Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan

merupakan bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas

pelayanan di Rumah Sakit, 40% - 60% pelayanan Rumah Sakit adalah pelayanan

keperawatan (Gillies, 2004). Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan

pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistim pelayanan

kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi, dimana di dalam manajemen tersebut

mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, saran dan prasarana dalam

mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 2009). Sedangkan pengertian

manajemen menurut Guntoro 2010 adalah sebagai proses menyelesaikan pekerjaan

melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang

berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi

sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalului kerja orang lain) yang

mencerminkan dinamika suatu organisasi.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu keperawatan.

Pelayanan tersebut berupa pelayanan yang komprehensif, bio-psiko-sosio-spiritual

ditujukan kepada perorangan, keluarga dan masyarakat dan mencangkup seluruh

proses kehidupan manusia (WHO, 2000).


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesionalisme. Proses

manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai metode

pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya

saling bekerjasama (Nursalam,2007)

Manajemen keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapat prioritas

utama dalam mengembangkan proses keperawatan. Pengembangan dalam berbagai

aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling

mempengaruhi, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, manajemen keperawatan

harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan yang nyata, yaitu di

Rumah Sakit dan komunitas masyarakat sehingga perawat perlu memahami konsep

dan aplikasinya.

Manajemen keperawatan diindonesia jika diperhatikan pelayanan keperawatan

sebagai mana yang sedang berlangsung dibanyak rumah sakit di indonesia saat ini,

secara jujur haruslah diakui bahwa manjemen keperawatan belum mendapat perhatian

yang cukup. Penerapan fungsi-fungsi manajemen keperawatan sebagai suatu

pelayanan profesi yang mandiri, 70% belum dilakukan sepenuh hati. Dari pengamatan

dari banyak rumah sakit, didapat kesan bahwa perawat belum diberi kesempatan

menegakkan diagnosis keperawatan sendiri. Pada saat ini pengelolaan pelayanan

keperawatan masih di anggap sebagai bagian dari pelayanan medis, dan oleh karena

itu tidak mengherankan jika otonomi pelayanan keperawatan belum ditemukan.

Manajemen keperawatan Indonesia dimasa depan perlu mendapat prioritas

utama dalam mengembangkan proses keperawatan. Pengembangan dalam berbagai

aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling

mempengaruhi, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, manajemen keperawatan


harus dapat diaplikasikan dalam tatanan keperawatan yang nyata, yaitu dirumah sakit

dan komunitas masyarakat sehingga perawat perlu memahami konsep dan

aplikasinya.

Komponen utama dalam manajemen keperawatan adalah fokus pada sumber

daya manusia dan materi secara efektif. Tujuan dari manajemen keperawatan untuk

meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan keperawatan, untuk kepuasan

pasien melalui peningkatan produktifitas dan kualitas kerja perawat (Nursalam, 2000).

Rumah Sakit Otak.Dr.Drs.M.Hatta Bukittinggi berasal dari Rumah Sakit

Umum Pusat Bukittinggi yang Secara historis berasal dari Rumah Sakit Immanuel

yang sejak tahun 1978 dikelola oleh Yayasan Baptis Indonesia.

Pada 12 Februari 1982 dilakukan serah terimanya kepada Pemerintah RI, cq

Departemen Kesehatan RI dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.365/Menkes/SK/VIII/1982 RSUP Bukittinggi ditetapkan sebagai RSU Vertikal

Kelas C.

Pada tahun 2002 ditetapkan sebagai "Pusat Pengembangan Pengelolaan Stroke

Nasional (P3SN) RSUP Bukittinggi". Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

No.21/Men.Kes/SK/I/2002.

Pada tanggal 5 April 2005 di tetapkan sebagai Rumah Sakit Khusus dengan

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 495/Menkes/SK/IV/2005 dengan nama

Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi.

Pada tanggal 18 Oktober 2019 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Khusus Otak

dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 76 Tahun 2019 dengan nama Rumah

Sakit Otak DR. Drs. M. Hatta Bukittinggi.


B. Tujuan Praktek Manajemen

1. Tujuan Umum

Mampu mengelola dan mengaplikasikan fungsi manajemen dipelayanan

keperawatan profesional tingkat dasar dengan menerapkan sistem manajemen

keperawatan secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang

profesional.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang ada di Ruangan Kelas III IRNA C

Lantai IIII Rs.Otak.Dr.Drs.M.Hatta Bukittinggi.

b. Menentukan alternatif pemecahan masalah yang ada di Ruangan Kelas III IRNA

C Lantai IIII Rs.Otak.Dr.Drs.M.Hatta Bukittinggi.

c. Merencanakan intervensi dari masalah yang telah ditetapkan dari hasil pengkajian

yang ada di Ruangan Kelas III IRNA C Lantai IIII Rs.Otak.Dr.Drs.M.Hatta

Bukittinggi.

d. Melakukan implementasi di Ruangan Kelas III IRNA C Lantai IIII

Rs.Otak.Dr.Drs.M.Hatta Bukittinggi.

1.3 Manfaat

1. Bagi Pasien

Diharapkan pasien puas dengan informasi yang diberikan, dan juga diharapkan

pasien puas dengan tindakan yang telah diberikan

2. Bagi Rumah Sakit

Dapat menerapkan model asuhan keperawatan profesional yang mencakup pre

confren, post confren, timbang terima, ronde keperawatan, supervisi keperawatan,

discharge planning dan dokumentasi keperawatan

3. Bagi Perawat
Diharapkan tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal serta terbinanya

hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan yang lain

dan perawat dengan pasien serta keluarga dan meningkatkan profesionallisme

keperawatan.

