net/publication/347946601
CITATIONS READS
0 508
1 author:
Daniel Tampubolon
University of Indonesia
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Daniel Tampubolon on 28 December 2020.
Disusun oleh:
DANIEL FERNANDO MEYER TAMPUBOLON (1806216404)
DEPOK
DESEMBER 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak dilakukannya peleburan Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank
Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia menjadi Bank Mandiri pada
tahun 1998 telah menjelma menjadi opsi utama bagi masyarakat untuk melakukan
berbagai transaksi keuangan. Hal ini juga dapat dilihat dari total keseluruhan asset
perbankan Bank Mandiri yang berada pada urutan kedua dari total 110 bank yang ada di
seluruh di Indonesia, yaitu sebesar Rp1.130,7 triliun tepat berada di bawah Bank Rakyat
Indonesia/BRI (Trenasia, 2020). Total asset perbankan ini menjadi salah satu bukti bahwa
keberadaan Bank Mandiri sudah menjadi hal yang umum di kalangan masyarakat
Indonesia. Dengan keadaan Bank Mandiri seperti ini tentunya akan menyebabkan
harapan tinggi pula dari berbagai kalangan atau stakeholder, seperti pemerintah, swasta,
dan masyarakat. Nilai-nilai good governance harus diutamakan agar Bank Mandiri tetap
menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia dalam melakukan berbagai transaksi
keuangan.
KERANGKA TEORI
Dalam menganalisis makalah ini penulis akan menggunakan kerangka teori yang
berkaitan dengan konsep-konsep dasar BUMN dan privatisasi, Hal ini penting dilakukan
agar analisis yang dilakukannya nanti dapat terlaksana secara struktur, sistematis, dan
komprehensif. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada poin-poin di bawah ini:
2.1. Konsep Dasar BUMN
2.1.1. Pengertian BUMN
V.V. Ramanadham dalam Heath (1990) pun menjelaskan bahwa BUMN mengacu
pada organisasi yang menggabungkan “publisitas” dan “perusahaan”. Hal ini tentunya
dapat dilihat sebagai kinerja sebuah BUMN yang memberikan pelayanan dan
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada masyarakat luas. Kedua poin ini
merupakan kata kunci pula dalam meninjau apakah sebuah perusahaan dapat disebut
sebagai BUMN. Kemudian R.P. Short (1984) pun menjelaskan bahwa BUMN memiliki
dua karakteristik, yaitu mereka dimiliki dan dikendalikan oleh pemerintah serta terlibat
dalam kegiatan bisnis.
Melalui kedelapan penjelasan di atas dapat ditinjau dari usaha-usaha berbagai BUMN
sebagai solusi atas berbagai permasalahan yang ada. Dengan pelibatan BUMN
harapannya berbagai masalah-masalah ini dapat dicegah dan diselesaikan demi
terwujudnya keberlangsungan bernegara yang adil kepada seluruh masyarakat.
Konsep privatisasi sudah populer sejak dua puluh tahun terakhir di abad ke-20
atau sejak tahun 1980-an. Hal ini bukan hanya terjadi di lingkungan ekonomi saja, tetapi
juga di lingkungan pemerintah dimana pemerintah menjual asetnya kepada sektor swasta.
Contoh yang paling dapat dilihat bentuk privatisasi ini ialah adanya transisi kekaisaran
komunisme Uni Soviet. Lalu adanya penurunan persentase PDB di negara-negara dunia
dari angka 15% menjadi 3% pada tahun 1980-1997 yang menunjukkan terjadinya
penurunan aktivitas BUMN. Hal-hal yang telah disebutkan di atas menjadi latar belakang
analisis awal terjadinya privatisasi BUMN.
Kebijakan privatisasi pun menjadi tren yang banyak dilakukan di berbagai negara.
