Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan salah satu hal penting dalam pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan. Komunikasi dingunakan untuk memahami
semua informasi yang dibutuhkan dari pasien dan membina hubungan
terapeutik. Kusumo, M.P. (2017) mengatakan komunikasi teraupetik menjadi
sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan yang diberikan. Komunikasi terapeutik membentuk
hubungn antara klien dan perawat. Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi profesional bagi perawat yang direncanakan dan dilakukan untuk
membantu penyembuhan atau pemulihan pasien.
Suasana yang menggambarkan komunikasi terapeutik adalah ketika
berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan gambaran yang jelas dan
alami tentang kondisi klien yang sedang di rawat mengenai tanda gejala dan
keluhan yang dirasakan [ CITATION Muh18 \l 1057 ] . Dalam komunikasi
terapeutik, perawat bisa mendapatkan data akurat yang akan digunakan dalam
pemberian asuhan keparawatan. Cara perawat berkomunikasi akan
mempengaruhi pasien dalam menjawab pertanyaan perawat maupun dalam
menerima asuhan keperawatan yang akan diberikan. Penerapan komunikasi
terapeutik sekaligus merupakan sarana unutk pengembangan dalam pelayanan
keperawatan utamanya dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
[ CITATION Ari18 \l 1057 ] . Dengan meningkatnya mutu pelayanan keperawatan,
diharapkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan akan meningkat.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator pertama dari standar
suatu rumah sakit dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan [ CITATION
Nov20 \l 1057 ]. Kepuasan pasien merupakan outcome dari layanan kesehatan
yang diharapkan oleh rumah sakit. Kusumo, M.P. (2017) mengatakan
kepuasan pasien terhadap pelayanan dengan kualitas yang baik dalam
mendapatkan pelayanan di rumah sakit, maka derajat kesembuhan pasien akan
meningkat. Satu hal yang mempengaruhi kepuasan pasien yaitu pelayanan
perawat dengan komunikasi terapeutik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Haryanto dalam [ CITATION Sit16 \l 1057 ] mengenai hubungan antara
komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di RS Islam Kendal
didapatkan hasil penelitian degan nilai p=0,01 (p<0,05) yang menunjukkan
bahwa ada hubungan antara kimunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien.
Tingkat kepuasan pasien terhadap komunikasi terapeutik yang dilakukan
perawat tentu akan berbeda tergantung pada unit care. Komunikasi terapeutik
pada ruang IGD berbeda dengan komunikasi yang terjadi di bangsal karena di
IGD lebih memfokuskan pada tindakan yang akan dilakukan sehingga dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik sangat kurang. Instalasi Gawat Darurat
(IGD) merupakan salah satu utama sebagai jalan masuknya pasien, untuk
kemudian di lakukan triage dan di berikan pertolongan (Musliha, 2010 dalam
Rikayoni, 2019). Berdasarkan pengalaman Suwarto & Yulisetyaningrum,
2020 selama tiga tahun dinas di RS Aisyiyah Kudus dan studi pendahuluan
yang dilakukan tanggal 17 dan 18 september 2018, didapatakan data rata-rata
kunjungan pasien tiap bulan 1100 orang, dengan 15% adalah kasus gawat
darurat dan selebihnya kasus non gawat darurat, penulis juga melihat bahwa
ketika perawat melakukan tindakan sudah melakukan komunikasi, meskipun
komunikasi tersebut dilakukan berdasarkan kebiasaan/rutinitas kerja sehari-
hari dan belum sepenuhnya memperhatikan tehnik dan tahapan baku
komunikasi terapeutik
Dalam penelitian yang dilakukan Kusumo, M.P. (2017) Bersasarkan dari
hasil penelitian dengan menggunakan uji regresi menunjukkan terdapat
pengaruh yang signifikan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat terhadap
kepuasan pasien di instalasi gawat darurat dan Poliklinik RSUD Jogja, hal ini
didukung dengan penelitian Sutrisno,dkk yang menyatakan bahwa sebagian
besar menyatakan bahwa semakin baik pelaksanaan komunikasi terapeutik
yang dilaksanakan maka semakin puas pasien. Penelitian dibagi pada tahap
orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi. Tahap Orientasi, yaitu menurut
penilaian responden, Komunikasi Terapeutik yang dilakukan oleh perawat di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja pada Tahap Orientasi “sering” dilakukan
dengan jumlah 57 responden dengan persentase 38,14% dengan tingkat
kepuasan pasien “puas” dengan jumlah 47 responden dengan persentase
33.57%. Hasil penelitian menunjukkan Komunikasi Terapeutik Perawat pada
Tahap Kerja, yaitu menurut penilaian responden, komunikasi terapeutik yang
dilakukan oleh perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja pada Tahap
Kerja “ragu-ragu” dilakukan dengan jumlah 47 responden dengan persentase
33.57% tingkat kepuasan pasien “puas” dengan jumlah 75 responden dengan
persentase 53.57%. Komunikasi Terapeutik yang dilakukan oleh perawat di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja pada Tahap Terminasi memilih “sering”
dengan jumlah 51 responden dengan persentase 36.43% dengan tingkat
kepuasan pasien “puas” dengan jumlah 68 responden dengan persentase
48.57%. Tahap Terminasi merupakan tahap dimana perawat mendorong
pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan yang telah dicapai, agar tujuan
yang dicapai adalah kondisi yang menguntungkan dan memuaskan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Darmawan (2009) dalam [ CITATION
Tra18 \l 1057 ] tentang “Hubungan Pelaksanaan komunikasi Terapeutik dengan
Kepuasan Klien dalam Mendapatkan Pelayanan Keperawatan di Instalasi
Gawat Darurat RSUD Dr Soedarso Pontianan Kalimantan Barat, terdapat nilai
p=0,0005yang berarti(p<0,05), menunujukkan adanya hubungan yang
bermakna antara tingkat kepuasan pasien dengan komunikasi terapeutik yang
dilaksanakan perawat pada tahap orientasi dan kerja. Hasil penelitian lain oleh
Aziz (2012) dalam jurnlah yang sama tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan komunikasi terapeutik di Unit Gawat Darurat
(UGD) Rumah Sakit TK.III Dr. Reksodiwiryo kota Padang. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kurang dari separoh responden (40%) memiliki
pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kategori kurang baik yaitu di Unit
Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit TK.III Dr. Reksodiwiryo kota Padang.
Namun pada hasil wawancara dilakukan pada 7 orang pasien, 3 orang pasien
mengatakan puas, 4 pasien dalam penelitian Siti, M., dkk (2016) mengatakan
kurang puas dengan komunikasi terapeutik perawat. Pasien mengatakan
mereka merasa lebih dekat pada perawat-perawat yang menggunakan
komunikasi dengan baik, dan bersikap ramah. Ada beberapa pasien yang
kurang puas dengan pelayanan karena perawat tidak memperkenalkan diri
terlebih dahulu, kurang ramah, dan komunikasi kurang baik ketika akan
melakukan tindakan.
Dalam beberapa hasil penelitian yang dipaparkan, dapat diketahui bahwa
ada pasien yang puas dengan komunikasi teraputik perawat, ada yang puas
meskipun komunikasi terapeutik belum maksimal, dan ada yang belum puas
karena komunikasi kurang baik. Komunikasi terapeutik sendiri merupakan hal
penting yang harus diterapkan perawat terhadap pasien dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti akan
mengadakan penelitian mengenai hubungan komunikasi terapeutik terhadap
tingkat kepuasan pasien di IGD RS Panti Rapih Yogyakarta.
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mnegetahui hubungan komunikasi terapeutik terhadap tingkat
kepuasan pasien di IGD RS Panti Rapih Yogyakarta.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui gambaran komunikasi terapeutik perawat di IGD RS Panti
Rapih Yogyakarta.
1.3.2.2 Mengetahui gambaran kepuasan pasien yang berhubungan dengan
komunikasi terapeutik perawat di IGD RS Panti Rapih Yogyakarta.
1.3.2.3 Mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat terhadap
tingkat kepuasan pasien di IGD RS Panti Rapih Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
1.4.1.1 Segabai acuan untuk mengevaluasi penerapan komunikasi terapeutik di
IGD RS Panti Rapih Yogyakarta.
1.4.1.2 Meningkatkan kualitas perawat sebagai pemberi pelayanan khususnya
ketrampilan dalam komunikasi terapeutik.
1.4.1.3 Memberi informasi tentang pentingnya komunikasi terapeutik sebagai
upaya meningkatkan kepuasan pasien.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
1.4.2.1 Sebagai bahan masukan dalam pengembangan kemampuan dalam
komunikasi terapeutik pada pasien di IGD.
1.4.3 Bagi Peneliti
1.4.3.1 Menambah wawasan dan pengetahuan terkait hubungan komunikiasi
terapeutik terhadap tingkat kepuasan pasien di IGD.

Anda mungkin juga menyukai