Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “F”


DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT
PADA KASUS GASTRO ENTERITIS
DI RUANG ANAK KELAS III RSUD Dr SOEGIRI LAMONGAN

DOSEN MATA KULIAH :


Ns. MARDIANI, S.Kep., M.M.

NAMA : AISYAH RAHMADANI


NIM : P05120219048
KELAS : 1B
TK/SEMESTER : TK1/SEMESTER2
MAPEL : KEPERAWATAN DASAR

PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES
BENGKULU
2020

1
RESUME KEKURANGAN DAN KELEBIHAN CAIRAN

 KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Kebutuhan


cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan.
1. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang
berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau
kekurangan.
1. SistemTubuh Yang BerperanPada Kebutuhan
CairanDanElektrolit
a. Ginjal Ginjal merupakan organ yang memiliki peran
cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan
elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni
sebagai pengatur air,
b. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air diawali
oleh kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus
sebagai penyaringan cairan. Rata-rata setiap 1 liter
darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir
melalui glomerulus, 20% nya disaring ke luar.
c. Cairan yang tersaring, kemudian mengalir melalui
renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang
dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata
1 ml/kg/jam.
d. Kulit Kulit merupakan bagian penting dalam
pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur
panas yang disarafi oleh yasamotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriola kutan dengan cara
vasodilatasi dan vasokonstriksi. Banyaknya darah yang
mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit
mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan.
e. Paru-paru Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran
cairan dengan menghasilkan insensible water loss ±400
ml/hari.
2
f. Gastrointestinal Gastrointestinal merupakan organ
saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaranair.
g. ADH Hormone ini memilki peran meningkatkan
reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk
oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang
mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan
menurunkan cairan ekstrasel.
h. Aldosterone Hormone ini disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal dan berfungsi pada absorbsi
natrium. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh
adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan
system angiotensin renin.
i. Prostaglandin Prostaglandin merupakan asam lemak
yang terdapat pada jaringan yang berfungsi merespons
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus,
dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal,
asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi
ginjal.
j. Glukokortikoid Hormone ini berfungsi mengatur
peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi
retensi natrium.
2. Cara Perpindahan Cairan Tubuh
a. Difusi Difusi merupakan pencampuran kontinu beberapa molekul
di dalam cairan, gas, atau zat padat yang disebabkan oleh pergerakan
molekul secara acak. Misalnya, dua gas menjadi bercampur oleh
gerakan konstan dari molekulnya. Proses difusi terjadi bahkan jika
dua zat dipsahkan oleh sebuah membrane tipis. Di dalam tubuh,
difusi air, elektrolit , dan zat lain terjadi melalui “pori-pori celah”
membrane kapiler. Kecepatan difusi zat bervariasi sesuai dengan
1). Ukuran molekul Molekul yang lebih besar bergerak sedikit lebih
lambat dibandingkan dengan molekul kecil karena memerlukan
energi yang lebih besar untuk bergeerak.
2) Konsentrasi larutan
3) Suhu larutan. Peningkatan suhu tubuh meningkatkan
kecepatanpergerakan molekul.
b. Osmosis Osmosis adalah pergerakan air menembus membrane sel,
dari larutan yang berkonsentrasi rendah ke larutan yang yang
berkonsentrasi tinggi. Dengan kata lain, air bergerak menuju zat
terlarut yang berkonsentrasi lebih tinggi sebagai upaya untuk
menyeimbangkan konsentrasi. Di dalam tubuh, air merupakan zat
3
pelarut, zat terlarut terdiri atas elektrolit, oksigen, dan karbon
dioksida, glukosa, urea, asam amino dan protein.
c. Transport aktif Substansi dapat bergerak melintasi membrane
impermeable dari larutan berkonsentrasi rendah menuju larutan
berkonsentrasi tinggi melalui proses transport aktif. Berbeda denga
difusi atau osmosis, proses transport aktif memerlukan energy
metabolik.
d. Tekanan cairan Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya
tekanan cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotic,
yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik larutan
melalui membrane. Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi
dan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya
tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid).
e. Membran semipermeable Merupakan penyaring agar cairan yang
bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermeable terdapat
pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
3. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia Kebutuhan cairan
merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis.
Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan
hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan
bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh
berbeda berdasarkan usia. Presentase cairan tubuh bayi baru lahir
sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat
badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua
45% dari total berat badan. Selain itu, presentase jumlah cairan tubuh
yang bervariasi juga bergantung pada lemak dalam tubuh danjenis
kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuh lebih
besar. No Umur / BB (Kg) Kebutuhan cairan (mL/24 jam) 1. 3 hari/
3 kg 250-300 2. 1 tahun/ 9,5 kg 1150-1300 3. 2 tahun/11,8 kg 1350-
150 tahun/ 20 kg 1800-2000 5. 10 tahun/ 28,7 kg 2000-2500 6. 14
tahun/45 kg 2200-2700 7. 18 tahun/ 54 kg 2200-2700 4. Jenis Cairan
a. Cairan nutrient Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan
sebanyak 450 kalori setiap harinya. Cairan nutrient terdiri atas:
1) Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose
(fruktosa), invert sugar (½ dextrose dan ½ levulose).
2) Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
3) Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
b. Blood Volume Expanders Merupakan bagian dari jenis cairan
yang berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah setelah
kehilangan darah atau plasma.
4. Penghitungan cairan dan kalori pada anak, dewasa, dan lansia 6.
Penghitungan IWL pada anak, dewasa dan lansia a. Tehnik
4
Menghitung Balance Cairan (Anak) Menghitung Balance cairan anak
tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme,
menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995)
dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:
1.Usia Balita (1 - 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari Usia 5 - 7 tahun : 8 - 8,5
cc/kgBB/hari Usia 7 - 11 tahun : 6 - 7 cc/kgBB/hari Usia 12 - 14
tahun : 5 - 6 cc/kgBB/hari Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada
anak = (30 - usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari Jika anak
mengompol menghitung urine 0,5 cc - 1 cc/kgBB/hari
2. Penghitungan Balance Cairan Untuk Dewasa Input cairan: Air
(makan+Minum)= ......cc Cairan Infus = ......cc Therapi injeksi
= ......cc Air Metabolisme =.......cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan: Urine = ......cc Feses = .....cc(kondisi normal 1 BAB
feses = 100 cc) Muntah/perdarahan cairan drainage luka/ cairan NGT
terbuka = .....cc IWL = .....cc (hitung IWL= 15cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
5. Masalah kebutuhan cairan Gangguan/masalah dalam Pemenuhan
Kebutuhan Cairan a. Hipovolume Atau Dehidrasi Kekurangan cairan
eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Ada tiga macam kekurangan volume cairan
eksternal atau dehidrasi, yaitu:
1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan
elektrolitnya yang seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang
lebih banyak daripada elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan
elektrolitnya daripada air.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya :
1) Dehidrasi berat Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L Serum
natrium 159-166 mEq/L Hipotensi Turgor kulit buruk Oliguria Nadi
dan pernapasan meningkat Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
2) Dehidrasi sedang Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB
Serum natrium 152-158 mEq/L Mata cekung otot lemahsilau melihat
sinar Nadi cepat dan lemah Turgor kulit kering, membran mukosa
kering Pengeluaran urien berkurang Suhu tubuh meningkat
3) Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai 5%
BB atau 1,5 – 2 L. turgor kulit normal denyut jantung meningkat
mata terlihat cekung Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi
(Doenges & Sylvia Anderson):
a) Obat-obatan Antiemetik ( Untuk mengatasi muntah )
b) Obat-obatan anti diare Pengeluaran feces yang berlebihan dapat
diberikan obat-obat anti diare serta dapat diberikan oralit.

