Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lila Laura Yovitha

NPM : 1815012023
Mata Kuliah : Kota dan Permukiman

Permasalahan Permukiman di Kota Surabaya

Menurut Budiharjo (1991: 61-67), masalah permukiman manusia merupakan masalah


yang pelik karena didasarkan atas faktor-faktor penyebab yang saling berkaitan tumpang tindih
di dalamnya. Permukiman tidak hanya sebagai tempat atau hunian untuk manusia yang memiliki
aspek fisik dan teknis saja tetapi juga aspek sosial, ekonomi, dan budaya dari para penghuninya.
Menurut Jurnal mengenai Penataan Permukiman di Kawasan Segiempat Tunjungan Kota
Surabaya yang membahas tentang Permukiman kumuh, ada banyak faktor penyebab terjadinya
permukiman kumuh di Segiempat Tunjungan seperti kawasan pusat kota yang tidak teratur
berdampak pada permukiman penduduk dan estetika kota, pemanfaatan lahan yang tinggi,
kondisi sarana prasarana yang kurang memadai seperti jaringan jalan yang tidak berpola,
permasalahan air bersih yang kurang lancar, dan drainase yang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya serta system persampahan yang belum dikelola dengan maksimal.
Pada pembahasan yang lebih spesifik lagi, dikatakan bahwa terdapat 82 rumah berlantai 1
dan 10 rumah berlantai dengan akulasi total 92 rumah pada permukiman Segiempat Tunjangan.
Bangunan-bangunan yang ada pada permukiman ini belum memiliki aspek pencahayaan yang
ideal akibat padatnya bangunan.
Sarana yang terdapat di permukiman tersebut cukup lengkap akan tetapi ketersediaan
RTH yang sangat minim sekali di permukiman tersebut memberi dampak seperti banjir saat
musim hujan dan udara yang kotor. Prasarana tidak terlalu menjadi persoalan dari kumuhnya
kondisi permukiman. Selanjutnya adalah keberadaan air bersih. Air bersih sebanyak 93%
tersedia oleh jaringan PDAM, dan penggunaan sumur hanya tersisa 2% saja. Namun walau
begitu, tidak lancarnya pen-distribusian air bersih menjadi masalah permukiman ini.
Drainase menjadi tombak masalah utama di keseluruhan kawasan permukiman ini. Setiap
hujan akan muncul genangan yang berlangsung selama 1 sampai 2 jam setelah hujan reda.
Drainase yang tidak menampung air hujan dengan baik mengakibatkan adanya genangan yang
merata.
Dari faktor-faktor di atas, solusi yang bisa ditawarkan antara lain adalah dengan
memanfaatkan lahan yang tersisa semaksimal mungkin untuk dibangunnya ruang terbuka hijau
ataupun ruang terbuka non hijau, perubahan intensitas bangunan sehingga terciptanya pelebaran
jalan di setiap lingkungannya, penataan jaringan air bersih lebih diarahkan lagi dengan tujuan
meningkatkan pelayanan PDAM, memperbaiki system persampahan yang ada dengan cara
pengambilan sampah yang dilakukan setiap pagi pada setiap hari, penataan kondisi bangunan,
dan yang terpenting adalah sosialisasi terhadap masyarakat guna memaksimalkan peningkatan
masyarakat untuk menjaga kawasan segiempat tanjungan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Dyah, Ratih Wahyu, Eddi, Fadly. 2012. “

PENATAAN PERMUKIMAN DI KAWASAN SEGIEMPAT TUNJUNGAN KOTA SURABAYA”.


https://www.google.com/search?
q=jurnal+tentang+permasalahan+permukiman+perkotaan&oq=jurnal+&aqs=chrome.1.69i57j69i59l2j0l2
j69i60l3.6448j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8. Diakses tanggal 26 februari 2020 pukul 09:16 WIB

Anda mungkin juga menyukai