mengenai penyakit Alzheimer itu sendiri, deteksi dini gejala awal, prognosis serta modifikasi faktor risiko
seperti penerapan gaya hidup sehat dan diet yang sesuai yang dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit
Alzheimer.
Keluarga ataupun pengasuh juga harus dilibatkan dalam proses edukasi ini karena pada suatu saat nanti pasien
Alzheimer akan bergantung penuh dengan mereka. Keluarga juga harus membantu pasien untuk membuat
jadwal kegiatan dan mendorong pasien untuk mengikuti jadwal kegiatan yang telah dibuat. Pasien Alzheimer
dapat berdiskusi dengan keluarga mengenai keinginan dan batasan yang ia inginkan bila nanti akan sampai pada
kondisi ia tidak mampu membuat keputusan sendiri.
Pasien dan keluarga juga diberi informasi mengenai rencana penatalaksanaan jangka panjang dan edukasi untuk
patuh mengonsumsi obat yang diberikan untuk menekan progresivitas gejala.
Edukasi keluarga untuk dapat menciptakan lingkungan tempat tinggal yang mendukung bagi penderita
Alzheimer. Modifikasi tempat tinggal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
Letakkan benda-benda penting seperti kunci kamar di tempat yang mudah dilihat oleh pasien
Tempelkan nomor telepon penting dengan tulisan yang besar di dekat telepon
Berikan telepon genggam atau alat pendeteksi lokasi yang selalu dikenakan oleh pasien
Memasang karpet (hati-hati karena karpet yang dipasang dengan tidak baik justru dapat
menyebabkan pasien jatuh)[1,28-30]
Menerapkan gaya hidup sehat: aktivitas fisik dan olahraga rutin, menjaga berat badan ideal, berhenti
merokok, menghindari konsumsi alkohol berlebih, diet gizi seimbang
Stimulasi kognitif secara rutin
Konsumsi kopi berkafein, asam folat, dan vitamin E atau C berkaitan dengan penurunan risiko Alzheimer.
Beberapa penelitian menunjukkan manfaat diet ketogenik dan diet Mediterranean-DASH (dietary approaches to
stop hypertension) untuk menurunkan risiko terjadinya mild cognitive impairment serta Alzheimer. Aspek
modifikasi diet lainnya adalah menghindari konsumsi lemak hewani dan memilih lemak nabati seperti dari
minyak zaitun, kacang, atau alpukat. Namun, seluruh aspek modifikasi diet di atas masih memerlukan penelitian
lebih lanjut mengenai manfaat dan keamanannya untuk Alzheimer.[1,2-30]
Brain-Gut Axis
Penelitian terakhir mengungkapkan hipotesis adanya brain-gut axis, di mana jaras tersebut menghubungkan
mikrobiota usus terhadap kelainan di sistem saraf pusat, salah satunya penyakit Alzheimer. Ketidakseimbangan
mikrobiota usus diduga berperan dalam patogenesis Alzheimer, melalui sekresi amiloid dan lipopolisakarida
yang memodulasi sinyal produksi sitokin-sitokin proinflamasi, serta menimbulkan inflamasi yang meningkatkan
risiko penyakit komorbid Alzheimer lain seperti diabetes mellitus dan obesitas.