Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

Disusun oleh :

1. Sugiharti (22020170010)
2. Meta Ariana (22020170011)
3. Novia Kusuma Dewi (22020170012)
4. Naeli Muna (22020170013)
5. Puput Rizqiatun Nisa (22020170014)
6. Wijiati (22020170020)
7. Munifah (22020170023)
8. Fifi Nur Laeli (22020170026)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
April 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya makalah
Asuhan Kebidanan pada remaja. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu
tugas kami dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Remaja & Perimenopause.

Kami berterima kasih kepada Ibu Diah Andriani K,M.Keb selaku dosen mata kuliah
Asuhan Kebidanan Pada Remaja dan Perimenopause yang telah memberikan arahan serta
bimbingan. Kami menyadari bahwasahnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, sangatlah kami harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang.

Dan semoga bermanfaat.

Tegal, 27 April 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER COVER ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ............................................................................................4
2. Rumusan Masalah .......................................................................................5
3. Tujuan .........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
1. Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Pada Pubertas .................................... 6
2. Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja .................................................... 8
3. Ciri Perkembangan Remaja......................................................................10
4. Klasifikasi Usia Remaja .......................................................................... 11
5. Perubahan Fisik Pada Remaja .................................................................12
6. Perubahan Kejiwaan/Psikologi Pada Masa Remaja ................................14
7. Konsep Perencanaan Keluarga ................................................................15
8. Konsep Dasar Kesehatan Reprodusi Dan Keluarga Berencana .............. 17
9. Pemeriksaan Fisik Pada Remaja Dan Anamnesis Riwayat Mentruasi ... 21
10. Melakukan Promosi Dan Edukasi Dalam Bidang Kesehatan
Reproduksi Remaja ................................................................................. 24
11. Evidence Based ( Asuhan Berbasis Bukti ) Terkait Remaja ................... 26

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ................................................................................... 29
2. Penutup .......................................................................................... 29

Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa
yang ditandai dengan berbagai perubahan baik fisik, psikis, maupun sosial. Berbagai
perubahan tersebut dapat menimbulkan persoalan-persoalan yang kemungkinan dapat
mengganggu perkembangan remaja selanjutnya. Diantara persoalan tersebut yang dihadapi
remaja adalah masalah kesehatan reproduksi. Menurut beberapa penelitian yang dihimpun
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dari waktu ke waktu ternyata
permasalahan kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja semakin meningkat baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Berbagai jenis Penyakit Menular Seksual (PMS) makin
banyak terjadi pada remaja. Bahkan perilaku seksual berisiko pun makin sering dilakukan
oleh para remaja dan sangat disayangkan tidak sedikit remaja yang melakukan tindakan
aborsi atau pengguguran kandungan.
Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of
enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau
Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan,
dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari
Promosi Kesehatan.
Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas,
sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan. Visi, misi dan strategi tersebut sejalan dan bersama program kesehatan
lainnya mengisi pembangunan kesehatan dalam kerangka Paradigma Sehat menuju Visi
Indonesia Sehat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) : Pengertian edukasi menurut KBBI
yaitu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan diri melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, dan cara mendidik.
Evidence-based (EB)adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti
ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam
prakteknya, EB memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti
4
ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya. Pengertian lain dari evidence based adalah
proses yang digunakan secara sistematik untuk menemukan, menelaah/me-review, dan
memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep kesehatan reproduksi remaja?
2) Bagaimana konsep perencanaan keluarga ?
3) Bagaimana evidence based pada asuhan remaja ?

3. Tujuan
1) Untuk mengetahui Konsep kesehatan reproduksi remaja
2) Untuk mengetahui konsep perencanaan keluarga
3) Untuk mengetahui evidence based pada asuhan remaja

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Pubertas


a. Pengertian Pubertas
Pubertas adalah proses kematangan dan pertumbuhan yang terjadi ketika
organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul
(Wong, et al. 2009 p.585). Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih.
Dikatakan transisi karena pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak
dengan masa remajadan dikatakan tumpang tindih karena beberapa ciri biologis-
psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga
dimilikinya. Jadi masa puber meliputi tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan awal
masa remaja. Menjelang anak matang secara seksual, ia masih disebut “anak puber”,
begitu matang secara seksual ia disebut “remaja” atau “remaja muda” (Al Mighwar,
2006, p.70). Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika
minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang
menjadi pusat pikirannya (Zulkifli, 2005, p.70).
Al-Mighwar (2006, p.20) menjelaskan masa puber terjadi secara bertahap, yaitu :
1. Tahap Prapubertas
Tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau dua terakhir masa
kanak-kanak. Pada masa ini anak dianggap sebagai ”prapuber”, sehingga ia tidak
disebut seorang anak dan tidak pula seorang remaja. Pada tahap ini, ciri-ciri seks
sekunder mulai tampak, namun organ-organ reproduksinya belum berkembang
secara sempurna.
2. Tahap Puber
Tahap ini disebut juga tahap matang, yaitu terjadi pada garis antara masa kanak -
kanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria kematangan seksual mulai
muncul. Pada anak perempuan terjadi haid pertama dan pada anak laki - laki
terjadi mimpi basah pertama kali. Dan mulai berkembang ciri - ciri seks sekunder
dan sel - sel diproduksi dalam organ - organ seks.

