Anda di halaman 1dari 20

A.

KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan fungsi ginjal progresif yang
ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik,
cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Bayhakki,
2013).
Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan
ireversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang mengakibatkan uremia atau
azotemia (Wijaya dan Putri, 2017).

2. ETIOLOGI
1. Penyakit infeksi tubulointerstitial: Pielonefritis kronik atau refluks nefropati.
2. Penyakit peradangan: Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif: Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis maligna,
Stenosis arteria renalis.
4. Gangguan jaringan ikat: Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan congenital dan herediter: Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal.
6. Penyakit metabolik: Diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik: Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah.
8. Nefropati obstruktif: Traktus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma,
fibrosis, retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi prostat, striktur
uretra, anomaly congenital leher vesika urinaria dan uretra).

3. TANDA DAN GEJALA


1. Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema periorbital, friction
rub pericardial, pembesaran vena leher, gagal jantung kongestif, perikarditis,
disritmia, kardiomiopati, efusi pericardial, temponade pericardial.
2. Gejala dermatologis/system integumen : gatal-gatal hebat (pruritus), warna kulit
abu-abu, mengkilat dan hiperpigmentasi, serangan uremik tidak umum karena
pengobatan dini dan agresif, kulit kering, bersisik, ecimosis, kuku tipis dan rapuh,
rambut tipis dan kasar, memar (purpura).
3. Manifestasi pada pulmoner yaitu krekels, edema pulmoner,sputum kental dan
liat,nafas dangkal, pernapasan kusmaul, pneumonitis
4. Gejala gastrointestinal : nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada
mulut, anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa
kecap logam dalam mulut, kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap,
parotitis dan stomatitis, peritonitis, konstipasi dan diare, perdarahan darisaluran
gastrointestinal.
5. Perubahan musculoskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, kulai
kaki (foot drop).
6. Manifestasi pada neurologi yaitu kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi,
kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada tungkai kaki, perubahan tingkah
laku, kedutan otot, tidak mampu berkonsentrasi, perubahan tingkat kesadaran,
neuropati perifer.
7. Manifestasi pada system repoduktif : amenore, atropi testikuler, impotensi,
penurunan libido, kemandulan
8. Manifestasi pada hematologic yaitu anemia, penurunan kualitas trombosit, masa
pembekuan memanjang, peningkatan kecenderungan perdarahan.
9. Manifestasi pada system imun yaitu penurunan jumlah leukosit, peningkatan
resiko infeksi.
10. Manifestasi pada system urinaria yaitu perubahan frekuensi berkemih, hematuria,
proteinuria, nocturia, aliguria.
11. Manifestasi pada sisitem endokrin yaitun hiperparatiroid dan intoleran glukosa.
12. Manifestasi pada proses metabolic yaitu peningkatan urea dan serum kreatinin
(azotemia), kehilangan sodium sehingga terjadi : dehidrasi, asidosis,
hiperkalemia, hipermagnesemia dan hipokalsemia.
13. Fungsi psikologis yaitu perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan
proses kognitif.
STADIUM GAGAL GINJAL KRONIK
a. Tahap I : kerusakan ginjal dengan GFR normal arau meningkat, GFR > 90
ml/menit/1,73 m.
b. Tahap II : penurunan GFR ringan, GFR 60-89 ml/menit/1,73 m.
c. Tahap III : penurunan GFR sedang yaitu 30-59 ml/menit/1,73 m.
d. Tahap IV : penurunan GFR berat yaitu 15-29 ml/menit/1,73 m.
e. Tahap V : gagal ginjal dengan GFR < 15 ml/menit/1,73 m

4. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab pada akhirnya
akan terjadi kerusakan nefron. Bila nefron rusak maka akan terjadi penurunan laju
filtrasi glomerolus dan terjadilah penyakit gagal ginjal kronik yang mana ginjal
mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan dan fungsi non-eksresi. Gangguan
fungsi non-eksresi diantaranya adalah gangguan metabolism vitamin D yaitu tubuh
mengalami defisiensi vitamin D yang mana vitamin D bergunan untuk menstimulasi
usus dalam mengabsorpsi kalsium, maka absorbs kalsium di usus menjadi berkurang
akibatnya terjadi hipokalsemia dan menimbulkan demineralisasi ulang yang akhirnya
tulang menjadi rusak. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai factor penting dalam
stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk
hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen oleh
hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka tubuh akan mengalami keadaan lemas
dan tidak bertenaga.
Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang
berfungsi.penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi dengan memeriksa clerence
kretinin urine tamping 24 jam yang menunjukkan penurunan clerence kreatinin dan
peningkatan kadar kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat megakibatkan
edema, CHF dan hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitasbaksis rennin
angiostenin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan
garam mengakibatkan resiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare 20
menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk. Asidosis
metabolic akibat ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+ ) yang berlebihan.
Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH3
- ) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3 - ). Penurunan eksresi fosfat dan asam
organic yang terjadi.
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami
perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari saluran pencernaan.
Eritropoietin yang dipreduksi oleh ginjal menstimulasi sumsum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah dan produksi eritropoitein menurun sehingga
mengakibatkan anemia berat yang disertai dengan keletihan, angina dan sesak nafas.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolism. Kadar
kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya
meningkat maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui
glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar
serum kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi
parahhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons
normal terhadap peningkatan sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang
menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang.

5. KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebihan.
2. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiostensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinalakibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisis.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal dan peningkatan kadar
alumunium.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kreatinin plasma meningkat, karena penurunan laju filtrasi glomerulus.
2. Natrium serum rendah / normal.
3. Kalium dan fosfat meningkat.
4. Hematokrit menurun pada animia Hb : biasanya kurang dari 7-8 gr/dl.
5. GDA : PH : penurunan asidosis matabolik (kurang dari 7,2).
6. USG ginjal.
7. Pielogram retrograde.
8. Arteriogram ginjal.
9. Sistouretrogram.
10. EKG.
11. Foto rontgen.
12.SDM waktu hidup menurun pada defisiensi eritopoetin.
13.Urine :
Volume : oliguria, anuria
Warna : keruh.
Sedimen : kotor, kecoklatan.
BD : kurang dari 1,0125.
Klerin kreatinin menurun.
Natrium : lebih besar atau sama dengan 40 m Eq/L.
Protein : proteinuria.

7. PENATALSANAAN

1.Penatalaksanaan untuk mengatasi komplikasi


a. Hipertensi diberikan antihipertensi yaitu Metildopa (Aldomet), Propanolol
(Inderal), Minoksidil (Loniten), Klonidin (Catapses), Beta Blocker, Prazonin
(Minipress), Metrapolol Tartrate (Lopressor).
b. Kelebihan cairan diberikan diuretic diantaranya adalah Furosemid (Lasix),
Bumetanid (Bumex), Torsemid, Metolazone (Zaroxolon), Chlorothiazide
(Diuril).
c. Peningkatan trigliserida diatasi dengan Gemfibrozil.
d. Hiperkalemia diatasi dengan Kayexalate, Natrium Polisteren Sulfanat.
e. Hiperurisemia diatasi dengan Allopurinol.
f. Osteodistoofi diatasi dengan Dihidroksiklkalsiferol, alumunium hidroksida.
g. Kelebihan fosfat dalam darah diatasi dengan kalsium karbonat, kalsium asetat,
alumunium hidroksida.
h. Mudah terjadi perdarahan diatasi dengan desmopresin, estrogen
i. Ulserasi oral diatasi dengan antibiotic.

2.Intervensi diet yaitu diet rendah protein (0,4-0,8 gr/kgBB), vitamin B dan C, diet
tinggi lemak dan karbohirat

3.Asidosis metabolic diatasi dengan suplemen natrium karbonat.


4.Abnormalitas neurologi diatasi dengan Diazepam IV (valium), fenitonin
(dilantin).

5.Anemia diatasi dengan rekombion eritropoitein manusia (epogen IV atau SC 3x


seminggu), kompleks besi (imferon), androgen (nandrolan dekarnoat/deca
durobilin) untuk perempuan, androgen (depo-testoteron) untuk pria, transfuse
Packet Red Cell/PRC.

6.Cuci darah (dialisis) yaitu dengan hemodialisa maupun peritoneal dialisa.


7.Transplantasi ginjal.

8. PENCEGAHAN

Mengatasi penyakit yang dapat meningkatkan risiko terkena gagal ginjal kronis,
seperti diabetes dan darah tinggi, adalah cara paling utama yang bisa dilakukan agar
terhindar dari penyakit ini. Sedangkan pada penderita, upaya pencegahan agar gagal
ginjal kronis tidak bertambah buruk meliputi:
 Menjaga berat badan ideal.
 Menghentikan kebiasaan merokok, karena kebiasaan ini dapat memperburuk
kondisi ginjal.
 Mengikui petunjuk dokter dalam mengatur pola makan dan mengonsumsi obat.
 Hindari konsumsi obat pereda nyeri golongan OAINS yang dapat memperburuk
kondisi ginjal.
9. PATHWAY

Penyakit dari ginjal : Penyakit dari luar ginjal : DM,


Glomerunefritis, hipertensi,kolestrol,
pyelonephritis, ureteritis, dll dyslipidemia

Gagal Ginjal
Kronik

Retensi Cairan, Peningkatan Peradangan pada


natrium aktivasi permiabel intra mukosa saluran GI
RAA vaskuler oleh urea yg
berlebihan

