Anda di halaman 1dari 8

UJIAN PRAKTIKUM 

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL

Nama : Salma Elvarisya


NPM : 2018210107
Kelas : B
Tanggal praktikum : 29 Juli 2021

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021

0. JUDUL PRAKTIKUM
I. PENDAHULUAN
II. DATA PREFORMULASI
III. FORMULA
IV. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
V. ALAT DAN CARA STERILISASI
VI. CARA PEMBUATAN
VII. EVALUASI
VIII. RANCANGAN KEMASAN
DAFTAR PUSTAKA
AFHS. 2003. Drug Information 2003. Maryland: American Society of Health System
Pharmacist.
AFHS. 2010. Drug Information 2010. Maryland: American Society of Health System
Pharmacist.
Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Steril (SFI-4). Bandung: ITB.
Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ed. 4. Jakarta: UI Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia ed III. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia ed IV. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Evory MC, Gerald K. 1988. Drug Information 88. Maryland: American Society of Health
System Pharmacist.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Farmakope Indonesia ed V. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alkes.
Kibbe, A. H. 2004. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Third Edition. UK:
Pharmaceutical Press.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI Press:
Jakarta.
Lucas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril, Yogyakarta: Penerbit Andi.
Martindale. 1982. The Extra Pharmacopeia 28th edition. London: The Pharmaceutical Press.
Reynold, James EF. 2009. Martindale The Extra Pharmacopeia. 36th edition. London: The
Pharmaceutical Press.
Trissel, LA, 1998. Handbook on Injectable Drugs 10th edition, Maryland: American society
of Health-System Pharmacist.
Trissel, LA, 2002. Handbook on Injectable Drugs 12th edition, Maryland: American society
of Health-System Pharmacist.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wade, Ainley et al. 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Washington
DC: American Pharmaceutical Association.
Ampul

Sediaan parenteral adalah sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan melewati kulit
atau batas jaringan eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan dengan adanya gravitasi
atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh darah, organ, atau jaringan. Injeksi adalah
sediaan yang ditujukan untuk pemberian parenteral, dapat dikonstitusi atau diencerkan dahulu
menjadi sediaan sebelum digunakan (FI ed. VI, 2020 hal 50). Pada umumnya pemberian
dengan cara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang cepat, bagi pasien yang
tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau bila obat itu
sendiri tidak efektif dengan cara pemberian lain (Ansel, 2008 hal 399).
Ampul adalah wadah yang kedap udara berbentuk silindris terbuat dari gelas, yang
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar dengan ukuran nominal adalah 1, 2, 5,
10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul merupakan wadah takaran tunggal oleh
karena jumlah total cairan ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi (Voight, 1995
Hal 464). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan injeksi dalam ampul,
antara lain:
a. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk injeksi subkutan dan volume besar
b. Jika diperlukan dapat ditambahkan dapar untuk mempertahankan stabilitas pH
c. Pengisian ke dalam ampul menggunakan buret, dimana ujung buret disterilkan terlebih
dahulu dengan alkohol 70% dan buret dibilas dengan larutan obat yang akan diisi.

Vial
Sediaan parenteral adalah sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan melewati kulit
atau batas jaringan eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan dengan adanya gravitasi
atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh darah, organ, atau jaringan. Injeksi adalah
sediaan yang ditujukan untuk pemberian parenteral, dapat dikonstitusi atau diencerkan dahulu
menjadi sediaan sebelum digunakan (FI ed. VI, 2020 hal 50). Pada umumnya pemberian
dengan cara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang cepat, bagi pasien yang
tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau bila obat itu
sendiri tidak efektif dengan cara pemberian lain (Ansel, 2008 hal 399).
Injeksi vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda dimana digunakan untuk
mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL ataupun
lebih. Tutup vial harus tidak berinteraksi dengan sediaan, baik secara fisik maupun kimia,
sehingga tidak akan mengubah kekuatan dan efektivitasnya. Vial dilengkapi dengan tutup
karet untuk memungkinkan penusukan jarum suntik tanpa membuka atau merusak tutup. Bila
jarum di tarik kembali dari wadah, lubang bekas tusukan akan tertutup rapat kembali dan
melindungi isi dari pengotoran udara bebas (Ansel, 2008).

Infus
Sediaan parenteral adalah sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan melewati kulit
atau batas jaringan eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan dengan adanya gravitasi
atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh darah, organ, atau jaringan. Injeksi adalah
sediaan yang ditujukan untuk pemberian parenteral, dapat dikonstitusi atau diencerkan dahulu
menjadi sediaan sebelum digunakan (FI ed. VI, 2020 hal 50). Pada umumnya pemberian
dengan cara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang cepat, bagi pasien yang
tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau bila obat itu
sendiri tidak efektif dengan cara pemberian lain (Ansel, 2008 hal 399).

Larutan Intravena volume besar adalah injeksi volume besar dosis tunggal untuk
intravena yang dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml (FI ed. VI, 2020
hal 50). Infus adalah salah satu contoh sediaan parenteral yang diberikan bentuk larutan
dalam jumlah besar, mulai dari 10 ml dan diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan
peralatan yang cocok. Rute intravena menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan
dengan rute lain, karena absorpsi obat tidak menjadi masalah, maka tingkatan darah optimum
dapat dicapai dengan ketepatan dan kecepatan yang tidak mungkin didapat dengan cara lain.
Pada keadaan gawat, rute intravena dapat menjadi cara yang menyelamatkan hidup karena
penempatan obat langsung ke sirkulasi darah dan kerja obat yang cepat. Namun, jika obat
diberikan secara intravena, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi, ini merupakan
kelemahan pemberian obat melalui intravena (Ansel, 2008 hal.400).

Collyrium

Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan larutan
obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas,
kebutuhan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet), sterilisasi dan kemasan yang tepat
(FI ed. VI, 2020 hal 58)
Salah satu contoh larutan obat mata adalah larutan cuci mata atau biasa disebut
Collyrium. Sediaan ini merupakan suatu sediaan cair steril bebas partikel asing yang
digunakan untuk membersihkan mata. Collyrium dibuat dengan melarutkan obat dalam air,
disaring hingga jernih, dimasukan dalam wadah tertutup dan disterilkan (Goeswin Agus,
2009 hal. 254). Collyrium umumnya dikemas berikut dengan gelas mata yang harus
dibersihkan dan dikeringkan sesudah dan sebelum pemakaian. (Ansel, 2008 edisi IV, hal
553;555)
Collyrium ditujukan untuk membersihkan mata maka memerlukan volume cairan yang
lebih banyak daripada volume obat tetes mata, sehingga mata bisa dibersihkan secara
menyeluruh. Maka dari itu volume sediaan collyrium yang dibuat adalah 100 mL. Collyrium
dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih, masukkan dalam wadah, tutup
dan sterilkan. Alat dan wadah yang digunakan dalam pembuatan collyrium harus bersih dan s
teril.

Tetes mata

Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan larutan
obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas,
kebutuhan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet), sterilisasi dan kemasan yang tepat
(FI ed. VI, 2020 hal 58). Tetes mata harus menunjukkan suatu efektivitas yang baik
tergantung secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) dan menunjukkan sterilitas
(Voight, 1995).

Anda mungkin juga menyukai