Anda di halaman 1dari 2

Tujuan

Memisahkan pewarna dan indikator berdasarkan kepolaran terhadap eluen dan menentukan faktor
retensi dari setiap komponen.

Definissi kromatografi

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan
antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen yang terdapat dalam larutan. Di
dalam laboratorium kimia, kromatografi dapat digunakan sebagai teknik analisis baik kualitatif
maupun kuantitatif. Fase diam berupa padatan atau cairan yang diletakkan pada permukaan fase
pendukung, sedangkan fase gerak berupa gas atau cairan. Kromatografi dapat dimanfaatkan dalam
bidang bioteknologi, bidang klinik, bidang forensik dan dalam bidang lingkungan( Rubiyanto, D.
(2016). Teknik Dasar Kromatografi. Yogyarkata : Deepublish.

Dalam kromatografi dikenal istilah faktor retensi yang dapat dilambangkan Rf. Rf dapat
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh
pelarut. Nilai Rf sangat karakteristik pada senyawa tertentu dan karena itu dapat digunakan
untuk mengidentifikasi perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai nilai
Rf yang lebi besar memiliki kepolaran yang lebih rendah. Begitu juga dengan senyawa yang
mempunyai nilai Rf yang lebih kecil memiliki kepolaran yang lebih tinggi. Hal itu dikarenakan
fase diam bersifat polar, sehingga senyawa yang lebih polar akan menempel lebih kuat pada
fase diam dan dapat menghasilkan nilai Rf yang rendah. Jika noda sudah terlihat maka dapat
dihitung nilai Rf.. Ada 7 faktor yang dapat mempengaruhi nilai Rf yaitu pertama, struktur
kimia senyawa yang dipisahkan. Hal ini berikatan erat dengan banyak atau sedikitnya pori,
luas dan vlume porinya sebagai kemampuan mengadsorbi adsorbsen. Kedua, sifat dari
adsorben dan derajat aktivitasnya. Perbedaan adsorben juga dapat menentukan nilai Rf,
sehingga seua komponen dalam sistem kromatografi lapis lapis harus diperlakukan sama.
Ketiga, tebal serta kerataan permukan adsorben. Tebal atau tidaknya permukaan adsorben
oengaruhnya tidak terlalu besar terhadap nilai Rf. Pelat yang memiliki ketealan yang
berbeda akan menyebabkan kesulitan dalam menentukan titik tengah noda sebagai batas
penentu jarak. Keempat, kemurnian pelarut. Kemurnian pelarut. Untuk mencapai proses
elusi yag sempurna pelarut harus murni, jika pelarut tidak murni dapat dikatakan pemisahan
tidak sempurna. Kelima derajat kejenuhan uap pelarut. Derajat kejenuhan uap pelarut
sanagt mempengaruhi pergerakan pada fase gerak. jika kejenuhan uap pelarut kurang, maka
fase gerak akan bergerak lebih cepat dan begitu juga sebaliknya. Keenam, jumlah sampel.
jumlah sampel juga harus diperhatikan. Jumlah sampel yang berlebihan dapat membentuk
noda yang melebar, sehingga akan kesulitan untuk menentukan titik tengahnya. Ketujuh,
temperatur. Temperatur dapat mempengaruhi kerja eluen, oleh karena itu temperatur yang
digunakan harus rendah sehingga eluen tidak mudah menguap ( Vitha, M. F.
(2016). Chromatography: principles and instrumentation . New Jersey : John Wiley
& Sons.
Pada percobaan ini digunakan pewarna merek koepoe-koepoe dan indikator metil
merah serta eluen yang digunakan bersifat polar Pada pewarna orange terbentuk dari
komponen merah dan kuning yang artinya pewarna orange merupakan pewarna
sekunder. Komponen merah merupakan ponceau 4R yang dapat memberikan warna
merah hati, sedangkan komponen kuning merupakan kuning FCF yang dapat
memberi warna kuning. Pada komponen kuning memiliki nilai Rf sebesar 0,073
dengan jarak tempuh komponen 0,4 cm dari titik, sedangkan komponen merah
memiliki nilai Rf sebesar 0,272 dengan jarak tempuh 1,5 cm dari titik. Berdasarkan
data percobaan didapat bahwa komponen merah memiliki jarak tempuh lebih besar
daripada kuning. Dapat disimpulkan bawah komponen merah lebih polar daripada
kuning sehingga komponen merah memiliki ikatan yang kuat dengan eluen yang
mengakibatkan kompnen merah memiliki jarak tempuh yang lebih jauh. Berdasarkan
literatur bahwa sifat kelarutan yang dimiliki oleh eluen dan pewarna merupakan
faktor yang mempengaruhi nilai Rf (Zumdahl, S. S., & Zumdahl, S. A. (2011). Lab
Manual. Belmont: Cengage Learning).
Kepolaran pada metil orange paling rendah karena sifat eluen polar bersifat nonpolar

Anda mungkin juga menyukai