Anda di halaman 1dari 11

Promotif

Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi
kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional dan masyarakat terhadap
praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma social. Upaya promotif dilakukan untuk
membantu orang-orang untuk mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kea rah keadaan
keehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan
yang sehat tentang perilaku hidup mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut :
Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh, mengurangi
bahaya kebakarandalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman, dan mengurangi
kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan
bahan-bahan kimia dan meningkatkan penggunaan sistem keamanan kerja.
Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk mengurangi
penggunaan semprotan bahanbahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan
pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi
makanan dan obat-obatan.
Meningkatkan keamanan, penanganan makanan, dan obatobatan. Hal ini dilakukan untuk
menjaga sanitasi makanan serta mencegah kemungkinan efek interaksi dan overdosis obatobatan.
Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang bertujuan untuk
mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.
Penyampaian 10 perilaku yang baik pada lansia, baik perorangan maupun kelompok lansia
adalah dengan cara sebagai berikut.
Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan rasa percaya diri dengan
melakukan kegiatan sesuai kemampuan.
Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama.
Olahraga ringan setiap hari.
Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan banyak minum (sebaiknya
air putih).
Berhenti merokok dan meminum minuman keras.
Minum obat sesuai dengan aturan dokter atau petugas kesehatan lainnya.
Kembangkan hobi/minat sesuai kemampuan.
Tetap memelihara dan bergairah dalam kehidupan seks.
Memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.
Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A.
B Berat badan berlebihan dihindari. A-Atur makanan yang seimbang.
H Hindari faktor risiko penyakit jantung iskemik dan situasi menegangkan.
A Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan kegiatan/hobi yang bermanfaat.
G Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.

I Ikuti nasihat dokter.


A Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala.
Menyampaikan pesan pada lansia sehat mengenai kebugaran, makan, merokok, alkohol,
kelainan jiwa, kekerasan (rudapaksa), kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, obat dan
makanan, kesehatan gigi, kesehatan ibu, penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus,
HIV-AIDS, penyakit hubungan seksual, imunisasi, dan pengawasan penyakit.
Preventif
Mencangkup pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat faktor
risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan.
Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut.
Program imunisasi, misalnya vaksin influenza. Konseling: berhenti merokok dan minum
beralkohol.
Dukungan nutrisi.
Exercise.
Keamanan di dalam dan sekitar rumah.
Manajemen stres.
Ienggunaan medikasi yang tepat.
Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala,
dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis, clan mengidap
faktor risiko.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut.
Kontrol hipertensi.
Deteksi dan pengobatan kanker.
Screening: pemeriksaan rektal, mammogram, papsmear, gigi mulut, dan lain-lain.
Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan cacat;
mencegah cacat bertambah dan ketergantungan; serta perawatan bertahap, tahap (1)
perawatan di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien rawat jalan, dan (3) perawatan jangka
panjang.
Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut.
Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan membatasi
ketidakmampuan akibat kondisi kronis. Misalnya osteoporosis atau inkontinensia urine/fekal.
Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan berfungsi.
Peran perawat dalam upaya preventif dan promotif bagi lansia
Lokal:
Sebagai case rnanajer.
Sebagai case finding.
Memberikan informasi-informasi kesehatan.
Regional
Bekerja sama dengan pemerintah setempat tentang kebijakan-kebijakan usia lanjut.

Menghadiri pertemuan-pertemuan tentang kesehatan lansia.


