1.2.7 Prognosis
6
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada laporan kasus ini membahas tentang pasien bernama Tn. M usia 55
tahun datang ke IGD RSUD Palembang BARI dengan kuluhan nyeri perut kanan
atas sejak ± 2 bulan SMRS. OS mengatakan keluhan semakin lama semakin
memberat sejak 1 Minggu SMRS. Nyeri yang dirasakan bersifat tumpul yang
timbul terus menerus. Nyeri tidak menjalaran ke tempat lain. Pasien mengatakan
keluhan tidak nyaman diperut terutama sehabis makan. Pasien juga mengeluh
mual dan muntah, mual dirasakan sejak 2 bulan yang lalu dan muntah setiap
selesai makan. Isi muntah adalah makanan yang dimakan pasien. Pasien juga
mengaku terdapat keluhan penurunan nafsu makan. Pasien merasa tubuhnya
lemas dan pegal-pegal sekitar ± 2 bulan SMRS. Pasien juga merasa kesakitan
melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien juga mengeluh demam hilang timbul yang
tidak terlalu tinggi.Pasien mengeluh tubuhnya tampak kuning. Keluhan ini
dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu. BAK seperti teh tua. BAB pasien berwarna
pucat. Keluhan BAB dan BAK dirasakan pasien sejak ± 1 bulan yang lalu. Nyeri
saat BAB dan BAK di sangkal.
7
adanya peningkatan nilai SGOT dan SGPT sebesar 443 IU/L dan 175 IU/L. pada
pemeriksaan elektrolit, didapatkan adanya penurunan natrium yaitu 132 mmol/L.
Untuk pemeriksaan imunologi yaitu HbsAg dan Anti HCV didapatkan hasil
negatif.
Pada pemeriksaan rontgen thoraks dan EKG tidak ada kelainan. Pada
pemeriksaan USG abdomen didapatkan adanya perbesaran hepar dan lien dengan
kesan kecurigaan Hepatoma.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan adanya kecurigaaan hepatoma pada pasien. Adapun gejala klinis pada
pasien yang mengarah ke diagnosis Hepatoma adalah adanya nyeri perut kanan
atas sejak ± 2 bulan SMRS. Nyeri bersifat tumpul, terus menerus dan tidak
menjalar. mual, muntah setiap kali habis makan, perut yang dirasakan semakin
membesar, BAK berwarna pekat seperti teh dan badan terasa lemas dan berat
badan menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya sklera ikterik,
ekstremitas tampak kuning, dan saat palpasi abdomen didapatkan adanya
perbesaran hepar dan lien. Sesuai dengan teori, adapun Hepatoma adalah
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah keganasan pada hepatosit dimana
stem sel dari hati berkembang menjadi massa maligna yang dipicu oleh adanya
proses fibrotik maupun proses kronik dari hati (cirrhosis). Massa tumor ini
berkembang di dalam hepar, di permukaan hepar maupun ekstrahepatik seperti
pada metastase jauh.1
Adapun manifestasi pada hepatoma fase klinis yang sering ditemukan
adalah nyeri abdomen kanan atas dimana hepatoma stadium sedang dan lanjut
sering datang berobat karena kembung dan tak nyaman atau nyeri samar
di abdomen kanan atas. Nyeri umumnya bersifat tumpul ( dullache) atau
menusuk intermiten atau kontinu. Terdapat massa abdomen atas: hepatoma lobus
kanan dapat menyebabkan batas atas hati bergeser ke atas, pemeriksaan fisik
menemukan hepatomegali di bawah arkus kostae berbenjol benjol; hepatoma
segmen inferior lobus kanan sering dapat langsung teraba massa di bawah arkus
kostae kanan; hepatoma lobus kiri tampil sebagai massa di bawah prosesus
xifoideus atau massa di bawah arkus kostae kiri. Perut kembung yang timbul
karena massa tumor sangat besar, asites dan gangguan fungsi hati. Anoreksia yang
8
timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran gastrointestinal,
perut tidak bisa menerma makanan dalam jumlah banyak karena terasa begah,
Letih, dan penurunan berat badan yang dapat disebabkan metabolit dari tumor dan
berkurangnya masukan makanan dll, yang parah dapat sampai kakeksia. Ikterus
tampil sebagai kuningnya sclera dan kulit, umumnya karena gangguan fungsi hati,