4. Untuk Mahasiswa

Tercapainya pengalaman dalam pengelolan suatu ruang rawat sehingga dapat

memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalani suatu kegiatan di organisasi sedangkan manajemen keperawatan adalah

suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan Asuhan

Keperawatan secara profesional (Nursalam, 2002).

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi

sumber – sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk

mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan

( Huber, 2000 ).

Manajemen keperawatan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai

tujuan Kelly dan Heidental ( 2004 ).

Menajemen keperawatan adalah kelompok dari perawat manajer yang

mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen

keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka

Swanburg (2000).

2. Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan produktif dalam

menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Dimana didalam manajemen tersebut

mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana

dalam mencapai tujuan organisasi ( Grant & Massay, 1999).


Manajemen keperawatan adalah suatu proses penyelesaian pekerjaan melalui orang-

orang atau staf keperawatan sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai secara

efektif (Gillies, 1986)

B. Konsep, Filosofi, dan Tujuan Manajemen Keperawatan.

a. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan

Konsep dasar dalam manajemen keperawatan adalah manajemen partisipasif

yang berdasarkan paradigma keperawatan yaitu: manusia, lingkungan,

keperawatan dan kesehatan.

b. Filosofi Manajemen Keperawatan

Filosofi dalam manajemen keperawatan adalah keyakinan yang dimiliki oleh

tim keperawatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan asuhan

keperawatan yang berkualitas melalui pembagian kerja, koordinasi dan evaluasi.

c. Tujuan Manajemen Keperawatan

Tujuan manajemen keperawatan pada umumnya ditentukan oleh bidang

keperawatan meliputi:

1. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit.

2. Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan dengan

mendidik perawat agar mempunyai sikap professional dan bertanggunmg jawab

terhadap pekerjaan

3. Meningkatkan hubungan dengan pasien, keluarga, dan masyarakat.

4. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya mempertahankan

kenyamanan pasien.

5. Meningkatkan komunikasi antar staf.

6. Meningkatkan produktifitas dan kualitas staf keperawatan.


C. Lingkup Manajemen Keperawatan

a. Manajemen Operasional/Pelayanan

1. Planning

2. Organization

3. Staffing

4. Directing

5. Controling

b. Manajemen Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

2) Perencanaan

3) Pelaksanaan

4) Evaluasi

c. Prinsip Manajemen Keperawatan

Swanburg ( 2000 ) menyatakan bahwa prinsip – prinsip manajemen

keperawatan sebagai berikut :

1. Manajemen keperawatan adalah perencanaan

2. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif

3. Manajemen keperawatan adalah pembuat keputusan

4. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer

perawat

5. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan sosial

6. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian

7. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial,

disiplin dan bidang study


8. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga dan

lembaga dimana organisasi itu berfungsi

9. Budaya organisasi mencerminkan nilai – nilai kepercayaan

10. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin

11. Manajemen keperawatan memotivasi

12. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif

13. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian

d. Fungsi Manajemen Keperawatan

Fungsi manajemen keperawatan memerlukan peran orang yang terlibat

didalamnya untuk menyikapi posisi masing – masing sehingga diperlukan fungsi –

fungsi yang jelas mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi manajemen

ini merujuk pada fungsi sebagai proses manajemen yang terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston, 2010).

Fungsi manajemen menurut G. R. Terry adalah planning, organizing, actuating dan

controlling. Sedangkan menurut S.P Siagian fungsi manajemen terdiri dari planning,

organizing, motivating dan controlling (Suarli dan Bahtiar, 2009).

Secara umum peran dan fungsi manajeme keperawatan terdiri dari palnning,

organizing, staffing, directing dan controlling.

a. Planning

Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan, prosedur

dan peraturan – peraturan dalam pelayanan keperawatan, kemudian membuat

perkiraan proyeksi jangka pendek, jangka panjang serta menentukan jumlah

baiaya dan mengatur adanya perubahan berencana


b. Organizing

Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menentukan struktur

organisasi, menemtukan model penugasan keperawatan sesuai dengan keadaan

klien dan ketenagaan, mengelompokkan aktifitas – aktifitas untuk mencapai

tujuan dari unit, bekerja dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan dan

memahami serta menggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai.

c. Staffing

Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya adalah

rekrutmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan dan

mensosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.

d. Directing

Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik,

pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi.

e. Controlling

Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggung jawaban keyangan,

pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian

profesionalisme asuhan keperawatan.

e. Unsur-unsur Manajemen Keperawatan

Menurut George R. Terry dalam bukunya Principle of Management

mengatakan, ada lima sumber daya pokok dari manajemen yaitu:

- Man

Merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam

manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang

membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai

tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-

orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

- Money

Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.

Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil

kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh

karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan

karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan

berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji

tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang

akan dicapai dari suatu organisasi.

- Methods

Dalam pelaksanaan manajemen diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata

cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode

dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja dengan memberikan

berbagai pertimbangan-pertimbangan dari sasaran, fasilitas-fasilitas yang

tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat

meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti

atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.

Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusia itu sendiri.

- Material

Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam

dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli

dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai


salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa

materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

- Marketing

Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan

(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat

penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi

barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab

itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor

menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan

harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)

konsumen.

D. Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional

Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan suatu kerangka kerja yang

mendefenisikan standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan system

model asuhan keperawatan profesional. Dimana keberhasilan suatu asuhan keperawatan

pada klien sangat ditentukan oleh metode pemberian asuhan keperawatan profesional.

Dasar pertimbangan asuhan keperawatan (MAKP) adalah:

1. Sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit

2. Dapat diterapkannya prosedur keperawatan

3. Efesisensi dan efektif penggunaan biaya

4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat

5. Kepuasan kinerja perawat

6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim kesehatan.


E. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional

1. Model fungsional

Model fungsional bedasarkan orientasi tugas dari filosofi Keperawatan, dimana

perawat melaksakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada.

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat pengelolaan dalam Asuhan

Keperawatan sebagai pilihan utama.

Penaggung jawab Model fungsional adalah perawat yang bertugas pada tindakan

tertentu, misalnya dalam pemasangan infus, pemberian obat, dan lain-lain.

Kelebihan dari metode fungsional yaitu:

a. Menekankan efesiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan

b. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga

c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan pasien di

serahkan kepada perawat yunior dan atau yang belum berpengalaman.

Kekurangan dari metode fungsional yaitu:

a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak menerapakan proses keperawatan

c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan

saja.

2. Model Kasus

Model Kasus berdasrkan pendekatan holistik dari filosofi Keperawatan, dimana

perawat bertanggung jawab terhadap Asuhan observasi pada pasien tertentu dan

ratio Pasien : Perawat adalah 1:1.

Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani semua

kebutuhannya pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda oleh

orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya ditetapkan
satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat private untuk

perawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Penanggung jawab pada Model

Kasus adalah Manajer Keperawatan.

Kelebihan dari metode kasus yaitu:

a. Perawat lebih memahami kasus per kasus

b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kelemahan dari metode kasus yaitu:

a. Belum dapat di identifikasi perawat penanggung jawab

b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

3. Model Tim

Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan. Enam – tujuh

perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim, disupervisi

oleh tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda

dalam memberikan Asuhan Keperawatan terhadap sekelompok pasien, perawat

ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal

dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Penanggung jawab

dalam Model Tim ini adalah Ketua Tim.

Kelebihan dari metode ini adalah:

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi dan

memberikan kepuasan kepada anggota tim

Kelemahan dari metode ini adalah:


Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi

tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada

waktu-waktu sibuk.

4. Model Primer

Model primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi

Keperwatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek Asuhan

Keperawatan dari hasil pengkajian, kondisi pasien untuk mengkoordinir Asuhan

Keperwatan, dimana ratio Perawat: Pasien 1: 4 / 1:5

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama

24 jam terhadap Asuhan Keperawanan pasien mulai dari pasien masuk sampai

keluar rumah sakit.

Model primer mendorong praktek kemandirian perawat dan terdapat kejelasan

antara si pembuat rencana Asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan

adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang

ditugaskan untuk merencanakan, melakukan koordinasi Asuhan Keperawatan

selama pasien dirawat. Penanggung jawab pada model primer ini adalah Perawat

primer.

Kelebihan dan sistem model primer adalah:

a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif

b. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan pengembangan diri.

c. Keuntungan terhadap pasien, perawat, dokter dan Rumah Sakit misalnya pasien

merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.

Kelemahan dan sistem model primer adalah:


Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan

yang memadai dengan kemampuan self direction, kemampuan mengambil

keputusan yang tepat menguasai keperawatan klinik dan mampu bekolaborasi

dengan berbagai disiplin.

5. Model Modular

Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer. Metode

ini sama dengan model keperawatan tim karena baik perawat profesional maupun

non profesional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah

kepemimpinan seorang perawat profesional. Disamping itu, dikatakan memiliki

kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat

bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan

hingga pulang bahkan sampai dengan waktu follow up care.

Sekalipun didalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan

metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga orang perawat, tanggung jawab yang

paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki

kewajiban untuk membimbing dan melatih non profesional. Apabila perawat

profesional sebagi ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan

tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya yang berperan

sebagai ketua tim.

Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) diarahkan dalam hal

membuat jadwal dinas dengan mempetimbangkan kecocokan anggota untuk bekerja

sama dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivator.

F. Fungsi Manajerial Pada Metoda Tim

1. Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang diberikan tanggung jawab dan

wewenang dalam memimpin pelaksanaan pelayanan keperawatan serta tata laksana

personalia pada suatu ruangan atau bangsal Rumah Sakit.

Tanggung jawab Kepala Rungan:

a. Perencanaan

1) Menunjukan ketua tim akan bertugas diruangan masing-masing

2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya

3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, gawat, transisi dan

persiapan pulang bersama ketua tim

4) Mengidentifikasi strategi pelaksanaan keperawatan

5) Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan

medis, yang dilakukan. Program pengobatan dan mendiskusikan dengan

dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

6) Mengatur dan mengendalikan Asuhan Keperawatan

- Membimbing pelaksanaan Asuhan Keperawatan

- Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai Asuhan

Keperawatan

- Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah

- Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk

7) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri

8) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan

9) Menjaga terwujudnya visi dan misi Keperawatan dan rumah sakit

b. Pengorganisasian

1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

2) Merumuskan tujuan metode penugasan


3) Membuat rincian ketua tim Anggota tim secara jelas

4) Membuat rentang kendali Kepala Ruangan dan membawahi 2 ketua tim

dan ketua tim membawahi 2-3 Perawat

5) Mengatur dan mengendalikan tenaga Keperawatan membuat proses dinas,

mengatur tenaga yang ada setiap hari dll

6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan

7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek

8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada ditempat kepada

ketua tim

9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi

pasien

10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya

11) Indentifikasi masalah dan cara penanganan

c. Pengarahan

1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik

3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap

4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan

Askep Pasien

5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan

tugasnya

7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan

ketua tim maupun pelaksana mengenai Asuhan Keperawatan yang diberikan

kepada pasien

2) Melalui supervisi

a) Pengawasan langsung melalui infeksi, mengamati sendiri atau melaui

laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-

kelemahan yang ada saat itu juga

b) Pengawasan tidak langsung atau mengecek daftar hadir, jadwal ketua

tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang

dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan

(didokumentasikan) mendengar laporan ketua tim tentang pelaksana

tugas

3) Evaluasi

Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana

keperawatan yang sudah disusun bersama ketua tim

4) Audit Keperawatan

2. Ketua Tim

Ketua Tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam

perencanaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang di lakukan

oleh Tim di bawah tanggung jawabnya (Nursalam 2003):

