Anda di halaman 1dari 23

TATA CARA PENULISAN DIALOG

Monday, August 26, 2013 - 14 Comments

Sebagai penulis pemula, kesulitan


apa yang biasa timbul selain
bertaburan kalimat tidak efektif ?

Yup! Cara penggunaan tanda baca


dan huruf kapital yang benar dalam
penulisan cerita, terutama dialog!

Sama-sama belajar yuuuk!


Dasar penggunaan tanda baca dalam dialog
 Dialog selalu dibuka dan diakhiri dengan tanda petik (” … “). 
 Based on tujuan : Tanda baca apa yang harus kalian pakai di akhir
dialog, yang tergantung pada tujuan dialog tersebut. Jika dialog tersebut
sifatnya pertanyaan, tentunya kalian harus pake tanda tanya (?).
Kalau dialog tersebut deklaratif / pernyataan (menyampaikan fakta
atau opini), akhiri dengan tanda koma (,) atau tanda
titik (.), tergantung pada lanjutan dialog tersebut.
 Nah, maksudnya apa tuh “tergantung pada lanjutan dialog”? Jadi
biasanya, setelah atau sebelum dialog ada frase pelengkap seperti “kata
Katy”, ”tukas Mira”, “pekik Henry”, “Mira berkata”, dll. Frase pelengkap
ini disebut dialog tag. Nah, dialog tag ini akan mempengaruhi tanda
baca yang digunakan untuk mengawali atau mengakhiri dialog
deklaratifmu.
Dialog tag  dalam kalimat berita/pernyataan
Perhatikan contoh di bawah ini. Sebelumnya, keep in mind kalo kita lagi
ngomongin dialog yang sifatnya pernyataan.

(a) “Kemarin Dian nggak pulang,” kata Katy.


(b) Katy berkata, “Kemarin Dian nggak pulang.”

Frase sejenis kata Katy dan Katy berkata  inilah yang namanya dialog


tag,  frase yang mengikuti dialog, yang berfungsi untuk
menginformasikan identitas si pengucap dialog pada pembaca.  Dialog
tag biasanya ditandai dengan kata-kata seperti “ujar”, “kata”, “pekik”,
“tukas”, “sambung”, dll.

Nah, kalo dialog tag  ini letaknya di akhir dialog, akhiri dialogmu dengan
tanda koma seperti di contoh (a). Sementara kalo dialog tag-nya ada di
awal kalimat, gunakan tanda koma setelah dialog tag, dan akhiri dialog
dengan tanda titik, seperti di contoh (b). Selain itu, ingat bahwa tanda
baca yang mengakhiri dialog harus diletakkan sebelum tanda petik
penutup.

Kadang ada beberapa frase yang disalahartikan sebagai  dialog tag. Coba
deh bandingin dialog (a) dan (b) dengan dialog (c) dan (d).
(c) “Kemarin Dian nggak pulang.” Katy menatap ibunya.
(d) Katy menatap ibunya. “Kemarin Dian nggak pulang.”

Kalimat sejenis “Katy menatap ibunya” di (c) dan (d) ini BUKAN dialog
tag. Kalimat tersebut cuma kalimat yang dipakai untuk mendeskripsikan
aktivitas Dian yang lain sambil mengatakan dialog tsb.

Kalau kalimat yang mengikuti dialog BUKAN dialog tag, akhiri dialogmu


dengan tanda titik seperti di contoh (c). Kalau kalimat tersebut ada di
awal (sebelum dialog, seperti di contoh (d)), gunakan tanda titik untuk
mengakhiri kalimat tersebut, baru berlanjut ke dialog.
Dialog tag  di antara dua dialog
Nah, sekarang perhatiin deh kalimat ini.
(e) “Kemarin Dian nggak pulang,” kata Katy. “Kamu tau dia ke mana?”
Ada saatnya, dialog tag  diletakkan di antara dua dialog yang masih
diucapkan oleh orang yang sama. Kalo kasusnya begini, akhiri dialogue
tag-mu dengan tanda titik, baru setelah itu tuliskan dialog keduamu,
seperti di dialog (e). Jangan lupa, dialog kedua tetap diawali dengan
huruf besar.

Beda ceritanya kalo kedua dialog itu sebenernya nyambung, tapi


terpisah sama dialog tag. Biasanya ini menandakan bahwa
ada jeda/pemotongan dalam pengucapan kalimat tersebut. Contohnya
kaya dialog (f) di bawah ini.

(f) “Tapi,” kata Dian, “kamu yakin dia mau?”


