

3) Tidur dengan gerakan mata yang tepat REM


99

Keadaan tidur REM bayi bernafas tidak teratur dan meringis serta

gerakan mata yang tepat.

4) Aktif – Sadar

Keadaan aktif-sadar, bayi memperlihatkan gerakan tubuh yang

aktif dengan ekspresi wajah tenang atau menangis.

5) Tenang-Sadar

Keadaan tenang-sadar, bayi sadar tapi relaks. Mata terbuka dan

terfokus.

6) Transisional

5. Keluarga Berencana

a. Pengertian

KB adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan

jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, untuk

mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Marmi. 2018,

h:84).

b. Tujuan Program keluarga Berencana

Adapun tujuan program dari keluarga berencana dibagi menjadi

dua, yaitu:

1) Tujuan Umum

Untuk mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun

kembali dan melestarikan fondasiyang kokoh bagi pelaksana

program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga

berkualitas tahun 2015.


100

2) Tujuan Khusus

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia, sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk indonesia.

Menciptakan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia

yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Metode Kontrasepsi

1) Metode Operasi Wanita (MOW)

a) Pengertian

Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metode Operasi

Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan

pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi

oleh sperma.

b) Kelebihan dari Tubektomi

(1) Efektifitas hampir 100%.

(2) Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.

(3) Tidak mempengaruhi peroses menyususi (brestfeeding)

(4) Tidak bergantung pada factor senggama.

(5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan anastesi local.

(6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

(7) Lebih aman (keluhan lebih sedikit)

(8) Lebih praktis hanya memerlukan satu kali tindakan.

(9) Lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil).

c) Kekurangan dari Tubektomi

(1) Resiko dan efek samping pembedahan.


101

Resiko sterilisasi, ahli bedah dapat juga tanpa sengaja

merusak ligament peritoneal selamma operasi. Jika

legamen peritoneal rusak, produksi hormone pada ovarium

menurun dan menopause bias dimulai dini. Potensi

komplikasi lainnya (sangat jarang) adalah kehamilan

ektopik dan gangguan menstruasi.

(2) Kadang-kadang sedikit merasakan nyeri pada saat

operasi.

(3) Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi tidak

benar.

(4) Kesuburan sulit kembali.

d) Indikasi dan KontraIndikasi Tubektomi

Indikasi

(1) Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup.

(2) Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup.

(3) Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup.

Kontra Indikasi

(1) Hamil

(2) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan

(3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut

(4) Belum memberikan persetujuan tertulis.

(5) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

(6) Usia dibawah 30 tahun yang belum dan masih ingin

memiliki anak.

e) Waktu dan tempat pelaksanaan Tubektomi


102

(1) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini

secara rasional klien tidak hamil.

(2) Hari ke-6 hingga ke-13 dan siklus menstruasi (fase

proliferasi.

(3) pasca persalinan.

(4) pasca keguguran

pasca keguguran, pasca persalinan, atau masa interval.

Ppasca persalinan dianjurkan 24 jam atau selambat-

lambatnya dalam 48 jam setelah persalinan.

(5) Saat melakukan seksio sesarea.

(6) Setelah abortus.

(7) Setelah bersalin (tubektomi post partum dilakukan satu

hari setelah partus).

(8) Setiap saat yang diinginkan.

f) Cara Sterilisasi

Tuba Fallopi adalah saluran panjang sekitar 10 cm yang

menghubungkan ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi,

sel telur dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju

uterus.

Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran

tuba fallopi yang menghubungkan ovarium dan rahim tersebut

dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau

dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan

pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit saluran

tuba fallopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel


103

telur tidak dapat terjangkau seperma. Pembedahan biasanya

dilakukan dengan pembiusan umum atau local

(spinal/epidural)

Langkah-langkah persiapan pelayanan kontap wanita (MOW)

adalah

(1) Sebelum menjalankan tindakan, lakukan puasa mulai

tengah malam, atau sekurang-kurangnya 6 jam sebelum

operasi.

(2) Mencukur rambut kemaluan dan rambut di perut bagian

bawah antara pusar dan tulang kemaluan sampai bersih.

(3) Bawalah surat persetujuan dari suami yang telah di

tandatangani atau dicap jempol.

(4) Menjelang operasai harus kencing terlebih dahulu.

(5) Dating ke klinik tempat operasi tepat pada waktunya

ditemani oleh suami atau anggota keluarga, langsung

segera melapor ke petugas.