5
c) Pemberian air minum Pemberian air minum yang mengandung
natrium cukup memadai untuk mengatasi ketidakseimbangan yang
terjadi.
d) Pemberian cairan intravena
Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian
cairan intravena.Larutan garam isotonik (0,9%) merupakan cairan
infus terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati
normal, karena akan menambah volume plasma. Segera setelah
pasien mencapai normotensi, separuh dari larutan garam normal
(0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu
pembuangan produk- produk sisa metabolisme.
e) Pemberian bolus cairan IV Pemberian bolus cairan IV awal dalam
suatu uji beban cairan, untuk mengetahui apakah aliran kemih akan
meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal.
6. Hipervolume atau overhidrasi Terdapat dua manifestasi yang
ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu,
1) Hipervolume (peningkatan volume darah),
a) Overhidrasi adalah kelebihan cairan dalam tubuh. Penyebabnya
jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan. Ini terjadi
jika ada kerusakan di hipofise, jantung dan ginjal.
(1) Tanda dan gejala: sesak nafas, kekacauan mental, kejang dan
koma.
(2) Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonik
dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang
abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka
secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada
peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya
menyebabkan peningkatan air tubuh total.
(3) Penatalaksanaan : Diuretik, Dialisi atau hemofiltrasi
arteriovena kontinue: pada gagal ginjal atau kelebihan beban cairan.
Edema (kelebihan cairan pada interstisial). Oedema, peningkatan
berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat jantung gagal) nadi
kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit
lembab, takikardia, irama gallop, protein rendah, anemia, retensi air
yang berlebihan, peningkatan natrium dalam urin.
7. Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi
mempertahankan keseimbangankonsentrasi natrium dalam plasma
dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang
diserap kembali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga
mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh
darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau ke luar tubuh,
tetapi juga mengatur keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari

6
natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui
feses, keringat dan air mata.
8. Pengaturan Keseimbangan Kalium Kalium merupakan kation utama
yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal
dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulsu ginjal dan
sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur
keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). System
pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu:
1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan produksi aldosterone.
2) Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah
kalium yang dikeluarkan melalui ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan
ekstrasel menurun.
9. Pengaturan Keseimbangan Kalsium Kalsium dalam tubuh berfungsi
membentuk tulang, menghantarkan impuls kontraksi otot, koagulasi
(pembekuan) darah dan membantu beberapa enzim pancreas.
Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium
dalam tubuh diatur oleh hormone paratiroid dalam reabsorpsi tulang.
Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar paratiroid akan
merangsang pembentukan hormone paratiroid yang langsung
meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
10. Pengaturan Keseimbangan Klorida Klorida merupakan anion utama
dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak dapat ditemukan pada cairan
ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan
natrium, yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic
dalam darah. Hipokloremia merupakan siatu keadaan kekurangan
kadar klorida dalam darah, sedangkan hiperkloremia merupakan
kelebihan klor dalam darah. Normalnya, kadar klorida dalam darah
pada orang dewasa adalah 95-108 mEq/lt.
11.. Pengaturan Keseimbangan Magnesium Magnesium merupakan
kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua dalam cairan
intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid.
Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam
tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipmagnesium terjadi
bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/ltd dan
hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta seum meningkat
menjadi > 2,5 mEq/lt.
12. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat Bikarbonat merupakan
elektrolit utama larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.