Setidaknya privatisasi BUMN dianggap mampu menjawab pengelolaan sumber daya
alam yang dikelola oleh negara. Penyerahan sumber daya alam kepada pihak swasta
dianggap mampu menjawab penghematan pengeluaran APBN dan APBD yang banyak
digunakan dalam pengelolaan sumber daya alam, sehingga dapat dialihfungsikan kepada
hal-hal lain yang dapat dikelola oleh negara secara maksimal.
Akan tetapi di tengah perkembangan privatisasi BUMN hingga saat ini masih
banyak hal yang masih membuat banyak masyarakat bingung. Pertama, mengapa arus
utama teori-teori ekonomi yang sebelumnya sudah sangat memuji-muji praktik
nasionalisasi bergeser menjadi memuji-muji praktik privatisasi? Hal ini sangat berkaitan
mengenai urgensi pergeseran pemahaman teori ekonomi yang awalnya lebih memuji
praktik nasionalisasi menjadi privatisasi. Kedua, mengapa kebijakan privatisasi dapat
melompat dengan cepat? Hal ini terkait dengan cepatnya privatisasi menjelma dalam
sektor publik, termasuk BUMN. Ketiga, apakah tren kebijakan privatisasi menjadi
monoton? Hal ini berkaitan dengan praktik dari kebijakan privatisasi apakah mampu
selalu beradaptasi dengan lingkungan atau tidak.
2.2.2. Nasionalisasi
Merujuk juga pada “The Chua Study” pada tahun 1995 dimana dalam melakukan
privatisasi pada awalnya didasari dengan penggunaan kata-kata, seperti modernisasi,
demokrasi, keadilan, dan efisiensi. Tentunya hal ini juga menjadi kata-kata kunci dalam
masa transisi tersebut. Modernisasi yang berkaitan dengan kemampuan BUMN dalam
menangkap arus modern atau kemajuan zaman sekarang. Demokrasi berkaitan dengan
pemberian kesempatan bagi pihak swasta dan masyarakat untuk terlibat dalam BUMN.
Keadilan terkait dengan perbuatan atau perlakuan yang adil bagi BUMN. Efisiensi
berkaitan dengan kemampuan mengerjakan dan menyelesaikan tugas dengan tenaga yang
minim.
Berbagai hal itulah yang menjadi awal argumentasi dalam tahapan nasionalisasi–
privatisasi. Tentunya dalam siklus perubahan dari nasionalisasi menuju privatisasi
tersebut akan terjadi masa transisi. Dalam hal ini masa transisi akan dipengaruhi oleh
berbagai dimensi-dimensi lain, seperti politik, budaya, ekonomi, sosial, dan sebagainya.
Oleh karena itu yang paling mendasar atau fundamental dalam masa transisi perubahan
nasionalisasi menuju privatisasi ialah bagaimana distribusi kekayaan terlaksana di tengah
distribusi kekuatan politik yang ada.
BAB III
PEMBAHASAN
Bank Mandiri sebagai salah satu BUMN di Indonesia yang telah berdiri sejak 2
Oktober 1998 telah menjadi salah satu Bank Nasional yang menjadi opsi-opsi utama
masyarakat dalam melakukan berbagai transaksi keuangan. Pada saat itu Bank Mandiri
merupakan bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia. Sekitar tahun 1997-1998 seperti yang kita tahu merupakan tahun
di mana keadaan perekonomian nasional begitu ruwet, kompleks, tidak menentu, dan
terpuruk. Hal ini tentunya mendorong Presiden saat itu Habibie untuk membentuk bank
komersial milik pemerintah yang dapat berkembang dan bergerak secara mandiri.
Beberapa bank pemerintah seperti Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor
Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia pun digabung dengan nama Bank
Mandiri sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 75 tahun 1998 (Tirto, 2018).
Selama kurang lebih 22 tahun ini tentunya telah menjadikan Bank Mandiri
sebagai BUMN yang telah memiliki pengalaman yang sangat banyak, sehingga mampu
mendorong terciptanya pemahaman secara komprehensif terkait perbankan di Indonesia.
