Anda di halaman 1dari 4

Bimbingan Challenge 14 hari menulis bersama DPP FTPKN

Cara Menulis Dialog Menggunakan Kalimat

Hallo calon penulis hebat!


Berikut ini adalah contoh menulis dialog untuk memperkaya dan menghidupkan cerita kita. Tata cara
menulis dialog menggunakan kalimat pada jenis teks naratif (novel, cerpen, cerbung, dan
sejenisnya).

1. Penggunaan tanda titik di akhir dialog


Contoh salah: “Aku yakin dia pemenangnya”.
Contoh benar: “Aku yakin dia pemenangnya.”
Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.

Apabila di iringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :


Contoh salah : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.
Contoh benar : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi harus
didahului oleh kapital.

Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :


Contoh salah : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Contoh benar : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Ya, betul! Kalimat pertama kenapa salah? Kan,
huruf awal dalam dialognya sudah benar menggunakan huruf kapital? Memang, sih. Tapi,
penulis menggunakan tanda baca (,) yang seharusnya (.)

2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog


Biasanya, di gunakan bersamaan dengan dialog tag. Apa itu dialog tag? Dialog tag adalah
frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si pengucap kepada pembaca.

Dialog tag juga dapat digunakan apabila dialog tersebut isinya tentang pengungkapan sesuatu.
Di awali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan di tandai dengan : “ujar, kata, pekik,
sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh salah : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.


Contoh benar : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan.


Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,). Kemudian, huruf awal setelah
dialog adalah besar. Padahal, seharusnya huruf awalnya adalah kecil.
3. Penggunaan koma (,), titik (.), tanda seru (!) di akhir kalimat
Tanda seru (!), dan tanda tanya (?) pada akhir kalimat dialog seharusnya diletakkan sebelum
tanda petik (“) penutup, bukan sesudahnya.

Contohnya sebagai berikut: 


Contoh salah: “Mereka berencana datang hari ini”, kata ibu. 
Contoh benar: “Mereka berencana datang hari ini,” kata ibu. 

Kalimat pertama menjadi salah karena tanda koma seharusnya sebelum petik. Itu jelas salah
karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan.  

Contoh lagi,
“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.

Mengapa huruf awal dalam narasinya kapital? Ya, betul. Karena sudah beda kalimat. “Melirik
wanita di sampingnya” dikatakan sebagai kalimat baru.

Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya diawali
dengan huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)

4. Tanda Elipsis/Titik tiga (…)


Tanda ini biasa digunakan untuk memberikan jeda pada dialog.
Contohnya : “Jadi … kau benar-benar menolakku?”

Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah ketika ada
jeda dalam dialog tersebut. Sebelum menggunakan elipsis, beri spasi terlebih dahulu. 

Setelah menggunakannya pun beri spasi lagi. Kemudian silahkan mulai kata selanjutnya.
Ingat, kata baru setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahaman
lebih detail.

Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?


Perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh 1
“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”
Contoh 2
“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.

Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan
contoh 1.

Pertanyaannya: Mengapa titiknya empat bukan tiga?

Jawaban: Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda baca. Nah,
apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh
nomor 2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
5. Penggunaan en dash (—) dalam dialog
Biasanya digunakan untuk dialog yang terputus-putus atau terpotong.

Contoh 1 :
“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).
Contoh 2:
“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).
“Iya. Aku pelakunya,” ucap Putra cepat.

6. Penggunaan kata “kan”


Contoh: “Dia itu kekasihmu, kan?”

Perhatikan cara meletakkannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam
beberapa cerita.

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.


Sementara, contoh serupa: “Belajar yang rajin ya, Nak.”

Kalimat seperti itu pun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Mengapa kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar? Karena “Nak” di situ merupakan
panggilan pengganti untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).

7. Nama Panggilan dalam Dialog


Contoh 1 :
“Aku harap Ayah merestui pernikahan kami,” ucap Putra penuh harap.
Contoh 2 :
“Aku berharap ayahmu merestui pernikahan kita,” kata Putri lirih.

Antar kedua kalimat tersebut ada perbedaan bukan? 


Dicontoh pertama, kata “Ayah” diawali dengan huruf kapital. Kenapa? Karena orang yang di
maksud ada di sana. Atau terlibat dalam percakapan tersebut.

Sedangkan dicontoh kedua, kata “ayah” di awali dengan huruf kecil yang mana menandakan
sang ayah tidak ada di sana. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :
“Menurut pak Aldi, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”
Contoh 4 :
“Terimakasih Pak Aldi atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-
baik.

Di contoh nomor 3, kata “pak Aldi” huruf awalnya ditulis kecil dan huruf keduanya ditulis
besar karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana pak Aldi
tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Dicontoh nomor 4, kata “Pak Aldi” huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis
besar karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana pak Aldi
terlibat dalam percakapan tersebut.
Tips ini bisa juga dibaca pada link https://penerbitdeepublish.com/cara-menulis-dialog-
menggunakan-kalimat/

Anda mungkin juga menyukai