7
13. Pengaturan Keseimbangan Fosfat Fosfat (PO4) bersama-sama
dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan tulang. Posfat diserap
dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
14. Jenis Cairan Elektrolit Cairan elektrolit adalah cairan saline atau
cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap dengan bermacam-
macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik
dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang
banyak dipergunakan. Contoh cairan elektrolit:
a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+ b. Cairan
Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3 c.
Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3 Jenis Cairan
Infus a. Asering Indikasi: Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis)
pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF),
luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma. Komposisi:
Setiap liter asering mengandung: 1) Na 130 mEq, 2) K 4 mEq, 3) Cl
109 mEq, 4) Ca 3 mEq Asetat (garam) 28 mEq Keunggulan:
1) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami gangguan hati
2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis
laktat lebih baik dibanding RL pada neonates
3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi dengan isofluran
4) Mempunyai efek vasodilator Pada kasus stroke akut, penambahan
MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
15.Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolism dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan
haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan
yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yan
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan
akibat peningkatan laju pernafasan dan aktivasi kelenjar keringat.
Iklim Normalnya, individu yan tinggal di lingkungan yang iklimnya
tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang
ekstrem melalui kulit dan pernafasan. Dalam situasi ini, cairan yang
keluar umumnya tidak dapat diobservasi sehingga disebut sebagai
kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss, IWL).
Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolism, dan usia. Individu yang tinggal di
lingkunan yang berrsuhu tinggi atau di daerah engan tingkat
kelembaban yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairan dan elektrolit.
. Diet Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit. Jika asupan makanan tidak adekuat atau tida seimbang,
8
tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan terlebih dahulu
memecah glikogen dan lemak. Kondisi ini mengakibatkan penurunan
kadar albumin. Dalam tubuh, albumin penting untuk
mempertahankan tekanan onkotik plasma. Jika tubuh kekurangan
albumin, tekanan onkotik plasma dapat menurun. Akibatnya, cairan
dapat berpindah dari intravaskuler ke interstisial sehingga terjadi
edema di interstisial.
. Stress Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Saat stress, tuubuh mengalami peningkatan
metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan
glkolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.
Di samping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi
hormone antidiuretic yang dapat mengurangi produksi urine.
.Penyakit Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan
cairan dan elektrolit dari sel/jaringan yang rusak (misalnya luka
robek atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga mengalami
peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan
16.cairan melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal
juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Sat aliran darh ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung
menurun, tubuh akan melakukan “penimbunan”cairan dan natrium
sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan
(hypervolemia). Lebih lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan edema
paru-paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang
cukup untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam
dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan
memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehinngga
produksi urine meningkat.

https://www.slideshare.net/chuliecsztstefa
nerszt/konsep-kebuhan-cairan-dan-
elektrolit
Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit adalah kondisi saat kadar elektrolit di dalam tubuh
seseorang menjadi tidak seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Ketidakseimbangan kadar elektrolit bisa menimbulkan berbagai gangguan pada
fungsi organ di dalam tubuh. Bahkan pada kasus yang berat, bisa
menyebabkan kejang, koma, dan gagal jantung.

9
Elektrolit adalah unsur alami yang dibutuhkan untuk menjaga organ-organ
tubuh agar berfungsi normal. Fungsi tubuh yang dipengaruhi elektrolit, antara
lain adalah irama jantung, kontraksi otot, dan fungsi otak.

Gejala Gangguan Elektrolit


Gangguan elektrolit ringan umumnya tidak menunjukkan gejala. Gejala akan
mulai terlihat pada kondisi gangguan yang semakin berat. Bahkan, gangguan
elektrolit yang tidak ditangani bisa menyebabkan kematian. Dianjurkan untuk
menemui dokter jika mengalami salah satu dari gejala berikut ini:

 Lemas
 Mual
 Muntah
 Detak jantung cepat
 Kram di perut dan otot
 Diare atau sembelit
 Kejang
 Sakit kepala
 Kesemutan
 Mati rasa