Melakukan lobi dalam melaksanakan program.
Nasional
Keterlibatan dalam kebijakan publik.
Negosiasi dan kompromi.
Kerja sama multidisiplin.
Dignosis dini clan pengobatan
Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional dan petugas
institusi.
Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes diri, skrining kesehatan, memanfaatkan Kartu
Menuju Sehat (KMS) lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan Pribadi (BKP), serta
penandatanganan kontrak kesehatan.
Oleh petugas profesional/tim
Pemeriksaan status fisik ( comprehensive geriatric aasessmerit ).
Wawancara masalah masa lalu dan saat ini. Obat yang dimakan atau yang diminum.
Riwayat keluarga atau lingkungan sosial.
Kebiasaan merokok atau minum alkohol.
Pemeriksaan fisik diagnostik, meliputi darah lengkap, pemeriksaan pelvis clan rektum,
gerakan sendi, kekuatan otot, penglihatan clan pendengaran, pemeriksaan laboratorium, gula
darah puasa per dua jam setelah makan, kolesterol dan trigliserida, kadar hormon bila
diperlukan, serta tumor.
Skrining kesehatan, meliputi berat clan tinggi badan, kolesterol clan trigliserid, tekanan
darah, kanker payudara, kanker serviks, kanker kolon dan rektum, visus dan pendengaran,
serta kesehatan gigi dan mulut.
Pemeriksaan status kejiwaan, meliputi status mental clan psikologis. Status mental terdiri
atas pengkajian memori, konsentrasi/perhatian, orientasi, komunikasi, clan bicara. Status
psikologis terdiri atas suasana hati, perilaku, clan kesan umum.
Pemeriksaan status terdiri atas kontak sosial, faktor ekonomi, penyesuaian diri, dan orang
yang merawat lansia. Kontak sosial mencakup keluarga/teman, kelompok sosial, penggunaan
sarana, serta klub lansia. Faktor ekonomi mencakup pendapatan, asuransi, dan biaya hidup.
Penyesuaian diri mencakup keadaan saat ini dan masa depan. Orang yang merawat lansia
mencakup usia, status kesehatan, keterampilan, derajat stres, kepandaian, serta tanggung
jawab sebagai keluarga.
Pemeriksaan status fungsi tubuh apakah mandiri (independent), kurang mandiri (partially),
ketergantungan (dependent).
Pengobatan
Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang terjadi meliputi sistem
muskuloskelelal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal, saraf, dan
integumen.
Terhadap manifestasi klinik berupa nyeri kepala, nyeri dada, nyeri pinggang, nyeri tungkai,
nyeri kaki, demam, hipotermi, tak ada nafsu makan, kelemahan umum, sesak napas, edema,
obstipasi, gangguan kemih, gangguan neuropsikiatri, hipertensi, klimakterium, dan prostat.
Terhadap masalah geriatri meliputi pikiran kacau (acute confusional state), jatuh,

imobilisasi, dekubitus, inkontinensia urine, inkontinensia alvi, gangguan mata, gangguan


telinga, dan osteoartritis.
Pembatasan kecacatan
Kecacatan adalah kesulitan dalam memfungsikan kerangka, otot, dan sistem saraf.
Penggolongannya berupa hal-hal di bawah ini.
Kecacatan sementara (dapat dikoreksi).
Kecacatan menetap (tak bisa dipulihkan, akan tetapi dapat disubstitusi dengan alat).
Kecacatan progresif (tak bisa pulih dan tak bisa disubstitusi atau diganti).
Langkah-langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan (assesment), identifikasi masalah
(problem identification), perencanaan (planning), pelaksanaan (implementation), dan
penilaian (evalnation).
Rehabilitatif
Prinsip
Pertahankan lingkungan yang aman.
Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktivitas dan mobilitas.
Pertahankan kecukupan gizi.
Pertahankan fungsi pernapasan.
Pertahankan fungsi aliran darah.
Pertahankan kulit.
Pertahankan fungsi pencernaan.
Pertahankan fungsi saluran kemih.
Meningkatkan fungsi psikososial.
Pertahankan komunikasi.
Mendorong pelaksanaan tugas;
Pelaksana: tim rehabilitasi (petugas medis, petugas paramedis, serta petugas nonmedis)
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan penglihatan berkurang atau tidak bisa melihat.
Membaca dengan jarak yang sesuai menggunakan kaca pembesar atau kacamata baca yang
cocok.
Jalan pada siang hari menggunakan topi besar dan kacamata hitam agar pandangan tidak
kabur karena pengaruh sinar matahari.
Gambar dan tulisan difotokopi untuk diperbesar agar mudah terlihat atau terbaca.
Lampu ruangan dan lampu baca dengan pencahayaan yang cukup terang.
Telepon dengan angka besar.
Memperkenalkan dan melatih berjalan di sekitar lingkungan agar terbiasa dengan keadaan
yang ada bisa ditemani atau menggunakan tongkat.
Belajar menggunakan tape recorder.
Menggunakan peralatan yang bisa berbunyi atau berbicara.
Permainan di atas meja yang dimodifikasi dengan rabaan, contoh mayo.
Melatih keterampilan tangan seperti menyulam.
Menggunakan jam tangan atau jam dinding yang jarum dan angkanya bisa diraba.
Menggunakan alat bantu untuk menulis (pembatas tulisan).
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan pendengaran berkurang atau tidak bisa mendengar.
Membiasakan mendengar dan berbicara pada pertemuan dengan alat bantu pendengaran