Tanggung Jawab ketua Tim:

a. Membuat perencanaan

b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi

c. Mengenal / mengetahui kondisi pasien dan pendapat menilai tingkat

kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota

e. Menyelenggarakan komference

3. Perawat Pelaksana

Perawat pelaksana adalah merupakan seorang tenaga keperawatan yang diberi

wewenang untuk melaksanakan pelayanan/ Asuhan keperawatan di ruang rawat

Tanggung jawab perawat pelaksana:

Dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksan diruang rawat bertanggung jawab

kepada kepala ruangan / kepala instalasi terhadap hal-hal sebagai berikut:

a. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan

keperawatan/kegiatan lainnya yang dilakukan

b. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan

Keperawatan atau kegiatan lain yang dilakukan.

Wewenang Perawat Pelaksana

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana diruang rawat mempunyai

wewenang sebagai berikut

a. Meminta informasi dan petunjuk kepada Ka tim mengenai Asuhan keperawatan

b. Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien/ keluarga pasien sesuai

kemampuan dan batasan dan kewenangan

Uraian tugas perawat pelaksana

a. Memelihara keberhasilan ruang rawat dan lingkungan

b. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku

c. Memelihara keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap

d. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa sesuai batas

kewenangan

e. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya


f. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas

kemampuanya antara lain :

1) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan

2) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya

mengenai penyakitnya

g. Melatih / membantu pasien untuk melakukan latihan gerak

h. Melaksanakan evaluasi tindakan, keperawatan sesuai batas kemampuannya

i. Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan yang tepat

berdasarkan hasil observasi sesuai batas kemampuannya

j. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan

upaya meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan

k. Melaksanakan kasus dan upaya meningkatkan mutu Asuhan keperawatan

G. Pedoman PENGHITUNGAN KETENAGAAN RUANGAN RAWAT INAP

Perencanaan tenaga keperawatan adalah langkah – langkah merencanakan tenaga

sesuai dengan ketentuan, proses yang sistematis berdasarkan alasan yang jelas untuk

menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan

keperawatan sesuai standar keperawatan (Junaiti 1995).

Langkah – langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut dructe dan gillies, 1994

adalah

1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang diberikan

2. Menetukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan

pelayanan keperawatan

3. Menentukan jumlah masing – masing kategori perawat yang dibutuhkan

4. Menerima dan menyaring tenaga untuk mengisi posisi yang ada

5. Melakukan seleksi calon yang ada


6. Menetukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiftnya

7. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan

keperawatan ( sesuai uraian tugas )

H. Analisa Kebutuhan Tenaga

Pada dasarnya semua metode ataupun formula yang telah dikembangkan untuk

meghitung tenaga perawat di Rumah Sakit berakar pada beban kerja dari personal yang

bersangkutan, telah banyak penelitian tentang itu dinegara – negara maju, analisa

kebutuhan tenaga harus dilakukan secara cermat agar tidak berulang – ulang

menghitungnya. Ada beberapa situasi yang perlu dipertimbangkan :

1. Adakah perluasan Rumah Sakit sehingga berdampak pada penambahan

tempat tidur, hal ini akan berdampak pada rasio tenaga perawat.

2. Adanya perubahan jenis pelayanan dan fasilitas RS yang berdampak

pada peningkatan BOR, akhirnya perlu tenaga.

3. Adanya penurunan motivasi, penurunan prestasi kerja, datang terlambat,

pekerjaan terbengkalai, hal ini terjadi karena pimpinan kurang perhatian, tidak ada

rewart, kerja yang ketat dan beban kerja yang banyak, serta tenaga kurang, maka

perlu analisa penambahan tenaga.

4. Adanya keluhan klien terhadap pelayanan perawatan yang diterima,

perlu analisa penyebabnya apa saja.

Agar dapat menghasilkan asuhan keperawatan yang efektif maka dalam menyusun

perencanaan tenaga perlu diketahui faktor berikut :

a. Faktor Pasien

1) Tingkat ketergantungan pasien

2) Rata – rata lama tindakan keperawatan

3) Jumlah rata – rata pasien dirawat / dan lama hari rawatan


4) Sosial budaya

5) Harapan pasien terhadap pelayanan keperawatan

b. Faktor keperawatan

1) Tingkat pendidikan, pengalaman kerja

2) Etika

3) Motivasi kerja

4) Beban kerja, uraian tugas, mekanisme kerja

c. Faktor lingkungan

1) Disain ruangan : baraks, boxes, kamar

2) Keadaan fisik ruangan : lokasi dan tata letak alat berdekatan atau berjauhan

3) Kelengkapan fasilitas penunjang dan bahan – bahannya apakah terbatas

atau tidak

d. Faktor organisasi

1) Metode penugasan apa yang dipakai ?

2) Pengembangan kemampuan perawat bagaimana ?

3) Sistem pelayanan penunjang

4) Kemampuan Rumah Sakit

I. Cara Menghitung Kebutuhan Tenaga Perawat Di Rumah Sakit

1. Cara rasio

Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai patokan, metode ini sesuai

SK Menkes RI No. 262 tahun 1979 tentang ketenagaan di RS, mudah digunakan dan

sangat sederhana, hal ini dipakai bila kemampuan dan sumber daya perencanaan

personal terbatas, namun tidak dapat mengetahui produktifitas SDM tersebut.