Merujuk pada halaman website Bank Mandiri setelah adanya proses konsolidasi dan
integrasi dari keempat bank yang telah disebutkan di atas telah memberikan perbaikan
yang signifikan dengan meningkatnya laba dari tahun 2000 sebesar Rp1,18 triliun
kemudian pada tahun 2004 sebesar Rp5,3 triliun (Bank Mandiri, 2020). Hal ini juga dapat
ditinjau dari laba tahun berjalan Bank Mandiri dari tahun 2010-2019 seperti di bawah ini.
Gambar 1. Laba Tahun Berjalan Bank Mandiri tahun 2010-2019
Melalui gambar di atas secara sederhana dapat dilihat bahwa laba tahun berjalan atau laba
bersih Bank Mandiri dari tahun 2010 sampai tahun 2019 selalu mengalami kenaikan,
kecuali pada tahun 2016. Artinya, Bank Mandiri dalam melakukan proses bisnisnya
sebagai BUMN perbankan di Indonesia mampu menciptakan keuntungan yang selalu
meningkat dari tahunnya. Oleh karena itu menarik untuk menganalisis Bank Mandiri
yang memiliki reputasi baik di mata masyarakat dan selalu memiliki laba tahun berjalan
yang meningkat dari tahun ke tahun dalam kerangka keuangan negara secara spesifik
berdasarkan konsep-konsep dasar BUMN dan privatisasi.
Mengacu pada V.V. Ramanadham dalam Heath (1990) yang menjelaskan bahwa
BUMN ialah organisasi yang menggabungkan publisitas dan perusahaan tentunya dapat
ditinjau dari sisi Bank Mandiri. Melalui kata kunci pertama terkait publisitas dalam Bank
Mandiri sendiri dapat dipahami sebagai ketika Bank Mandiri mampu memberikan
pelayanan kepada masyarakat Indonesia, sedangkan kata kunci kedua terkait perusahaan
dalam Bank Mandiri dapat dipahami Perusahaan Perseroan Bank Mandiri. Pelayanan
yang diberikan Bank Mandiri kepada masyarakat Indonesia tentunya sangat berkaitan
dengan proses bisnis transaksi keuangan yang dijalankan oleh Bank Mandiri. Kemudian
dalam PP No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) pada Pasal 1 ayat
(2) dijelaskan bahwa Persero ialah BUMN yang dibentuk berdasarkan UU No. 9 tahun
1969 yang berbentuk Perseroan Terbatas yang seluruh atau paling sedikit 51% saham
yang dimiliki oleh Negara. Hal ini juga tampak jelas dalam Komposisi Pemegang Saham
Bank Mandiri yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Melalui tabel di atas secara jelas dapat dilihat bahwa persentase kepemilikan saham Bank
Mandiri sebesar 60% oleh Negara Republik Indonesia atau pemerintah. Selain itu,
Perorangan hingga Reksadana mencapai 9,67% serta Asing sebesar 30,33%. Komposisi
kepemilikan saham ini telah sesuai dengan aturan bahwa Negara minimal memiliki 51%
saham Bank Mandiri sebagai suatu Persero.