Akseptor telah selesai menjalani pemansangan kontap

wanita/MOW harus melakukan hal sebagai berikut:

(1) Istirahat ecukupnya

(2) Minum obat sesuai dengan anjuran

(3) 7 hari stelah pemasangan tidak bekerja berat, kemudian

secara bertahap boleh bekerja seperti biasa.

(4) Perawatan luka, bekas luka operasi harus bersih dan

kering.
104

(5) Kalau ada keluhan, muntah yang hebat, nyeri perut, sesak

nafas, perdarahan, demam, segera kembali ke tempat

pelayanan terdekat.

(6) Persetubuhan boleh dilakukan setelah 1 minggu (setelah

luka kering)

(7) Control untuk pemeriksaan diri setelah 1 minggu, 1 bulan,

3 bulan dan setahun, atau bila ada keluhan.

2) Metode Operasi Pria (MOP)

Kontrasepsi mantap pada peria atau MOP (metode operasi pria)

atau vasektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran benih

agar sperma tidak keluar dari buah zakar.

a) Cara kerja

Vasektomi merupakan operasi kecil dan merupakan operasi yang lebih

ringan dari pada sunat/khitanan pada pria. Bekas operasi hanya satu

luka di tenga atau luka kecil dikanan kiri kantong zakar (kantung buah

pir) atau scrotum. Vasektomi berguna untuk menghalangi transport

spermatozoa (sel mani) di pipa-pipa sel mani pria (saluran mani pria).

b) Keuntungan

(1) Tidak ada mortalitas (kematian)

(2) Morbiditas ( akibat sakit) kecil sekali.

(3) Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.

(4) Dilakukan anestesi lokal.


105

(5) Ada kepastian bahwa cara ini efektif (kemungkinan gagal tidak

ada) karena dapat dicek kepastian di laboratorium.

(6) Tidak mengganggu hubungan sex selanjutnya dan jumalah cairan

yang dikeluarkan oleh suami waktu bersenggama tidak berubah.

(7) Tidak banyak memerlukan biaya. Yang penting adalah persetujuan

dari istri.

c) Kelemahan

(1) Harus dilakukan pembedahan

(2) Masih dimungkinkan ada komplikasi ringan.

(3) Tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril

permanen, pada vasekomi harus menunggu beberapa hari,

minggu atau bulanan sampai sel mani menjadi negative.

(4) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih mempunyai anak

lagi.

d) Syarat-syarat menjadi akseptor

(1) Harus secara sukarela.

(2) Mendapat persetujuan istri.

(3) Jumlah anak cukup .

(4) Mengetahui akibat-akibat vasektomi.

(5) Umur calon tidak kurang dari 30 tahun

(6) Umur istri tidak kurang dari 20 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun.

e) Kontra Indikasi

(1) Apabila ada peradangan kulit disekitar skrotum harus

disembuhkan dulu.

(2) Apabila menderita hernia


106

(3) Apabila menderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol.

(4) Apabila menderita kelainan mekanisme pembekuan dara.

(5) Apabila keadaan kejiwaan tidak stabil

f) Tata cara pelayanan vasektomi

(1) Pra operasi dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui indikasi,

kontraindikas. Pra operasi dilakukan pemeriksaan untuk

mengetahui indikasi, kontraindikas. Jika ditemmukan keadaan

yang merupakan kontraindikasi atau kemungkinan menyebabkan

adanya penyulit atau kemungkinan menyebabkan adanya penyulit

atau dampak samping lain, kontrasepsi mantap harus di tunda.

(2) Tahap operasi dikenal 3 macam teknik vasektomi, yaitu vasektomi

konvensional (dengan pisau), vasektomi tanpa pisau dan vas

oklusi.

(3) Tahap pasca operasi

Akseptor diminta untuk istirahat sebelum dibenarkan

pulang.Kemudian harus diberikan nasehat.

(a) Istirahat selama 1 sampai 2 hari

(b) Menjaga luka bekas operasi jangan basah dan kotor.

(c) Memakan obat sesuai dengan petunjuk.

(d) Dating kembali keklinik 1 minggu kemudian untuk

pemeriksaan.

(e) Tidak boleh bercampur dengan istri tanpa meggunakan alat

kontrasepsi, seperti misalnya kondom, paling tidak 15 kali

sanggama atau dalam 3 bulan setelah operasi.


107

g) Vasektomi dianggap gagal bila :

(1) Pada analisa sperma stelah 3 bulan pasca vasektomi ataus etelah

10-15 kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.