6
3. Tahap Pascapuber
Pada tahap ini menyatu dengan tahun pertama dan kedua masa remaja. Pada tahap
ini ciri -ciri seks sekunder sudah berkembang dengan baik dan organ-organ seks
juga berfungsi secara matang.
Wong, et al (2009 p.585) mengatakan bahwa pubertas dibagi atas tiga tahap yaitu:
1) Prapubertas Yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak
pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan
seksual.
2) Pubertas Merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan
keluarnya darah menstruasi pertama kali pada remaja putri sedangkan pada
remaja putra indikasi seksualitasnya kurang jelas.
3) Pascapubertas Merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika
pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksinya terbentuk dengan
cukup baik.
b. Penyebab Perubahan Pada Masa Pubertas
Usia mulainya pubertas dan perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai
faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Faktor terpenting tampaknya adalah
kesehatan umum individu (Henderson, 2005 p.3).
Santrock (2003, p.84) mengemukakan berbagai riset menemukan bahwa
sebelum anak matang secara seksual, pengeluaran hormon seks jarang terjadi. Akan
tetapi, dengan semakin meningkatnya jumlah hormon yang dikeluarkan, struktur dan
fungsi organ-organ seks akan semakin matang. Hubungan yang erat antara kelenjar
pituitary yang ada pada dasar otak telah terbentuk dengan gonad atau kelenjar seks.
Jadi ada tiga hal yang menjadi penyebab masa puber, yaitu :
a) Peran kelenjar pituitary
Kelenjar pituitary memproduksi dua hormon, yaitu hormon pertumbuhan yang
berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, hormon gonadotropik yang
merangsang gonad untuk meningkatkan aktivitasnya. Sebelum datangnya masa
puber, jumlah hormon gonadotropik bertambah secara bertahap, demikian pula
kepekaan gonad terhadap hormon gonadotropik. Dalam keadaan itulah terjadinya
perubahan-perubahan masa puber.

7
b) Peranan Gonad
Seiring pertumbuhan dan perkembangan gonad, bertambah besarlah organ-organ
seks, yaitu ciri-ciri seks primer dan fungsinya pun menjadi matang. Begitu pula
ciri-ciri seks sekunder seperti berkembangnya rambut kemaluan.
c) Interaksi kelenjar pituitary dan gonad
Hormon yang telah diproduksi gonad, yang telah dirangsang oleh hormon
gonadotropik yang diproduksi oleh kelenjar pituitary, kemudian bereaksi terhadap
kelenjar ini dan secara berangsur-angsur mengakibatkan penurunan jumlah
kromosom hormon pertumbuhan yang diproduksi sehingga menjadikan proses
pertumbuhan terhenti. Interaksi antara hormon gonadotropik dan gonad terus
berlangsung sepanjang kehidupan reproduksi individu, kemudian berkurang
secara perlahan saat wanita mendekati menopause.
Wong, et al (2009 p.585) mengatakan bahwa secara umum peristiwa pubertas
disebabkan oleh pengaruh hormon dan dikendalikan oleh kelenjar hipofisis
anterior (adenohiposis) sebagai respons terhadap stimulasi dari hipotalamus.
Stimulasi gonad memiliki fungsi ganda, yaitu:
a. Produksi dan pelepasan gamet produksi sperma pada pria dan kematangan
serta pelepasan ovum pada wanita
b. Sekresi hormon seks yang sesuai, yaitu estrogen dan progesteron dari ovarium
(wanita) dan testosteron dari testis (pria).

2. Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak
semata-mata bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
serta sosial-kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki
informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada
disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan
tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi (Depkes RI, 2003).
a. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu
diarahkan pada masa remaja, yang ditandai dengan terjadi peralihan dari masa anak
menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam
waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan

8
berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik mampu
melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat mempertanggungjawabkan
akibat dari proses.
b. Alasan Pelaksanaan Program KRR
Masa remaja ditandai pula dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri
seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi juga mengalami perkembangan dan
pada akhirnya akan mengalami kematangan. Pada masa pubertas, hormon-hormon
yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik atau tubuh juga
mempengaruhi dorongan seks remaja.
Remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam
dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk
mendapatkan kepuasan seksual. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan
psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi
baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku
seksual individu remaja tersebut (Waspodo, 2005).
Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah
dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan.
Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi
dengan aman secara fisik. Usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20–30
tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada bermacam-macam. Misalnya, sebelum
wanita berusia 20 tahun secar fisik kondisi organ reproduksi seperti rahim belum
cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu,
secara mental pada umur ini wanita belum cukup matang dan dewasa.
c. Landasan hukum yang dipergunakan sebagai dasar dalam pembinaan KRR adalah:
a) UU no. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,
b) UU no. 10 tahun 1992 tentang Pengembangan Kependudukan dan Keluarga
Sejahtera,
c) UU no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,
d) Instruksi Presiden RI no. 2 tahun 1989 tentang Pembinaan Kesejahteraan Anak,
e) Instruksi Presiden RI no. 3 tahun 1997 tentang Penyelenggaraan Pembinaan dan
Pengembangan Kualitas Anak,
f) Keputusan Menkes no. 433/MENKES/SK/VI/1998 tentang Pembentukan Komisi
Kesehatan Reproduksi.

9
d. Sasaran
a) Sasaran utama: kelompok remaja berusia 10–19 tahun di sekolah maupun di luar
sekolah.
b) Sasaran sekunder: orang tua, keluarga yang mempunyai anak remaja,
guru/pamong belajar, organisasi pemuda, pemimpin agama.
c) Sasaran tersier: petugas kesehatan, petugas lintas sektoral, LSM, organisasi
masyarakat.
e. Ruang Lingkup Program KRR
Secara garis besar ruang lingkup program KRR meliputi:
a) Perkembangan seksualitas dan resiko (termasuk pubertas, anatomi dan fisiologi
organ reproduksi dan kehamilan tidak diinginkan) dan penundaan usia kawin,
b) Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS,
c) Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya),
d) Masalah-masalah remaja yang terkait dengan dampak dari resiko TRIAD KRR
seperti: kenakalan remaja, perkelahian antar remaja dan lain-lain.

3. Ciri Perkembangan Remaja


a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami
masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan
dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-
kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas,
keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan
tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai
yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha
untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena
sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak
orang tua menjadi takut.

10
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang
kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang
lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-
cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan
didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam
memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan. Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja,
kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan
dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.

4. Klasifikasi Usia Remaja


Batasan usia remaja dan klasifikasinya menurut (Soetjiningsih, 2004), yakni:
a. Masa remaja awal /dini (Early adolescence) umur 11 – 13 tahun.
b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14 -16 tahun.
c. Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17 – 21 tahun.
Klasifikasi Remaja menurut Sarwono (2000) mengatakan ada tiga tahap
perkembangan remaja yaitu:
a. Remaja awal (usia 11-14 tahun)
b. Remaja pertengahan (usia 15-17 tahun)
c. Remaja akhir (usia 18-21 tahun).
Meninjau dari klasifikasi usia remaja menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa remaja awal berusia 11-14 tahun, remaja tengah usia 15-17 tahun dan remaja akhir
usia 18-21 tahun.

5. Perubahan Fisik Pada Remaja


Memasuki usia remaja, beberapa jenis hormon terutama hormon esterogen dan
progesteron mulai berperan aktif sehingga pada anak perempuan mulai tumbuh payudara,
pinggul melebar dan membesar sehingga tidak terlihat seperti anak kecil lagi. Disamping
itu, akan mulai tumbuh rambut-rambut halus di daerah ketiak dan kemaluan. Perubahan
lainnya antara lain tubuh bertambah berat dan tinggi, produksi keringat bertambah, kulit

11
dan rambut berminyak. Perubahan tersebut termasuk ke dalam ciri-ciri kelamin sekunder.
Sedangkan untuk ciri-ciri kelamin primer ditandai dengan mulai berfungsinya organ
reproduksi baik laki-laki maupun perempuan. Pada perempuan, ciri-ciri kelamin primer
ditandai dengan datangnya menarche (Proverawati & Misaroh, 2009).
Menarche merupakan suatu tanda mendasar yang membedakan antara pubertas pria
dan wanita. Terjadinya menarche pada wanita menjadi suatu tanda awal mulai
berfungsinya organ reproduksi. Keluhan-keluhan yang dirasakan pada saat
menarcheumumnya sama dengan saat haid biasa. Selama 2 hari sebelum menstruasi
dimulai, banyak wanita yang merasa tidak enak badan, pusing, perut kembung, letih atau
kadang merasa tekanan pada bagian pinggul. Gejala tersebut umumnya akan hilang ketika
darah menstruasi sudah keluar dengan lancar (Aryani, 2010).
Gejala awal menarche umumnya tidak berbeda dengan gejala menjelang menstruasi
yang sudah rutin terjadi setiap bulan. Namun, ada juga beberapa dari remaja putri yang
tidak merasakan gejala apapun menjelang menarche. Gejala menjelang menstruasi terjadi
hampir di seluruh bagian tubuh, dan berbagai sistem dalam tubuh, antara lain adanya rasa
nyeri di payudara, sakit pinggang, pegal linu, perasaan seperti kembung, muncul jerawat,
perasaan lebih sensitive, mudah marah, dan kadang timbul perasaan malas (Sukarni &
Wahyu, 2015).
Berbagai perubahan fisik selama pubertas bersamaan dengan terjadinya menarche
meliputi thelarche, adrenarche, dan pertumbuhan tinggi badan lebih cepat. Thelarche
merupakan perkembangan payudara yang disebabkan oleh sekresi hormon esterogen yang
mendorong terjadinya penimbunan lemak di jaringan payudara. Sedangkan adrenarche
merupakan perkembangan rambut pada aksila dan pubis yang terjadi karena sekresi
androgen adrenal pada masa pubertas. Kemudian diikuti dengan pertumbuhan tinggi
badan yang cepat, karena dipengaruhi oleh growth hormone, estradicl, dan insulin like-
growth factors (IGF-1) atau somatomedin-C (Sukarni & Wahyu, 2015).
Berikut ini akan dijelaskan beberapa perkembangan fisik berdasarkan pendapat
Elizabeth B.Hurock bahwa yang terjadi selama masa remaja tersebut:
a. Perubahan tubuh selama masa remaja
a) Perubahan eksternal
• Tinggi badan. Rata – rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang
antara usis 17 tahun dan 18 tahun dan rata – rata anak laki – laki kira – kira
setahun sesudahnya. Anak yang pada masa bayi diberi imunisasi biasanya
lebih tinggi dari usia ke usia, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi

12
imunisasi, yang karena itu lebih banyak menderita sakit sehingga cenderung
memperlambat pertumbuhan.
• Berat badan Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan
perubahan tinggi. Tetapi berat badan sekarang tersebar ke bagian – bagian
tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak atau tidak mengandung
lemak sama sekali.
• Proporsi tubuh Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan
tubuh yang baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga anggota
badan tidak lagi kelihatan terlalu pangjang.
• Organ seks Baik organ seks pria maupun organ seks wanita, mencapai ukuran
yang matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai
beberapa tahun kemudian.
• Ciri – ciri seks sekunder Ciri – ciri seks sekunder yang utama berada pada
tingkat perkembangan yang matang pada akhir masa remaja.
b) Perubahan Internal
• Sistem pencernaan Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau
berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot – otot
diperut dan dinding – dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih kuat, hati
bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
• Sistem peredaran darah Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia
17 tahun atau 18 tahun beratnya 12 kali berat pada waktu lahir. Panjang dan
tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan
bilamana jantung sudah matang.
• Sistem pernafasan Kapasitas paru – paru anak perempuan hampir matang pada
usia 17 tahun, anak laki – laki mencapai tingkat kematangan beberapa tahun
kemudian.
• Sistem endokrin Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber
menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin pada
awal masa puber. Kelenjar – kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi,
meskipun belum mencapai ukuran matang sampai akhir masa remaja atau
awal masa dewasa.
• Jaringan tubuh Perkembangan kerangka berhenti rata – rata pada usia delapan
belas. Jaringan, selain tulang, terus berkembang sampai tulang mencapai
ukuran matang, khususnya bagi perkembangan jaringan otot.

13
6. Perubahan Kejiwaan/Psikologi Pada Masa Remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu
masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Pertumbuhan pada tahun – tahun awal masa puber terus berlangsung tetapi
berjalan agak lambat. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang
sudah terbentuk pada masa puber. Oleh karena itu, perlu dicari keterangan lain yang
menjelaskan ketegangan emosi yang sangat khas pada usia ini.
Sikap, perasaan atau emosi seseorang telah ada dan berkembang semenjak ia bergal
dengan lingkungannya. Timbulnya sikap, perasaan atau emosi itu (positif atau negatif)
merupakan produk pengamatan dari pengalaman individu secara unik dengan benda-
benda fisik lingkungannya, dengan orang tua dan saudara-saudara, serta pergaulan sosial
yang lebih luas. Sebagai suatu produk dari lingkungan (lingkungan internal dan eksternal)
yang juga berkembang, maka sudah tentu sikap, perasaan/emosi itu juga berkembang.
Bentuk-bentuk emosi yang sering nampak dalam masa remaja awal antara lain adalah
marah, malu, takut, cemas, cemburu, iri-hati, sedih, gembira, kasih sayang dan ingin tahu.
Dalam hal emosi yang negatif, umumnya remaja belum dapat mengontrolnya dengan
baik. Sebagai remaja dalam bertingkah laku sangat dikuasai oleh emosinya.
Elizabeth B. Hurlock berpendapat bahwa: Pemuda remaja dapat menghilangkan
“unek-unek” atau kekuatan-kekuatan yang ditimbulkan oleh emosi yang ada dengan cara
mengungkapkan hal-hal yang menimbulkan emosi-emosi itu dengan seseorang yang
dipercayainya. Menghilangkan kekuatan-kekuatan emosi terpendam tersebut disebut juga
“emotional catharsis”.
Cara-cara yang dapat ditempuh dalam usaha menemukan dan membongkar kekuatan
emosi yang terpendam itu dapat dilakukan dengan cara bermain, bekerja, dan lebih baik
lagi adalah dengan mengatakannya kepada seorang yang dapat menunjukkan gambaran
masalah-masalah yang dihadapi remaja yang bersangkutan. Peranan pendidik, guru
terutama konselor sangat penting dalam hal ini, sebab mereka dapat melakukannya
dengan penerimaan dan pemahaman dalam membantu kegiatan “emotional catharsis”
tersebut.

14
7. Konsep Perencanaan Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara
(Abu&Nur, 2001: 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk
adari dua kata yaitu kawula dan warga. Didalam bahasa Jawa kuno kawula berarti
hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga
adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan
sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan dirinya juga
merupakan bagian dari warga yang lainnya secara keseluruhan.
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang
tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan
darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya.
Adapun ciri-ciri umum keluarga yang dikemukakan oleh Mac Iver and Page
(Khairuddin, 1985: 12), yaitu:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang
sengaja dibentuk dan dipelihara.
c. Suatu sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan. Ketentuan-
ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota anggota kelompok yang
mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak.
d. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok kelompok
keluarga.
b. Perencanaan Keluarga
Merencanakan dan mengatur keluarga adalah soal kemanusiaan yang sekarang ini
sedang diusahakan pelaksanaannya oleh pemerintah dan rakyat Indonesia. Kalau
pembangunan itu adalah pembangunan manusia, makakelahiran manusia itupun harus
diatur. Pengaturan itu harus diadakan, agar supaya kenaikan produksi tidak
dikalahkan oleh kenaikan kelahiran anak. Hal yang ditakutkan itupun terjadi pada
masa sekarang ini, dimana kelahiran anak mengalahkan kenaikan produksi terutama
produksi pangan. Di samping itu pertumbuhan penduduk yang tidak disertai dengan

15
pertumbuhan yang cukup dalam produksi nasional dapat juga menimbulkan berbagai
masalah yang berkaitaan dengan kurangnya fasilitas pendidikan, kurangnya
penyediaan makanan, pelayanan kesehatan, kesempatan kerja, dan lain sebagainya.
Usaha perencanaan keluarga harus dilakukan sedemikian rupa supaya tidak
bertentangan dengan hukum yang berjalan dinegeri ini, juga tidak bertentangan
dengan ajaran agama yang merupakan sumber rasa susila dan rasa peri kemanusiaan.
Ini semua harus diatur oleh pemerintah dan harus didukung pula oleh segenap rakyat.
Suksesnya suatu program dalam hal ini program keluarga berencana, tergantung dari
aktif atau tidak aktifnya partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program tersebut.
Langkah-langkah dalam perencanaan keluarga :
1. Merencanakan Usia Pernikahan
Rencana pernikahan idealnya sudah dipersiapkan mandiri sejak remaja. Oleh
karena itu, faktor terpenting yang menentukan keberhasilan implementasi
keluarga berencana adalah kemampuan keluarga dan anggota keluarga dalam
merencanakan kehidupan di semua tahapannya: mulai dari kesehatan reproduksi
remaja, merencanakan berkeluarga, merencanakan kehamilan dan jaraknya,
merencanakan pola asuh anak, dan merencanakan kehidupan hari tua.
Jadi kesadaran untuk merencanakan masa depan keluarga sudah harus diketahui
dan dilakukan sejak remaja. Remaja yang sadar untuk berencana akan menjaga
pergaulannya dan menghindari perilaku berisiko.
2. Membina Hubungan antar pasangan dengan keluarga lain, dan kelompok sosial
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, selalu membutuhkan orang lain
dan tidak bisa hidup sendiri. Karena itu dasar perencanaan keluarga membutuhkan
hubungan antar pasangan dengan keluarga lain dan kelompok sosial. Setelah
mendapatkan pasangan, kita harus bisa menyesuaikan dengan keluarganya, juga
kelompok sosial yang dikenal pasangan.
Pembangunan keluarga dilakukan melalui pendekatan siklus hidup manusia, yaitu
mulai dari peningkatan kualitas anak, remaja, lansia, sampai dengan peningkatan
kualitas lingkungan keluarga. Terbangunnya ketahanan keluarga remaja dan
kualitas remaja dalam menyiapkan kehidupan berkeluarga akan menjadi pondasi
keluarga yang berkualitas di masa depan
3. Merencanakan kelahiran anak pertama persiapan menjadi orangtua
Membicarakan keluarga berencana pada remaja bukan hal yang tabu. Jadi tak ada
salahnya jika remaja bertanya dan diberikan jawaban yang benar. Karena pra

16
konsepsi atau proses perencanaan kehamilan mestinya dilakukan saat remaja.
Bahkan dari masa pubertas. Bukan cuma untuk perempuan tetapi laki-laki juga.
Karena sel sprema dan sel telur sudah ada setelah pubertas.
4. Mengatur jarak kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi
Mengingat salah satu fungsi keluarga adalah memberikan anak kesempatan hidup
dalam keluarga yang lengkap fungsinya, maka perencanaan kehamilan adalah
kewajiban suami istri. Perencanaan kehamilan bisa dimulai dengan memahami
kehamilan berisiko tinggi.

8. Konsep Dasar Kesehatan Reprodusi Dan Keluarga Berencana


a. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan sosial
secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang
berkaitan dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan
social dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal
yang berkaitan dengan system reproduksi dan fungsi serta proses (ICPD, 1994).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan
fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
spiritual yang memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN,1996).
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan
alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan
persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother
Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (IBG.
Manuaba, 1998).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup
fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang
aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).

