Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN LAMA DUDUK TERHADAP NYERI PUNGGUNG

BELAKANG PADA MAHASISIWA PRODI DIII FISIOTERITAPI

UNIVERSITAS FORT DE KOCK SAAT PERKULIAHAN ONLINE DIRUMAH

DOSEN PEMBIMBING 1 :

Dr. Hj. EVI HASNITA, S.Pd, Ns, M.Kes

DOSEN PEMIMBING 2 :

ERIT ROVENDRA, M.KM

DISUSUN OLEH :

ASMAUL HUSNA (1811401045)

DIII FISIOTERAPI

UNIVERSITAS FOR DE KOCK BUKITTINGGI

2021
PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut nyeri pinggang, boyok dan merupakan

keluhan yang sering dijumpai.NPB diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu kronik dan akut.

NPB akut terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu, sedangkan NPB kronik terjadi dalam

waktu 12 minggu (Rogers, 2006). Menurut Safitri (2010) yang dikutip oleh Santoso (2013)

Otot-otot punggung biasanya mulai letih setelah duduk selama 15-20 menit, sehingga mulai

dirasakan NPB.

Duduk didefinisikan sebagai salah satu sikap tubuh menopang batang badan bagian

atas oleh pinggul dan sebagian paha yang terbatas pergerakannya. Posisi duduk merupakan

salah satu posisi yang baik dalam melakukan aktivitas seperti menulis, membaca, menonton

televisi dan lain sebagainya.Pada saat melakukan aktivitas, seseorang dituntut menggunakan

beberapa posisi tubuh seperti, posisi duduk tegak, posisi duduk membungkuk dan posisi

setengah duduk. Duduk lama dan statis (duduk tegak) akan menimbulkan ketegangan pada

vertebralis terutama pada lumbal (Santoso, 2013).

Mahasiswa merupakan faktor utama yang menentukan kegiatan perkuliahan berjalan

dengan benar. Proses belajar yang lama antara 1 hingga 3 jam menjadikan mahasiswa

mengalami banyak keluahan mulai dari stress kerja, bagian tubuh tertentu sakit, tidak fokus,

dll. Kondisi ini menjadikan tantangan tersendiri bagi tenaga pengajar pada umumnya untuk

dapat menciptakan suasana perkuliahan yang menarik, tidak membosankan, dan nyaman (Ng

et al.,2016; Wajdi et al., 2020). Selain itu, sarana dan prasaran juga menjadi pendukung

utama terhadap hal tersebut. Dengan adanya kuliah daring akibat dari pandemic Covid19 ini,

memungkinkan ketidaknyamanan mahasiswa pada saat perkuliahan semakin meningkat. Oleh

karena itu, berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas menjadikan dibutuhkannya


penelitian untuk dapat menanggulangi berbagai permasalahan yang mungkin dan sudah

terjadi (Adams et al., 2015; Manghisi et al., 2017).

Selama pandemi Covid-19 ini, menuntut kita untuk berada di rumah. Semua yang kita

lakukan dan kerjakan diharuskan tetap dirumah. Dari pekerja kantoran sampai pelajar pun

dirumahkan. Bekerja dan belajar dirumah mengharuskan setiap individu untuk berada diepan

layar telpon genggam ataupun laptop/komputer. Ini akan membuat kita harus duduk selama

berjam-jam yang mengakibatkan punggung bagian bawah terkadang terasa sakit atau

nyeri.

Seringkali keluhannya ini membuat mahasiswa yang terkena sakit atau nyeri ini

mengeluhkan nyeri pada bagian punggung bawah . Biasanya para penderita akan merasakan

nyeri dibagian punggung bagian bawah dan mereka abai dengal hal yang dirasakan nya itu.

Perubahan gaya hidup santai pada mahasiswa berkaitan dengan penurunan aktivitas fisik dan

mewajibkan para mahasiswa untuk berdiam dirumah.

Posisi dan lama duduk dalam bekerja sering diabaikan, padahal kondisi ini penting

karena mengandung prinsip ergonomik. Pada lingkungan tempat kerja, duduk merupakan

satu dari empat aktivitas yang umum dilakukan. Dua komponen terkait saat duduk yaitu,

posisi dan lama duduk. Duduk bekerja mendatangkan gangguan saat bekerja yang sering

terjadi saat duduk ialah NPB. (Freitas dkk, 2015)

Posisi duduk mempengaruhi risiko Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung

bawah. Posisi duduk statis yang kurang ergonomis seperti duduk dalam posisi membungkuk

dapat memicu kerja otot yang kuat dan lama tanpa cukup pemulihan dan aliran darah ke otot

terhambat (Aprilia & Tantri, 2016). Selain itu juga karena banyak menghabiskan waktu untuk

mengikuti perkuliahan online, banyak mahasiswa mengabaikan akibat duduk yang terlalu

lama terhadap punggung mereka.


Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kesehatan Jurusan DIII Fisioterapi Universitas

Fort De Kock Bukittinggi. Desain yang digunakan penelitian ini adalah Deskriptif Korelatif

yakni yakni rancangan penelitian yang bermaksud untuk mencari hubungan antara dua

variabel terikat (Arikunto, 2002). Variabel bebasnya lama duduk, variabel terikatnya nyeri

punggung bawah pada mahasiswa DIII Fisioterapi UFDK.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa DIII Fisioterapi tingkat satu

Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang berjumlah 52 orang. Kriteria inkluisi adalah :

mahasiswa DIII Fisioterapi tingkat satu Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang berumur

17-21 tahun dan yang melakukan aktivitas duduk saat kuliah online dirumah, tidak memiliki

penyakit yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah maupun riwayat cedera dan

trauma.

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu lama duduk, variabel

terikat yaitu nyeri punggung bawah pada mahasiswa DIII Fisioterapi tinggkat satu 2020

Fakultas Kesehatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi. Pencarian data dilakukan dengan

menggunakan kuesioner terbuka yang sebelumnya sudah uji validitas.

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden di

Prodi DIII Fisioterapi UFDK. Responden diberikan penjelasan, maksud dan tujuan penelitian

secara tertulis dan secara lisan. Sebelum mengisi kuesioner tersebut, responden diberi

penjelasan dan tata cara pengisian kuesioner tersebut agar dalam mengisi tidak terjadi salah

presepsi, bingung dan tidak paham. Tahap pengolahan data dilakukan dengan cara editing

dan pemberian skor pada masing-masing jawaban. Data tentang lama duduk dengan nyeri

punggung bawah dijumlahkan masing-masing. Selanjutnya dilakukan tabulasi data skor

masing-masing jawaban dengan menggunakan tabel. Hasil tabulasi masing-masing jawaban


pengetahuan dibuat tabel dihitung presentasenya sesuai kriteria penilaian. pengolahan data

analisis data statistik parametrik dengan metode Correlasi Bivariat dengan bantuan program

SPSS.

Anda mungkin juga menyukai