Anda di halaman 1dari 19

Penerapan Model Pembelajaran The Learning Cell Berbantuan Media Gambar

untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Gerak Benda Pada Siswa
Kelas IV SDN Paluhombo 01 Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019

Sri Hartinah, S.Pd.SD


SD Negeri Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar IPA materi gaya
gerak benda bagi siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 Bendosari Sukoharjo
semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif The Learning Cell berbantuan media gambar.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di
SD Negeri Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo pada
semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 selama 4 (empat) bulan. Subjek penelitian
adalah siswa kelas IV Semester 2 di SD Negeri Paluhombo 01 Kecamatan
Bendosari, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 16
orang siswa. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu
pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3)
observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif The Learning Cell dengan berbantuan media gambar dapat meningkatkan
hasil belajar IPA materi Gaya Gerak Benda siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01
Kecamatan Bendosari semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat
ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 60 pada
kondisi awal menjadi 69 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, kemudian
meningkat menjadi 83 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II, dengan demikian
berarti ada peningkatan prestasi sebesar 23. Ketuntasan belajar siswa mengalami
peningkatan dari 31,25% pada kondisi awal meningkat menjadi 56,25% pada akhir
tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 93,75% pada akhir tindakan
pembelajaran Siklus II, dengan demikian berarti ada peningkatan ketuntasan belajar
sebesar 62,5%.

Kata Kunci: hasil belajar, model pembelajaran kooperatif The Learning Cell, media
gambar.
PENDAHULUAN

Kualitas pendidikan meliputi diberbagai sektor dan jenjang pendidikan,


termasuk jenjang pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu berupaya
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Dalam upaya
meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi yang cocok,
sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah
penting, hal ini sesuai dengan pendapat Ali (1983: 12) yang menyebutkan bahwa
kadar pembelajaran akan bermakna apabila: 1) adanya keterlibatan siswa dalam
proses belajar mengajar, 2) adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik
melalui kegiatan menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap, dan 3) adanya
keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk
berlangsungnya proses belajar mengajar.
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah dasar, dan merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman
melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan
pengujian gagasan-gagasan. Dalam perkembangan jaman yang semakin pesat ini,
pembelajaran IPA sangat penting karena pada hakikatnya IPA adalah produk proses
dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.
Banyak orang berpendapat bahwa menguasai IPA sangat penting, karena dalam
pembelajaran IPA siswa diberi kesempatan dan bekal untuk memproses IPA dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari–hari melalui cara–cara yang benar dan
mengikuti etika keilmuan dan etika yang berlaku dalam masyarakat.
Kegiatan mengajar merupakan upaya kegiatan menciptakan suasana yang
mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu
menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar
sepanjang hayat. Gagasan dan pengetahuan ini akan membentuk ketrampilan, sikap
dan perilaku sehari-hari sehingga siswa akan berkompeten dalam bidang yang
dipelajarinya. Peranan seorang pendidik (guru) dalam kegiatan belajar mengajar
sangat penting, karena berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar tersebut
sangat ditentukan oleh kreativitas guru dalam mengemas suatu mata pelajaran
sehingga dapat menarik minat siswa untuk lebih mendalami dan mempelajari mata
pelajaran tersebut.
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor
minat, bakat, tingkat intelegensi, sikap, dan strategi pembelajaran. Pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), diperlukan strategi pembelajaran yang
sesuai yang melibatkan siswa seoptimal mungkin baik secara intelektual maupun
emosional. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menguasai strategi-strategi
penyampaian materi serta menguasai materi yang akan disampaikan.
Hasil belajar IPA materi gaya gerak benda pada siswa kelas IV SD Negeri
Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo semester 2 Tahun
Pelajaran 2018/2019 termasuk rendah. Dari data hasil belajar IPA kelas IV, nilai
rata-rata hasil belajar IPA siswa adalah 58,8, jauh di bawah nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk mata pelajaran IPA yaitu 70. Jumlah siswa
kelas IV yang berhasil mencapai nilai KKM hanya 3 siswa (18,75%) dari 16 siswa.
Sedangkan 13 siswa yang lain nilainya masih di bawah KKM. Hal ini menunjukan
bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 Kecamatan
Bendosari Kabupaten Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 masih
rendah.
Selama ini guru dalam pembelajaran IPA hanya menggunakan metode
konvensional ceramah. Dalam pembelajaran ini guru yang aktif menyampaikan
materi pelajaran, sedangkan siswa hanya pasif mendengarkan. Padahal dalam materi
pelajaran IPA gaya gerak benda, siswa perlu mendapatkan gambaran yang lebih
konkrit/nyata sehingga lebih mudah memahami materi pelajaran dan dapat
meningkat hasil belajarnya. Untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran ini, maka
peneliti merasa perlu untuk menerapkan metode pembelajaran yang sesuai, metode
yang menuntut siswa kelas IV untuk menemukan konsep pembelajaran secara utuh.
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran
kooperatif The Learning Cell dengan berbantuan media gambar.
Model pembelajaran cooperative learning cell yang dikembangkan oleh Slavin
(tersedia dalam https://www.thriftbooks.com>robert-b-sund), menunjuk pada suatu
bentuk belajar kooperatif dalam bentuk berpasangan, yaitu siswa bertanya dan
menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan pada materi. The learning cell
ini mempermudah siswa dalam memahami dan menemukan masalah yang sulit
dengan berdiskusi. Learning cell juga dapat mendorong siswa untuk lebih aktif
dalam mengemukakan pendapat dan pertanyaan (Suprijono, 2009: 122).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti terdorong untuk
melaksanakan penelitian yang berjudul: ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Materi Gaya Gerak Benda Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif The
Learning Cell Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Paluhombo
01 Kecamatan Bendosari Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019”
Penelitian ini akan menjawab permasalahan yang terkait dengan PTK, yaitu
“Apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif the learning cell dengan
berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya gerak
benda pada siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari semester
2 Tahun Pelajaran 2018/2019?”
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan
model pembelajaran kooperatif the learning cell dengan berbantuan media gambar
untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya gerak benda pada siswa kelas IV
SD Negeri Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari semester 2 Tahun Pelajaran
2018/2019.
Manfaat dari penelitian ini bagi guru adalah untuk mengembangkan model
pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan yang dapat melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran IPA dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa..
Sedangkan bagi sekolah adalah sebagai bagian dari upaya memperbaiki dunia
pendidikan melalui penerapan metode pembelajaran diskusi kelompok kecil dan
menggunakan media pembelajaran berupa media gambar untuk meningkatkan hasil
belajar IPA materi gaya gerak benda pada siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01
Kecamatan Bendosari semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.
LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran Kooperatif The Learning Cell
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin (dalam
Isjoni, 2009: 15) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang
dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (dalam
Isjoni, 2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus
dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama
selama proses pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri
dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan
laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling
membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar
semua anggota maksimal. 186). Dalam model pembelajaran kooperatif
ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses
kelompok.