Nah, kalo gini kasusnya, gunakan tanda koma setelah  dialogue tag, dan
gunakan huruf kecil untuk mengawali dialog kedua. Hal ini dikarenakan
dialog kedua sebenarnya masih merupakan bagian / masih satu kalimat
dengan dialog pertama.
  Kalimat berjeda
Ada juga kasus lain, di mana kedua kalimat ini terputus oleh
tindakan / action, tanpa dialogue tag.
(g) “Tapi,”–ia meletakkan cangkirnya–”kamu yakin dia mau?”
(h) “Tapi,”–Andi meletakkan cangkirnya–”kamu yakin dia mau?”

Di dialog kaya gini, perbedaannya hanya terletak hanya pada cara


penulisan kalimat tindakan yang menyela (re: kalimat aksi) tsb. Kalimat
aksi harus diletakkan di antara dua tanda pisah en dash  (–), tanpa
menggunakan spasi. Dalam kasus kaya gini, kalimat aksi juga selalu
diawali dengan huruf kecil, seperti di contoh (g), kecuali jika kalimat
tersebut diawali dengan nama, seperti di contoh (h).
Kalimat terputus
Sekarang gimana kalo kalimatnya terputus? Coba simak dialog-dialog
berikut:
(i) “Aku rasa dia nggak a—”
(j) “Aku . . . tidak tau lagi.”
(k) “Aku lelah . . . .”
(l) “Aku lelah . . . ,” keluh Tom.

Ketika dialog terpotong oleh kegiatan atau dialog karakter lain, gunakan
tanda pisah em dash (—) seperti di contoh (i). Sementara, jika
ada jeda dalam sebuah dialog seperti di contoh (j), atau pengucapan
dialog tsb diulur seperti contoh (k) dan (l), gunakan tanda ellipsis (. .
.). Jika tanda ellipsis muncul di akhir kalimat, tambahkan 1 tanda
titik untuk mengakhiri kalimat (contoh (k)) atau tambahkan tanda koma
jika dialog tersebut diikuti dialogue tag  (contoh (l)). Biasanya ada 1 spasi
di antara tiap tanda titik.
Kutipan dalam dialog
Ada juga situasi yang mengharuskan kita mengutip kalimat orang lain
dalam dialog, seperti di contoh (k) dan (l).
(k) “Tadi aku ketemu dia di jalan, dia cuma bilang, ‘Hai, Mita!’ dan
langsung pergi.”
(l) “Seperti kata ayahku, ‘Hidup itu sederhana.’ ”

Saat mengutip perkataan orang lain dalam sebuah dialog, gunakan tanda
petik tunggal (‘…’) sebelum dan sesudah kutipan tsb, seperti pada
kalimat ‘Hai, Mita!’ dan ‘Hidup itu sederhana.’ dalam (k) dan (l). Jika
tanda petik tunggal (‘) dan tanda petik dua (“) letaknya berdampingan,
tambahkan spasi di antara kedua tanda baca tsb.
Dialog panjang
Kadang ada dialog dari karakter yang sama, yang terlalu panjang untuk
dijejalkan dalam 1 paragraf. Misalnya seperti contoh (k).

(k) “Kejadiannya dimulai waktu Aaron dan Tina ketemu di pasar malam.
Awalnya, si Aaron dikenalin ke Tina sama Andrew, temen baiknya. Kalo
diliat dari pertemuan pertama mereka itu, nggak akan nyangka kalo
ujungnya mereka bakal jadian. Tian cuek-cuek gitu, Aaron juga. Mereka
juga nggak saling nanyain nomor telepon masing-masing.

“Tapi ternyata dua tahun kemudian mereka kerja di kantor yang sama
dan akhirnya jadian.”
Dalam kasus seperti ini, dialog ini bisa dibagi menjadi 2 (atau lebih)
paragraf yang berbeda. Yang perlu diperhatikan adalah, JANGAN akhiri
paragraf dialogmu dengan tanda petik penutup sebelum dialog tersebut
selesai, seperti di contoh (k).
Kata sapaan dalam dialog
Nah, yang terakhir yaitu penggunaan huruf besar untuk kata sapaan,
seperti di contoh (l).
(l) “Jangan pergi, Bu!” Toni memohon pada ibunya.
(m) “Saya hanya ingin membantu Anda.”

Setiap kata sapaan yang ditujukan secara langsung pada lawan bicara si
pengucap dialog harus diawali dengan huruf besar, seperti kata “Bu” di
(l). Selain itu, sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
“Anda” juga harus selalu diawali dengan huruf besar, seperti di (m).

Nah, sekian dulu ya panduan nulis dialog-nya. Semoga berguna buat


kalian yang hobi nulis, biar nulisnya makin lancar dan meringankan
beban para editor. Kalo ada yang menurut kalian perlu dikoreksi, komen
aja, tar direvisi. Yah, Mimin kan juga manusia. :p

Ditunggu ya komennya. Sampai jumpa di post berikutnya!

Cara Menulis Dialog Menggunakan Kalimat


Nah kalau begitu mari kita ulas tata cara menulis dialog menggunakan
kalimat pada jenis teks naratif (novel, cerpen, cerbung, dan sejenisnya).