Penyebab Gangguan Elektrolit


Gangguan elektrolit umumnya disebabkan karena kehilangan cairan tubuh
melalui keringat berlebih, diare atau muntah yang berlangsung lama, atau
karena luka bakar. Obat-obatan yang dikonsumsi juga bisa menyebabkan
seseorang menderita gangguan elektrolit.
Penyebab dari gangguan elektrolit tergantung dari jenis elektrolit yang
terganggu. Misalnya, penyebab kekurangan fosfat akan berbeda dengan
penyebab kekurangan magnesium. Berikut ini akan dipaparkan berbagai jenis
elektrolit, juga penyebab kekurangan atau kelebihannya dalam tubuh.
Fosfat
Fosfat berfungsi untuk menguatkan tulang dan gigi, menghasilkan energi, dan
membentuk lapisan sel. Namun, jika kadar fosfat di dalam tubuh berlebihan
(hiperfosfatemia), maka bisa menimbulkan masalah pada otot dan tulang, serta
meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke. Hiperfosfatemia
umumnya disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

 Penggunaan obat pencahar (laksatif) yang mengandung fosfat secara


berlebihan.
 Komplikasi akibat pengobatan kanker (sindrom tumor lisis).
 Kelenjar paratiroid yang kurang aktif.
 Rendahnya kadar kalsium.
 Gagal ginjal kronis.
 Sesak napas.
 Cedera otot.

Sedangkan kekurangan fosfat (hipofosfatemia) dapat disebabkan oleh:


10
 Malnutrisi berat akibat anoreksia atau kelaparan.
 Komplikasi diabetes (ketoasidosis diabetik).
 Sindrom Fanconi.
 Kekurangan vitamin D.
 Kelenjar paratiroid yang terlalu aktif.
 Konsumsi alkohol berlebihan.
 Luka bakar tingkat berat.
 Diare kronis.

Hipofosfatemia juga bisa disebabkan oleh konsumsi obat tertentu, seperti zat
besi, niacin (vitamin B3), obat maag jenis antasida, diuretik, kortikosteroid,
bisfosfonat, acyclovir, paracetamol, dan obat asma.
Klorida
Klorida adalah elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH dalam
darah dan menyebarkan impuls saraf. Kelebihan klorida (hiperkloremia) bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis atau akut, gangguan pH darah (asidosis
metabolik atau alkalosis respiratorik), dan konsumsi acetazolamide jangka
panjang.
Sedangkan kekurangan klorida (hipokloremia) biasanya disebabkan oleh diare
atau muntah berkepanjangan, penyakit paru-paru kronis seperti emfisema,
gagal jantung, dan gangguan pH darah (alkalosis metabolik). Konsumsi obat
pencahar, diuretik, kortikosteroid, dan bikarbonat juga bisa menyebabkan
hipokloremia.
Sodium/Natrium
Natrium adalah elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan
tubuh dan membantu mengatur fungsi saraf dan kontraksi otot. Kondisi
kelebihan natrium (hipernatremia) dalam darah umumnya disebabkan oleh
kurangnya konsumsi air, dehidrasi berat, hilangnya cairan tubuh karena
demam, diare, muntah, penyakit pernapasan, keringat berlebihan karena
olahraga, dan konsumsi obat kortikosteroid.
Sedangkan kondisi kekurangan sodium (hiponatremia) biasanya disebabkan
oleh malnutrisi serta gangguan kelenjar tiroid, adrenal, dan hipotalamus.
Penyebab lainnya adalah gagal ginjal, gagal jantung, gagal hati, kecanduan
alkohol, serta konsumsi obat diuretik atau antikonvulsan.
Kalsium
Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi organ, saraf, otot, dan sel
tubuh. Kalsium juga berguna untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang.
Namun demikian, kelebihan kadar kalsium dalam darah (hiperkalsemia) bisa
menimbulkan masalah pada fungsi tubuh. Penyebab hiperkalsemia antara lain
adalah:

 Penyakit ginjal.
 Gangguan tiroid.
 Hiperparatiroidisme.
 Obat-obatan, seperti lithium, teofilin, dan diuretik.
 Penyakit paru-paru, seperti tuberkulosis (TBC) atau sarkoidosis.