(2) Istri (pasangan) hamil.

h) Keluhan dan penyulit yang mungkin terjadi

Apabila operasi dilakukan dengan baik dan benar, jarang ditemukan

keluhan ataupun penyulit yang berarti. Karena tingkat pemahaman

masyarakat yang memang ditemukan beberapa keluhan yang apabila

diteliti secara mendalam tidak ada hubungannya dengan tindakan

vasektomi, misalnya:

(1) Impontensi. Dari penelitian telah dibuktikan bahwa vasektomi tidak

menimbulkan impotensi. Malah beberapa pasangan, sering

dtemukan hasrat birahi ini malah makin bertambah setelah

vasektomi.

(2) Gemuk, berbagai peneliti membuktikan pula bahwa tidak benar

karena vasektomi akseptor akan bertambah gemuk. Vasektomi

tidak sama dengan kebiri, dank arena itu tidak terjadi perubahan

hormonal.

Ada keadaan tertentu kadang, kadang memang ditemukan

beberapa penyulit :

(a) Timbul rasa nyeri

(b) Infeksi/abses pada bekas luka.

(c) Hematoma, yakni membengkaknya kantung biji zakar karena

perdarahan.

6. Asuhan Keluarga
108

a. Pengertian

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal

disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Karwati dkk, 2020; h. 8).

Salvicion G Bailon dan Arcelis Maglaya (1989) berpendapat

keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan

dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama

lain didalam perannya masing-masing menciptakan serta

mempertahankan kebudayaan.

Dari kedua definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

keuarga adalah :

1) Unit terkecil masyarakat

2) Terdiri atas dua orang atau lebih

3) Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah

4) Hidup dalam satu rumah tangga

5) Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga

6) Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga

7) Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing

8) Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya

adalah :
109

1) Patrilical: keluarga sederhana yang terdiri dari dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi,dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

2) Matrilinel: adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ibu.

3) Matrilokal: adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

4) Patrilokal: adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah suami.

5) Keluarga kawinan: adalah hubungan suami istri sebagai dasar

bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang

menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami

atau istri.

b. Tipe/bentuk keluarga

1) Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang tediri dari

ayah ,ibu dan anak anak.

2) Keluarga besar (exstended family), adalah keluarga inti ditambah

dengan sanak , saudara, misalnya: nenek, keponakan, saudara

sepupu, paman, bibi dan sebagainya.


110

3) Keluarga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dari pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

satu keluarga ini.

4) Keluarga duda/janda (sungle family), adalah keluarga yang terjadi

karena perceraian atau kematian.

5) Keluarga berkomposisi (composite), adalah keluarga yang

perkawinnnya berpoligami dan hidup secara bersama.

6) Keluarga kabitas (chabitation), adalah dua orang menjadi satu

tanpapernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

Keluarga indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar

(extended family), karena masyarakat indonesia yang terdiri dari

berbagai suku hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang

sangat kuat.

c. Tugas-tugas keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai

berikut :

1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing.

4) Sosialisasi antar anggota keluarga.

5) Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6) Pemeliharaan ketertiban angggota keluarga.

7) Penempatan anggot-anggota keluarga dalam masyarakat yang

lebih luas.
111

8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

d. Ciri-ciri keluarga

1) Diikat dalam suatu tali perkawinan.

2) Ada hubungan darah.

3) Ada ikatan batin.

4) Ada tanggungjawab masing-masing anggotanya.

5) Ada pengambilan keputusan.

6) Kerjasama diantara anggota keluarga.

7) Komunikasi interaksi antar anggota keluarga.

8) Tinggal dalam satyrumah/atap.

e. Ciri-ciri keluarga Indonesia

1) Suami sebagai pengambil keputusan.

2) Merupakan suatu kesatuan yang utuh.

3) Berbentuk monogram.

4) Bertanggungjawab.

5) Pengambil keputusan.

6) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa.

7) Ikatan keluarga sangat erat.

8) Mempunyai semangat gotong royong.

Pola kehidupan keluarga indonesia

1) Daerah pedesaan (tradisional, agraris, konsumtif, demokratis,

individual, terlibat dalam kehidupan politik)

2) Daerah perkotaan (dinamis, rasiona, konsumtif, demokratis,

individual, terlibat dalam kehidupan politik) (Karwati, dkk,

2020; h.8-11).
112

f. Peran keluarga dalam penatalaksanaan kasus ibu hamil dengan

faktor resiko paritas

peran serta suami merupakan faktor risiko perilaku penggunaan

metode kontrasepsi sedangkan paritas merupakan faktor protektif dari

perilaku penggunaan metode kontrasepsi. Hal ini menunjukkan

pentingnya mendorong para ibu rumah tangga untuk mengajak

pasangan ikut serta dalam setiap pengambilan keputusan mengenai

penggunaan metode kontrasepsi dengan meningkatkan cakupan

partisipasi suami secara langsung dalam menggunakan metode

kontrasepsi (Aditiawarman, Yunita, 2016).