Selanjutnya jika meninjau Bank Mandiri sesuai yang dijelaskan oleh R.P. Short
(1984) bahwa BUMN memiliki dua karakteristik, yaitu dimiliki dan dikendalikan oleh
pemerintah serta terlibat dalam kegiatan bisnis masih sesuai. Seperti yang telah dijelaskan
di atas Bank Mandiri dalam komposisi pemegang saham per Desember 2019 bahwa
negara memiliki 60%. Artinya, negara atau dalam hal ini pemerintah memiliki peranan
sangat sentral dalam mengendalikan seluruh kinerja atau proses bisnis yang dilakukan
oleh Bank Mandiri. Selain itu, pemerintah juga banyak terlibat dalam proses bisnis yang
dilakukan oleh Bank Mandiri seperti keterlibatan pemerintah sebagai pemegang saham
dalam pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Dewan Komisaris melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan berbagai anggota pemegang saham lainnya
sesuai dengan UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Sejak berdirinya Bank Mandiri sejak tahun 1998 tentunya telah melalui berbagai
permasalahan-permasalahan, baik itu yang mampu dihadapi dengan maksimal ataupun
tidak. Kemampuan Bank Mandiri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut
menjadikan Bank Mandiri sebagai salah satu BUMN perbankan yang terbukti mampu
bertahan menghadapi budaya transaksi keuangan masyarakat Indonesia. Kemampuan
beradaptasi juga menjadi hal yang selalu dilakukan Bank Mandiri seperti dalam keadaan
pandemi Covid-19 ini dengan berbagai program-program yang dilakukan. Hal ini yang
menyebabkan Bank Mandiri mampu menjadi BUMN perbankan terbesar di Indonesia
dan sulit untuk digeser.
3.2. Analisis Konsep Privatisasi dan Nasionalisasi dalam lingkup Bank Mandiri
Nilai-nilai efisiensi dalam yang sangat dikenal dalam sektor swasta telah
membawa dampak pula kepada sektor pemerintahan. Kemampuan sektor pemerintahan
untuk menciptakan efisiensi pun telah menjadi hal yang harus dilakukan akibat pengaruh
sektor swasta ini. Jika sektor pemerintahan tidak mampu menciptakan efisiensi dalam
melakukan pelayanan yang dilakukan akan menyebabkan masyarakat akan memilih
menggunakan pelayanan yang disediakan oleh sektor swasta. Keadaan ini pun yang harus
dilakukan BUMN di Indonesia, termasuk Bank Mandiri. Untuk mengetahui secara lebih
lanjut bagaimana implementasi nilai-nilai sektor swasta tersebut dalam Bank Mandiri
akan dibahas di bawah ini.
Dalam UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN pasal 1 ayat 12 menjelaskan bahwa
Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada
pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar
manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh
masyarakat. Kemudian dalam bagian penjelasan dalam UU tersebut dijelaskan kembali
untuk mampu mengoptimalkan peranan dan ketahanan BUMN dalam perkembangan
ekonomi dunia dibutuhkan kemampuan untuk menerapkan budaya korporasi dan
profesionalisme. Setiap kepengurusan dan pengawasan yang dilakukan oleh BUMN pun
harus dilakukan dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance). BUMN pun perlu melakukan langkah restrukturisasi dan privatisasi untuk
dapat mewujudkan optimalisasi peranan, ketahanan, efisiensi, dan produktivitas.
Berbagai landasan-landasan ini pun yang terjadi di Bank Mandiri sekitar akhir
tahun 2010. Setelah terjadinya kevakuman pada tahun 2008 dan 2009 dalam melakukan
privatisasi BUMN dikarenakan situasi krisis ekonomi yang terjadi. Dalam artikel yang
dikeluarkan Ahmad Erani Yustika dalam ICW (2010) menjelaskan bahwa terdapat dua
bank BUMN yang akan diprivatisasi tetapi lepas dari pembahasan publik, yaitu Bank
Mandiri dan Bank BNI. Padahal keadaan Bank BUMN ini sangatlah penting, setidaknya
terdapat 3 (tiga) alasan pokok urgensinya, seperti:
1. Bank Mandiri merupakan bank terbesar dan BNI merupakan bank terbesar
keempat di Indonesia.