1. Penggunaan tanda titik di akhir dialog


Contoh salah : “Aku yakin dia pemenangnya”.
Contoh benar : “Aku yakin dia pemenangnya.”
Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.

Apabila di iringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :


Contoh salah : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.
Contoh benar : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi
harus didahului oleh kapital.

Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :


Contoh salah : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Contoh benar : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Ya, betul! Kalimat pertama
kenapa salah? Kan, huruf awal dalam dialognya sudah benar menggunakan
huruf kapital? Memang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca (,) yang
seharusnya (.)

2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog


Biasanya, di gunakan bersamaan dengan dialog tag. Apa itu dialog tag?
Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan
si pengucap kepada pembaca.

Dialog tag juga dapat digunakan apabila dialog tersebut isinya tentang
pengungkapan sesuatu. Di awali dengan huruf kecil setelah tanda petik.
Dan di tandai dengan : “ujar, kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain
sebagainya.”

Contoh salah : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.

Contoh benar : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan.

Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,). Kemudian,
huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, seharusnya huruf awalnya
adalah kecil.

Baca juga : Teknik Menulis: Menggunakan Rangkaian Kalimat Efektif

3. Penggunaan koma (,), titik (.), tanda seru (!) di akhir kalimat
Tanda seru (!), dan tanda tanya (?) pada akhir kalimat dialog seharusnya
diletakkan sebelum tanda petik (“) penutup, bukan sesudahnya.

Contohnya sebagai berikut: 

Contoh salah: “Mereka berencana datang hari ini”, kata ibu. 

Contoh benar: “Mereka berencana datang hari ini,”kata ibu. 

Kalimat pertama menjadi salah karena tanda koma seharusnya sebelum


petik. Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu,
posisinya pun tidak sesuai aturan.  

Contoh lagi,

“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.


Mengapa huruf awal dalam narasinya kapital? Ya, betul. Karena sudah
beda kalimat. “Melirik wanita di sampingnya” dikatakan sebagai kalimat
baru.

Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru,
narasinya diawali dengan huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)

4. Tanda Elipsis/Titik tiga (…)


Tanda ini biasa digunakan untuk memberikan jeda pada dialog.

Contohnya : “Jadi … kau benar-benar menolakku?”

Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog


adalah ketika ada jeda dalam dialog tersebut. Sebelum menggunakan
elipsis, beri spasi terlebih dahulu. 

Setelah menggunakannya pun beri spasi lagi. Kemudian silahkan mulai kata
selanjutnya. Ingat, kata baru setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat
contoh untuk pemahaman lebih detail.

Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?

Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh 1

“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2

“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.

Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya,
maka gunakan contoh 1.

Pertanyaannya: Mengapa titiknya empat bukan tiga?

Jawaban: Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah
tanda baca. Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi
setelahnya, maka gunakan contoh nomor 2. Yang mana hanya terdapat
tanda elipsis di sana.

Baca juga : 11 Langkah-Langkah Menulis Karya Ilmiah yang Efektif


5. Penggunaan en dash (—) dalam dialog
Biasanya digunakan untuk dialog yang terputus-putus atau terpotong.

Contoh 1 :

“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).

Contoh 2:

“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah


ucapannya).

“Iya. Aku pelakunya,” ucap Putra cepat.

6. Penggunaan kata “kan”


Contoh: “Dia itu kekasihmu, kan?”

Perhatikan cara meletakkannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti


ini dalam beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Sementara, contoh serupa: “Belajar yang rajin ya, Nak.”

Kalimat seperti itu pun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”

Mengapa kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar? Karena “Nak” di
situ merupakan panggilan pengganti untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non,
dll).

7. Nama Panggilan dalam Dialog


Contoh 1 :

“Aku harap Ayah merestui pernikahan kami,” ucap Putra penuh harap.

Contoh 2 :

“Aku berharap ayahmu merestui pernikahan kita,” kata Putri lirih.

Antar kedua kalimat tersebut ada perbedaan bukan? 

Dicontoh pertama, kata “Ayah” diawali dengan huruf kapital. Kenapa?


Karena orang yang di maksud ada di sana. Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan dicontoh kedua, kata “ayah” di awali dengan huruf kecil yang
mana menandakan sang ayah tidak ada di sana. Atau tidak terlibat dalam
percakapan tersebut.

Contoh 3 :

“Menurut pak Aldi, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :

“Terimakasih Pak Aldi atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan
empat, perhatikan baik-baik.

Di contoh nomor 3, kata “pak Aldi” huruf awalnya ditulis kecil dan huruf
keduanya ditulis besar karena merupakan nama orang. Ini sama seperti
contoh nomor 1, yang mana pak Aldi tidak terlibat dalam percakapan
tersebut.