elektronik.
Mendengar dan berbicara dengan jarak dekat, berhadapan, suara agak keras, serta gerakan
tangan dan kepala.
Bel rumah yang dimodifikasi selain menggunakan bunyi juga ada lampu menyala tanda bel
berbunyi.
Menggunakan buku catatan sendiri untuk menulis pesan.
Biasakan dan latih berjalan di lingkungan sekitar dan tempat ramai dengan menggunakan alat
bantu dengar, juga jelaskan kemungkinan bahaya dan cara menghindarinya.
Alat-alat yang berbunyi usahakan dengan suara keras seperti telepon.
Mendengar menggunakan alat bantu sederhana seperti pipa yang terhubung ke telinga.
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan keterbatasan pergerakan atau immobilisasi
Melatih jalan menggunakan tongkat dan kursi roda.
Duduk dari berbaring dengan alat khusus, seperti pegangan yang dihubungkan ke kaki.
Mengerakkan kaki sebelum memasang sepatu.
Melatih menggunakan sepatu dan dasi yang dimodifikasi dengan satu tangan.
Kursi roda standar, yaitu sandaran fleksibel, injakan kaki bisa dibuka dan ditutup, ada
penahan roda, ada pegangan tangan di roda, bisa dilipat, serta diangkat depannya.
Kursi roda yang lebih baik lagi, yaitu ada penahan belakang lutut, bisa meluruskan kaki,
mudah vntuk berdiri, ada sabuk pengaman, ada dua tempat pegangan tangan, dan bisa
dilepas.
Mengajarkan cara duduk yang baik di kursi roda.
Cara menggunakan kursi roda: menuruni tangga dengan belakang kursi roda lebih dahulu dan
menaiki tangga dengan depan kursi roda diangkat.
Makan menggunakan alat makan dengan pegangan besar.
Alat masak dan tempat masak yang dimodifikasi agar lebih mudah menggunakannya.
Alat untuk permainan clan membaca yang dimodifikasi.
Menggunakan pispot.
Tempat mandi ada bangku untuk duduk clan sikat yang melekat di dinding.
Toilet dengan tempat duduk yang berlubang agar mudah buang air besar.
Menggunakan alat bantu gambar untuk menjelaskan clan meminta sesuatu.
Latihan pasif untuk lansia yang mengalami paralisis pada tangan, kaki, dan jari. Selanjutnya,
lakukan latihan aktif.
Latihan jalan menggunakan satu tongkat, dua tongkat, serta kursi roda di jalan biasa dan
tangga.
Kaki kursi menggunakan sepatu agar tidak mudah bergeser.
Menjemur pakaian dengan menggunakan alat bantu.
Menggunakan sisir besar, kegiatan membaca, clan berternu dengan lansia lain.
Membuka kran menggunakan alat bantu dengan pegangan yang besar.
Tempat mencuci dibuat khusus.
Cara pindah dari tempat tidur ke kursi roda kemudian dari kursi roda ke tempat duduk:
perawat berhadapan dengan klien clan kedua tangan memegang bawah aksila klien,
sedangkan klien memegang bahu perawat.

Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan demensia


Jika ada yang lupa, maka ingatkan dan bantu lansia. Misalnya, lupa dengan keluarganya
(anak sendiri), tidak tahu tempat buang air kecil.
Mengingatkan lansia untuk membuat gambar bulan dan matahari pada tempat tidurnya, untuk
membedakan bulan untuk malam hari dengan matahari untuk siang hari. Selanjutnya, siapkan
obat pada tempat yang sudah ada labelnya.
Ingatkan hari, tanggal, dan tahun serta latih untuk mencoret hari yang lewat di kalender.
Mencatat setiap pesan dan di dekat telepon harus ada buku catatan.
Buat catatan untuk nomor telepon penting.
Tuliskan tempat-tempat atau ruangan dengan tulisan besar, contoh toilet, kamar mandi, kamar
tidur, dan lain-lain.
Melatih mengingat dengan memperlihatkan album pada orang yang dikenal.
Memperkenalkan keluarga kembali dan diajak berkomunikasi.
Permainan kelompok: menentukan jenis bunga, menanyakan hari, serta gambar dicocokkan
dengan aslinya.
Sarana dan Prasarana yang Dipergunakan
Sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk menyelenggarakan pelayanan terhadap lansia,
baik sarana fisik, sosial, dan spiritual yang dijalankan di berbagai tingkatan dapat kita lihat di
bawah ini.
1. Pelayanan tingkat masyarakat
Terhadap lansia
Keluarga dengan lansia.
Kelompok lansia seperti klub/perkumpulan; paguyuban, padepokan, dan pengajian; serta
bina keluarga lansia.
Posyandu lansia.
Masyarakat, mencakup LKMD, karang wreda, day care, dana sehat/JPKM.
2. Pelayanan tingkat dasar
Diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintahan dan swasta serta organisasi masyarakat,
organisasi profesi, dan yayasan seperti:
Praktik dokter dan dokter gigi
Balai pengobatan klinik
Puskesmas/balkesmas
Panti tresna wreda
Pusat pelayanan dan perawatan lansia; praktik perawatan mandiri.
3. Pelayanan tingkat rujukan
Diselenggarakan di rumah sakit dan rumah sakit khusus. Rujukan dapat bersifat sederhana,
sedang, lengkap, dan paripurna.
Tingkat sederhana, hanya menyediakan layanan poliklinik lansia.
Tingkat sedang, di mana layanan yang diberikan selain poliklinik juga klinik siang terpadu
(day care)
Tingkat lengkap, sama dengan layanan pada tingkat sedang ditambah dengan pengadaan
ruang perawatan khusus lansia dengan penyakit akut.
Tingkat paripurna, di mana diberikan semua jenis layanan yang ada pada tingkat lengkap

ditambah dengan adanya ruang perawatan khusus lansia dengan penyakit kronis.
Rumah sakit, mencakup poliklinik geriatri, unit rehabilitasi, ruang rawat, laboratorium, day
hospital, UGD/IGD, dan bangsal akut.
Rumah sakit jiwa dan rumah sakit khusus lain.
Sasana tresna wreda.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Lansia
Untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan prasarana lansia dan mutu pelayanan lansia
yang diberikan, maka berbagai pendekatan dan kegiatan perlu dilaksanakan. Beberapa di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Hukum dan perundang-undangan
Undang-undang clan peraturan pemerintah yang telah ada sekarang dan terkait dengan
lansia.
UU No. 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi O rang Jompo.
UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.
UU No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.
UU No. 3 Tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. UU No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan clan Pernukiman.
UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera.
UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
PP No. 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
PP No. 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan PerkembanganKependudukan.
UU No. 13 Talmn 1998 tentang Kesejahteraan Lansia ( tambahan lembaran negara Nomor
3796) sebagai pengganti UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang
Jompo.
UU No. 13 Tahun 1998 ini berisikan antara lain:
hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan kelembagaan;
upaya pemberdayaan;
upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial clan tidak potensial;
pelayanan terhadap lansia;
perlindungan sosial;
bantuan sosial; koordinasi; ketentuan pidana dan sanksi administrasi;
ketentuarl peralihan.
Walaupun telah cukup banyak produk hukum vang telah diterbitkan, namun belum semua ada
peraturan pelaksanaannya. Begitu pula belum disusunnya peraturan daerah, petunjuk
pelaksanaan, dan petunjuk teknisnya sehingga penerapan di lapangan sering menimbulkan
permasalahan. Kelangkaan sumber daya manusia, sarana, prasarana, serta koordinasi dan
keterpaduan sering menimbulkan hambatan dalam mencapai hasil kegiatan yang optimal.
Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah:
UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care);