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Asuhan

a. Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan

tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien

yang memiliki kebutuhan atau masalah kebidanan (kehamilan,

persalinan, nifas bayi baru lahir, keluarga berencana. Kesehatan

reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat) (Marmi dan

Margiyanti 2014; h.36).

b. Kebidanan

(midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesis berbagai

ilmu disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan

kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu perilaku,

ilmu sosial budaya, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen

untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra


113

konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Flora Niu.

2017, h. 10).

Menurut International Confederation Of Midwives (ICM) Bidan

adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang

diakui di negaranya telah lulus dari pendidikan tersebut serta

memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan memiliki izin yang

sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (Liva Maita, dkk, 2015,

h.2).

c. Bidan

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan

bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah

Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi

untukdiregister, sertifikasi dan atau secarasah mendapat lisensi untuk

menjalankan praktek kebidanan (Flora Niu. 2017; h.12).

2. Asuhan Kebidanan Keluarga

Kebidanan Komunitas adalah bentuk-bentuk pelayanan kebidanan

yang dilakukan diluar bagian atau pelayanan berkelanjutan yang

diberikan di rumah sakit dengan menekankan kepada aspek-aspek

psikososial budaya yang ada dimasyarakat (Karwati dkk, 2020 : h.5).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka

hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di

dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Elly D, 2018; h.107).

a. Tujuan asuhan kebidanan pada keluarga.


114

1) Tujuan umum

Untuk meningkatkan lesadaran, kemauan dan kemampuan

keluarga dalam meningkatkan, mencegah dan memelihara

kesehatan mereka sehingga status kesehatannya semakin

meningkat serta mampu melaksanakan tugas-tugas mereka

secara produktif.

2) Tujuan khusus

a) Meningkatkan kemampuan pada keluarga dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi

khususnya yang berkaitan dengan kesehatan ibu, bayi baru

lahir, anak.

b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi

masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

c) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil

keputusan yang tepat.

d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan

pelayanan terhadap anggota keluarga yang sakit.

e) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam rangka

meningkatkan mutu hidup keluarga.

b. Peran bidan dalam pelayanan kebidanan Keluarga

Dalam memberikan asuhan kebidanan pada keluarga, terdapat

beberapa peranan yang penting yang dapat dilakukan oleh bidan,

antara lain sebagai berikut :

1) Health Monitor
115

Bidan dapat membantu keluarga untuk mengenai masalah

kesehatan terutama yang terkait dengan ilmu kebidanan dengan

menganalisa data secara obyektif, serta berperan untuk membuat

keluarga sadar akan akibat masalah tersebut dalam

perkembangan keluarga.

2) pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit

bidan berperan sebagai pemberi pelayanan pada keluarga dengan

memberikan asuhan kebidanan kepada anggota keluarga yang

memerlukan.

3) Koordinator pelayanan kesehatan keluarga

Bidan dapat berperan sebagai koordinator pelayanan kesehatan

keluarga khususnya masalah kesehatan yang terkait dengan

praktik kebidanan. Dalam hal ini, bidan berperan

mengkoordinasikan pelayanan kesehatan keluarga khususnya

terkait dengan praktik kebidanan, baik secara berkelompok

maupun individual.

4) Sebagai fasilitator

Bidan berperan sebagai fasilitator yaitu mampu menjadikan

pelayanan kesehatan khususnya dalam lingkup kebidanan yang

mudah dijangkau oleh keluarga serta mampu mencarikan cara

pemecahanmasalahnya.

5) Pendidik kesehatan
116

Bidan sebagai pendidik kesehatan yaitu untuk mengubah perilaku

keluarga dari perilaku yang kurang/tidak sehat menjadi perilaku

sehat.

6) Sebagai penyuluh dan konsultan

Bidan sebagai penyuluh dan konsultan yang berperan dalam

memberikan petunjuk tentang asuhan kebidanan dasar dalam

keluarga (Elly D dan Sri Utami, 2018; h.111-112).

3. Manajemen Kebidanan

a. Varney

1) Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasar teori ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam

rangka/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan

yang berfokus pada pasien (Sulistyawati, 2014).