Dicontoh nomor 4, kata “Pak Aldi” huruf awalnya ditulis besar dan huruf
keduanya ditulis besar karena merupakan nama orang. Ini sama seperti
contoh nomor 2, yang mana pak Aldi terlibat dalam percakapan tersebut.

Di artikel kali ini saya mau ulas cara menulis dialog dalam novel yang
baik dan benar. Penasaran caranya gimana? Simak artikel ini sampai
habis.

Salah satu tantangan paling besar saat menulis cerita adalah bagaimana
membuat dialog yang menarik dan mengalir.

Oh iya, dialog tidak hanya ada dalam novel tetapi juga pada jenis cerita lain
entah itu cerpen, cerber [cerita bersambung] dan lain sebagainya.

Dialog sendiri adalah elemen penting yang sebenarnya harus ada dalam cerita.
Karena percakapan dapat menambah kualitas cerita tersebut.
Dan ada aturan-aturan tertentu yang harus diikuti seluruh penulis saat
membuat dialog. Istilah aturan ini mengacu pada kebiasaan-kebiasaan lazim
yang diterapkan penulis saat menulis.

Umumnya, ada 6 aturan yang harus di perhatikan saat membuat dialog, yakni:

 Buat inden tiap kali ada orang baru berbicara


 Harus diperjelas siapa saja yang sedang berbicara
 Tanda kutip hanya ditempatkan di awal dan akhir ucapan
 Jika ada dialog dari orang yang sama tidak harus pakai paragraf baru
 Gunakan ragam bahasa dan kata ganti sifat
 Dan aturan khusus untuk dialog panjang
Oleh karena itu, untuk anda yang sedang cari cara menulis dialog yang benar,
cara menulis dialog dalam karangan, cara menulis dialog dalam hati, penulisan
dialog PUEBI, cara penulisan dialog lanjutan, contoh kalimat dialog, tata cara
penulisan dialog dalam naskah drama, cara menulis dialog novel dan lain
sebagainya, baca artikel ini sampai selesai.

5+ Cara Menulis Dialog Dalam Novel


[Aturan, Tanda Baca dan Contoh]
Lantas, bagaimana sih cara menulis dialog dalam novel yang baik dan benar?
Pasti penasaran, kan? Berikut artikelnya untuk anda.

1. Gunakan inden tiap kali ada orang baru berbicara

Poin paling pertama yang harus diperhatikan saat membuat dialog adalah
Inden. Banyak penulis yang salah paham soal ini, terlebih penulis pemula.

Intinya begini, tiap kali ada orang baru yang berbicara, harus buat paragraf
baru atau indentasi.

Sekalipun dalam dialog, orang tersebut tidak mengucapkan satu kata pun atau
mungkin menggunakan frasa pendek, tetap buat indentasinya.

Juga sertakan deskripsi yang menggambarkan tindakan orang yang sedang


terlibat dialog di paragraf awal sebelum kutipan dibuat.
Agar jelas, lihat contoh dibawah ini.

Ariel berkata, “Luna, apakah kamu dengar suara-suara aneh tadi malam?”
Ariel mendorongnya saat Luna tidak menanggapi.

“Suara apa?” tanya Luna, “Dengkuranmu?”

Ariel melotot padanya. “Bagaimana aku tahu kalau aku tidur sambil
mendengkur? Seolah-olah semua yang aku lakukan itu salah di matamu!”

Luna tahu dia marah karena tidurnya tidak nyenyak tadi malam. Meski
sebenarnya Luna hanya berupaya agar Ariel tahu bahwa dengkurannya itu
mengganggu tidurnya.

Diatas hanyalah contoh kecil dari indentansi. Sampai disini sudah paham kan?
Mudah-mudahan sudah.

Lantas, mengapa indentansi itu penting dalam dialog?

Karena indentasi akan membantu pembaca mengikuti alur percakapan yang


ada.

Dengan demikian, inden secara tidak langsung akan memberitahu audiens


saat ada orang baru berbicara.

Beda kasus jika anda nonton film, dimana ada petunjuk visual dan audio yang
membantu penonton mengetahui saat ada orang baru berbicara.

Namun dalam tulisan, jika tidak menggunakan inden, pembaca akan sulit
mengetahui siapa yang berbicara. Oh iya, inden ini berlaku dimana saja dan
jenis tulisan apa saja.

2. Tulis dengan jelas siapa saja yang sedang berbicara

Sebenarnya tidak ada aturan yang pasti tentang berapa kali anda perlu
menyebut nama orang saat dialog terjadi.

Yang penting dialog tersebut tidak membuat pembaca bingung sehingga


harus membaca ulang cerita.
Jika pembaca membaca ulang cerita karena belum tahu siapa yang berbicara,
kedepannya mereka akan lompat ke dialog berikutnya atau paragraf
selanjutnya.