Penumpukan Filtrasi cairan ke


Cairan intertisial
Pemecahan urea
oleh bakteri

Dyspnea, odema Peningkatan


pulmonary, efusi volume cairan
pleura ekstra sel
Pe
ammonia

Edema
Ketidak efektifan
Pola Nafas
Mual,
Kelebihan volume muntah
cairan
Penerunan
eritropoetin
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Defesiensin utrisi

Anemia

Intoleransi Aktifitas
10. DIAGNOSA MEDIS
Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD)

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

a. Demografi Tingkungan yang tercemar oleh timah, cadmium, merkuri, kromium


dan sumber air tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal kronik, kebanyakan
menyerang umur 20-50 tahun, jenis kelamin lebih banyak perempuan,
kebanyakan ras kulit hitam.

b. Riwayat penyakit dahulu Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan,


vaskuler hipertensif, gangguan saluran penyambung, gangguan kongenital dan
herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik dan neropati obstruktif.

c. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit


metabolik, riwayat menderita penyakit gagal ginjal kronik.

d. Pola kesehatan fungsional


1. Pemeliharaan kesehatan
Penggunaan obat laksatif, diamox, vitamin D, antacid, aspirin dosis tinggi,
personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan tinggi kalsium,
purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum suplemen, control tekanan
darah dan gula darah tidak teratur pada penderita tekanan darah tinggi dan
diabetes mellitus.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, intake cairan inadekuat,
peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi),
nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia),
penggunanan diuretic, demam karena sepsis dan dehidrasi.
3. Pola eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen
kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatsan gerak sendi.
5. Pola istirahat dan tidur Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot,
perubahan tingkat kesadaran, nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki
(memburuk pada malam hari), perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah,
penglihatan kabur, kejang, sindrom “kaki gelisah”, rasa kebas pada telapak
kaki, kelemahan khusussnya ekstremitas bawah (neuropati perifer), gangguan
status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.
7. Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak, ansietas,
takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian, kesulitan
menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran.
8. Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi testikuler.

e. Pengkajian fisik

1. Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.


2. Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.
3. Pengukuran antropometri : beratbadan menurun, lingkar lengan atas (LILA)
menurun.

4. Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia,
pernapasan kusmaul, tidak teratur.

5. Kepala
a. Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema
periorbital.
b. Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
c. Hidung : pernapasan cuping hidung
d. Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah serta
cegukan, peradangan gusi.

6. Leher : pembesaran vena leher.


7. Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan
kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction
rub pericardial.

8. Abdomen : nyeri area pinggang, asites.


9. Genital : atropi testikuler, amenore.
10. Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta
tipis, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop,
kekuatan otot.

11. Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau
hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura),
edema.

f. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang

1. Urine
a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine

tidak ada.

b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus,

bakteri, lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.

c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010


menunjukkan kerusakan ginjal berat)

d) Klirens kreatinin, mungkin menurun

e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu

mereabsobsi natrium.

f) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan

kerusakan glomerulus.

2. Darah
a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb

biasanya kurang dari 7-8 gr

b) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti

azotemia.

c) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi

karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan


amonia atau hasil akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2
menurun.

d) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai

perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan)

e) Magnesium fosfat meningkat

f) Kalsium menurun

g) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat


menunjukkan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan,
penurunan pemasukan atau sintesa karena kurang asam amino esensial.

h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama

dengan urin.

3. Pemeriksaan radiologik
a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan

bladder/KUB): menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan


adanya obstruksi (batu).

b) Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi

ekstravaskuler, masa

c) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung kemih,

refluks kedalam ureter dan retensi.

d) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa,

kista, obstruksi pada saluran perkemuhan bagian atas.

e) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk

menentukan seljaringan untuk diagnosis hostologis.

f) Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan

pelis ginjal (keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif).

g) Elektrokardiografi/EKG: mingkin abnormal menunjukkan

ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.

h) Fotokaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan, dapat

menunjukkan demineralisasi, kalsifikasi.


i) Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi

ginjal, ukuran dan bentuk ginjal.

j) CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti

penyebararn tumor).

k) Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi struktur

ginjal, luasnya lesi invasif ginjal

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet


berlebihan dan retensi cairan dan natrium.

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


inadekuat, mual, muntah, anoreksia, pembatasan diet dan penurunan membrane
mukosa mulut.

c) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan penurunan ekspansi paru


sekunder terhadap adanya edema pulmoner dan asites.

d) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi


ke jaringan.

e) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan


mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik,
gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi toksik, kalsifikasi
jaringan lunak.

f) Perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan fisiologis seperti


akumulasi toksin (urea, amonia)

g) Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi toksik dalam


kulit dan gangguan turgor kulit, gangguan status metabolik.

h) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk


sampah dan prosedur dialisis.
i) Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan perawatan penyakit gagal ginjal
kronik berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi dan
kurangnya informasi.

10. INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine dan


retensi cairan dan natrium.
a. kaji status cairan
 Timbang berat badan harian
 Keseimbangan masukan dan haluaran.
 Turgor kulit dan adanya edema.
 Tekanan darah, denyut dan irama nadi.
b. batasi masukan cairan
c. identifikasi sumber potensial cairan, medikasi dan cairan yang digunakan
untuk pengobatan, oral dan intravena
d. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.
e. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan

2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


inadekuat, mual, muntah, anoreksia.

a. Kaji status nutrisi


 perubahan berat badan

 pengukuran antropometrik

 nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein, transferin dan


kadar besi).

b. Kaji pola diet dan nutrisi pasien


 riwayat diet
 makanan kesukaan

 hitung kalori.

c. Kaji faktor-faktor yang dapat merubah masukan nutrisi:


 Anoreksia, mual dan muntah

 Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien

 Kurang memahami diet.

d. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.


e. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium, diantara
waktu makan.

f. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal


dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.

g. Sediakan jadwal makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjurkan untuk
memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium atau kalium.

h. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan.


i. Timbang berat badan harian.

j. Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat

 pembentukan edema

 penyembuhan yang lambat

 penurunan kadar albumin

3.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi


ke jaringan sekunder terhadap penurunan COP.
a. Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit dan dasar kuku.
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
c. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat
sesuai dengan indikasi.
d. Kolaborasi untuk pemberian O2
e. Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (hemoglobin).

4.Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru.


a. Kaji fungsi pernapasan klien, catat kecepatan, adanya gerak, dispnea,
sianosis, dan perubahan tanda vital.

b. Catat pengembangan dada dan posisi trakea


c. Kaji klien adanya keluhan nyeri bila batuk atau nafas dalam.
d. Pertahankan posisi nyaman misalnya posisi semi fowler
e. Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (elektrolit)
f. Kolaborasikan pemeriksaan analisa gas darah dan foto thoraks

g. Kolaborasikan pemeriksaan oksigen


5.Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbang an cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik,
gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit).

a. Auskultasi bunyi jantung dan paru, evaluasi adanya edema perifer atau
kongesti vaskuler dan keluhan dispnea, awasi tekanan darah, perhatikan
postural misalnya: duduk, berbaring dan berdiri.

b. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi dan beratnya.


c. Evaluasi bunyi jantung akan terjadi friction rub, tekanan darah, nadi perifer,
pengisisan kapiler, kongesti vaskuler, suhu tubuh dan mental,
d. Kaji tingkat aktivitas dan respon terhadap aktivitas.
e. Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium yaitu kalium.
f. Berikan obat anti hipertensi sesuai dengan indikasi.

6.Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi toksik dalam


kulit dan gangguan turgor kulit (uremia)

a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor dan perhatikan adanya


kemerahan, ekimosis, purpura.

b.Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.


c. Inspeksi area tubuh terhadap edema.
d.Ubah posisi dengan sering menggerakkan klien dengan perlahan, beri
bantalan pada tonjolan tulang.

e. Pertahankan linen kering, dan selidiki keluhan gatal.


f. Pertahankan kuku pendek
7.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialisis.
a. Kaji faktor yang menyebabkan keletihan
 anemia
 ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 retensi produk sampah
 depresi
b. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
d. Anjurkan untuk beristirahat setelah dislisis.

8.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

sekunder terhadap adanya edema pulmoner.


a. Kaji fungsi pernapasan klien, catat kecepatan, adanya gerak, dispnea,
sianosis, dan perubahan tanda vital.
b. Auskultasi bunyi nafas
c. Catat pengembangan dada dan posisi trakea
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Selemba Medika
Herdmand.T, Heather dan Kamitsuru, Shigemi. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan
defenisi dan klarifikasi. Edisi 11. Jakarta : EGC
Heardman. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. EGC: Jakarta
Huddak and Gallo 2010, Fahmi 2016. Pengaruh Self Management Dietary Counseling Terhadap
Self Care Dan Status Cairan Pada Pasien Hemodialisa, Tesis, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Joy et al (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishig
McAlexcander 2016,Faruq 2017, Upaya Penurunan Volume Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronis, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sudoyo et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing
Suharyanto, T. Madjid A, 2009.Asuhan Keperewatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan . Jakarta: Penerbit Trans Info Media
Syaifudin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keparawatan &
Kebidanan Ed 4 Jakarta: EGC
Wijaya dan Putri. 2017. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Teori dan Contoh
Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Wilson 2012, Fahmi 2016. Pengaruh Self Management Dietary Counseling Terhadap Self Care
Dan Status Cairan Pada Pasien Hemodialisa, Tesis, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai