DIRUANG MELATI
RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO
OLEH :
HARIYANTO WISNU MURTI
20110404109
A. PENGERTIAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau
pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan retardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR
memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi yang berat
badan lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya,2009).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2500
gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup bulan (intrauterine growth
retriction) (Wong,2008).
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu.
B. KLASIFIKASI BBLR
Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009):
1. Prematuritasmurni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai
dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.
2. Baby small for gestational age(SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari tiga jenis.
a. Simetris (intrauterus for gestationalage)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama.
b. Asimetris (intrauterus growthretardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.
c. Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi, dan si bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilan.
C. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati, 2010),
yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS,
TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan
gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
D. MANIFESTASI
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah (Mitayani,2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang
dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amatsedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan suturalebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering mendapatkan seranganapnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.
E. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
(prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. Kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya memberi
sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat
besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus,
cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian
perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar (Nelson,2010).
F. PATHWAY
Faktor janin Faktor ibu Faktor lingkungan
Faktor
Kelainankromosom Penyakit ,usiaibu Tempat tinggal di
Hidramnion
plasenta
Infeksi janin kronik (inklusi Keadaan giziibu datarantinggi.
Plasenta previa
sitomegali, rubella bawaan) Kondisi ibu saat hamil Terkena radiasi, serta
Solutio plasenta
Gawat janin Keadaan sosial dan ekonomi terpapar zat beracun.
Kehamilan kembar
BBLR
Peningkatan kerja
nafas
Reflekmenghisap dan Resiko infeksi
sistem termoregulas
menelan belum berkembang
yang imaturi
dengan baik
Tidak efektifnya pola
Termoregulasitubuh
pernafasan
Perubahan nutrisi kurang dari tidakefektif
kebutuhan tubuh
G. MASALAH YANG DAPAT TERJADI PADA BBLR
Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama
pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada
BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat,
kardiovaskular, hematologi, gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi (Maryunani, dkk, 2009).
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah lahir
oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di
dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli
tidak kolaps pada saatekspirasi).
Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi
klasifikasi dari tulang thorax, dan pembuluh darah paru yang imatur. Kondisi inilah yang
menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas
(distresspernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat.
Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang
rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu
asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf
pusat (SSP), yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu paten ductus
arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine kehidupan ekstrauterine berupa
keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang cukup bulan,
kondisi ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia
gestasi 33– 34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat
menyerap lemak dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan antara
lain:
1. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan
berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatifluas).
2. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemakcokelat).
3. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila dibandingkan
dengan bayi yang cukup bulan.
Penyebabnya antara lain adalah:
1. Usia sel darah merahnya lebihpendek.
2. Pembuluh darah kapilernya mudahrapuh.
3. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang sering
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering kali
memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di mana ginjal bayi
tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air, elektrolit, asam –
basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat – obatan dengan memadai
serta tidak mampu memekatkan urin.
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan sehingga
mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang disebabkan
karena ketidakmatangan retina.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang
disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar waktu
kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah. Keadaan ini
dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi
pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah, terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin
Yang disebabkan karena membran surfaktan belum sempurna atau cukup,
sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal
udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk
pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam
jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht (normal: 33 -38% )
mungkindibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila ada.
Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian kehangatan eksternal
setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki masa otot yang lebih kecil dan deposit
lemak cokelat lebih sedikit untuk menghasilkan panas, kekurangan isolasi jaringan lemak
subkutan, dan control reflek yang buruk pada kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir
mereka harus segera ditempatkan dilingkungan yang dipanaskan hal ini untuk mencegah
atau menunda terjadinya efek stres dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu penatalaksanaan asuhan keperawatan
pada bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit. Lingkungan perilindungan dalam
inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti merupakan isolasi yang efektif
terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui udara. Sumber infeksi meningkat secara
langsung berhubungan dengan jumlah personel dan peralatan yang berkontak langsung
dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori,
elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm, karena
kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90%
pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas
osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna,
sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR, tetapi terdapat
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti
dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode
pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan
melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus dipenuhi dalam
keadaan adanyabanyak kekurangan anatomi dan fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas
menghisap dan menelan sudah ada sejak sebelu lahir, namun koordinasi mekanisme ini
belum terjadi sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum
sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37 minggu. Pemberian makan bayi awal (dengan
syarat bayi stabil secara medis) dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti
hipoglikemia, dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi BBLR dan preterm yang
terganggu memerlukan metode alternatif, air steril dapat diberikan terlebih dahulu.