Caranya :
No Tipe RS TM/tt TPP/tt TNTP/tt TNm/tt

1 A&B 1 / ( 4 -7 ) (3-4)/2 1/3 1/1

2 C 1/9 1/1 1/5 3/4

3 D 1 / 15 1/2 1/6 2/3

Khusus Disesuaikan

Ket : TM = tenaga medis

Tt = tempat tidur

TPP = tenaga perawat perawatan

TNTP = tenaga perawat non perawatan

TNm = tenaga non medis

Contoh perhitungan :

Misalkan RS tipe C dengan 170 tt, maka dibutuhkan tenaga dokter sebanyak 19

( 100/9 ) orang, tenaga perawat sebanyak 170 ( 1/1 x 170 ) orang, tenaga non

perawatan 34 ( 1/5 x 170 ) orang dan tenaga non medis 127 ( ¾ x 170 ) orang.

2. Cara Gillies ( 1994 )

Sebelum melakukan penghitungan tenaga harus ada keyakinan dari pengelola

perawatan bahwa untuk ruang rawat tertentu perbandingan tenaga profesional

( perawat ahli ) dan non profesional ( perawat terampil ) yang dibutuhkan adalah :

a. Untuk ruang rawat intensif = 1 : 1

b. Kebidanan, bedah, anak, jiwa = 2 : 1

Jika menghitung tenaga berdasarkan teori ini langkah pertama adalah

mengkategorikan pasien menurut kebutuhan asuhan yang diberikan oleh perawat

yaitu :

a. Minimal care
Keperawatan mandiri yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam

melakukan tindakan dan pengobatan, pasien dapat melakukan aktifitas secara

mandiri, perawat hanya menyediakan alat – alat seperti perangkat mandi dll

b. Partial care

Keperawatan sebagian yaitu klien memerlukan bantuan sebagian dalam

tindakan dan pengobatan, misalnya injeksi, pembersihan luka, kateter, pasien

pasca operasi dalam tahap penyembuhan, sedangkan aktifitas mandi, makan,

eliminasi, memakai baju dll dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan

c. Total care

Pasien memerlukan bantuan secara poenuh dalam perawatan diri dan

memerlukan observasi secara ketat, aktifitas seperti makan, eliminasi dll

dilakukan ditempat tidur dengan memakai tindakan atau alat khusus misal

kateterisasi, NGT, pasien membutuhkan perhatian secara teratur tapi tidak

terus menerus. Perhatian yang diperlukan adalah terhadap pola kesadaran

pasien dan kemampuan pasien untuk mengikuti petunjuk

d. Keperawatan intensif

Klien memerlukan observasi ketat dan tindakan yang terus menerus misal

pada pasien cardiogenic shock yang memakai respirator, monitor jantung,

monitor haemodinamik, adanya tanda – tanda shock, aspiksia, coma dll

Setelah pasien dikategorikan, maka dihitung waktu yang dipakai untuk

perawatan lansung dan tidak lansung seperti :

1) Perawatan lansung

Rata – rata waktu yang dibutuhkan adalah 4 – 5 jam per pasien per hari,

dengan rincian sbb :

- Perawatan mandiri ½ x 4 jam = 2 jam


- Perawatan partial ¾ x 4 jam = 3 jam

- Perawatan total 1 - 1 ½ x 4 jam = 4 – 6 jam

- Perawatan intensif 2 x 4 jam = 8 jam

2) Perawatan tidak lansung

Adalah waktu yang dipakai untuk kegiatan seperti membuat rencana

keperawatan, konsultasi dengan tim kesehatan lain, menulis dan

membuat catatan kesehatan, rata – rata waktu yang dipakai menurut

gillies 1989 adalah 38 menit, sedang menurut wolf young dalam gillies

adalah 60 menit.

3) Penyuluhan atau pendidikan kesehatan

Rata – rata waktu yang dipakai adalah 15 menit / pasien, kegiatannya

antara lain penyuluhan terhadap aktifitas sehari – hari pasien, obat –

obatan, kelanjutan perawatan pasien.

Setelah itu dihitung dengan rumus sbb :

Jml jam kep yg rata - rata jml hr/th jml jam kep

dibutuhkan pat /hr x pat / hr x = yg dibutuhkn/th

hr / th – libur jam kerja jml jam kep

masing2 pwt yg diberikan

pwt / th

Contoh perhitungan

Dari hasil observasi selama 6 bulan disebuah RS yang mempunyai 20 tt, rata

pasien dirawat ( BOR ) 15 org, kriteria pasien yang dirawat, mandiri 5 orang,

sebagian 5 orang dan total 5 orang. Tingkat pendidikan SPK dan D3, hari kerja

efektif 6 hari per minggi. Berdasarkan situasi diatas maka perhitungan tenaga

perata diruangan tersebut adalah :


- Tentukan jam perawatan yang dibutuhkan klien per hari

Keperawatan lansung

Perawatan mandiri = 5 org x 2 jam = 10 jam

Perawatan sebagian = 5 org x 3 jam = 15 jam

Perawatan total = 5 org x 6 jam = 30 jam

Keperawatan tidak lansung = 15 org x 1 jam = 15 jam

Pendidikan kesehatan = 15 org x ¼ jam = 3,75 jam

Total = 73,75 jam

- Tentukan total jam yang dibutuhkan oleh masing – masing pasien

73,75 jam : 15 pasien = 4,9 jam

- Tentukan jumlah kebutuhan perawat

4,9 jam x 15 org x 365 hr = 26827,5 jam / th = 16,17 org

(365 hr – 128 hr) x 7 jam 1659 jam / th

Untuk hari libur di Indonesia lebih kurang 76 hari ( 52 hr minggu, 12 hr

cuti, 12 hr nasional ), perhitungan juga hari cuti hamil 3 bulan dan cuti

lainnya.