UU tentang Tunjangan 1erawatan Lansia (Medicare);


UU tentang Penghuni Panti (Charter of Residents higlzt);
UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Cornruur7ita Option Program).
2. Sumber daya manusia
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada prasaranayang telah adadan prasarana baru
yang akan dioperasikan, diperlukan tenaga yang profesional, terlatih, dan terampil melakukan
kegiatan tertentu.
Jenis tenaga khusus yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan bagi lansia adalah
sebagai berikut.
Dokter spesialis geriatri, dapat direkrut dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter
spesialis jantung, dokter spesialis jiwa, dokter spesialis saraf, dan lain-lain.
Dokter umum atau dokter dengan latihan khusus dalam geriatri atau gerontologi yang
bekerja pada prasarana lansia secara penuh waktu atau paruh waktu.
Ahli gerontologi, dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu, seperti sosial, hukum, ekonomi,
antropologi, psikologi, kesehatan, dan asuransi.
Perawat yang telah dilatih menjadi:
manajer keperawatan (case manager);
fisioterapis;
occt{prrtionnl therapist;
speech therapist;
care coordinator;
perawat kesehatan masyarakat;
perawat panti tresna wreda, sasana tresna wreda;
perawat di day care ceiiter, rumah sakit, dan pengunjung rumah.
Petugas sosial yang terlatih sebagai:
Manajer (case manager);
Petugas panti tresna wreda, sasana tresna wreda;
Pengunjung rumah;
Pelayan lansia pada prasarana khusus, seperti social center, day care center, volunteer
center, perpustakaan, konseling dan advokasi, kegiatan rekreasi, dan lain-lain;
Petugas pada prasarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, pusat pelayanan lansia,
clan panti peristirahatan lansia.
Sukarelawan dari masyarakat awam atau dari bidang keilmuan tertentu, seperti:
Ibu rumah tangga;
Mahasiswa dan muda-mudi;
Pengusaha dan donatur;
Pramuka;
Karang taruna;
Staf LKMD, RW, dan RT;
Sarjana kesehatan, sosial, hukum, ekonomi, dan lain-lain.
3. Sarana dan prasarana
Berbagai sarana dan prasarana yang telah ada sekarang, seperti puskesmas, day care centre,

posbindu, panti tresna, sasana tresna wreda, serta panti peristirahatan perlu ditingkatkan
mutunya dan dikembangkan dengan prasarana lain.
Prasarana pelayanan tingkat masyarakat
Pelayanan rumah dan masyarakat (home and community care).
Penyuluhan lansia di bidang sosial, hukum, kesehatan, spiritual dalam kelompok pengajian,
clan persekutuan doa.
Pelayanan rekreasi.
Home help service, home help care.
Home nursing.
Klub olahraga, perkumpulan stroke, diabetes melitus, hemodialisa, bernyanyi,dan hotline
service.
Community option prograrn.
Continuum of care: extended, acute, ambulatory, home care, outreach, welness and health
promotion, housing.
Day care center, adult day care pada prasarana kesehatan dan sosial. Hal yang didapatkan
pada prasarana ini adalah perawatan, bantuan pada ADL, pelayanan pribadi, makanan,
konsultasi gizi, rekreasi dan olahraga bersama, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,
rehabilitasi fisik, orientasi realita dan senam otak, pengobatan okupasi, konseling keluarga,
pelayanan sosial, bantuan transportasi, kegiatan keagamaan, serta pelayanan khusus sesuai
dengan kebutuhan anggota.
Prasarana pelayanan tingkat dasar
Tim utama pemberi pelayanan kesehatan (primary health care team)
Dipimpin oleh dokter terlatih clan terampil.
Tim terdiri atas dokter, perawat pengunjung rumah, dan petugas sosial.
Deteksi dini.
Observasi langsung oleh perawat pengunjung rumah dan petugas puskesmas.
Penyuluhan kesehatan.
Rujukan ke dokter spesialis penyakit dalam, psikiatri, dan psikogeriatri.
Prasarana pelayanan tingkat I dan II
Pelayanan rumah sakit untuk lansia dan rumah sakit geriatri meliputi acute assesment ward,
rehabilitation service, continuing care facilities, konsultasi, dan pelayanan rehabilitasi
penderita rawat jalan.
Geriatric day hospital meliputi kegiatan seperti day care yang berlokasi di rumah sakit serta
rujukan dari bangsal dan bagian rawat inap.
Penginapan/asrama (hospice/hostel) meliputi pelayanan per-sonal care, health care,
pemberian makanan, mencuci, aktivitas sosial, rekreasi, dukungan sosial, kunjungan teratur,
dan mencukur rambut.
Kawasan lansia (retirernent villages/elderly villages) meliputi pelayanan oleh rmrsing
home, apotek, toko, serta bank.
4. Pelayanan
Perlu juga diperhatikan tren yang kini berlangsung di negara-negara lain dalam
penyelenggaraan pelayanan lansia.