11
 Beberapa jenis kanker, seperti kanker paru-paru dan kanker payudara.
 Konsumsi antasida atau suplemen vitamin D

Kekurangan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia) juga tidak baik bagi
kesehatan, karena dapat meningkatkan risiko terserang osteoporosis.
Penyebab hipokalsemia di antaranya adalah:

 Pankreatitis.
 Gagal ginjal.
 Kanker prostat.
 Kekurangan vitamin D.
 Obat-obatan, seperti heparin atau antikonvulsan.

Kalium/Potasium
Kalium berperan penting dalam mengatur fungsi jantung, serta menjaga fungsi
saraf dan otot. Kondisi kadar kalium berlebih (hiperkalemia) biasanya
disebabkan oleh gagal ginjal dan dehidrasi berat. Penggunaan obat diuretik dan
obat penurun tekanan darah, serta darah yang terlalu asam (asidosis) seperti
ketoasidosis diabetik, juga bisa menjadi penyebab hiperkalemia.
Sedangkan kondisi kekurangan kadar kalium (hipokalemia) umumnya
disebabkan oleh gangguan makan, dehidrasi, muntah, diare, dan penggunaan
obat pencahar, diuretik, atau insulin.
Magnesium
Magnesium adalah mineral penting yang berfungsi untuk mengatur fungsi saraf,
mengatur tekanan darah dan gula darah, menjaga kesehatan jantung,
menghasilkan energi bagi tubuh, dan menjaga kesehatan tulang. Kelebihan
kadar magnesium (hipermagnesemia) dapat menyebabkan otot menjadi lemah,
refleks lambat, mudah mengantuk, pusing, sakit kepala, mual, muntah, denyut
jantung lambat, napas lambat, dan pingsan. Hipermagnesemia bisa disebabkan
oleh:

 Overdosis suplemen kalsium.
 Gagal ginjal.
 Penyakit Addison.
 Hipotiroidisme
 Luka bakar.
 Obat-obatan, seperti lithium, antasida, dan obat pencahar (laksatif).

Sedangkan kekurangan magnesium (hipomagnesemia), dapat menyebabkan


seseorang mengalami tremor, kedutan otot, insomnia, kesemutan, mati
rasa, takikardia, bingung, dan kejang. Hipomagnesemia bisa disebabkan oleh:

 Gagal jantung.
 Malnutrisi.
 Keringat berlebih.
 Penggunaan diuretik, insulin, atau obat kemoterapi.
 Diare kronis.
 Kecanduan alkohol.

12
Faktor Risiko Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit bisa menyerang siapa saja, namun orang dengan kondisi di
bawah ini lebih rentan untuk mengalaminya. Di antaranya adalah:

 Gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia.


 Gangguan tiroid dan paratiroid.
 Gangguan kelenjar adrenal.
 Gagal jantung.
 Kecanduan alkohol.
 Luka bakar.
 Penyakit ginjal.
 Patah tulang.
 Sirosis.

Diagnosis dan Pengobatan Gangguan Elektrolit


Setelah menanyakan riwayat gejala yang dialami pasien, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik, terutama pemeriksaan untuk mengetahui refleks
tubuh pasien. Setelah itu, untuk mengukur kadar elektrolit, diambil sampel
darah. Selain pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan fungsi ginjal melalui sampel
darah dapat dilakukan.
Pengobatan pada pasien gangguan elektrolit tergantung pada jenis gangguan
yang dialami. Namun pada intinya, tujuan pengobatan adalah untuk
mengembalikan keseimbangan kadar elektrolit dalam tubuh.
Pemberian cairan infus yang mengandung natrium klorida bisa membantu
mengembalikan cairan tubuh dan elektrolit yang hilang akibat diare atau
muntah. Selain melalui infus, dapat diberikan suplemen yang mengandung
elektrolit yang dibutuhkan untuk meningkatkan elektrolit yang rendah.
Terkadang dibutuhkan obat-obatan untuk mengurangi jumlah elektrolit berlebih
di dalam darah, misalnya diberikan insulin saat terjadi hiperkalemia. Namun
yang paling penting adalah mengatasi penyebab dari gangguan elektrolit itu
sendiri.
Jika kondisi pasien tidak membaik, beberapa kondisi gangguan elektrolit
membutuhkan tindakan khusus, seperti hemodialisis (cuci darah) untuk
mengatasi kelebihan kalium dalam darah.