( 16 org + 20% = 16 org + 3 org = 19 orang )

- Tentukan jumlah minimal tenaga perawat

Rata – rata pasien/ hr x rata – rata jam / hr = 15 org x 4,9 jam

Jumlah jam kerja/ hr 7 jam

= 10,5 atau 11 org

3. Cara Douglas ( 1984 )

Perhitungan tenaga berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien terhadap

keperawatan, klasifikasi itu dibagi 3 tingkat yaitu :

a. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam / hr, criteria


1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

2) Makan, minum dilakukan sendiri

3) Ambulasi dengan pengawasan

4) Observasi tanda vital dilakukan tiap sift dinas

5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil

6) Tindakan pengobatan biasanya simpel

b. Perawatan intermediate waktunya 3 – 4 jam / hr, kriteria

1) Kebersihan diri, makan dan minum dibantu

2) Observasi tanda vital tiap 4 jam

3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

4) Kateter/ intake dan output dicatat

5) Terpasang infus, drain, persiapan pengobatan atau memerlukan prosedur

c. Perawatan maksimal atau total waktunya 5 – 6 jam / hr, kriteria :

1) Segalanya diberikan / dibantu

2) Posisi yang diatur, observasi tanda vita tiap 2 jam

3) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena

4) Memakai suction

5) Gelisah / disorientasi

Dalam penelitiannya Douglas ( 1984 ) jumlah perawat tergantung dari tingkat

ketergantungan pasien pada tiap sift dinas pagi, sore, malam, pedomannya

adalah tabel berikut :

Jml
Klasifikasi pasien
pat Minimal Partial Total
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 1,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst
Contoh penghitungan

Diruangan Anggrek RSU PMI dirawat 20 pasien dengan kategori : 5 pasien

perawatan minimal, 10 pasien perawatan parsial, dan 5 pasien perawatan total.

Maka perawat yang diperlukan adalah sbb :

- Shift pagi

5 pat x 0,17 = 0,85

10 pat x 0,27 = 2,7

5 pat x 0,36 = 1,80

Total tenaga pagi = 5,35 org

- Shift sore

5 pat x 0,14 = 0,70

10 pat x 0,15 = 1,5

5 pat x 0,30 = 1,5

Total tenaga pagi = 3,70 org

- Shift malam

5 pat x 0,10 = 0,50

10 pat x 0,07 = 0,70

5 pat x 0,20 = 1,0

Total tenaga pagi = 2,20 org

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25 orang

dibulatkan menjadi 12 orang.

Untuk mengukur jumlah kebutuhan ini harus dilakukan monitor kategori jenis

pasien selama 2 minggu, selama – lamanya biasanya 3 – 6 bulan.


J. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

1) Pengertian

Dokumentasi adalah bahan komunikasi tertulis untuk mendukung informasi

atau kejadian (Flosbach, 91). Jadi dokumentasi asuhan keperawatan adalah

dokumentasi tentang fakta-fakta terhadap penyakit klien, gejala-gejala, diagnosis,

penatalaksanaan serta evaluasinya. Catatan tersebut harus dibuat lengkap, mudah

dan cepat diakses secara sistematis sehingga dapat memberikan suatu informasi

yang akurat.

Dokumentasi keperawatan merupakan media komunikasi tertulis yang efektif

antar profesi dalam satu tim pelayanan kesehatan dan pemberian asuhan

keperawatan kepada pasien. Disamping itu dokumentasi keperawatan bertujuan

untuk perencanaan perawatan pasien sebagai indikator kualitas pemberian

pelayanan kesehatan, sumber data untuk penelitian bagi pengembangan ilmu

keperawatan, sebagai bahan bukti pertanggunggugatan pelaksanaan asuhan

keperawatan serta sebagai sarana pendidikan bagi para mahasiswa.

2) Tujuan Dokumentasi

Secara umum tujuan sistem dokumentasi (Doenges, 1995) adalah:

a. Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien

b. Memastikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien

c. Mernfasilitasi komunikasi antar disiplin mengenai konsistensi tujuan dan

kemajuan pengobatan

d. Teknik evaluasi

e. Syarat akreditasi

3) Tujuan Pencatatan Pelayanan

a. Sebagai bahan pendidikan


b. Sumber data dalam membuat rencana keperawatan

c. Alat komunikasi diantara anggota tim

d. Sumber data untuk penelitian

e. Dokumen legal

f. Audit Keperawatan

g. Sumber imformasi statistic

K. Hal-Hal Yang Penting yang Diperhatikan dalam Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan

Dalam penulisan dokumentasi keperawatan ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu: Isi, informasi yang ditulis harus lengkap, akurat, jelas, mengandung

fakta (obyektif) dan tidak menggunakan istilah atau singkatan yang tidak umum. Benar,

dimana informasi mengenai klien dan tindakan yang diberikan haruslah faktual. Catatan

harus berisi deskripsi, informasi yang objektif dari apa-apa yang perawat lihat, dengar,

rasa dan cium (Begerson,1988).

L. Timbang Terima / Operan Dinas

Adalah suatu cara dalam menyampaikan atau menerima sesuatu (laporan) yang

berkaitan dengan keadaan klien, bertujuan :

1. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum

2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya

3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

- Prosedur timbang terima

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :

1. Persiapan

a. kedua kelompok dalam keadaan siap


b. kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

2. Pelaksanaan

Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada seluruh penanggung

jawab :

a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan

b. Dari nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima

dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah

keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum

dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.

c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap

sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada

perawat berikutnya

d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

1) Identitas klien dan diagnosa medik

2) Masalah keperawatan yang masih mungkin muncul

3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

4) Intervensi kolaborasi

5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan

selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan

penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya

yang tidak dilaksanakan secara rutin.

e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,

Tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas

f. Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas


g. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali

pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan lebih lengkap dan rinci

h. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku

laporan ruangan oleh perawat

i. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-

buru

j. Perawat bertanggungjawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama

secara langsung melihat keadaan klien.