Menurut Sulistyawati (2014) langkah-langkah manajemen

kebidanan adalah sebagai berikut :

1) Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar

Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai

keadaanklien secara keseluruhan kegiatan pengumpulan data

dimulai saat pasien masuk dan dilanjutkan secara terus-menerus

selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat

dikumpulkan dari berbagai sumber melalui tiga macam teknik,


117

yaitu wawancara (anamnesa), observasi dan pemeriksaan fisik.

Wawancara adalah perbincangan terarah dengan cara tatap muka

dan pertanyaan yang diajukan mengarah kepada data yang

relevan dengan pasien. Observasi adalah pengumpulan data

melalui indra penglihatan (perilaku pasien, ekspresi wajah, bau,

suhu, dan lain-lain).

2) Langkah II: Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,

masalah,dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari

perumusan diagnosa atau masalah adalah pengolahan data dan

analisis dengan menggunakan data satu dengan lainnya sehingga

tergambar fakta. Dalam langkah interpretasi data ini dibagi

menjadi tiga bagian yaitu :

a) Diagnosa Kebidanan/Nomenklatur

b) Masalah

c) Kebutuhan Pasien

3) Langkah III: Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga.

Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati kondisi klien.


118

Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila Diagnosis atau masalah

potensial benar-benar terjadi.

4) Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

Memerlukan Penanganan Segera

Dalam pelaksanaanya terkadang bidan dihadapkan pada

beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera

(emergensi) dimana bidan harus segera melakukan tindakan

untuk menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada

situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara

menunggu instruktur dokter, atau bahkan mungkin juga situasi

pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain.

Disini bidan sangat dituntut kemampuanya untuk dapat selalu

melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan

tepat dan aman.

5) Langkah V: Merencanakan Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

berdasarkan langkah sebelumnya. Perencanaan yang harus

dilakukan yaitu Memberikan konseling tanda bahaya trimester III,

Memberitahu ibu tentang KB MOW dan MOP, memberikan

konseling tentang ketidaknyamanan di trimester III. Semua

perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang

tepat, meliputi pengetahuan teori yang up to date, keperawatan

berdasarkan bukti (evidence based care), serta divalidasikan

dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak

diinginkan oleh pasien. Dalam menyusun perencanaan sebaiknya


119

pasien dilibatkan, karena pada akhirnya pengambilan keputusan

dalam melaksanakan suatu rencana asuhan harus disetujui oleh

pasien.

6) Langkah VI: Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan

aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh

bidan,pasien, ata anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak

melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab atas

terlaksananya seluruh perencanaan. Dalam situasi dimana ia

harus berkolaborasi dengan dokter, misalnya karena pasien

mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab

terhadap terlaksananya rencana asuhan.

7) Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada

pasien.Pendokumentasian asuhan kebidanan dapat diterapkan

dengan metode SOAP (subjektif, objektif, analisa, dan

penatalaksanaan) seperti yang diuraikan dalam gambar (Ulfah,

2020, h; 98-104).

b. SOAP

Menurut Prawiroharjo (2015). Prinsip dari metode SOAP ini

merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen

kebidanan :

1) Data Subjektif
120

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

Helen Varney langkah pertama (pengkajian data). Terutama data

yangdiperoleh dari anamnesis. Data Subjektif ini berhubungan

dengan masalah dari sudut pandang pasien. Suami atau keluarga

(identitas umum keluhan, riwayat menarche, riwayat perkawinan,

riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, riwayat

penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan,

riwayat psikososial, pola hidup).

2) Data Objektif

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurutHelen Varney pertama (pengkajian data), terutama data

yang diperolehmelalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan

fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik

lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assessment. Tanda gejala obyektif yang diperleh dari hasil

pemeriksaan (tanda KU, vital sign, fisik khusus, kebidanan,

pemeriksaan dalam, laboratrium dan pemeriksaan penunjang).

3) Analisa

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi

(kesimpulan ) dari data subjektif dan objektif. Analisis/Assessment

merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga

mencakup hal –hal berikut ini : diagnosis/ masalah kebidanan,

diagnosa/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasikan

kebutuhan tindakan segerauntuk antisipasi diagnosa/masalah


121

potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi

menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri, tindakan

kolaborasi dan tindakan merujuk klien.

4) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data. Planning dalam metode SOAP ini

juga merupakangambaran pendokumentasian implementasi dan

evaluasi. Sehingga dalam SOAP meliputi pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima,

keenam dan ketuju.