17
b. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi yang
menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang
bermutu, aman dan dapat dipertanggung jawabkan, dimana peraturan ini juga
menjamin kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga mampu melahirkan
generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada penurunan Angka
Kematian Ibu. Didalam memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi ada dua tujuan
yang akan dicapai, yaitu tujuan utama dan tujuan khusus.
1. Tujuan Utama
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada
perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan
sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi
dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan
kualitas kehidupannya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya.
b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan
kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan
pasangan dan anak- anaknya.
d. Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang
berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan
pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan
reproduksi secara optimal.
c. Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus Hidup Perempuan
Konsep Kesehatan Reproduksi Menggunakan Pendekatan Siklus Kehidupan
perempuan (life-cycle-approach) atau pelayanan kesehatan reproduksi dilakukan sejak
dari janin sampai liang kubur (from womb to tomb) atau biasa juga disebut dengan
“Continuum of care women cycle“. Kesehatan reproduksi menggunakan pendekatan
sepanjang siklus kehidupan perempuan hal ini disebabkan status kesehatan
perempuan semasa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi kondisi kesehatan saat

18
memasuki masa reproduksi yaitu saat hamil, bersalin, dan masa nifas. Hambatan
sosial, budaya, dan ekonomi yang dialami sepanjang hidup perempuan merupakan
akar masalah yang mendasar yang menyebabkan buruknya kesehatan perempuan saat
hamil, bersalin, dan masa nifas. Tingkat pendidikan, kualitas dan kuantitas makanan,
nilai dan sikap, sistem kesehatan yang tersedia dan bisa diakses, situasi ekonomi, serta
kualitas hubungan seksualnya mempengaruhi perempuan dalam menjalankan masa
reproduksinya.
d. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi. Faktor-faktor
tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi, yaitu:
1. Faktor Demografis – Ekonomi
Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi yaitu kemiskinan,
tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual
dan proses reproduksi, usia pertama melakukan hubungan seksual, usia pertama
menikah, usia pertama hamil. Sedangkan faktor demografi yang dapat
mempengaruhi Kesehatan Reproduksi adalah akses terhadap pelayanan kesehatan,
rasio remaja tidak sekolah , lokasi/tempat tinggal yang terpencil.
2. Faktor Budaya dan Lingkungan
Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak
rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja
karena saling berlawanan satu dengan yang lain, pandangan agama, status
perempuan, ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal dan cara
bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung jawab
reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik
3. Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman sebaya (“peer
pressure“), tindak kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan dampak adanya
keretakan orang tua dan remaja, depresi karena ketidak seimbangan hormonal,
rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasan secara materi.
4. Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi atau cacat sejak
lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, keadaan gizi

19
buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya keganasan pada alat
reproduksi. Dari semua faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi diatas
dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan perempuan, oleh karena itu
perlu adanya penanganan yang baik, dengan harapan semua perempuan
mendapatkan hak-hak reproduksinya dan menjadikan kehidupan reproduksi
menjadi lebih berkualitas.
e. Beberapa Konsep Tentang Keluarga Berencana (KB)
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan
kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). KB merupakan tindakan membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara
kelahiran (Hartanto, 2004; 27). KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).
Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Di samping itu KB
diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia
yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program KB,
meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola
KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga
sejahtera (Handayani, 2010; 29).

9. Pemeriksaan Fisik Pada Remaja Dan Anamnesis Riwayat Mentruasi


a. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut hingga ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan bidan untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon terhadap
terapi yang telah diberikan. (potter, perry (2005)

20
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan kebidanan yang tepat bagi klien (dewi sartika 2010).
Remaja berasal dari bahasa latin (adolensence) yang berarti tumbuh atau tumbeh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak
mempunyai tempat yang jelasn karna tidak termasuk golongan anak tidak pula
termasuk dalam golongan dewasa atau tua seperti yang dikemukakan oleh Calon
(dalam monks dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi
atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan
21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.
b. Pemeriksaan fisik pada remaja
adapun teknik teknik pemeriksaan fisik yang digunakan untuk pemeriksaan fisik
adalah
a) inspeksi
b) palpasi
c) perkusi
d) auskultasi
c. Tujuan pemeriksaan fisik pada remaja
Secara umum pemeriksaan pada remaja bertujuan :
a) untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien
b) untuk menambah, mengkonfirmasi atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat kebidanan
c) untuk mengkonfimasi dan mengindentifikasi diagnosa kebidanan
d) untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaannya
e) untuk mengevaluasi hasil fisiologi dari asuhan
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat bagi bidan maupun bagi profesi
kesehatan yang lain, antara lain :
a) sebagai data untuk membantu bidan dalam menegakkan diagnosa kebidanan
b) mengetahui masalah kesehatan yang dialami klien
c) sebagai dasar untuk memilih intervensi kebidanan yang tepat

21
d) sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik, antara lain :
a) selalu meminta kesediaan/ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan
b) jagalah privasi pasien
c) pemeriksaan harus seksama dan sistematis
d) jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara
dan bagian tubuh mana yang akan diperiksa)
e) beri instruksi spesifik yang jelas

Langkah langkah pemeriksaan fisik antara lain :