b. Pengertian Pembelajaran The Learning Cell


The learning cell merupakan salah satu teknik pembelajaran yang
membantu siswa belajar dengan lebih efektif. The learning cell ini
dikembangkan oleh Goldschmid dari Swiss Federal Institute of
Technology di Lausanne. The learning cell atau peserta didik
berpasangan adalah suatu bentuk belajar kooperatif dalam bentuk
berpasangan dimana peserta didik bertanya dan menjawab pertanyaan
secara bergantian berdasar pada materi bacaan yang sama (Zaini, 2008:
86).
c. Langkah-langkah Pembelajaran The Learning Cell
Teknik pembelajaran the learning cell terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap kegiatan, dan tahap akhir. Tahap
persiapan terdiri dari 4 kegiatan, yaitu: 1) Guru menjelaskan secara
singkat teknik pembelajaran the learning cell, 2) Guru membagi siswa
secara berpasangan, 3) Guru menentukan siswa yang berperan sebagai
tutor, dan 4) Siswa yang berperan sebagai tutor mempelajari, mencari
dan menambah wawasan tentang materi pada sumber lain, seperti
internet, buku-buku yang relevan dan lain-lain. Tahap kegiatan terdiri
dari 6 kegiatan, yaitu:: 1) Siswa langsung membagi diri secara
berpasang-pasangan yang telah ditentukan sebelumnya, 2) Guru
menjelaskan materi secara singkat, 3) Siswa tutor menjelaskan materi
yang telah dia pelajari sebelumnya dari berbagai sumber, 4) Guru
memantau, mengawasi dan memberikan bimbingan pada saat
pembelajaran berlangsung, 5) Siswa yang lainnya menerima
bimbingan,menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada tutor, dan
6) Jika siswa dan tutor mengalami kesulitan baik secara materi maupun
non materi, maka guru memberikan arahan dan bimbingan. Sedangkan
Tahap akhir terdiri dari 5 keiatan, yatu: 1) Jika masing-masing pasangan
telah menyelesaikan pembahasan materi secara tuntas, guru memberikan
intisari materi dan menyimpulkan materi tersebut, 2) Guru menunjuk
kembali tutor, terjadi pergantian tutor (siswa yang pada awalnya sebagai
tutor menjadi siswa yang dibimbing sedangkan siswa yang awalnya
dibimbing berganti posisi menjadi tutor, 3) Guru kembali memberikan
materi lanjutan kepada siswa, 4) Siswa yang menjadi tutor kembali
melaksanakan tugasnya seperti pada bagian di atas, dan 5) Proses ini
terus berlangsung sampai materi pelajaran selesai.

2. Hakikat Hasil Belajar IPA


a. Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada perilaku,
pengetahuan dan kemampuan berfikir yang diperoleh karena
pengalaman. Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya (Sardiman, 2006).
Perubahan-perubahan yang terjadi tidak karena perubahan fisik atau
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan,
melainkan terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya.
Perubahan tersebut haruslah bersifat relative permanen dan menetap,
tidak berlangsung sesaat saja (Sardiman, 2006: 35).
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar
memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi
dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Dari sudut
pandang pendidikan, belajar terjadi apabila terdapat perubahan dalam hal
kesiapan (readiness) pada diri seseorang dalam berhubungan dengan
lingkungannya. Setelah melakukan proses belajar biasanya seseorang
akan menjadi lebih respek dan memiliki pengalaman yang lebih baik
(sensitive) terhadap objek, makna, dan peristiwa yang dialami.

b. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang
dialami siswa (Sudjana, 2005). Hasil belajar merupakan perubahan pada
kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar yang
dialami siswa baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu
yang telah diajarkan. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur adalah
perubahan pada tingkat kognitifnya saja.
Djamarah (2003: 21) menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya
seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam
diri dalam individu (internal) dan faktor dari luar individu (eksternal).
Faktor eksternal berupa faktor lingkungan baik lingkungan alami maupun
sosial dan faktor instrumental, sedangkan faktor internal berupa faktor
fisiologis, psikologis, dan kemampuan kognitif.
Bloom (dalam Sudjana 2005: 31) membagi hasil belajar dalam tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ranah
kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni: Pengetahuan (knowledge), Pemahaman, Aplikasi, Analisis,
Sintesis dan Evaluasi. Tipe hasil belajar ranah afektif tampak pada siswa
dalam berbagai tingkah laku. Sedangkan hasil belajar psikomotoris
tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu.

c. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang telah diuji
kebenarannya melalui metode ilmiah. Nash dalam bukunya The Nature
of Nature Science mengatakan bahwa, ”Science is a way of looking at the
world” (Nash, dalam Materi Pelatihan Terintegrasi IPA, 2005: 2).
IPA dipandang sebagai suatu cara untuk dapat mengamati sesuatu.
Cara memandang IPA bersifat analitis, ia memandang sesuatu secara
lengkap dan cermat serta dihubungkan dengan objek lain sehingga
keseluruhannya membentuk perspektif baru tentang objek yang diamati
tersebut. Dalam penerapannya, IPA memiliki peranan penting dalam
perkembangan peradaban manusia, baik dalam hal manusia
mengembangkan berbagai teknologi yang dipakai untuk menunjang
kehidupannya. Agar siswa SD dapat mempelajari IPA dengan benar,
maka IPA harus dikenalkan secara utuh, baik menyangkut objek,
persoalan, maupun tingkat organisasi dari benda-benda yang ada di
dalam jagat raya.

3. Media Gambar
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang
berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2002: 5; Sardiman, dkk., 1990: 42).
Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu
bahan (software) dan/atau alat (hardware).
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan
keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa
(Hamalik, 1986: 18). Fungsi media secara umum adalah untuk: 1)
memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual, 2)
mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang
terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar, slide,
dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film,
video, fota atau film bingkai, 3) meningkatkan kegairahan belajar,
memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan
kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa, dan 4) memberikan
rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi
siswa terhadap isi pelajaran.
b. Pengertian Media Gambar
Hamalik berpendapat bahwa media gambar adalah segala sesuatu
yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk 2 dimensi sebagai
curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret,
slide, film, strip, opaque proyektor (Hamalik, 1994: 95). Sedangkan
Sadiman (1996 : 29) menyatakan bahwa media gambar adalah media
yang paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat
dimengerti dan dinikmati dimana saja. Media yang paling umum dipakai
yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati
dimana saja adalah media gambar.
c. Fungsi Media Gambar
Pemanfaatan media pembelajaran ada dalam komponen metode
mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi
guru-siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Secara
garis besar fungsi utama penggunaan media gambar adalah: 1) Fungsi
edukatif; artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada
pendidikan, 2) Fungsi sosial; artinya memberikan informasi yang
autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan
konsep yang sama kepada setiap orang, 3) Fungsi ekonomis; artinya
memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal,
4) Fungsi politis; berpengaruh pada politik pembangunan, dan 5) Fungsi
seni budaya dan telekomunikasi, yang mendorong dan menimbulkan
ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi kemediaan yang
modern (Hamalik, 1994: 12).

4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajarn
kooperatif The Learning Cell dengan berbantuan media gambar dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya gerak benda pada siswa kelas IV
SD Negeri Paluhomboo 01 Kecamatan Bendosari semester 2 Tahun Pelajaran
2018/2019.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Paluhombo 01 yang
beralamat di Kenteng RT. 01 RW. 03, Paluhombo, Kecamatan Bendosari,
Kabupaten Sukoharjo. Penelitian dilaksanakan pada semester 2 Tahun Pelajaran
2018/2019 dalam kurun waktu 4 (empat) bulan, yaitu pada periode bulan Januari
2019 sampai bulan April 2019.

B. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas IV SD
Negeri Paluhombo 01 semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 16
orang. Objek dalam penelitian adalah meningkatkan hasil belajar IPA materi
gaya gerak benda pada siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 semester 2
Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui penerapan model pembelajarna kooperatif
The Learning Cell berbantuan media gambar.

C. Data dan Sumber Data


Data adalah hasil pencatatan dari peneliti yang berupa angka maupun fakta
yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi (Arikunto, 2013: 16).
Penelitian Tindakan Kelas biasanya berkaitan dengan data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif yaitu hasil belajar peserta didik, sedangkan data
kualitatif berupa informasi pelaksanaan pembelajaran tentang penerapan model
pembelajarna kooperatif The Learning Cell berbantuan media gambar.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa: 1) Prestasi belajar
siswa dalam pembelajaran IPA materi Gaya Gerak Benda, 2) Daftar nilai, 3)
Perangkat pembelajaran yang dibuat guru, 4) Buku sumber pelajaran, 5) Hasil
observasi, observasi yang dilakukan sebelum, selama, dan sesudah tindakan
penelitian, dan 6) dokumentasi selama tindakan.
Data hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 (tiga) macam,
yaitu: a) Data kondisi awal, yaitu nilai hasil belajar IPA materi gaya gerak benda
berupa nilai ulangan harian siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 mata
pelajaran IPA sebelum peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas, b) Data
siklus I, yaitu nilai hasil belajar IPA materi gaya gerak benda siswa kelas IV SD
Negeri Paluhombo 01 pada akhir siklus I, dan c) Data siklus II, yaitu nilai hasil
belajar IPA materi gaya gerak benda siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01
pada akhir siklus II.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi,
tes, dan analisis dokumen. Alat pengumpul data pada metode tes tertulis untuk
mengukur hasil belajar IPA materi gaya gerak benda siswa IV SD Negeri
Paluhombo 01 pada siklus I dan II berupa butir soal. Alat yang digunakan adalah
dokumen daftar nilai IPA siswa pada kondisi awal, sedangkan untuk siklus I dan
siklus II dilakukan dengan tes tertulis.

E. Uji Validasi Data


Uji validitas data yang digunakan dalam peneliti in adalah teknik
trianggulasi, yaitu triangulasi sumberdata dan trianggulasi tehnik.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisis
data kuantitatif berupa analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai
hasil belajar antar siklus penerapan model pembelajarna kooperatif The
Learning Cell berbantuan media gambar.