4. Landasan Hukum dalam Pelayanan Kebidanan

1) Permenkes Nomor 28 tahun 2017

Dalam Permenkes Nomor 28 tahun 2017 tentang izin dan

penyelenggaraan praktik bidan. Bidan dalam menjalankan praktik,

berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

a) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan.

b) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi pelayanan :

(1) Konseling pada masa sebelum hamil.

(2) Antenatal pada kehamilan normal.

(3) Persalinan normal.


122

(4) Ibu nifas normal.

(5) Ibu menyusui, dan

(6) Konseling pada masa antara dua kehamilan.

c) Perijinan

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

(1) Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan

bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Praktik Kebidanan adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan

oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.

(3) Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya disingkat

STRB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah

kepada Bidan yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB

adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah

kabupaten/kota kepada bidan sebagai pemberian kewenangan

untuk menjalankan praktik kebidanan.

(5) Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian

kegiatan pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan

secara perorangan.

(6) Instansi Pemberian Izin adalah instansi atau satuan kerja yang

ditunjuk oleh pemerintah daerah kabupaten/kota untuk

menerbitkan izin sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.
123

(7) Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan atau

tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

daerah, dan atau rakyat.

(8) Organisasi Profesi adalah wadah berhimpunya tenaga

kesehatan bidan di Indonesia.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2019

Dalam Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 4 Tahun 2019

tentang kebidanan. Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang

untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

a) Pasal 49 Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan

kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1)

huruf a, Bidan berwenang : memberikan Asuhan Kebidanan

pada masa sebelum hamil; memberikan Asuhan Kebidanan

pada masaa kehamilan normal; memberikan Asuhan

Kebidanan pada masa persalinan dan menolong persalinan

normal. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;

melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,

bersalin, nifas, dan rujukan; dan melakukan deteksi dini kasus

risiko dan komplikasi pada masa kehamilan, masa persalinan,

pasca persalinan, masa nifas, serta asuhan pasca keguguran

dan dilanjutkan dengan rujukan.

b) Pasal 50 Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan

kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat


124

(1) huruf b, Bidan berwewenang memberikan Asuhan

Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita dan anak

prasekolah; memberikan imunisasi sesuai progam Pemerintah

Pusat; melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi,

balita dan anak pra sekolah serta deteksi dini kasus penyulit,

gangguan tumbuh kembang dan rujukan; dan memberikan

pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir

dilanjut dengan rujukan.

c) Pasal 51 Dalam menjlankan tugas memberikan pelayanan

kesehatan reproduks perempuan dan keluarga berencana

sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan

berwenang melakukan komunikasi, informasi, edukasi,

konseling, dan memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d) Pasal 52 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan

kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan

kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 sampai dengan

Peraturan Menteri.

3) Standar Kompetensi Bidan

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020

tentang Standar Profesi Bidan, maka ditetapkan standar

Kompetensi Bidan yang terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi

meliputi:

a) Etik legal dan keselamatan klien.


125

b) Komunikasi efektif.

c) Pengembangan diri dan profesionalisme.

d) Landasan ilmiah praktik kebidanan.

e) Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan.

f) Promosi kesehatan dan konseling.

g) Manajemen dan kepemimpinan. Kompetensi Bidan menjadi

dasar memberikan pelayanan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence

basedkepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan.


BAB III

METODE LAPORAN KASUS

A. Jenis Studi Kasus

Studi Kasus adalah suatu bentuk kasus masalah yang memiliki sifat

kekhususan, dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun

kuantitatif, dengan sasaran perorangan ataupun kelompok, bahkan

masyarakat luas. (Arifien, 2017; h. 58)

Jenis kasus adalah pelaksanaan asuhan kebidanan secara continuity

of care dengan pendekatan keluarga sesuai sasaran pelayanan bidan.

Penyusunan proposal dibatasi pada asuhan kehamilan trimester III,

persalinan, nifas, neonatus,serta pelayanan Keluarga Berencana dengan

judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada keluarga Tn. D dengan

Paritas Di wilayah kerja Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati Tahun

2021”.

B. Lokasi

Lokasi yang dipilih untuk memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu

adalah bertempat di wilayah kerja Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati.

C. Subyek

Subjek adalah orang atau sasaran yang dikenai pengambilan

kasus yang dilakukan (Sugiyono, 2013; h.32). Sasaran asuhan kebidanan

komprehensif ditujukan kepada keluarga Tn. D dengan memperhatikan

126
127

Continuity Of Care mulai dari hamil trimester III, bersalin nifas, bayi baru

lahir dan keluarga berencana.

D. Waktu

Waktu merupakan seluruh rangkaian proses untuk memberikan

asuhan dan merupakan batasan untuk melakukan asuhan. Asuhan

kebidanan komprehensif ini dilakukan pada akhir maret 2021 di

Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati.