Pelayanan institusi mengarah ke pelayanan rumah.


Institutional care Home-based care
Pelayanan baku mengarah ke pelayanan yang disesuaikan kebutuhan lansia.
Standardized service Tailored services
Jadwal kaku mengarah ke jadwal lentur sesuai kebutuhan lansia.
Rigid time table Flexible client centered
Pelayanan sendiri-sendiri mengarah ke pelavanan terpadu.
Independnlt service Coordimzted service
Lansia pasif dalam pelayanan mengarah ke lansia aktif dalam pelayanan.
Clier.t/passive recipients Active individual
5. Keterpaduan
Agar kegiatan pelayanan yang dilakukan petugas pada prasarana yang ada berhasil guna dan
berdaya guna, maka mutlak dilakukan suatu keterpaduan, baik dari aspek petugas, tempat,
waktu, biaya, pesan, serra dalam manajemen kegiatan.
Keterpaduan dalam aspek petugas
Petugas diWformasikan mengenai adanya kegiatan pada sektor lain.
Pelatihan petugas dalam menyampaikan pesan terpadu.
Petugas sektor diperkenankan bertugas pada prasarana dari sektor lainnva.
Keterpaduan dalam aspek tempat. Suatu tempat yang telah disepakati dan dapat dipergunakan
sektor lainnya, seperti: posbindu lansia, ruang rapat kecamatan, puskesmas, panti tresna
wreda, serta sasana tresna wreda.
Keterpaduan dalam aspek wakta.a. Waktu disepakati sebagai sektor untuk melaksanakan
kegiatan terpadu, misalnya setiap Minggu atau setiap Kamis.
Keterpaduan dalam aspek biaya. Perlu keterbukaan dari setiap sektor.
Keterpaduan dalam aspek pesan. Perlu disusun bersama dan disepakati oleh masing-masing
sektor terkait.
Keterpaduan dalam aspek manajemen
Pertemuan koordinasi dalam perencanaan.
Iertemuan koordinasi dalam pelaksanaan.
Pertemuan koordinasi dalam penilaian.
Supervisi berkala oleh anggota tim.
6. Pendidikan dan pelatihan
Untuk memahami sebaik-baiknya bentuk dan jenis pelayanan, maka Tiap petugas dan instansi
serta anggota masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan pelayanan pada lansia perlu
dipersiapkan. Sebaiknya melalui pendidikan dan pelatihan, baik di dalam maupun luar negeri,
seperti:
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan terhadap lansia;
Pengenalan masalah;
Penyusunan program;
Pelayanan yang diselenggarakan berbagai sektor terhadap lansia;
Keterpaduan;

Konseling;
Azaz pendekatan, serta tren pelayanan lansia;
Membina kelompok lansia;
Berpikir kreatif;
Menjual ide atau pemasaran sosial;
Menyampaikan pesan terpadu;
JPKM;
Gerontologi;
Geriatri;
Penyakit lansia utama (geriatric problem);
Pengobatan;
Rujukan;
Day hospital;
Day care;
Organisasi lansia;
Networking;
Komunikasi dengan generasi muda;
Perundang-undangan;
Pelayanan terhadap lansia di dalam clan luar negeri;
Pencatatan dan pelaporan;
Menghadiri seminar lansia.

Anda mungkin juga menyukai