M. Confrence Keperawatan

1. Defenisi

Konfren adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan kegiatan

konsultasi, yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien. Pre konfren adalah diskusi tentang aspek kinis sebelum

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post konfren adalah diskusi

tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.

Yang terlibat dalam konfren adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota

tim. Pre konfren dilakukan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post

konfren dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan. Waktu efektif yang

diperlukan 10 atau 15 menit. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya

tentang keadaan pasien, perencanaan, tindakan rencana dan data- data yang perlu

ditambahkan (Jean, et. Al, 1973).

2. Tujuan

Secara umum tujuan konfren adalah untuk menganalisa masalah- masalah

secara kitis dan menjabarkan alternative penyelesaian masalah, mendapatkan


gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun

rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian

asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan

perubahan non kognitif (McKechie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam

rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan,

kebingungan dan frrustasi bagi pemberi asuhan (T. M. Marelli, et. Al, 1997).

Tujuan Pre Konfren adalah :

a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan

asuhan dan merencanakan evaluasi hasil

b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui dilapangan

c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

Tujuan Post Konfren adalah : Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan

penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

3. Pedoman Pelaksanaan

Pedoman pelaksanaan konfren

a. Sebelum dimulai tujuan konfren harus dijelaskan

b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok

c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga focus diskusi tanpa mendominasi

dan member umpan balik

d. Pemimpin harus merencanakan topic yang penting secara periodic

e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil

tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda

f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi

g. Pada saat menyimpulkan konfren ringkasan diberikan oleh pemimpin dan

kesesuaiannya dengan situasi lapangan


N. Kewaspadaan Universal

1. Pengertian

Kewaspadaan Universal atau “Universal Precaution” adalah salah satu dari dua

sistem yang direkomendasikan oleh Central Desease Control (CDC) ketika

merebaknya kasus AIDS di tahun 1980-an. Kewaspadaan universal erat kaitannya

dengan upaya yang diperlukan oleh tim kesehatan ketika menangani hal yang berkaitan

dengan darah dan beberapa cairan tubuh yang terinfeksi, dimana demi keselamatan tim

kesehatan perlu dilakukan perlindungan dari mereka yang mempunyai HIV positif,

Hepatitis B, Hepatitis C atau penyakit menular lainnya sesuai dengan proses

penularannya (Yayasan Spritia, 2006).

2. Penerapan Kewaspadaan Universal

Penerapan dapat diartikan sebagai suatu praktek atau implementasi dari kegiatan

yang dilakukan secara berkesinambungan melalui proses yang diketahui atu didapatkan

seseorang dari lingkungannya (Sofiah, 206).

Terkait prinsip penerapan kewaspadaan universal, sangat dipengaruhi oleh

perilaku petugas kesehatan d dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga perlu

dilakukan penekanan untuk perubahan perilaku dalam paya pencegahn dan penularan

penyakit, yakni meliputi pengetahuan, sikap, maupun tindakan.

3. Prinsip Kewaspadaan Universal

Kewaspadaan universal erat kaitannya dengan upaya yang diperlukan oleh tim

kesehatan ketika menangani hal yang berkaitan dengan darah dan beberapa cairan

tubuh yang terinfeksi, diman demi keselamatan tim kesehatan perlu dilakukan

perlindungan dari mereka yang mempunyai HIV positif, Hepatitis B, Hepatitis C atau

penyakit menular lainnya sesuai dengan proses penularannya. Sementara pada pasien
sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui peralatan yang terkontaminasi atu

menerima darh atu produk darah yang mengandung virus.

Komponen-komponen Pelaksanaan Kewaspadaan Universal

Prinsip utama kewaspadaan universal bagi pelayanan kesehatan adalah

menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, dan sterilisasi

peralatan. Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam lima kegiatan, yaitu :

4. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

Cuci tangan adalah proses membuang debu secara mekanis dari kulit kedua

belah tangan dengan memaki sabun dan air. Sedangkan dalm kebersihan

tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab

penyakit pada kedua tangan dan lengan serta meminimalkan kontaminasi

silang. Cuci tangan tidak hanya mengurangi penyebaran infeksi dari petugas

kesehatan tetapi juga dari pengunjung rumah sakit (Linda Tiejen, 2004).

Ada 2 teknik cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan,

yaitu :

1) Cuci tangan dasar atau rutin

Teknik cuci tangan dasar atau rutin yang selalu diterapkan yakni menurut

Standar Operasional Prosedur (SOP).

2) Cuci tangan bedah (surgical handscrub)

Menurut Nancy, dalam mengendalikan infeksi di kamAr bedah ada lima D

yang mesti diterapkan yaitu, Design, Discpline, Devices, Defense

Mechanism, dan Drugs (Tiejen, 2004)

a. Pemakaian alat pelindung :


Sarung tangan, topi, pelindung wajah (masker dan kacamata), gaun

pelindung dan sepatu guna mencegah kontak dengan darah serta cairan

infeksius lainnya.

3) Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai guna mencegah transmisi infeksi.

