Anda di halaman 1dari 4

Penulisan Cerpen Sesuai PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia)
Tata Cara Menulis Dialog yang Benar

Penggunaan tanda titik di akhir dialog

Contoh salah : “Aku yakin dia pemenangnya”.


Contoh benar : “Aku yakin dia pemenangnya.”
Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.

Apabila di iringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :


Contoh salah : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.
Contoh benar : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :


Contoh salah : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Contoh benar : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca dalam dialognya sudah benar … menggunakan
kapital tapi penulis menggunakan tanda baca (,) yang seharisnya (.)

Penggunaan tanda koma di akhir dialog

Biasanya, di gunakan bersamaan dengan dialog tag. Dialog tag adalah frase yang mengikuti
dialog. Fungsinya menginformasikan si pengucap kepada pembaca. Dialog tag biasanya di
tandai dengan kata: “ujar, kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”

Contoh salah : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.


Contoh benar : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian huruf awal setelah dialog adalah besar. Seharusnya huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini.


Contoh salah : Salsa berkata. “Sepeda barumu kupinjam.”
Contoh benar : Salsa berkata, “Sepeda barumu kupinjam.”

Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata”
diberi tanda baca (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca (.)
sebelum tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca (,)
sebelum tanda kutip penutup dalam dialog.
Catatan : Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.

Penggunaan tanda seru di akhir dialog

Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah
dan berteriak.
Perhatikan contoh A
Contoh salah : “Pergi dari rumahku sekarang.” bentak Rafli.
Contoh benar : “Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Rafli.

Mengapa contoh awal salah?


Lihatlah narasi setelah dialog. “Bentak” sudah pasti intonasinya tinggi, bukan? Untuk itulah,
tanda bacanya menggunakan (!).

Perhatikan contoh B
Contoh salah : “Aku tidak sejahat itu!” ucapnya lirih.
Contoh benar : “Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih.

Mengapa contoh awal salah? Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa
dia tidak sejahat yang orang kira. Kalau dilihat dari segi ungkapan memang benar. Penulis
memberi narasi “ucapnya lirih.” kata lirih intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan
pengertian tanda seru (!)
Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka setelah dialog tidak
perlu menggunakan narasi lagi.

“Aku tidak sejahat itu!” 

Penggunaan tanda tanya di akhir dialog

Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.


Contoh salah : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.
Contoh benar : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.

Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan
tanda baca. Dan huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital, seharusnya
menggunakan huruf kecil.

Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali
dengan huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)

Perhatikan contoh :
“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.
Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di
sampingnya” di katakan sebagai kalimat baru.

Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :


“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya. Betul! Karena
diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dll). Dan itu dikatakan masih dalam satu kalimat.

Tanda Elipsis/Titik tiga (…)


Tanda ini biasanga digunakan untuk memberikan jeda pada dialog.

Contohnya : “Jadi … kau benar-benar menolakku?”


Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah ketika ada jeda dalam dialog tersebut.
Sebelum menggunakan elipsis, beri spasi terlebih dahulu. Setelah menggunakannya pun beri
spasi lagi. Kemudian silahkan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru setelah elipsis huruf
awalnya harus kecil.

Perhatikan contoh di bawah ini.


Contoh 1
“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2
“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan
contoh 1.
Kok titiknya empat bukan tiga? Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi
adalah tanda baca.
Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan
contoh nomor 2. Yang mana hanya terdalat tanda elipsis di sana.

Penggunaan en dash (—) dalam dialog


Biasanya digunakan untuk dialog yang terputus-putus atau terpotong.
Contoh 1 :
“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).

Contoh 2:
“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).
“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

Penggunaan kata “kan” dalam dialog


Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh :
“Dia itu kekasihmu, kan?”
Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam
beberapa cerita.
Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Contoh serupa :
“Belajar yang rajin ya, Nak.”
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”

Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan
pengganti untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).

Penggunaan nama dan panggilan dalam dialog


Contoh 1 :
“Aku harap Ayah merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap.
Contoh 2 :
“Aku berharap ayahmu merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.
Perhatikan antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata “Ayah” diawali dengan huruf
kapital. Mengapa? Karena orang yang di maksud ada di sana. Atau terlibat dalam percakapan
tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata “ayah” di awali dengan huruf kecil yang mana menandakan
sang ayah tidak ada di sana. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :
“Menurut pak Aldi, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :
“Terimakasih Pak Aldi atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-
baik.

Di contoh nomor 3, kata “pak Aldi” huruf awalnya ditulis kecil dan huruf keduanya ditulis
besar karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana pak Aldi
tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Di contoh nomor 4, kata “Pak Aldi” huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis
besar karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana pak Aldi
terlibat dalam percakapan tersebut.

Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah
atau bahasa asing.

Contoh:

“Hiks...hiks... sakit kepalaku,” jawabku sambil menahan rasa sakit.

Anda mungkin juga menyukai