E. Instrumen

Instrumen adalah merupakan alat ukur seperti tes, kuesioner,

pedoman wawancara dan pedoman observasi yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2015,

h.156).

Penyusunan Laporan Proposal Asuhan Kebidanan Komprehensif

ini penulis menggunakan instrumen yang berupa format asuhan

kebidanan keluarga di komunitas, dengan manajemen kebidanan 7

langkah varney dan catatan perkembangan dengan metode SOAP.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian,karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak

akan mendapatkan datayang memenuhi standar data yang ditetapkan

(Sugiyono, 2015; h.308).


128

Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sebuah subjek atau objek dari penelitian (Amir dan Lidia,2020; h. 83).

Menurut Dewi (2017; h.104-105) Data primer dalam studi kasus ini

diperoleh dari:

a. Pemeriksaan fisik meliputi :

1) Inspeksi

Merupakan teknik pemeriksaan fisik yang dilakukan

dengan cara melihat. Inspeksi sebaiknya dilakukan pada saat

kontak pertama antara bidan dengan klien karena dapat

mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status

kesehatan klien. Data yang diperoleh dari teknik inspeksi

contohnya klien lordosis, keadaan umum lemah, sklera ikterik,

konjungtiva merah.

2) Palpasi

Palpasi adalah suatu metode untuk mendapatkan data

dengan cara melakukan pemeriksaan menggunakan indera

perabaan (tangan). Pada ibu hamil dilakukan palpasi abdomen

menggunakan pemeriksaan leopold I-IV yaitu leopold I,

menentukan fundus uteri dan bagian janin yang terletak

difundus uteri. Leopold II, menentukan bagian janin dibagian

kanan dan kiri ibu. Leopold III, menentukan bagian janin yang

berada dibagian bawah uterus. Leopold IV, menentukan

seberapa jauh penurunan kepala janin ke pintu atas panggul.


129

3) Perkusi

Merupakan teknik pemeriksaan fisik yang dilakukan

dengan cara mengetuk. Pemeriksaan secara perkusi dilakukan

untuk menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh

dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya

gerakan yang diberikan ke bawah jaringan.

Data yang diperoleh dari pemeriksaansecara perkusi

diantaranya reflek patella positif.

4) Auskultasi

Merupakan teknik pemeriksaan fisik yang dilakukan

dengan cara mendengar. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan

dengan menggunakan alat bantu stetoskop untuk memperjelas

pendengaran.

Contoh data yang diperoleh melalui teknik auskultasi adalah

denyut jantung janin, nadi, bising usus.

b. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan maka dalam suatu topik tertentu. Wawancara

dilakukan pada pasien, keluarga dan tenaga kesehatan untuk

mendapatkan keterangan lengkap, meliputi : (Sugiyono, 2015;

h.317).

1) Identitas klien dan suami

2) Keluhan utama dan alasan datang

3) Data subyektif
130

Data subjektif yaitu data yang didapat dari klien secara

langsung dari pertanyaan yang diberikan. Data subjektif

meliputi :

a) Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang

b) Riwayat kesehatan keluarga

c) Riwayat perkawinan

d) Riwayat obstetri

e) Riwayat KB.

f) Psikososio-spiritual.

g) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

c. Observasi

Menurut Amir dan Lidia (2020;h.84) Observasi yaitu teknik

pengumpulan data dengan cara mengamatisecara langsung suatu

keadaan atau situasi dari sebuah subjek penelitian. Pada tahap ini

dilakukan pemantauan persalinan mulai dari kala I yaitu

pembukaan 1-3 cm (fase laten) sampai pembukaan 4-10 cm (fase

aktif). Observasi dilakukan tidak hanya pada ibu bersalin tetapi

juga pada ibu hamil, nifas, bayi baru lahir dan kb.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

contohnya data sekunder bisa berupa dokumen atau arsip yang dimiliki

seseorang atau lembaga yang dijadikan sebagai subjek penelitian

(Amir dan Lidia,2020; h.83).


131

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan dan mengambil data

menggunakan pedoman dari dokumen. Dokumentasi pada kasus

ini menggunakan catatan yang ada atau status pasien untuk

memperoleh informasi data medik yang ada di buku KIA.

b. Kepustakaan

Memperoleh informasi dari berbagai sumber dokumen untuk

mendukung teori yang ada. Studi kasus diambil dari buku-buku

referensi dari tahun 2010-2020 da jurnal maksimal 2015-2020.


DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah, dk, et al. Asuhan Kebidanan Persalinan 1.Jakarta: CV. Trans
Info Media;2019

Arsinah, dkk. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta : Graha Ilmu;


2010

Dinkes Jateng. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2019 [Diakses pada
tanggal 2 Desember 2020]. Didapat dari :
https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/storage/2020/09/Profil-Jateng-tahun-
2019.pdf

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017. Selamatkan Ibu dan Anak
melalui Program “5NG”. [Diakses tanggal 5 Desember 2020] Didapat dari :
https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/2019/03/12/program-inovasi-unggulan-
5ng-jateng-gayeng-nginceng-wong-meteng/

Endang dan Elisabeth Siwi Walyani.Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta :


Trans Info Media : 2020.

Hamzah, Amir dan Lidia Susanti. Metode penelitian kuantitatif. Malang : Literasi
nusantara abadi; 2020.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. [Diakses pada tanggal 22
November 2020] Didapat dari :
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf

Kepmenkes RI No HK.01/menkes/320/2020 tentang Standar Profesi Bidan


[Diakses pada tanggal 18 maret 2021] Didapat dari: file:///C:/Users/margi
%20sugiarto/Downloads/KEPMENKES%20320%20TAHUN
%202020%20TENTANG%20STANDAR%20PROFESI%20BIDAN.pdf

Kurnianirum, Ari. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL).
Jakarta: Kemenkes RI;2016

Liva Maita,dkk. Asuhan kebidanan Bagi Para Para Bidan Di komunitas. Jakarta:
CV.Trans Info Media. 2015
133

Marmi Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2018

Marmi. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: PUSTAKA


PELAJAR. 2017

Manggiasih. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah. Jakarta: Trans Info Media; 2016.

Meyliya Qudriani dan Seventina Nurul Hidayah Tahun 2017, Seminar Nasional
IPTEK Terapan (SENIT) [Diakses pada tanggal 2 Maret 2021] Di dapat
dari : file:///C:/Users/margi%20sugiarto/Downloads/563-1613-1-PB.pdf

Mujiwati, K. D. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta: CV.Trans


Info Media. 2020

Niu, Flora. Konsep Kebidanan. Jakarta : Cv Trans Info Media ; 2017

Nugroho, Nurrezki, Desi Warnaliza, Wilis, Buku Ajar Askeb 1 kehamilan.


Yogyakarta; Nuha Medika; 2014

Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo ; 2016

Prawiroharjo, S.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka. 2018

Puskesmas Margorejo Pati. Data Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
tahun 2020

Rimandini, E. P. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care). Jakarta:


CV.Trans Info Media. 2014

Romauli, Suryati. Buku Ajar Askeb; konsep Dasar Asuhan kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika; 2014

Rukiyah, Ai Yeyeh da Lia Yuliati. Asuhan kebidanan Pada Ibu Masa Nifas.
Jakarta: CV. Trans Info Media; 2018
134

Setya, Dewinny. Buku Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Pustaka Baru


Press;2019

Setyorini, Retno Heru. Belajar Tentang Persalinan.Yogyakarta: Graha Ilmu;2012

Sri Rahayu. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press; 2017

Sukarni, Icesmi et al. Patologi Kehamilan. Persalinan, Nifas, dan Neonatus


Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika;2013

Sulistyawati,Ari et al. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba


Medika ; 2010.

Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


2015.

Ulfah. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Bandung: CV. MEDIA SAINS INDONESIA;
2020. [Diakses tanggal 13 Januari 2021]. Didapat dari :
https://books.google.co.id/books?
id=KjMLEAAAQBAJ&pg=PA93&dq=manajemen+kebidanan+7+langkah+var
ney&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi69POWqpbvAhVDWX0KHXpODOoQ6AE
wA3oECAUQAg#v=onepage&q=manajemen %20kebidanan
%207%20langkah%20varney&f=true

Walyani, Elizabeth Siwi. Asuhan Kebidanan Pada kehamilan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press; 2015

Wahyuni, Elly Dwi. Asuhan kebidanan komunitas. kemenkes RI [diakses pada


tanggal 20 November 2020 ]dari :
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Asuhan-Kebidanan-Komunitas_SC.pdf : 2018.

Yeyeh, dkk. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta: Pustaka Baru,2017
135

Yunita, Aditiawarman, 2016 Jurnal Ners Vol. 3 No. 1 [Diakses pada tanggal 5
Maret 2021] Didapat dari :
https://media.neliti.com/media/publications/115508-ID-none.pdf

Anda mungkin juga menyukai