SITUS:https://www.alodokter.com/ganggua
n-elektrolit

13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “F”
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT
PADA KASUS GASTRO ENTERITIS
DI RUANG ANAK KELAS III RSUD Dr SOEGIRI LAMONGAN

1. PENGKAJIAN. Tanggal 3 Agustus 2005/ 09.00 WIB


1.1  Identitas
Nama klien                  : An “F”
Umur                           : 2 tahun
Jenis Kelamin              : Perempuan
Suku/ Bangsa              : Jawa / Indonesia
Alamat                        : Deket Wetan, RT 002/ 003 Deket, Lamongan
Nomor Register           : 017021
Diagnosa Medik          : GE + Dehidrasi
MRS                            : 2 Agustus 2005 / Jam 10.00 WIB
Penanggung jawab
Nama                           : Tn “S”
Umur                           : 35 tahun
Jenis Kelamin              : Laki-laki
Alamat                        : Deket Wetan, RT 002/ 003 Deket, Lamongan
Pekerjaan                     : Wiraswasta (Pedagang)
Penghasilan                 : Rp ± 600.000,- / bulan
Pendidikan                  : SMA (Tamat)
Suku / Bangsa             : Jawa / Indonesia
Hubungan dengan klien  : Ayah kandung

1.2  Keluhan Utama
Berak cair

1.3  Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu klien mengatakan klien berak cair 6 kali sehari dengan konsistensi cair,
warna kuning, bau khas. Bak 6 kali sehari warna kuning jernih sejak 3 hari yang
lalu, di sertai batuk dan pilek

1.4  Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu klien mengatakan klien tidak pernah sakit seperti ini

1.5  Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
DM, Hipertensi dan TBC.

1.6 Riwayat Prenatal, Natal dan Post natal


1.6.1 Prenatal
Ibu klien mengatakan selama hamil mendapat imunisasi TT 2 kali periksa di
Bidan setempat 4 kali tidak minum obat atau jamu
1.6.2 Natal
Ibu klien mengatakan hamil selama 9 bulan, lahir secara spontan, langsung
menangis dan di tolong oleh Bidan. Berat bayi lahir 2.800 g panjang 48 cm
1.6.3 Post natal

14
Ibu klien mengatakan klien merangkak umur 4 bulan, dapat duduk umur 7 bulan
dan belajar berjalan umur 12 bulan

1.7 Riwayat Tumbuh Kembang


Ibu klien mengatakan klien merangkak umur 4 bulan, dapat duduk umur 7 bulan
dan belajar berjalan umur 12 bulan

1.8 Riwayat Imunisasi


Ibu klien mengatakan klien mendapat imunisasi BCG 1, DPT 3, Polio, Campak
dan Hepatitis

1.9 Riwayat Psiko Sosial Spiritual


1.9.1 Psiko
Ibu klien mengatakan selama di Rumah Sakit anaknya sering menangis dan
rewel.
1.9.2 Sosial
Klien ditemani ibu dan ayahnya selama masuk rumah sakit
1.9.3 Spiritual
Ibu klien mengatakan berdo’a agar anaknya cepat sembuh.