Jumlah yang diberikan terutama ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR
dan toleransi terhadap pemberian makan sebelum dan ditingkatkan sedikit demi sedikit
sampai asupan kalori yang memuaskan dapattercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup bulan, dan mekanisme oral-faring
dapat terganggu oleh usaha pemberian makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak
membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan.
c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo MotherCare)
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif cara perawatan
yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR. Dengan PMK, ibu dapat
menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan yang membuat bayi BBLR mengalami
bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat
mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi BBLR tetap normal,
hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat memberikan kehangatan
secara langsung kepada bayinya melalui kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga
dapat berfungsi sebagai pengganti dari inkubator.
PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang sesuai untuk bayi
(ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan
perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu lebih
percaya diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2008).
d. Perawatan pada inkubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan yang optimal,
sehingga dapat memberikan suhu yang normal dan dapat mempertahankan suhu tubuh. Pada
umumnya terdapat dua macam inkubator yaitu inkubator tertutup dan inkubator terbuka
(Hidayat, 2005).
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun seksama untuk
menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi masalah yang menuntut
perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal
dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly
congenital yang jelas atau adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2008).
a. Pengkajian umum
- Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan menggunakan timbangan
elektronik.
- Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secaraberkala.
- Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat, kemudian
bernafas, dan adanya lokasiedema.
- Observasi adanya deformitas yangtampak.
- Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia, tidak responsive, dan
apnea.
b. Pengkajian respirasi
- Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang dada, atau
devisiasilainnya.
- Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping hidung atau retraksi
substernal, interkostal atausubklavikular.
- Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi, suara basah
berkurang, daerah tanpa suara, grunting), berkurangnya masukan udara, dan kesamaan
suaranapas.
c. Pengkajian kardiovaskuler
Tentukan denyut jantung daniramanya.
Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanyabising.
Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/ PMI),
titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan teraba
(perubahan PMI menunjukkan adanya pergeseran imediastinum).
Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau hematopoetik),
sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercak- bercak.
Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
d. Pengkajian gastrointestinal
Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen, tampak
pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan pemberian
makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar, jika terpasang selang
nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan haluaran (warna, konsistensi, pH).
Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kostakanan).
Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
Jelaskan bisingusus.
e. Pengkajian genitourinaria
Jelaskan setiap abnormalitasgenitalia.
Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH, temuan lab-stick,
dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupanhidrasi).
Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).
f. Pengkajianneurologis-muskuloskeletal
Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap
rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi,ekstensi).
Jelaskan refleks yang ada (moro, rooting, sucking, plantar, tonick
neck,palmar).
Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
g. Suhu tubuh
Tentukan suhu kulit danaksilar.
Tentukan hubungan dengan suhu sekitarlingkungan.
h. Pengkajian kulit
Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda iritasi, melepuh,
abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan pemantau infus atau alat
lain bersentuhan dengan kulit. Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai
(missal plester, povidone-jodine).
Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas
danlain-lain.
Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR
(NANDA, 2011):
INTERVENSI KEPERAWATAN
dan palpitasi.
Rasional:
efektif. selama 3x24 jam, diharapkan pasien termometer elektronik di ketiak pada
tubuh agar dalam batas normal. kebutuhan oksigen dan glukosa serta
3. Menjelaskan gejala hipotermia atau kehilangan air dapat terjadi bila suhu
dehidrasi.
bayi.
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)
3 Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Perhatikan gejala kekurangan gizi
kebutuhan tubuh. selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu: termasuk perawakan pendek, lengan kurus
2. Berat badan dalam kisaran normal untuk resiko derajat dan resiko terhadap pola
glikogen.
tandadehidrasi.
dikonsultasikan denganahli
gizi).
Rasional: membantu dalam rencana diet
selama 3x24 jam diharapkan pasien letargi, apnea, malas minum, gelisah
b. Berkurangnya drainasepurulen
f. Luka tidakberbau