G. Indikator Kerja Penelitian


Indikator kinerja dalam penelitian ini terdiri dari indikator sikap ilmiah dan
prestasi belajar. Siswa dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar dalam
pembelajaran IPA materi “Gaya Gerak Benda” apabila hasil belajarnya sudah
mencapai KKM yang ditetapkan yaitu > 70. Siswa secara klasikal dianggap
sudah mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA materi “Gaya Gerak
Benda” apabila nilai rata-rata kelas hasil belajarnya sudah mencapai KKM yang
ditetapkan, yaitu > 70. Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah siswa
yang hasil belajarnya sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM sudah
mencapai > 80% dari jumlah siswa.

H. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengikuti prinsip-prinsip
PTK yang terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) tahap planning (rencana tindakan),
2) tahap implementing (tindakan), 3) tahap observing (observasi), dan 4) tahap
reflecting (refleksi). Hasil refleksi pada siklus I digunakan untuk melanjutkan
perencanaan pada siklus II, begitu seterusnya.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan dan
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Siklus pertama
dilaksanakan selama dua minggu dan siklus kedua juga dilaksanakan selama dua
minggu. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap siklus terdiri dari 4
tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi hasil
tindakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan survei awal dengan
mewawancarai beberapa siswa untuk mengetahui informasi mengenai
pembelajaran IPA materi gaya gerak benda. Berdasarkan hasil survei, metode
yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri
Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019
adalah metode konvensional, yaitu ceramah dan tanya jawab. Aktifitas
pembelajaran lebih didominasi oleh guru dan siswa cenderung pasif. Pelajaran
IPA kebanyakan hanya berupa teori yang dihafalkan siswa tapi kurang dihayati.
Dalam pelajaran IPA diharapkan siswa lebih bisa mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pada waktu diadakan tanya jawab hanya ada 1 atau 2
siswa yang bertanya sedangkan yang lainnya ada yang ngantuk dan ada juga
yang bercanda.
Pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari
semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 terhadap materi gaya gerak benda rendah
dan mengakibatkan hasil belajar IPA siswa juga rendah. Diketahui data hasil
belajar pada kondisi awal siswa kelas IV materi gaya gerak benda adalah 60,
dengan perolehan nelai tertinggi adalah 75 dan nilai terendah adalah 50. Dari
keseluruhan jumlah siswa (16 siswa) baru 5 siswa (31,25%) yang tuntas,
sedangkan yang 11 siswa (68,75%) belum tuntas.
Berdasarkan data pada survei awal, maka peneliti sebagai guru di kelas IV
membuat solusi untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa IPA
materi gaya gerak benda dengan melaksanakan suatu penelitian tindakan kelas
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif The Learning Cell berbantuan
media gambar.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilakukan terdiri dari dua
siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Adapun tahapan
dalam setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Siklus I
Tahap perencanaan dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Februari 2020 di kelas
IV SD Negeri Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari, guru sebagai peneliti
menyusun rencana tindakan yang akan dilaksanakan dalam proses penelitian.
Kegiatan yang dilakukan pada siklus I antara lain membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan instrumen penelitian, menyusun
jadwal pelaksanaan siklus I, meyiapkan media gambar yang akan digunakan
dalam pembelajaran, dan lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran guru
dan lembar pengamatan aktivitas siswa.
Pada tahap tindakan peneliti menerapkan skenario pembelajaran sesuai
dengan RPP yang sudah dibuat. Tindakan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali
pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Februari 2020
selama dua jam pelajaran, yaitu mulai pukul 07.35 sampai dengan pukul 08.45
WIB. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Februari 2020 selama
dua jam pelajaran, yaitu mulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.15 WIB.
Peneliti sebagai guru menyampaikan mata pelajaran IPA materi gaya gerak
benda dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif The Learning Cell
berbantuan media gambar. Selain itu guru juga berperan sebagai observer, yang
mengamati proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan int, dan penutup. Pertemuan ketiga
digunakan untuk melaksanakan evaluasi berupa tes tertulis pada hari Rabu, 20
Februari 2020.
Pada tahap observasi guru sebagai peneliti mengamati proses pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif The Learning Cell
berbantuan media gambar. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan
pedoman yang sudah dibuat yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif The Learning Cell berbantuan media
gambar terhadap hasil belajar IPA siswa materi gaya gerak benda. Berdasarkan
nilai hasil belajar siswa pada siklus I dapat dikelahui bahwa terjadi adanya
peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Peningkatan ini dilihat dari nilai
rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan jumlah siswa yang sudah tuntas.
Nilai rata-rata kondisi awal 60 meningkat menjadi 69, nilai tertinggi kondisi
awal 75 meningkat menjadi 80, nilai terendah kondisi awal 50 meningkat
menjadi 60, dan jumlah siswa yang tuntas pada kondisi awal 5 siswa (31,25%)
meningkat menjadi 9 siswa (56,25%).
Berdasarkan hasil observasi dan tindakan pada siklus I, peneliti melakukan
analisis dan refleksi. Pada dasarnya pembelajaran pada siklus I sudah cukup
menunjukkan adanya peningkatan, namun masih terdapat beberapa indikator
yang perlu diperbaiki diantaranya pemanfaatan media gambar oleh siswa belum
optimal, guru belum melakukan refleksi bersama siswa pada akhir kegiatan
pembelajarn, dan perlu adanya perbaikan pada setiap tahapan dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif The Learning Cell oleh guru.