a) prosedur pemeriksaan
b) pengukuran tanda vital
c) pemeriksaan tangan dan kuku
d) pemeriksaan kepala,wajah,mata,leher,telinga,hidung dan mulut
e) pemeriksaan dada dan punggung
f) pemeriksaan abdomen
g) pemeriksaan ekstermitas atas
h) ekstermitas bawah
i) pemeriksaan genetalia
d. Riwayat Menstruasi
a) Kapan haid pertama (menarche). Pubertas pada wanita merupakan tanda awal
matangnya organ reproduksi dan mencakup serangkaian peristiwa yang terjadi
selama 2-4 tahun termasuk peningkatan tinggi badan, perkembangan payudara,
tumbuhnya rambut kemaluan, dan onset menstruasi pertama kali. Umur rata-rata
menarche adalah 12-13 tahun dengan rentang 9-17 tahun, awalnya siklus
menstruasi biasanya anovulasi dan menstruasi terjadi pada interval yang tidak
teratur.
b) Periode menstruasi terakhir atau HPHT
c) Pola menstruasi dan gejala gejala terkait
• Lama Siklus. Lama siklus dihitung sejak pertama dari satu periode
menstruasi sampai hari pertama periode menstruasi berikutnya. Panjang
siklus rata-rata adalah 28 hari
• Durasi aliran Menstruasi. Menstruasi biasanya berlangsung selama 3-5 hari
dengan kisaran 1-7 hari
22
• Jumlah darah yang keluar
• Munculnya gejala premenstruasi
• Munculnya nyeri yang berhubungan dengan menstruasi
• Pendarahan tambahan

10. Melakukan Promosi Dan Edukasi Dalam Bidang Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan Reproduksi yaitu keadaan sehat baik secara fisik, psikis dan sosial yang
berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan agar
dapat bertanggung jawab dan menjaga dan memelihara organ reproduksi. Keadaan ini
harus disiapkan semenjak remaja agar ketika tumbuh dewasa mereka bisa mendapatkan
keadaan yang optimal dalam kesehatan reproduksi mereka.
Remaja dan penggunaan teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
pada jaman sekarang ini. Kondisi yang demikian dapat menjadi peluang petugas
kesehatan dalam rangka meningkatkan cakupan Program Kesehatan pada remaja terutama
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Selama ini, program kesehatan reproduksi
mempunyai cakupan yang masih rendah. Ketidaksesuaian media yang dipakai serta
program yang dirasa tidak sesuai dengan remaja menjadi hambatan yang cukup berarti
dalam pelaksanaan program.
Hal lain yang menjadi masalah di antaranya adalah belum adanya ruang kreasi khusus
yang sesuai dengan gaya remaja dan yang dikembangkan sesuai keinginan
remaja. Sebuah program kesehatan reproduksi haruslah memperhatikan keseuaian dan
ketersediaan media promosi kesehatan dan tidak hanya terbatas dalam bentuk leaflet,
perlu sebuah inovasi yang sesuai keinginan remaja dan dibuat dalam bentuk fun.
Pengembangan program dan media yang berkaitan kesehatan reproduksi remaja harus
sejalan dengan perkembangan teknologi yang dialami oleh para remaja dan keinginan
remaja dalam mengakses informasi kesehatan. Pengembangan program terutama untuk
remaja dibutuhkan suatu penilaian kebutuhan remaja terhadap materi dan media
informasi kesehatan untuk mendukung program dan mengurangi angka masalah
kesehatan remaja itu sendiri.
Tentunya bukan hal mudah dalam menilai kebutuhan remaja terkait dengan materi
kesehatan dan media informasi kesehatan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
remaja. Akan tetapi hal ini sanngat berguna dalam mendukung cakupan program yang
akan dikerjakan.

23
Sebagian besar remaja merasa sangat membutuhkan materi kesehatan remaja, oleh karena
itu dibutuhkan pendekatan Promosi Kesehatan. Hal ini bertujuan agar kita bisa
menguatkan remaja sebagai indivisu yang berpikir dan dapat mengambil keputusan merka
sendiri. Menguatkan mereka dari dalam akan membuat remaja menjadi individu yang
tegas dan tepat dalam memilih perilaku yang akan dilakukan. Remaja sebagai individu
dapat melakukan pengambilan keputusan oleh mereka yang hanya efektif jika
pengambilan keputusan dapat diambil di lingkungan yang mendukung keputusan itu.
Pengambilan keputusan yang tepat menempatkan remaja menjadi manusia yang
berperilaku sehat dan mampu mempertahankan tingkat kesehatan mereka. Hal itu dapat
dibantu dengan banyak hal, ada tiga hal dasar yang perlu dikuatkan yakni pendidikan,
pelayanan dan iklim lingkungan sosial serta organisasi yang mendukung.
Pendidikan bukanlah sekolah saja akan tetapi berhubungan antara kegiatan di dalam kelas
dan diperkuat dengan pendidikan luar kelas, pendidikan di luar kelas bisa berupa kegiatan
ekstrakurikuler maupun kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan nilai sekolah akan
tetapi dibutuhkan dalam penambahan kapasitas remaja. Untuk siswa yang mempunyai
pertanyaan dan masalah pribadi, sekolah dapat menyediakan konseling di dalam dan luar
sekolah dan rujukan ke pelayanan kesehatan dalam dan luar sekolah.
Program kesehatan reproduksi yang baik mampu menjawab pertanyaan dan kebutuhan
pribadi remaja sehingga permasalahan remaja dapat diselesaikan. Permasalahan remaja
dapat diatasi dengan menyediakan fasilitas, misalnya informasi kesehatan seksual di
sebuah kegiatan yang menyenangkan , sekolah, akses terhadap informasi yang cepat,
pelayanan konseling, dan juga menciptakan pihak yang dapat dipercaya untuk mengatasi
masalah mereka.
Program kesehatan reproduksi remaja harus menyediakan lingkungan yang mendukung.
Dukungan teman sebaya, rasa aman untuk berbagi dan juga rasa nyaman berada di dalam
sebuah intervensi program adalah sebuah keharusan dalam pengembangan sebuah
program intervensi terutama masalah kesehatan reproduksi remaja. Selain itu harus
diperhatikan kaitannya antara pendidikan dengan konseling dan pelayanan kesehatan di
dalam maupun luar sekolah, dan pelatihan atau kegiata yang melibatkan remaja.
Promosi kesehatan melihat kesehatan sebagai fungsi dari individu dan lingkungan di
mana mereka hidup di dalamnya. Pendekatan ekologis dari Promosi Kesehatan
menunjukkan relasi antara pengambilan keputusan pribadi dan kebijakan nasional,
dengan guru, administrasi sekolah, orang tua dan tokoh masyarakat, tenaga kesehatan,
dan penentu kebijakan sebagai pengambil keputusan pada tingkat yang berbeda.