Pada beberapa novel atau cerpen saat terjadi dialog, nama orang biasanya
ditulis 3-5 kali, kadang lebih.

Untuk pemula, bisa terapkan metode yang sama. Jangan lebih dan jangan
kurang. Proporsional istilahnya. Agar paham, lihat contoh percakapan dibawah
ini.

“Sudah bangun, Ariel?” tanya Luna.

“Apa?”

“Kamu sudah bangun apa belum?”

“Belum”

“Maksudnya?”

“Maksudnya kamu ingin membangunkan saya” guman Ariel sambil lalu


mendengus.

“Oh”

“Jadi apa yang kamu mau?” dia tergagap.


“Tidak apa-apa,” kata Luna. “Kembalilah tidur.”

Perhatikan baik-baik contoh diatas, yang mana, tiap paragraf baru


menandakan orang baru berbicara. Pola ini juga yang harus diterapkan saat
membuat dialog.

Agar penekanannya jelas, bisa tambahkan kata sifat yang bisa membantu
pembaca mengidentifikasi suasana dan emosi saat dialog terjadi.

3. Penggunaan tanda kutip

Setiap novel atau cerita selalu menggunakan tanda kutip sebanyak dua kali
saat dialog terjadi.

Tanda kutip itu ditempatkan saat tokoh dalam cerita mulai berbicara dan
setelah ia selesai bicara.

Karena itu, pastikan anda tempatkan tanda kutip yang tepat dan pastikan juga
ditempatkan sebelum kata-kata diucapkan atau setelah selesai diucapkan.

Penting juga diingat, jangan pernah memasukkan nama orang yang sedang
berbicara dalam tanda kutip.

Agar jelas, lihat contoh dibawah ini:

Penggunaan tanda kutip yang salah:

“Ariel berkata saya akan mengambil cucian saya hari setelah pulang dari
studio.”

“Bagus, kalau begitu aku bisa pesan Grab Food untuk makan malam nanti,
jawab Luna.”

Penggunaan tanda kutip yang benar:


Ariel berkata, “saya akan mengambil cucian hari ini setelah pulang dari
studio.”

“Bagus, kalau begitu aku bisa pesan Grab Food untuk makan malam nanti,”
jawab Luna.

4. Jika pembicaranya orang yang sama, tidak perlu buat inden


baru

Terkadang, saat membuat dialog, penulis ingin menambahkan deskripsi atau


informasi lain yang mungkin diucapkan orang yang sama dalam cerita.

Jika berada dalam situasi ini, kembali ke dua aturan dasar dalam penulisan,
yakni:

 Tanda kutip ditempatkan diawal pembicaraan dan akhir pembicaraan


 Apabila dialog dilakukan oleh orang yang sama, tidak perlu buat
paragraf baru.
Agar jelas, lihat contoh dibawah ini:

Nadiem Lu, sepupu suami saya, punya potongan rambut yang tak biasa;
membulat di depan, mencuat diatas, dan pendek. “Jelas,” kata suamiku,
“Menarik! sangat keren.” Saya sama sekali tidak terkesan, namun saya
mengerti maksud suami saya untuk memotong rambutnya dengan gaya yang
sama. Akhirnya dia mengaku, “Saya sebenarnya meminta anda untuk
memotong rambut saya seperti Nadiem, karena menurut saya, gaya itu bisa
membuat saya terlihat sopan.”

“Oh… maaf,” kataku. Meskipun sebenarnya saya tidak dapat membayangkan


tampilan suami saya dengan gaya seperti itu.

5. Gunakan ragam bahasa seperti katakanlah

Dalam novel atau cerpen, selalu ada bagian-bagian tertentu yang bikin bosan
pembaca, salah satunya dialog.

Karena itu, sebagai penulis, hindari penggunaan kata-kata yang bikin pembaca
tidak betah.
Bisa dengan menggunakan ragam kata seperti ‘Katanya‘ dan ‘Dia berkata‘
atau percakapan yang berusaha menempatkan identitas pembicara di awal
kalimat.

Dengan harapan agar tulisan tersebut lebih bebas, rileks dan dikondens
dengan baik.

Dalam konteks ragam bahasa, ada beberapa hal penting yang harus anda
perhatikan, yakni:

a. Variasi kata

Variasi kata berarti anda harus tahu dimana dialog itu ditempatkan, apakah
diawal, tengah atau akhir paragraf.

Tiga penempatan dialog diatas adalah yang paling umum, dengan tetap
memperhatikan indentasi dan tanda kutip.

Agar jelas, lihat contoh dibawah ini:

Awal kalimat:

Akhirnya, dia mengaku, “Saya akan meminta anda untuk memotong rambut
seperti milik Nadiem, karena saya pikir itu mungkin membuat saya
terlihat sopan. Meski akhirnya saya berubah pikiran setelah sepupu jauh
saya itu memberi tahu kalau potongan rambut tersebut membuatnya dibully
teman-temannya."

