PEROPOSAL PENELITIAN
DENATUL HASANAH
181089
JAKARTA
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul
“Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kjadian Hipertensi Diwilayah Kerja X”.
Peneliti menyadari dalam penyusunan proposal ini masih banyak kekurangannya,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk
perbaikan berikutnya. Peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dalam
menyelesaikan proposal ini kepada:
Peneliti berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian proposal penelitian ini.
Denatul Hasanah
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Disarankan selain mengkomsumsi obat bagi penderita hipertensi,
penderita hipertensi juga disarankan melakukan gerakan senam bugar
lansia sebagai upaya pengobatan untuk menurunkan tekanan darah .
4
3. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan lansia terhadap
kejadian hipertensi dengan senam lansia.
4. Untuk mengetahui hubungan riwayat penyakit lansia
lain terhadap kejadian hipertensi dengan senam lansia.
5. Untuk mengetahui hubungan stres lansia terhadap
kejadian hipertensi dengan senam lansia.
6. Untuk mengetahui hubungan pola hidup lansia terhadap
kejadian hipertensi dengan senam lansia.
5
bisa hudup sehat dan selalu bugar dengan menerapkan senam bugar
lansia untuk menurunkan hipertensi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
ini membuat kadar hormon norepinefrin, katekolamin dan adrenalin,
kemudia vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah. Peredaran darah yang
membawa oksigen keselurug tubuh akan mengalir lebih lancar, sehingga
membuat tekanan darah menjadi turun (Safitri & Astuti, 2017).
8
Adapun faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas,
merokok, alkohol dan polisitema (Nurarif & Kusuma, 2013).
2) Hipertensi sekunder
Penyebab spesifik hipertensi sekunder, seperti ganguan ginjal,
keseimbangan hormon terganggu karena pengaruh obatan KB,
kartikosteroid, siklosporin, eritropetik, kokain, dan juga kayu
manis dengan jumlah besar, penyalah gunanan alkohol(Martuti,
2009).
2. Hipertensi berdasarkan bentuk
1) Hipertensi sistolik
Biasanya hipertensi ini ditemukan pada usia lanjut dimana
sistolik meningkat tanpa diikuti diastolic.
2) Hipertensi diastolic
Biasanya hipertensi diastolic yang meingkat adalah diastolic
tanpa diikuti sistolik biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda.
3) Hipertensi campuran
Hipertensi campran adalah hipertensi yang biasanya
meninkatkan tekanan siastolik kemudian diikuti dengan
diastolic juga.
1. Etiologi
Menurut Smeltzer(2013), hipertensi ada 2 bagian yaitu:
1) Hipertensi primer (Esensial)
Hipertensi perimerjenis ini terjadi terjadi pada dewasa sekitar 90%
- 95%. Tidak dapat diidentifikasi penyebab klinisnya. Hipertensi
ini tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikontrol dengan terapi
yang tepat. Peningkatan tekanan darah tinggi yang berkembang
dengan bertahap meningkat selama bertahun-tahun biasanya
disebabkan karna faktor genetik (Bell, Twiggs, & olin, 2015).
2) Hipertensi sekunder
9
Peningkatan tekanan darah yang disertai penyebab yang spesifik,
seperti penyempitan arteri, kehamilan, dan medikasi tertentu
kemudian bisa menjadi akut denganadanya perubahan curah
jantung (Ignatavicius, Workmasn, & Rebar, 2017).