2. Struktur sektor perbankan di Indonesia secara umum telah dikuasai pemilik asing.
Hal ini dapat dilihat dari sebagian bank nasional pada saat itu telah berpindah ke
tangan asing, seperti Bank Danamon sebesar 68,83%; Bank Buana sebesar 61%;
UOB Indonesia sebesar 100%; NISP sebesar 72%; OCBC Indonesia sebesar
100%; CIMB Niaga sebesar 60,38%, BII sebesar 55,85%; Panin Bank sebesar
35%; Bank Permata sebesar 44,5%; dan BTPN sebesar 71,6%. Keadaan ini
tentunya akan mengakibatkan peranan pemerintah semakin kecil dalam
menggerakkan proses bisnis transaksi keuangan yang dilakukan oleh bank.
3. Perbankan termasuk dalam kategori sektor strategis sehingga kepemilikan negara
termasuk hal yang harus diperjuangkan
Keadaan ini pun menunjukkan bahwa privatisasi Bank Mandiri dilakukan agar
mampu menjawab pengelolaan bank sebagai fungsi utamanya menyalurkan kredit kepada
masyarakat dapat terlaksana secara optimal. Ketika terjadi penyaluran kredit yang
dilakukan oleh Bank Mandiri dengan mengutamakan analisis 6C (character, capacity,
capital, collateral, condition, dan competence) serta tetap mengindahkan analisis 7P
(personality, party, purpose, prospect, payment, profitability, dan protection) ketika
melakukan penilaian kredit kepada masyarakat akan mampu menggerakkan roda
perekonomian bangsa Indonesia (Saroinsong, 2014). Selain itu, pemberian kredit ini akan
mampu tercapainya tujuan dan fungsi kredit, seperti meningkatkan daya guna uang yang
tidak digunakan secara produktif; meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang;
meningkatkan daya guna barang yang diproduksi; serta menjaga stabilitas ekonomi
(Kompas, 2020). Oleh karena itu, privatisasi Bank Mandiri dapat dipahami sebagai
pengalihan kepemilikan pemerintah yang besar untuk mendorong semakin optimalnya
fungsi dari proses bisnis perbankan.
3.2.2. Analisis Dampak Privatisasi Bank Mandiri dalam Masa Pandemi Covid-19
Dalam keadaan pandemi Covid-19 pun Bank Mandiri selalu melakukan upaya-
upaya baru agar kinerjanya tetap maksimal, seperti membangun platform Big Data
sebagai Enterprise Information Seven Decision Platform; memperkuat data analisis
sebagai bentuk transformasi digital; membangun Enterprise Information & Decision
Platform sebagai sarana memonitor operasional bank; split team dan WFH; serta
penerapan 3-pronged strategy diantaranya digitize internal proces, modernize channels,
dan leveraging digital ecosystem merupakan beberapa contoh bagaimana Bank Mandiri
menerapkan perubahan transformasional (Cloud Computing, 2020; Economic Zone,
2020; Bisnis, 2020; Investor Daily, 2020). Melalui berbagai program atau kebijakan yang
dilakukan ini dapat dilihat bagaimana nilai-nilai efisiensi dilakukan Bank Mandiri dengan
adanya kerja sama atau kolaborasi dengan berbagai stakeholder atau pemangku
kepentingan terkait.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Jika ditinjau dari konsep-konsep dasar BUMN Bank Mandiri telah sesuai dengan
teori yang menjelaskan bahwa BUMN ialah organisasi publik yang menggabungkan
publisitas dan perusahaan. Kemudian Bank Mandiri sesuai dengan teori Shepherd (1998)
telah mampu mengatasi berbagai cara dalam mengatasi masalah-masalah yang ada Bank
Mandiri sesuai dengan 8 (delapan) poin, seperti Externall Effect, Monopoly, Inadequate
Private Supply, Inadequate Supply to Needy Users, Inner Nature of The Firm, Social
Preference, Sovereignty, dan Salvage of Failing Firms. Selanjutnya terkait dengan
privatisasi Bank Mandiri yang terjadi pada tahun 2010 dengan tetap berlandaskan pada
UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN. Lalu yang terakhir terkait dengan dampak
privatisasi Bank Mandiri dalam Masa Pandemi Covid-19 agar tetap bertahan (survive).