Akhir kalimat :

“Oh… maaf,” kataku.

Tengah kalimat:
“Jelas,” kata suamiku, “sangat canggih dan keren!”

b. Bisa gunakan kata ganti

Cara paling efektif untuk membuat pembaca tidak bosan dengan dialog
adalah dengan menggunakan banyak kata ganti.

Kata ganti berfungsi untuk memberi gambaran emosi yang tepat saat dialog
terjadi. Berikut beberapa contoh kata ganti:

 Untuk pronomina subjek, kata saya bisa diganti Aku dan Daku untuk


orang pertama [bentuk jamaknya kita dan kami]
 Kamu bisa diganti Anda dan Kau untuk orang kedua [bentuk
jamaknya Kalian atau Kamu sekalian]
 Ia bisa diganti dengan Dia dan Beliau untuk orang ketiga [bentuk
jamaknya adalah Mereka]
c. Gunakan kata yang terintensifikasi

Kata yang terintensifikasi adalah kata yang punya banyak fungsi. Biasanya,
kata jenis ini digunakan untuk memberi keterangan suasana dan emosi orang
dalam dialog.

Beberapa contoh kata terintensifikasi


adalah Mengejutkan, Cepat, Serius, Dramatis dan lain sebagainya.

Menggunakan kata terintensifikasi juga akan membantu pembaca cepat


paham apa yang sedang terjadi dalam dialog.

6. Untuk kutipan yang panjang dalam dialog

Banyak penulis yang ingin hemat kata saat menulis dan ada juga yang
kesannya boros kata.

Soal ini kembali ke pribadi masing-masing penulis dan karakteristik apa yang
ingin ditonjolkan dalam cerita.

Salah satu contoh tulisan yang boros kata namun tetap menarik adalah
novel Anatomi Rasa karya Ayu Utami.
Hanya saja, jika ingin menulis novel, baiknya gunakan kata-kata yang ringkas
dan jelas.

Meski ini jadi tantangan paling besar dalam menulis.

Oh iya, menggunakan kutipan yang panjang bisa mempengaruhi emosi


pembaca. Yang penting, kutipan tersebut jelas dan menarik.

Untuk anda yang sedang menulis dan tersandera dengan kutipan pendek,
berikut beberapa tips yang bisa diterapkan saat membuat kutipan panjang,
diantaranya:

a. Gunakan paragraf reguler

Saat menggunakan paragraf reguler, hindari pengutipan sumber seperti pada


koran atau tulisan ilmiah.

Karena itu, cukup gunakan format paragraf seperti biasa kecuali untuk dialog.

b. Perhatikan tanda kutip

Diatas sudah sudah disinggung soal ini dengan tetap memperhatikan


penggunaan tanda kutip sebelum atau setelah mengakhiri dialog.

Kadang juga, dalam tulisan, ada dialog dimana tokoh dalam cerita berbicara
dalam jangka waktu lama.

Seperti misalnya tokoh yang sedang menceritakan perjalannya saat naik Kapal
Putih milik Residen Hindia Belanda ke Batavia dari Ambon tahun 1889.

Jika demikian, penekanannya harus berbeda. Artinya, apabila ada orang yang
berbicara lebih dari satu paragraf, terapkan 4 tips ini:

 Masukan tanda kutip sebelum kata pertama


 Jangan tempatkan tanda kutip di akhir paragraf jika orang tersebut
sedang berbicara
 Sebagai tanda, anda juga bisa memasukkan tanda kutip lagi diawal
paragraf sebagai kode bahwa tokoh dalam cerita masih berbicara
 Setelah itu, beri tanda kutip lagi apabila tokoh tersebut sudah selesai
bercerita
Untuk contohnya bisa lihat poin ke empat diatas, berkaitan dengan
penempatan inden saat orang yang sama berbicara.

TIPS CEPAT Nulis Dialog yang Efektif dan Menarik

Sebagai kesimpulan, ada beberapa TIPS CEPAT yang bisa anda terapkan agar
dialog yang anda buat itu efektif dan menarik.

Tips dibawah ini merupakan versi pendek dari pembahasan diatas sehingga
bisa diterapkan langsung ke cerita tanpa harus baca ulang poin-poin
sebelumnya. Berikut tipsnya:

1. Tambahkan kata sifat

Kata sifat berfungsi untuk menjelaskan bagaimana seseorang melakukan atau


menjelaskan sesuatu.

Dalam konteks ini, bisa tambahkan minimal 1 kata sifat dalam kalimat atau
dialog yang anda buat.

2. Gunakan kata semantik

Agar tidak bertele-tele dan boros kata, bisa gunakan kalimat atau kata ganti
yang artinya sama.