Proses pengelolaan alat kesehatan dilakukan melalui empat tahap kegiatan

yaitu :

1) dekontaminasi

2) pencucian alat

3) desinfeksi dan sterilisasi

4) penyimpanan alat kesehatan

a. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukan

1) Untuk pengelolaan jarum suntik yang telah dipakai harus dibuang

langsung ke dalam tabung yang tertutup, anti bocor ebelum

dibawa ke tempat insenerator, tanpa menyentuh atu meanipulasi

bagian tajamnya seperti dibengkokkan, dipatahkan, atau ditutup

kembali. Jika jarum terpaksa ditutup kembali (recapping),

gunakanlah cara penutupan jarum dengan satu tangan untuk

mencegah jari tertusuk. Sediakan penempatan wadah tahan

tusukan yang telah diberi tanda dengan jelas dan ditempatkan

sedekat mungkin, dimana benda tersebut ditemukan (WHO,

2005).

2) Pemakaian alat tajam yang telah digunakan untuk sekali pakai

langsung dibuang ke dalam kontainer khusus yang tidak mudah

tembus sebelum dibawa ke insenerator (Ramdhan, 2008)


b. Pengelolaan limbah, sanitasi ruangan dan penanganan terhadap

kecelakaan kerja (Yayasan Spiritia, 2006).

1) Limbah yang berasal dari rumah sakit/sarana kesehatan secara

umum dibedakan atas :

- limbah medis

- limbah berbahaya

- rumah tangga

2) Sanitasi ruangan rumah sakit

Sanitasi ruangan adalah upaya kesehatan dengan cara

memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan sekitar

tempat bekerja untuk mengurangi jumlah bakteri yang ada

(Handoko, 2007). Fungsi sanitasi di rumah sakit adalah

melakukan pengendalian terhadap kontaminasi di rumah sakit,

melaksanakan pengolahan limbah secara baik dan benar,

mengawasi serta membantu menciptakan keadaan lingkungan

yang nyaman, bersih, dan selalu menegakkan peraturan

perundangan di bidang sanitasi dan lingkungan

3) Penanganan terhadap kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diduga dan

tidak diharapkan atau tidak dilatarbelakangi oleh unsur

kesengajaan dan direncanakan (Astono, 2007). Pajanan darah

atau cairan tubuh dapat terjadi secar parenteral melalui

tusukan,luka, percikan darah atau cairan tubuh pada mukosa

mata, hidung atau mulut dan percikan pad kulit yang tidak utuh,
kejadian seperti ini harus dicegah dan keselamatan petugas harus

diutamakan.

Proses yang semestinya dilakukan apabila kecelakaan kerja

telah terjadi yaitu :

- Kejadian harus didokumentasikan dan dilaporkan pada

atasan, kepada panitia keselamatan dan kesehatan kerja, dan

panitia infeksi nosokomial secepatnya

- pemberian imunisasi apabila tersedia, diberikan kepad semua

staff yang beresiko mendapat perlukan karena benda tajam.

Setelah terjadi kecelakaan dan harus diberi konseling (WHO,

2005).

O. Ketersediaan Fasilitas, Sarana, Dan Prasarana Dalam Kewaspadaan Universal

Sarana atau fasilitas adalah alat yang digunakan untuk mencapa keberhasilan

dalm bekerja (Sofiyah, 2006). Sebelum petugas kesehatan dapat mematuhi dan

menjalankan prosedur kewaspadaan universal, institusi pelayanan kesehatan atau rumah

sakit harus memastikan bahwa semua pedoman dan kebijak mereka cocok diterapkan di

lokasi pelayanan, dan sarana atau fasilitas yang dimiliki untuk kewaspadaan universal

serta ketersediaan alatnya telah mencukupi. Pada prinsipnya ketersediaan fasilitas dan

sarana sangat berguna untuk memudahkan petugas kesehatan dalam mematuhi praktek

pengendalian infeksi, kebijakan serta standar operasional prosedur di dalm

melaksanakan kewaspadaan universal. Untuk pencapaian ini, diperlukan :

a. Pengadaan SDM yang terlatih dalam pengembangan pengetahuan

b. Sarana kesehatan yang diperlukan seperti pengadaan sarana cuci

tangan, air mengalir, sarung tangan disposable, serta alat pelindung diri lainnya,
jarum suntik sekali pakai, wadah benda tajam, tempat peralatan steril dan bersih,

alat-alat untuk proses disenfeksi dan sterilisasi, bahn-ahn atau larutan untuk

pencucui, alat pengelolaan limbah yang memerlukan konstrusi khusus, seperti

insenerator atau pilihan lain dari insenerator, sarana sterilisasi, peningkatan sistem

ventilasi, peralatan laboratorium, obat anti retroviral, dan termasuk alat-alat untuk

memantau serta mengawasi proses ulang yang harus dilakukan, semua ini harus

tersedia dengan cukup walau berada dalm lingkungan dengan sumber daya

yanterbatas (WHO, 2005).

P. Konsep Pelayanan Manajemen Keperwatan Di Rumah Sakit

Otak.Dr.Drs.M.Hatta Bukittinggi.

Di Ruangan Kelas III IRNA C Lantai IIII Rs.Otak.Dr.Drs.M.Hatta

Bukittinggi. khususnya di Ruang Kelas III IRNA C Lantai III dalam melaksanakan

manajemen keperawatan menggunakan Metode Medular.

Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer. Metode ini

sama dengan model keperawatan tim karena baik perawat profesional maupun non

profesional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah

kepemimpinan seorang perawat profesional. Disamping itu, dikatakan memiliki

kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat

bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga

pulang bahkan sampai dengan waktu follow up care.

Sekalipun didalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan

metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga orang perawat, tanggung jawab yang paling

besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban

untuk membimbing dan melatih non profesional. Apabila perawat profesional sebagi
ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat

digantikan oleh perawat profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.

Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) diarahkan dalam hal membuat

jadwal dinas dengan mempetimbangkan kecocokan anggota untuk bekerja sama dan

berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivator

Anda mungkin juga menyukai