2. Epidemologi
Kejadian hipertensi di seluruh dunia mencapai lebih dari 1,3 milyar
orang, yang mana angka tersebut menggambarkan 31% jumlah
penduduk dewasa di dunia yang mengalami peningkatan sebesar 5,1%
lebih besar dibanding prevalensi global pada tahun 2000-2010 (Bloch,
2016). Pada rentang tahun yang sama, kejadian hipertensi ini lebih
tinggi terjadi pada penduduk di negara berkembang dibandingkan
negara maju bahkan nyaris sebanyak 75% penderita dengan
hipertensi tinggal di negara berkembang (Mills, 2016) dan terjadi
peningkatan sebanyak 8,1%. Sementara menurut hasil Riskesdas 2013
kejadian hipertensi di Indonesia berada dalam peringkat ke 6 dari 10
kategori penyakit tidak menular kronis. Prevalensi kejadian hipertensi
di Indonesia yang didapatkan dari hasil pengukuran tekanan darah
pada penduduk berusia ≥18 tahun mengalami penurunan dari 31,7%
pada tahun 2007 menjadi 25,8% (Kemenkes RI, 2019).
3. Faktor risiko
Faktor risiko adalah kondisi rentan seseorang terhadap hipertensi,
seseorang menderita hipertensi terjadi karena adanya faktor risiko.
1) umur
adalah factor risiko terbesar sering dengan bertambahnya usia
50-60% pasien umur yang lebih dari 60 tahun memliki tekanan
darah 140/90 mmHg.
2) Riwayat keluarga
10
3) Pekerjaan
Berpengaruh karena jenis pekerjaan orang yang tidak memiliki
pekerjana atau pola anktifitas yang kurang baik akan
menyebabkan memicu tekanan darah.
4) Riwayat penyakit lain
Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada
gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah
tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga
berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk,
mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah
di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar,
2017).
5) Stres
Disebabkan oleh adanya transaksi individu dengan lingkungan
peningkatan tekanan darah lebih besar pada seseorang yang
mengalami stres emosional seperti ketegangan jiwa (rasa
tertekan, marah, murung, banyak pikiran, dan rasa bersalah)
6) Pola hidup
Pola hidup seseorang sangat berpengruh terhadap adanya darah
tinggi contohnya seperti pola makan yang tidak sehat sering
makan makanan cepat saji yang tak terkontrol kadar garamnya
akan memicu hipertensi
4. Patofisiologi
Hipertensi ditandai dengan adanya peningkatan curah jantung dan
resistensi perifer yang juga meningkat (Kowalak, 2011; Ardiansyah,
2012).
Berbagai teori menjelaskan terjadinya hipertensi, teori-teori tersebut
antara lain (Kowalak, 2011):
1. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah
arteri yang mengakibatkan retensi perifer meningkat.
11
2. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang
abnormal dan berasal dalam pusat vasomotor, dapat
mengakibatkan peningkatan retensi perifer.
3. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi
renal atau hormonal.
4. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik
yang disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.
5. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk
angiotensin II yang menimbulkan konstriksi arteriol dan
meningkatkan volume darah.
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien
hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat.
Hal ini terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel
kiri. Agar kekuatan kontraksi jantung meningkat, ventrikel kiri
mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja
jantung juga meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi,
jika hipertrofi tidak dapat mempertahankan curah jantung yang
memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis arteri koronaria,
maka jantung bisa mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran
darah yang menurun menuju ke miokardium, sehingga timbul angina
pektoris atau infark miokard. Hipertensi juga mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah yang semakin mempercepat proses
aterosklerosis dan kerusakan organ-organ vital seperti stroke, gagal
ginjal, aneurisme dan cedera retina (Kowalak, 2011).
Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan tahanan
perifer. Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi adalah
normal. Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan perifer.
Peningkatan tahanan perifer disebabkan karena vasokonstriksi arteriol
akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut. Jika
hipertensi sudah dialami cukup lama, maka yang akan sering dijumpai
yaitu adanya perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah
arteriol seperti penebalan pada tunika interna dan terjadi hipertrofi
12
pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia, maka
sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga
terjadi anoksia relatif. Hal ini dapat diperjelas dengan adanya sklerosis
koroner (Riyadi, 2011).
5. Manifestasi klinik
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati
seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas,
wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga
berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah
lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah di hidung)
(Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).
Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi,
diantaranya adalah
1. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada
abnormalitas lain selain tekanan darah tinggi.
2. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat,
penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots)
(infarksio kecil), dan papiledema bisa terlihat pada penderita
hipertensi berat.
3. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang
saling berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh
darah yang terganggu.
4. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner
dengan angina atau infark miokardium.
5. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi
gagal jantung.
6. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia,
peningkatan BUN, serta kadar kreatinin).
7. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan
iskemik transien TIA (yaitu perubahan yang terjadi pada
13
penglihatan atau kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh
mendadak atau hemiplegia transien atau permanen).
6. Penatalaksanaan hipertensi
Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah
kematian dan komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80
mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal
kronis) kapan pun jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).
1. Pendekatan nofarmakologis mencakup penurunan berat badan;
pembatasan alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi.
Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi
buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti
menurunkan tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2013).
2. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping
terkecil, dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas
obat tersedia sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat
beta (Smeltzer, 2013).
3. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang
kompleks (Smeltzer, 2013).
Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah
mengendalikan tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi,
adapun penatalaksanaannya sebagai berikut :
1. Non Medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka
pengendalian faktor risiko, yaitu :
1) Turunkan berat badan pada obesitas.
2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).
3) Hentikan konsumsi alkohol.
4) Hentikan merokok dan olahraga teratur.
5) Pola makan yang sehat.
6) Istirahat cukup dan hindari stress.
14
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet
hipertensi.
Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi 2 diharapkan lebih hati-hati terhadap makanan yang
dapat memicu timbulnya hipertensi, antara lain :
1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan
menggunakan garam dapur/ soda, biskuit, daging asap, ham,
bacon, dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin,
asinan, acar, dan lainnya.
2) Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.
3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin,
kecap, terasi, magi, tomat kecap, petis, taoco, dan lain-lain.
2. Medikamentosa meliputi :
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan
pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu.
Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi
hari
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60
mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan berkala
dinaikkan sampai tercapai respon yang diinginkan. Lebih tua usia
penderita, penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang
sampai berat dapat diobati dengan kombinasi HCT + propanolol,
atau HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif. Pada
15
hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi di atas,
ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg. Penderita hipertensi
dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada penyulit/
hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit.
b. Kerangka Teori
Faktor Lain
Faktor senam lansia Umur
Konsep lansia Riwayat keluarga
Jenis senam lansia Pekerjaan
Manfaat senam Riwayat penyakit
Stres
Pola hidup
hipertensi
Dampaknya Manfaatnya
Pecah pembuluh darah Komplikasi berkurang
Aktifitas terhambat Aktifitas lancar
Faktor Sosial ekonomi Factor social ekonomi
menurun meningat
Kematian
16
BAB III
KERANGKA KONSEP
Variabel Confounding:
umur
riwaya keluaga
pekerjaan
riwayat penyakit
stress
Pola hidup
3.2. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
17
3.3. Definisi Operasional
Defenisi operasional memuat penjelasan- penjelasan yang berkaitan dengan
variable yang akan diteliti. Variabel independennya adalah pengaruh senam lansia,
variable dependen adalah hipertensi. Sedangkan variable counfounding dalam
penelitian ini adalah karakteristik lansia yang terdiri dari umur, riwayat keluarga,
pekerjaan, riwayat penyakit, setres, pola hidup. Semua variable tersebut akan
dijelaskan.
18
tidak memiliki 2. Sedang
pekerjana atau pola 3. Ringan
anktifitas yang
kurang baik akan
menyebabkan
memicu tekanan
darah.