Istilahnya, menggunakan ragam semantik yang bisa membuat tulisan tersebut


terasa renyah dan tidak membosankan.

Agar paham, lihat beberapa contoh dibawah ini:

 Ariel berkata, “Anda mau kemana sekarang?”


 “Anda mau kemana sekarang?” Kata Ariel
 Dengan suara halus, Ariel bertanya, “Anda mau kemana sekarang?”
 Ariel terisak, “Anda mau kemana sekarang?”
 Ariel dengan senang bertanya, “Anda mau kemana sekarang?”
 “Di mana,” Ariel tiba-tiba menyela, “Kamu pergi sekarang?”
Poin diatas hanyalah contoh ya. Disesuaikan sama cerita atau novel yang anda
buat dengan tetap memperhatikan tanda kutip.

3. Tunjukkan siapa yang sedang berbicara

Agar dialog tidak monoton, baiknya tunjukkan kepada pembaca siapa saja
yang sedang berbicara sehingga anda tidak perlu sebutkan nama beberapa
kali.

Jika lebih dari dua orang, baiknya beritahu ke pembaca siapa yang lebih sering
berbicara atau lebih dominan.

4. Perbanyak kosa kata

Sebagai penulis, wajib menguasai banyak kosa kata. Oleh karena itu rajin-
rajinlah baca buku untuk menambah preferensi kosa kata anda.

Karena setelah novel atau cerita tersebut sudah selesai dibuat dan siap
diterbitkan, anda tidak tahu siapa yang akan membacanya.

Oleh karena itu, jika novel anda genrenya romantis, gunakanlah kata-kata
yang sesuai dan proporsional.

Sekali dua kali boleh gunakan kata rayun. Yang penting tidak berlebihan.
Kecuali jika novel tersebut memang secara spesifik ditargetkan untuk orang
dewasa.

5. Rajin baca novel untuk genre yang disukai

Ada banyak genre atau aliran dalam novel, yang paling populer adalah sains-
fiksi, romance, petualangan, songlit dan lain sebagainya.

Jika ingin jadi penulis profesional, pilih salah satu genre saja lalu perbanyak
preferensi di genre tersebut.

Caranya? Dengan membaca novel-novel sesuai genre pilihan.


Misalnya, anda sukanya genre scie-fi, bisa baca novel semacam A Space
Odsysey, Children of Time  dan lain sebagainya.

Pelajari juga teknik menulis yang dibangun penulis, termasuk dialog, kata
ganti dan kata sifat.

Yang paling terakhir, saat menulsi cerpen atau novel, jangan beritahukan


tetapi tunjukkan [show, don’t tell].

Penutup

Aturan penulisan dialog yang saya bahas diatas bukanlah aturan baku. Hanya
saja, banyak penulis yang menggunakan teknik diatas.

Paling terakhir, usahakan untuk fokus ke tulisan. Sebisa mungkin tulisan


tersebut diselesaikan.

Saat menulis, jangan pikirkan soal teknisnya, tata bahasa atau aspek-aspek
lain. Ada waktunya, saat proses pengeditan nanti.

Jika punya masukkan, tambahan atau ada hal lain yang mau disampaikan
terkait postingan ini, silahkan tinggalkan di kolom komentar.

Demikian artikel tentang 5+ cara menulis dialog dalam novel [aturan, tanda
baca dan contohnya]. Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk anda. ***

Hanya saja, jika ingin menulis novel, baiknya gunakan kata-kata yang ringkas
dan jelas.

Meski ini jadi tantangan paling besar dalam menulis.

Oh iya, menggunakan kutipan yang panjang bisa mempengaruhi emosi


pembaca. Yang penting, kutipan tersebut jelas dan menarik.

Untuk anda yang sedang menulis dan tersandera dengan kutipan pendek,
berikut beberapa tips yang bisa diterapkan saat membuat kutipan panjang,
diantaranya:
a. Gunakan paragraf reguler

Saat menggunakan paragraf reguler, hindari pengutipan sumber seperti pada


koran atau tulisan ilmiah.

Karena itu, cukup gunakan format paragraf seperti biasa kecuali untuk dialog.

b. Perhatikan tanda kutip

Diatas sudah sudah disinggung soal ini dengan tetap memperhatikan


penggunaan tanda kutip sebelum atau setelah mengakhiri dialog.

Kadang juga, dalam tulisan, ada dialog dimana tokoh dalam cerita berbicara
dalam jangka waktu lama.

Seperti misalnya tokoh yang sedang menceritakan perjalannya saat naik Kapal
Putih milik Residen Hindia Belanda ke Batavia dari Ambon tahun 1889.