24
Dalam pendekatan ini, perubahan perilaku dapat digunakan untuk mendukung tokoh
kunci di semua tingkatan agar membuat keputusan hidup sehat untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung dan memudahkan siswa sebagai sasaran utama dari tingkat
yang paling rendah. Selain itu remaja juga harus dilibatkan dalam program yang sesuai
untuk mereka. Program yang baik dapat membuat remaja merasa aman dan diperlakukan
secara serius. Program intervensi kesehatan reproduksi remaja seharusnya dapat
melakukan advokasi agar tercipta kebijakan yang mendukung. Pekerjaan terbesar dalam
sebuah program adalah mengaitkan pendidikan reproduksi dengan lingkungan yang
mendukung, mempermudah akses informasi yang benar untuk remaja, serta memberikan
rasa aman dan penuh kasih sayang.
Remaja bukan objek tetapi mereka juga manusia yang berpikir. Melibatkan mereka dalam
mengembangkan sebuah program dan menempatkan pendidikan kesehatan reproduksi
sebagai suatu hal yang sesuai dengan mereka, akan membuat remaja merasa nyama dalam
mempersiapkan diri mereka terutama masalah kesehatan reproduksi.

11. Evidence Based ( Asuhan Berbasis Bukti ) Terkait Remaja


a. Pengertian Evidence Based
Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence
Base dapat diartikan sebagai berikut, Evidt ence : Bukti, fakta sedangkan Base : Dasar, jadi
evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.
Pengertian Evidence Base menurut sumber lain: Evidence base adalah proses
sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil penelitian sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan klinis.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan
kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah
yang sistematis.

b. Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:

a) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti


ilmiah
b) Meningkatkan kompetensi (kognitif)

c) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan


asuhan yang bermutu
d) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien

25
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Evidence Based Pada Asuhan Remaja
Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktik kebidanan
dilakukan melalui suatu proses yang di sebut langkah-langkah atau proses manajemen
kebidanan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah :
a) Identifikasi dan analisis masalah
b) Diagnosa kebidanan
c) Perencanaan
d) Pelaksanaan
e) Evaluasi

Pada tahun 1997, Hellen Varney menyempurnakan proses 5 langkah tersebut


menjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap
yang bisa di aplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bisa
dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan
kondisi klien.

7 langkah manajemen kebidanan menurut Hellen Varney yaitu :

Langkah I : mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan


klien secara keseluruhan

Langkah II : menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah

Langkah III : mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi


penanganannya

Langkah IV : meentapkan kebutuhan akan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi,


dengan tenaga kesehatan lain, serta rujukan berdasarkan kondisi klien

Langkah V : menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah- langkah sebelumnya

Langkah VI : melaksanakan langsung asuhan secara efisien dan aman

26
Langkah VII : mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang
kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

27
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Konsep kesehatan reproduksi remaja adalah Upaya promosi dan pencegahan
masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja, yang ditandai
dengan terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan
dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dengan
berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat,
menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi
belum dapat mempertanggungjawabkan akibat dari proses.
Konsep perencanaan keluarga yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Di
samping itu juga diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber
daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan
menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Evidence based pada asuhan remaja adalah penerapan manajemen kebidanan dalam
bentuk kegiatan praktik kebidanan yang dilakukan melalui suatu proses yang di sebut
langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah : Identifikasi dan analisis
masalah, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

2. Saran
Sebagai tenaga kesehatan khusunya bidan, kita berfokus memberi asuhann
kepada ibu dan anak. Akan tetapi kita bukannya hanya fokus kepada kedua hal
tersebut, seiring perkembangan teknologi dan pendidikan bidan juga di tuntut mampu
memberikan asuhan kepada sepanjangan daur kehidupan perempuan. Dalam makalah
ini khususnya memberi asuhan kebidanan pada remaja. Serta bagaimana seorang
bidan harus mampu mempromosikan dan mengedukasi remaja.

28
Daftar Pustaka

Diakses secara online : Hurlock, Elizabet B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 2002

Diakses secara online : Rahayu, Atikah, Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Lansia,
(Surabaya : Airlangga University Press, 2012)

Diakses secara online : Ida, Sri Rahayu, Modul Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana, (Kemenkes, 2016)

29

Anda mungkin juga menyukai