Riwayat penyakit Gejala-gejala yang Kuesioner 1. Ada Ordinal
mudah untuk 2. Tidak ada
diamati seperti
terjadi pada gejala
ringan yaitu pusing
atau sakit kepala,
cemas, wajah
tampak kemerahan,
tengkuk terasa
pegal, cepat marah,
telinga berdengung,
sulit tidur, sesak
napas, rasa berat di
tengkuk, mudah
lelah, mata
berkunang-kunang,
mimisan
Stres Disebabkan oleh Kuesioner Kategori setres Ordinal
adanya transaksi 1. Berat
individu dengan 2. Sedang
lingkungan 3. Ringan
peningkatan tekanan
darah lebih besar
pada seseorang yang
mengalami stres
emosional seperti
ketegangan jiwa
(rasa tertekan, marah,
murung, banyak
pikiran, dan rasa
bersalah)
pola hidup Sangat berpengruh Kuesioner 1.1 Baik Ordinal
terhadap adanya 2.1 Cukup baik
darah tinggi 3.1 Kurang baik
contohnya seperti
pola makan yang
tidak sehat sering
makan makanan
cepat saji yang tak
terkontrol kadar
garamnya akan
memicuhipertensi
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
20
4.3.2.1 Besar sampel
Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh
rancangan dan ketersediaan subjek dari penelitian itu
sendiri. Semakin besar sampel yang dipergunakan semakin
baik dan representatif hasil yang diperoleh. Prinsip umum
yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian digunakan
sampel sebanyak mungkin. Namun demikian, penggunaan
sampel sebesar 10%-20% untuk subjek dengan jumlah lebih
dari 1.000 dipandang sudah cukup (Nursalam, 2011).
Jumlah sampel yang akan diteliti pada penelitian ini
sebanyak 33 sampel di Wilayah Kerja X
Adapun rumus yang digunakan adalah :
N
n=
1+ N ( d)2
Dimana :
n :Besar sampel
N :Besar populasi
d : Tingkat penyimpangan yang diinginkan
50
n= 2
1+50( 0,1)
50
n=
1+0,50
50
n=
1,50
n=33,3
n = 33
21
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling yaitu suatu
teknik penetapan sampel dengan cara, one group. Jadi
sempel yang di ambil dari penelitian ini berjumlah 15
responden dengan satu kelompok yang akan di berikan
perlakuan di wilayah kerja X
Dengan kriteria sampel :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau
dan akan diteliti (Nursalam, 2011).
Kriterianya adalah :
1) Klien lansia penderita hipertensi diwilayah kerja x
2) Klien lansia yang bersedia menjadi responden.
3) Klien lansia dalam kondisi sadar penuh.
4) Klie lansia bisa berbicara.
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau
mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi
(Nursalam, 2011).
Kriterianyaadalah :
1) Klien lansia yang bukan penderita hipertensi yang
ada diwilayah kerja x
2) Klien yang tidak bersedia menjadi responden.
3) Klien lansia dengan afasia.
4) Klien lansia dengan kondisi tidak sadar.
22
Data primer adalah data yang didapatkan dari pasien dengan
menggunakan tehnik wawancara dan observasi langsung, dengan
menggunakan kuisioner. Dengan tujuan agar data yang didapatkan
lebih sesuai dan akurat kebenarannya.
2. Data sekunder
Data yang didapatkan langsung dari lansia penderita hipertensi di
wilayah kerja x
23
4.6.2 Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban
atau data perlu disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu,
untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan
memberi nomor halaman pada daftar pertanyaan, nomor pertanyaan ,
nomor variabel, nama variabel dan kode.
4.6.3 Tabulasi Data
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu
table menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian,
table mudah untukdi analisa. Tabel tersebut dapat berupa table sederhana
maupun table silang.
24
DAFTAR PUSTAKA
Yantina, Y., & Saputri, A. (2019). Pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah
pada wanita lansia dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas
banjarsari metro utara tahun 2018. Jurnal Farmasi Malahayati, 2(1).
Zannah, M., Habibi, M., & Hansen, H. (2017). Pengaruh senam bugar lansia
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di wilayah kerja
puskesmas bontang selatan i kota bontang tahun 2016.
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alihbahasa oleh
Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
25