Siklus II
Tahap perencanaan dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Februari 2020, guru
sebagai peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
menyiapkan instrumen penelitian, menyusun jadwal pelaksanaan siklus II, dan
meyiapkan media gambar yang lebih bervariasi. Waktu penelitian pada siklus II
dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, yaitu Selasa, 5 Maret 2020, Selasa, 12
Maret 2020 pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.15 WIB, dan Selasa, 19 Maret
2020 pukul 07.35 sampai dengan pukul 08.45 WIB.
Pada tahap tindakan peneliti menerapkan skenario pembelajaran sesuai
dengan RPP yang sudah dibuat. Pada tahap ini materi lebih diperluas lagi dengan
menayangkan video pembelajaran untuk memperdalam materi. Selain itu pada
saat penerapan model pembelajaran kooperatif The Learning Cell guru
melakukan pembimbingan kepada siswa yang pada siklus I masih belum
menguasai materi.
Observasi pada siklus II menggunakan lembar observasi yang sama
dengan siklus I, yaitu lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran guru dan
lembar pengamatan aktivitas siswa. Dokumentasi pembelajaran dilakukan oleh
teman sejawat, hasilnya berupa foto dan video pembelajaran. Dilihat dari nilai
hasil belajar siswa yang telah dilakukan pada siklus II dapat dikelahui bahwa
sudah terdapat peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan ini
ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata siklus I dari 69 menjadi 83, nilai
tertinggi siklus I dari 80 menjadi 100, nilai terendah siklus I dari 60 menjadi 65,
dan jumlah siswa yang tuntas pada siklus I dari 9 siswa (56,25%) menjadi 15
siswa (93,75%), sehingga indikator kinerja penelitian yang telah ditetapkan
sebesar 80% sudah tercapai dengan baik. Oleh sebab itu penelitian tindakan
kelas ini telah berhasil dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Masih
terdapat satu siswa yang belum mencapai KKM, untuk itu guru sebagai peneliti
akan memberikan tindakan secara khusus berupa bimbngan dan tambahan jam
belajar diluar jam efektif.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi terhadap tindakan penelitian
yang telah dlakukan dan capaian hasil belajar IPA siswa materi gaya gerak
benda maka dapat disimpulkan bahwa “Penerapkan model pembelajaran
kooperatif The Learning Cell berbantuan media gambar dapat meningkatlan
hasil belajar IPA materi gaya gerak pada siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo
01 Kecamatan Bendosari semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.

C. Pembahasan
Proses penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan
tiga kali pertemuan pada masing-masing siklus. Terdapat empat tahapan pada
setiap siklusnya, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Berdasarkan deskripsi penelitian yang telah dipaparkan di atas terdapat beberapa
temuan dan pembahasan hasil tindakan tentang penerapkan model pembelajaran
kooperatif The Learning Cell berbantuan media gambar dalam meningkatlan
hasil belajar IPA materi gaya gerak pada siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo
01 Kecamatan Bendosari semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.
Berdasarkan deskripsi kondisi awal setelah dilakukan wawancara dan
observasi terhadap guru dan siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01
Kecamatan Bendosari, diperoleh gambaran bahwa hasil belajar IPA materi gaya
gerak pada siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari
semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 masih rendah. Hal ini ditandai dengan
masih rendahnya nilai rata-rata siswa dan kurangnya jumlah siswa yang nilainya
sudah mencapai KKM yaitu > 70.
Setelah dilaksanakan tindakan siklus I, secara empiris diperoleh data
peningkatan hasil belajar siswa IPA materi gaya gerak benda, namun belum
mencapai indikator kinerja penelitian yang telah ditetapkan yaitu 80% jumlah
siswa yang nilainya mencapai KKM. Penyebab ketidaktercapaian indikator ini
adalah karena guru belum memaksimalkan penerapkan model pembelajaran
kooperatif The Learning Cell berbantuan media gambar, juga masih terdapat
siswa yang ramai serta kurang memperhatikan sehingga terdapat langkah
pembelajaran yang terlewat.
Hasil tindakan siklus II juga mengalami peningkatan dan hasil belajar
siswa sudah dapat melampaui indikator kinerja penelitian yang telah ditetapkan.
Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil rata-rata kelas pada siklus II sebesar 83
(93,75% siswa mampu memenuhi KKM > 70 sehingga indikator kinerja
penelitian telah terpenuhi.

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Tahapan Jumlah Siswa Prosentase Nilai Rata-rata


Penelitian Tuntas Ketuntasan Kelas
Kondisi Awal 5 31,25% 60

Siklus I 9 56,25% 69

Siklus II 15 93,75% 83
90
80
70
60
Kondisi
50 Awal
40
Siklus I
30
Siklus II
20
10
0
Jumlah Siswa Prosentase Nilai Rata-rat Kelas
Tuntas Ketuntasan

Grafik Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Model pembelajaran kooperatif The Learning Cell berbantuan media


gambar memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan hasil belajar IPA
materi gaya gerak pada siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 Kecamatan
Bendosari semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019. Hal ini dikarenakan The
learning cell adalah salah satu cara dari pembelajaran kelompok, khususnya
kelompok kecil. Teknik ini merupakan cara praktis untuk mengadakan
pengajaran sesama siswa di kelas. Teknik pembelajaran ini juga memungkinkan
guru untuk memberi tambahan bila dirasa perlu pada pengajaran yang dilakukan
oleh siswa (Silberman, 2006: 177).

KESIMPULAN
A. Simpulan
Simpulan dari kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh
peneliti adalah sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif The Learning Cell dengan
berbantuan media gambar dalam upaya peningkatan hasil belajar peserta
didik IPA materi gaya gerak benda pada pada siswa kelas IV Sekolah Dasar
Negeri Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari semester 2 Tahun Pelajaran
2018/2019 meliputi enam langkah, yaitu menyampaikan tujuan
pembelajaran, menyampaikan materi pembelajaran, siswa menganalisis
masalah, melakukan diskusi kelompok untuk menemukan solusi dari
permasalahan yang dialami, presentasi hasil diskusi, dan membuat refleksi
serta simpulan dari materi yang telah dipelajari.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif The Learning Cell dengan
berbantuan media gambar dalam upaya peningkatan hasil belajar peserta
didik IPA materi gaya gerak benda pada pada siswa kelas IV Sekolah Dasar
Negeri Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari semester 2 Tahun Pelajaran
2018/2019 dilaksanakan dengan empat tahapan, yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Peningkatan tersebut dapat diketahui dari
tes hasil belajar yang dilaksanakan pada tahap kondisi awal, siklus I, dan
siklus II. Peningkatan tersebut dapat diketahui dari hasil jumlah siswa yang
tuntas, prosentase ketuntasan, dan nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas
pada kondisi awal adalah 60 dengan jumlah siswa yang tuntas 5 orang
(31,25%). Pada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 69 dengan siswa yang
tuntas 9 orang (56,25%) dan p ada siklus I nilai rata-rata kelas adalah 83
dengan siswa yang tuntas 15 orang (93,75%) sudah melebihi indikator
kinerja penelitian sebesar 80% dari nilai KKM > 70.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian in berdasarkan simpulan
dan implikasi di atas adalah:
1. Kepada guru: (1) dalam pembelajaran IPA materi gaya gerak benda melalui
model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell guru harus
membimbing siswa dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang
secara runtut, (2) guru diharapkan tidak bosan dalam melakukan evaluasi
pembelajaran, baik evaluasi terhadap peserta didik maupun evaluasi
terhadap kinerjanya, sehingga upaya untuk meningkatan hasil belajar
peserta didik IPA materi gaya gerak benda dapat tercapai dengan hasil yang
memuaskan melalui model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell
berbantuan media gambar, dan (3) guru hendaknya selalu berusaha mencari
alternatif cara-cara yang dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan siswa, baik melalui penggunaan metode, media atau alat
peraga sehingga mutu pembelajaran dapat ditingkatkan.
2. Bagi siswa: (1) siswa hendaknya meningkatkan keberanian dalam
mempresentasikan hasil diskusinya dalam pembelajaran IPA materi gaya
gerak benda di hadapan teman-temannya, (2) siswa hendaknya berperan
aktif dalam kegiatan diskusi dan mau bekerja sama dalam memecahkan
masalah tentang materi gaya gerak benda, dan (3) siswa hendaknya selalu
meningkatkan kreatifitas dan motivasinya dalam kegiatan pembelajaran.
3. Bagi sekolah: (1) sekolah hendaknya mensosialisasikan penerapan model-
model pembelajaran yang aktif dan inovatif dalam rangka meningkatkan
kemampuan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, sehingga
kemampuan dan hasil belajar siswa juga akan meningkat, (2) hendaknya
model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dapat dijadikan sebagai
salah satu pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang aktif dan
inovatif, tentu saja dengan melakukan modifikasi yang sesuai.
4. Bagi peneliti lainnya: (1) bagi peneliti yang ingin menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe the learning cell berbantuan media gambar
dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi disesuaikan dengan
kondisi sekolah masing-masing, (2) bagi peneliti yang menggunakan
variabel pembelajaran IPA materi gaya gerak benda sebaiknya
menambahkan referensi kajian pustaka yang bervariatif agar kekurangan
pada menelitian ini dapat diperbaiki dan disempurnakan.
5. Bagi Petugas Perpustakaan: hendaknya hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan untuk menambah koleksi perpustakaan sehingga bermanfaat
bagi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhamad. 1983. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:


Angkasa.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan: untuk Guru, Kepala Sekolah &
Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Arsyad. Azar. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Flower, H. W. krokotok.com>2016/05>how-to-draw. (Online). Diakses pada tanggal


25 Februari 2015 pukul 20.15 WIB.
Gronlund. 1985. Menyusun Tes Hasil Belajar. Semarang: IKIP Semarang. Press.
Hamalik, Oemar. 1986. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
., Oemar. 1994. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning . Bandung: Alfabeta.

Lie, Anita. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.


Nash, Wigner. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi IPA (Online) eprints.uny.ac.id.
Diakses tanggal 25 Februari 2015 pukul 20.45 WIB.

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Purwanto, Ngalim. 1997. Metodologi Penelitian Kuantitatif Pendidikan. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:


Laksbang Mediatama. Depdiknas.

Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta:
Quantum Teaching.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group Raja Grafindo Persada.

Sardiman, dkk, 1990. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Rajagrafindo Persada.

Sardiman, dkk, 1996. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Rajagrafindo Persada.
. 1996. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Rajagrafindo Persada.

. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.


Silberman, Mel. 2006. Active Learning. 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Yappendis.

Slavin, E. Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma.


Sund, Robert, B. Including Accent On Science Grade 3. (Online).
https://www.thriftbooks.com>robert-b-sund. Diakses pada tanggal 3 Maret
2015 pukul 14.25 WIB.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winarno, Surakhmad. 2003. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung:


Tarsito.
Wiriatmaja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Zaini, H. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Institut Islam Negeri
Sunan Kalijaga.
Penelitian ini menggunakan model Research and Development (Kaji Tindak) yaitu untuk mengkaji
dan mengembang22kan model pengawasan pendidikan yang baik dari segi struktur, instrumen, dan teknis
pelaksanaannya. Di akhir penelitian ini diharapkan dihasilkan tiga hal yaitu: (1) struktur organisasi kepe-
ngawasan; (2) instrumen pengawasan; dan (3) pedo- man teknis pelaksanaan kepengawasan. Untuk tahap ini
dikonsentrasikan pada tahap pemotretan kepenga-
wasan pendidikan kompetensi guru SDN Lirboyo 1
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri dalam menulis
PKG dan PKB melalui workshop, sebagai landasan pijak pada pengamatan berikutnya.
Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus
masing-masing siklus 1 kali pertemuan. Siklus 1 menjelaskan tentang cara kemampuan guru SDN Lirboyo 1 Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri dalam menulis PKG melalui workshop, sedangkan pada siklus 2 melanjutkan penjelaskan
tentang cara menulis PKG dan PKB melalui workshop. Waktu belajar efektif sebanyak 4 jam pelajaran Hal ini dilakukan
karena pembelajaran ini sebagai sumber belajar sehingga menuntut guru dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Hal
ini menimbulkan konsekuensi pembelajaran dilakukan, namun demikian hal ini sudah disepakati oleh guru dengan
pimpinan sekolah beserta pengawas sekolah.
Tabel 3.1
Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah
Tujuan Pembelajaran
Siklus Indikator (Pada produk) Tempat
kompetensi guru a. Guru dapat menjelaskan
SDN Lirboyo 1 pengertian PKG dan PKB
Kecamatan b. Guru dapat menjelaskan
Mojoroto Kota tentang prinsip-prinsip PKG dan Aula
1 Kediri dalam PKB
menulis PKG dan c. Guru dapat menjelaskan tentang
PKB melalui langkah-langkah pemilihan PKG
workshop dan PKB