biasanya sudah stadium lanjut, juga dapat karena sumbat kanker di saluran
empedu atau tumor mendesak saluran empedu hingga timbul ikterus obstruktif
serta dapat ditemukan adanya asites.3,4,5
Pada kasus ini, adapun faktor resiko terjadinya hepatoma adalah pada
2,3
pasien didapatkan HbsAg positif. . Karsinogenitas virus hepatitis B terhadap
hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi kronik, peningkatan proliferasi
hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel penjamu, dan aktifitas protein
spesifik-HBV berintegrasi dengan gen hati. Pada dasarnya, perubahan hepatosit
dari kondisi inaktif (quiescent ) menjadi sel yang aktif bereplikasi menentukan
tingkat karsinogenitas hati. Siklus sel dapat diaktifkan secara tidak langsung oleh
kompensasi proliferatif merespons nekroinflamasi sel hati, atau akibat dipicu oleh
ekspresi berlebihan suatu atau beberapa gen yang berubah akibat HBV
Selain itu, adapun hasil pemeriksaan penunjang pada pasien ini yang
membantu menegakkan diagnosis Hepatoma adalah didapatkan adanya anemia
ringan, hyperbilirubinemia serta adanya peningkatan SGOT dan SGPT. Pada
pemeriksaan USG abdomen juga ditemukan adanya perbesaran hepar dan lien
dengan kecurigaan Hepatoma. Dan pada pemeriksaan imunologi HbsAg positif
dan Anti HCV dengan hasil negatif. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pada
hepatoma didapatkan adanya serum aminotransferases aspartate aminotransferase
(AST) dan ALT (sebelumnya dikenal sebagai SGOT and SGPT) menunjukan
peningkatan bersamaan dengan peningkatan bilirubin.6 Sesuai dengan teori, pada
kondisi hepatoma bisa terjadi anemia ringan, trombositopennia dan lymphopenia
sementara dan diikuti oleh limfositosis yang relative.3
Adapun tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah : 1) Tirah
baring; 2) IVFD RL gtt xx kali/menit; 3) Inj. Ceftriaxone 2x1gr/hari; 4) Inf
Aminoleban 5) Inj. OMZ 1x40mg/hari; 6) Inj. Ondancentron 3x4 mg/hari; 7)
Curcuma 3x2 tab/hari, Menurut teori, adapun tatalaksana pada pasien Hepatoma
9
adalah tirah baring pada saat gejala muncul adalah tindakan pertama yang
dilakukan, kemudian mobilisasi secara bertahap dilakukan apabila gejala sudah
mulai berkurang. Pada penderita anak-anak atau orang yang tua seringkali harus
dirawat di rumah sakit untuk dilakukan monitoring yang ketat terhadap nutrisi dan
cairan sehingga tidak sampai terjadi perburukan dari penyakit. 5,7 Terapi utama
adalah terapi suportif dan menjaga keseimbangan gizi tinggi kalori, tinggi protein
(protein 1 g/kg, 30-35 kal/kg), walaupun sulit memberikan asupan nutrisi pada
pasien yang anoreksia dan sering mual dan muntah. Untuk mengatasi mual dan
muntah, bisa diberikan obat-obatan prokinetik (metoklopramid, domperidon,
cisapride). Apabila asupan oral tidak mampu, maka bisa dipertimbangkan
memberikan asupan nutrisi parenteral.5,6
Manfaat pemberian curcuma pada kasus ini adalah efek kurkumin sebagai
antioksidan yang mampu menangkap ion superoksida dan memutus rantai antar
ion superoksida (O2-) sehingga mencegah kerusakan sel hepar. Curcumin juga
mampu meningkatkan gluthation S-transferase (GST) dan mampu menghambat
beberapa faktor proinflamasi , ekspresi gen dan replikasi virus hepatitis melalui
down-regulation dari PGC-1α, sehingga dapat disimpulkan bahwa curcumin dapat
dijadikan alternatif hepatoprotektor pada pasien dengan gangguan di hepar.
10
BAB V
KESIMPULAN
11
gizi tinggi kalori, tinggi protein (protein 1 g/kg, 30-35 kal/kg), walaupun sulit
memberikan asupan nutrisi pada pasien yang anoreksia dan sering mual dan
muntah. Untuk mengatasi mual dan muntah, bisa diberikan obat-obatan prokinetik
(metoklopramid, domperidon, cisapride). Apabila asupan oral tidak mampu, maka
bisa dipertimbangkan memberikan asupan nutrisi parenteral.
12
DAFTAR PUSTAKA