Jika demikian, penekanannya harus berbeda. Artinya, apabila ada orang yang
berbicara lebih dari satu paragraf, terapkan 4 tips ini:

 Masukan tanda kutip sebelum kata pertama


 Jangan tempatkan tanda kutip di akhir paragraf jika orang tersebut
sedang berbicara
 Sebagai tanda, anda juga bisa memasukkan tanda kutip lagi diawal
paragraf sebagai kode bahwa tokoh dalam cerita masih berbicara
 Setelah itu, beri tanda kutip lagi apabila tokoh tersebut sudah selesai
bercerita
Untuk contohnya bisa lihat poin ke empat diatas, berkaitan dengan
penempatan inden saat orang yang sama berbicara.

TIPS CEPAT Nulis Dialog yang Efektif dan Menarik

Sebagai kesimpulan, ada beberapa TIPS CEPAT yang bisa anda terapkan agar
dialog yang anda buat itu efektif dan menarik.
Tips dibawah ini merupakan versi pendek dari pembahasan diatas sehingga
bisa diterapkan langsung ke cerita tanpa harus baca ulang poin-poin
sebelumnya. Berikut tipsnya:

1. Tambahkan kata sifat

Kata sifat berfungsi untuk menjelaskan bagaimana seseorang melakukan atau


menjelaskan sesuatu.

Dalam konteks ini, bisa tambahkan minimal 1 kata sifat dalam kalimat atau
dialog yang anda buat.

2. Gunakan kata semantik

Agar tidak bertele-tele dan boros kata, bisa gunakan kalimat atau kata ganti
yang artinya sama.

Istilahnya, menggunakan ragam semantik yang bisa membuat tulisan tersebut


terasa renyah dan tidak membosankan.

Agar paham, lihat beberapa contoh dibawah ini:

 Ariel berkata, “Anda mau kemana sekarang?”


 “Anda mau kemana sekarang?” Kata Ariel
 Dengan suara halus, Ariel bertanya, “Anda mau kemana sekarang?”
 Ariel terisak, “Anda mau kemana sekarang?”
 Ariel dengan senang bertanya, “Anda mau kemana sekarang?”
 “Di mana,” Ariel tiba-tiba menyela, “Kamu pergi sekarang?”
Poin diatas hanyalah contoh ya. Disesuaikan sama cerita atau novel yang anda
buat dengan tetap memperhatikan tanda kutip.

3. Tunjukkan siapa yang sedang berbicara

Agar dialog tidak monoton, baiknya tunjukkan kepada pembaca siapa saja
yang sedang berbicara sehingga anda tidak perlu sebutkan nama beberapa
kali.

Jika lebih dari dua orang, baiknya beritahu ke pembaca siapa yang lebih sering
berbicara atau lebih dominan.
4. Perbanyak kosa kata

Sebagai penulis, wajib menguasai banyak kosa kata. Oleh karena itu rajin-
rajinlah baca buku untuk menambah preferensi kosa kata anda.

Karena setelah novel atau cerita tersebut sudah selesai dibuat dan siap
diterbitkan, anda tidak tahu siapa yang akan membacanya.

Oleh karena itu, jika novel anda genrenya romantis, gunakanlah kata-kata
yang sesuai dan proporsional.

Sekali dua kali boleh gunakan kata rayun. Yang penting tidak berlebihan.
Kecuali jika novel tersebut memang secara spesifik ditargetkan untuk orang
dewasa.

5. Rajin baca novel untuk genre yang disukai

Ada banyak genre atau aliran dalam novel, yang paling populer adalah sains-
fiksi, romance, petualangan, songlit dan lain sebagainya.

Jika ingin jadi penulis profesional, pilih salah satu genre saja lalu perbanyak
preferensi di genre tersebut.

Caranya? Dengan membaca novel-novel sesuai genre pilihan.

Misalnya, anda sukanya genre scie-fi, bisa baca novel semacam A Space


Odsysey, Children of Time  dan lain sebagainya.

Pelajari juga teknik menulis yang dibangun penulis, termasuk dialog, kata
ganti dan kata sifat.

Yang paling terakhir, saat menulsi cerpen atau novel, jangan beritahukan


tetapi tunjukkan [show, don’t tell].

Penutup

Aturan penulisan dialog yang saya bahas diatas bukanlah aturan baku. Hanya
saja, banyak penulis yang menggunakan teknik diatas.
Paling terakhir, usahakan untuk fokus ke tulisan. Sebisa mungkin tulisan
tersebut diselesaikan.

Saat menulis, jangan pikirkan soal teknisnya, tata bahasa atau aspek-aspek
lain. Ada waktunya, saat proses pengeditan nanti.

Jika punya masukkan, tambahan atau ada hal lain yang mau disampaikan
terkait postingan ini, silahkan tinggalkan di kolom komentar.

Demikian artikel tentang 5+ cara menulis dialog dalam novel [aturan, tanda
baca dan contohnya]. Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk anda. ***

Anda mungkin juga menyukai