kompetensi guru a. Guru dapat menjelaskan tentang


SDN Lirboyo 1 penentuan cakupan penulisan PKG
Kecamatan dan PKB
Mojoroto Kota b. Guru dapat menentukan sumber Aula
2 Kediri dalam PKG dan PKB
menulis PKG dan c. Guru dapat menentukan
PKB melalui langkah- langkah penulisan PKG
workshop dan PKB

Sumber data penelitian ini yaitu hasil tes dan observasi tentang kemampuan guru dalam PTK sesusi bahan ajar. Tes
meliputi praktik menulis PKG dan PKB. Observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas selama pelaksanaan workshop.
Bentuk tes yang digu- nakan dalam penelitian ini tes praktik menulis PKG dan PKB sesuai bahan ajar. Instrumennya
berupa lem bar tugas. Sedangkan data observasi dalam penelitian

17 Jurnal Pendidikan & Budaya WARTA Jurnal Pendidikan & Budaya WARTA 17
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
ini diperoleh dari selama kegiatan berlangsung. Pene- Kriteria kategori nilai:
liti melakukan pengamatan dan observasi terhadap 3,6 – 4 = Baik sekali
aktivitas guru. Instrumen yang digunakan dalam 3,1 – 3,5 = Baik
melakukan observasi berupa lembar observasi. 2,6 – 3 = Cukup baik
Penilaian ini untuk menilai sikap/perilaku dan 2,1 – 2,5 = Cukup
ketrampilan guru selama kegiatan workshop 1,6 – 2 = Kurang
berlangsung yaitu selama guru bekerja lembar 0 – 1,5 = Kurang sekali
pengamatan aktifitas guru. Dengan skor diperoleh Tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
aktivitas guru dengan kategori tertentu dan dirata-rata nilai 1 tidak ada, nilai 2 sebanyak 7, nilai 3 sebanyak
hasilnya yang dihitung dengan rumus: 3. Analisis di atas dapat dilihat bahwa jumlah nilai
kesimpulan hasil observasi guru mencapai 188. Maka
mean atau nilai rata-rata yang dicapai adalah:
Kriteria kategori nilai :
9 – 10 = Baik sekali
7 – 8,99= Baik
6 – 6,99= Cukup baik
5 – 5,99= Cukup Kegiatan tes dilaksanakan setiap akhir siklus.
4 – 4,99= Kurang Pada siklus pertama ini menggunakan tes tugas atau
1 – 3,99= Kurang sekali praktik menulis PKG dan PKB berupa hasil penilaian
Penelitian Tindakan Sekolah yang dilaksanakan formatif . Hasil dari tes siklus I ini adalah:
di SDN Lirboyo 1 Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tabel 4.2
ini, dalam pelaksanaannya peneliti dibantu oleh Hasil tes siklus I
No. Nilai x F Fx
sorang pengawas atau partisipan. pengawas tersebut 1. 10 1 10
2. 9 2 18
berperan sebagai pengamat atau observer untuk 3. 8 1 8
4. 7 2 14
mengamati aktivitas guru selama pelaksanaan work- 5. 6 2 12

shop. Sedang waktu yang digunakan pada proses 6.


7.
5
4
-
2
-
8
penelitian ini adalah sebagai berikut: N = 10 ∑Fx=70

Kriteria kategori nilai :


9 – 10 = Baik sekali
7 – 8,99= Baik
6 – 6,99= Cukup baik
5 – 5,99= Cukup
4 – 4,99= Kurang
1 – 3,99= Kurang sekali
Analisis di atas dapat dilihat dari 10 responden.
Jumlah nilai keseluruhan yang diperoleh adalah 70,
maka nilai rata-rata (mean) yang dapat dicapai adalah:

PEMBAHASAN
Siklus I
Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung pada 2 Dari hasil analisis di atas, diketahui bahwa nilai
Januari-28 Februari 2018. Selama kegiatan ini rata-ratanya (meannya) yaitu 70. Berdasarkan kriteria
berlangsung, peneliti melakukan pengamatan atau kategori dapat dinyatakan bahwa hasil tes tergolong
observasi terhadap aktivitas guru. Instrumen yang baik).
digunakan dalam melakukan observasi ini berupa Siklus II
lembar observasi.Hasil observasi yang diperoleh pada Pelaksanaan siklus II ini menerapkan kegiatan-
siklus I ini dapat diungkapkan sebagai berikut: kegiatan yang direncanakan. Pelaksanaan pada siklus
Tabel 4.1 II ini, 10 guru peserta workshop dibagi menjadi 6
Hasil analisis observasi guru pada siklus I kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas
No Nilai N ∑x 1-2 orang. Hasil observasi yang diperoleh pada siklus
1 1 - 0 II ini dapat diungkapkan sebagai berikut.
2 2 7 14 Tabel 4.3
3 3 3 9 Analisis hasil observasi guru pada siklus II
10 23 No. Nilai N ∑x
1. 1 - 0
Keterangan: 2. 2 1 2
N = banyak responden 3. 3 9 27
10 29
∑x = jumlah nilai keseluruhan