1.10 Activity Daily Life


1.10.1 Pola Nutrisi
Sebelum sakit     : Ibu klien mengatakan klien makan 4 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk-
pauk dan sayur. Minum air putih 4-5 gelas/hari serta ASI
Selama MRS      : klien mendapatkan diet bubur halus 3 kali sehari habis ½ porsi tiap makan.
Minum air putih 1 gelas aqua/hari serta minum ASI.
Pola Eliminasi
Sebelum sakit     : Ibu klien mengatakan klien Bab 1 kali sehari warna kuning, konsistensi
lembek, bau khas. Bak 5 kali sehari warna kuning jernih.
Selama MRS      : Ibu klien mengatakan klien Bab 5 kali sehari warna kuning, konsistensi cair,
bau khas. Bak 5 kali sehari warna kuning jernih.
Pola Aktivitas
Sebelum sakit     : Ibu klien mengatakan klien dapat merangkak dan belajar berjalan
Selama MRS      : Ibu klien mengatakan klien hanya berbaring di tempat tidur
Pola Istirahat
Sebelum sakit     : Ibu klien mengatakan klien tidur siang mulai pukul 14.00-16.00 WIB dan tidur malam
mulai pukul 19.00 – 05.00 WIB nyenyak
Selama MRS      : Ibu klien mengatakan klien sulit tidur siang kalau tidur sering terbangun karena berak
cair.
                             Tidur malam mulai pukul 19.00- 05.00 WIB sering terbangun karena berak cair
Pola Eliminasi
sebelum sakit      : Ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali sehari memakai sabun dan menggosok gigi.
Selama MRS      : Ibu klien mengatakan klien hanya diseka 2kali sehari pagi dan sore.         
AN FISIK
saan Umum
ran                   : Composmetis
elum sakit        : 14 Kg
ma sakit          : 11 Kg
                        : 37³ °C
                       : 90 x/ menit

15
n darah             : 110/80 mmHg
                       : 32 x/ menit

saan Fisik
2.1 Kepala          : Rambut ikal, distribusi rata, kulit kepala bersih, rambut warna hitam, ubun-ubun besar
cekung.
2.2 Dahi             : Fringer print kembali dalam 2 detik
2.3 Mata             : Mata cowong, konjungtiva merah muda sklera putih
2.4 Hidung         : terdapat sekret kental warna putih, tidak ada sianosis
2.5 Mulut           : Bibir dan lidah kering, tidak ada caries gigi
2.6 Telinga         : Aurikula terbentuk, telinga bersih, tidak ada serumen maupun cairan. 
Thorak          : I : Bentuk bulat datar, suara napas eupnea, irama napas teratur, tidak ada tarikan
intercostae.
                      P : Vokal fremitus kanan dan kiri sama
                      P : Suara jantung pekak Suara paru sonor
                     A : Suara napas vesikuler
Abdomen     : I : Bentuk datar, perut lebih rendah dari thorak
                     A: Bising usus 40 x/menit
                     P : Hepar maupun lien tidak teraba
                           P : Turgor kulit kembali dalam 2 detik
2.9 Genetalia      : Bersih tidak ada jamur.
2.10 Ekstermitas :
       Atas            : Tangan kiri klien terpasang infus KAEN 3B 24 tetes/menit,tidak odema,tangan kanan
dapat digerakkan dengan bebas. 
       Bawah        : Kedua kaki dapat bergerak bebas.
meriksaan Penunjang (3 Agustus 2005)
b                      : 8,1 g/dl                                           Normal  L: 12,0 - 16,0 g/dl
                                                                                              P: 11,0 –15,0  g/dl
D                   : 6,15                                                Normal  L: 0 – 15 /jam           
                                                                                     P: 0 –7 /jam
t             : 8500 /cmm                                     Normal    :4.600 –11.400 /cmm
45 – 55 – 0            Normal    : 1-2 / 0-4 / 3-5 / 54-65               
                                                                                                            /25-33 / 3-7.
2.4 Therapy
       Infus KAEN 3 B  24 tetes /menit.
       Loperamid 2,5 mg/har
       Injeksi Ampicillin 250 mg/ 8 jam
      
https://fandik-prasetiyawan.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-pada-anak-
dengan.html

16

Anda mungkin juga menyukai