DAFTAR REFERENSI
Bank Mandiri. (2019). Komposisi Pemegang Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. .
Retrieved from
https://www.bankmandiri.co.id/documents/38268824/42739631/Komposisi+Pe
megang+Saham+%28Indonesia%29.pdf/315b3ac6-40b2-9916-1f5f-
26f586b8d60c
Bisnis. (2020, September 10). Kontrol Operasional, Begini Cara Bank Mandiri Perkuat
Data Analisis. Retrieved from
https://finansial.bisnis.com/read/20200910/90/1290188/kontrol-operasional-
begini-cara-bank-mandiri-perkuat-data-analisis
Bös‚ D. (1989). Public Enterprise economics: Theory and Application‚ 2nd ed. New
York: North Holland.
Cloud Computing. (2020, September 18). Bank Mandiri Tingkatkan Manajemen Data
dengan Big Data. Retrieved from https://www.cloudcomputing.id/berita/bank-
mandiri-tingkatkan-manajemen-data-bigdata
DDTC. (2019, June 25). Wamenkeu: Digitalisasi Pengelolaan Keuangan Negara Mutlak
Dilakukan. Retrieved from https://news.ddtc.co.id/wamenkeu-digitalisasi-
pengelolaan-keuangan-negara-mutlak-dilakukan-16204
Economic Zone. (2020, September 11). Dampak Pandemi Covid-19, Bank Mandiri
Perkuat Manajemen Data. Retrieved from
http://www.economiczone.id/read/1171/dampak-pandemi-covid-19-bank-
mandiriperkuat-manajemen-data
ICW. (2010, October 6). Menimbang Privatisasi Bank BUMN. Retrieved from
https://antikorupsi.org/id/article/menimbang-privatisasi-bank-bumn
Investor. (2020, August 3). Perlukah Akselerasi Transformasi Era Digital di Era
Pandemi Covid-19. Retrieved from https://investor.id/opinion/perlukah-
akselerasi-transformasi-era-digital-di-era-pandemi-covid19
Kompas. (2020, November 16). Kredit: Definisi, Jenis, dan Fungsinya. Retrieved from
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/16/183329869/kredit-definisi-
jenis-dan-fungsinya?page=all
Laporan 6. (2017, February 14). Laba Bank Mandiri Merosot 32,1 Persen di 2016.
Retrieved from https://www.liputan6.com/bisnis/read/2856137/laba-bank-
mandiri-merosot-321-persen-di-
2016#:~:text=Angka%20ini%20turun%2032%2C1,sebesar%20Rp%2043%2C3
%20triliun
Lokadata. (2019). Laba tahun berjalan Bank Mandiri, 2010-2019. Retrieved from
https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/laba-tahun-berjalan-bank-mandiri-
2010-2019-1580184700
Merdeka. (2017, May 10). Sri Mulyani bongkar pentingnya teknologi di sistem keuangan
negara. Retrieved from https://www.merdeka.com/uang/sri-mulyani-bongkar-
pentingnya-teknologi-di-sistem-keuangan-negara.html
Peraturan Pemerintah No. 75 tahun 1998 tentang Penyertaan Modal Negara Republik
Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Persero (Persero) di Bidang Perbankan
Tirto. (2018, October 2). Bank Mandiri Lahir dari Keruwetan Krisis 1998. Retrieved
from https://tirto.id/bank-mandiri-lahir-dari-keruwetan-krisis-1998-c3bp
Tren Asia. (2020, July 22). Inilah 10 Bank Pemilik Aset Terbesar Indonesia 2020.
Retrieved from https://www.trenasia.com/inilah-10-bank-aset-terbesar-
indonesia-2020/
Warta Ekonomi. (2019, March 29). Apa Itu Good Corporate Governance? Retrieved
from https://www.wartaekonomi.co.id/read221557/apa-itu-good-corporate-
governance