18 Jurnal Pendidikan & Budaya WARTA Jurnal Pendidikan & Budaya WARTA 18
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
Tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada siklus II sudah adanya perubahan yang positif.
nilai 1 tidak ada, nilai 2 sebanyak 1, nilai 3 sebanyak Aktivitas guru sudah mulai tampak. guru yang semula
9. Pada analisis di atas dapat dilihat bahwa jumlah pasif menjadi lebih aktif untuk menyelesaikan
nilai keseluruhan hasil observasi guru mencapai 29, tugasnya. Observasi pada siklus II ini nilai rata-rata
maka mean atau rata-rata yang dicapai adalah: yang semula 2.30 menjadi 2.90. Sedangkan hasil tes
yang semula dengan nilai rata-rata 7.00 menjadi 8.80.
Berdasarkan kriteria kategori nilai dapat disimpulkan
bahwa hasil observasi dan tes tergolong baik sekali,
Dari hasil analisis di atas nilai rata-rata (mean) dan ada peningkatan menulis PKG. 2) Kendala dalam
tergolong baik sekali. penulisan PKG dan PKB adalah masih banyaknya
Lalu, analisis hasil tes menulis PKG dan PKB guru yang bersifat keseragaman, dalam hal ini belum
dilakukan selama proses pembelajaran dan setelah percaya diri dalam menulis PKG dan PKB.
berakhirnya siklus. Adapun hasil dari tes siklus II. SARAN
Tabel 4.4 Saran yang ingin penulis utarakan ini mungkin
Hasil tes siklus II lebih dikhususkan bagi para guru yang merupakan
ujung tombak pendidikan dan berhubungan langsung
dengan para siswa. Saran-saran yang dimaksud adalah
sebagai berikut: 1) Hendaknya selalu berpikir kekini-
an, paradigma baru dan tanggap terhadap perkem-
bangan jaman. 2) Bersikaplah dengan penuh kekeluar-
Analisis di atas dapat dilihat dari 10 responden. gaan dan persahabatan dan mau mengemukakan
Jumlah nilai keseluruhan yang diperoleh adalah 88 kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. 3) Meningkat-
maka nilai rata-rata (mean) yang dapat dicapai adalah: kan mutu pada setiap jenis, jenjang dan jalur pendi-
dikan. Oleh sebab itu, pemerintah menetapkan
delapan standar nasional pendidikan yakni standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
Dari hasil analisis di atas, diketahui bahwa nilai pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
rata-ratanya (meannya) yaitu 8.80. Berdasarkan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
kriteria kategori dapat dinyatakan bahwa hasil tes dan standar penilaian pendidikan.
tergolong baik sekali).
Berdasarkan hasil observasi siklus I rata-rata 2 Daftar Pustaka
pada siklus II meningkat rata-rata menjadi 2.30 1. Kemdiknas. Peraturan Menpan nomor 16 tahun
menjadi 2.90. Sedangkan hasil tes pada siklus I masih 2009.
banyak guru yang mendapat nilai 4. Pada siklus II 2. Direktorat Pendidikan dasar (2007). Kebijakan
nilai 4 sudah tidak ada dan nilai rata-rata kompetensi pendidikan dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan
guru pun meningkat menjadi 8.80. Dari observasi sik- Dasar.
lus I, dan siklus II semakin adanya peningkatan. Pada 3. Danim Sudarwan, 2002. Inovasi Pendidikan,
observasi I masih adanya guru yang pasif dan belum Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
menunjukkan kekompakan dalam diskusi kelompok. Tenaga Kependidikan (Bandung: Pustaka Setia,)
Setelah melaksanakan observasi pada siklus II sudah 4. Kemendiknas, 2011. Pedoman Pengelolaan
adanya respon yang positif, sehingga dapat mening- Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
katkan aktivitas guru serta hasil tes praktik PKG dan (PKB), Jakarta.
PKB lebih memuaskan karena sudah tidak ada lagi 5. Suparlan, 2006. Guru Sebagai Profesi.
guru yang mendapatkan nilai 4 dan 5. Yogyakarta: Hikayat
KESIMPULAN 6. Surya, Muhammad. 2003. Percikan Perjuangan
Penerapan workshop dalam PKG dan PKB Guru (Cet. I); Semarang: CV. Aneka Ilmu
ternyata mampu meningkatkan kompetensi guru. 7. Trimo. 2008. Pembinaan Profesional melalui Su-
Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai pervisi Pengajaran sebagai Upaya Peningkat-
berikut: 1) Pada siklus I, berdasarkan analisis data an Profesionalisme Guru, (http://researchengines.
bahwa dengan adanya tindakan-tindakan yang dilak- com/trimo70708.html diakses 6 Desember 2013)
sanakan pada tahap pelaksanaan belum menunjukkan 8. Wijaya Cece, Rusyan Tabrani, 2000. Kemampuan
aktivitas secara optimal. Hasil yang dicapai pada Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar,
observasi siklus I ini rata-rata 2.30. Sedangkan nilai Bandung: Remaja Rosdakarya
rata-rata (mean) dari hasil analisis tes adalah 7.00. 9. http://penadeni.com. Pengembangan Keprofesian
Berdasarkan kriteria kategori nilai dapat dinyatakan Berkelanjutan (PKB) Bagi Guru. Diakses 6
Desember 2013
bahwa hasil observasi dan hasil tes tergolong baik.

19 Jurnal Pendidikan & Budaya WARTA Jurnal Pendidikan & Budaya WARTA 19
PENDIDIKAN PENDIDIKAN

Anda mungkin juga menyukai