Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KEJADIAN

HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA X

PEROPOSAL PENELITIAN

DENATUL HASANAH

181089

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI RS HUSADA

JAKARTA

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul
“Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kjadian Hipertensi Diwilayah Kerja X”.
Peneliti menyadari dalam penyusunan proposal ini masih banyak kekurangannya,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk
perbaikan berikutnya. Peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dalam
menyelesaikan proposal ini kepada:

1. Bapak fendy,Ns., M.Kep. Selaku pembimbing yang telah memberikan


bimbingan dan arahan dalam penyusunan proposal penelitian ini.
2. Seluruh staf dosen dan tenaga pendidikan Sekolah Tinggi Keperawatan RS
Husadayang telah membantu dalam kelancaran studi.
3. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga yang telah memberikan dukungan
dan doanya kepada peneliti.
4. Seluruh rekan-rekan angkatan 31 atas kekompakan dan kebersamaannya
selama menempuh studi.
5. Seluruh Civitas Sekolah Tinggi Keperawatan Husada Jakarta yang telah
memberikan dukungan dan semangat selama peneliti menjalankan proses
studi.

Peneliti berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

Jakarta, 26 Mei 2020

Denatul Hasanah

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit gangguan tekanan darah meningkat,


jika sistolok lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg. Hipertensi merupakan penyakit dengan jumlah penderita yang
terus meningkat setiap tahunnya. Hipertensi adalah penyakit nomor 3
dari 10 penyakit yang mempunyai persentase besar dan sering
dijumpai pada usia lanjut (Wahyuningsih & Astuti, 2013).
Menurut data yang ada penderit hipertensi pada lansia di indonesia
sebanyak 25,8% dari berbagai faktor (Riset Kesehatan Dasar 2013).
Hipertensi disebut sebagai silent killer karena serangannya sering
tanpa keluhan dan biasanya cepat berakibat pada kematian menurut
(Kemenkes, 2018).
Hipertensi merupakan penyakit yang sering terjadi pada lansia,
menurut WHO, hal ini terjadi karena perubahan fisiologis yang terjadi
seperti penurunan respon imunitas tubuh, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, penurunan kemampuan kontraktilitas jantung,
berkurangnya elastisitas pembuluh darah, dan serta juga berkurangnya
efektifitas pembuluh darah ferifer untuk oksigenasi. Dari perubahan
yang telah disebutkan menyebabkan peningkatan resistensi faskuler
yang menyebabkan lansia lebih cenderung mengalami hipertensi.
Disebut lansia ketika kondisi fisik sudah mulai menurun sehingga
berkurangnya daya tahan tubuh, yang mengakibatkan lansia mudah
terserang penyakit seperti hipertensi. Hipertensi pada lansia lebih
sering terjadi pada usia 45-55 tahun (setiawan, et al.,2014)
Untuk menurunkan hipertensi pada lansia diberikan latihan senam
bugar lansia dengan adanya latihan senam akan membuat tubuh
menjadi sehat, sehingga dapat menghilangkan stres, tekanan darah
tinggi, dan upaya penyembuhan bagi penderita hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah.

3
Disarankan selain mengkomsumsi obat bagi penderita hipertensi,
penderita hipertensi juga disarankan melakukan gerakan senam bugar
lansia sebagai upaya pengobatan untuk menurunkan tekanan darah .

1.2 Rumusan Masalah


Hipertensi merupakan penyakit dengan jumlah penderita yang
terus meningkat setiap tahunnya. Hipertensi adalah penyakit nomor 3
dari 10 penyakit yang mempunyai persentase besar dan sering
dijumpai pada usia lanjut. Hipertensi merupakan penyakit yang sering
terjadi pada lansia, menurut WHO hal ini terjadi karena perubahan
fisiologis yang terjadi seperti penurunan respon imunitas tubuh, katup
jantung menebal dan menjadi kaku, penurunan kemampuan
kontraktilitas jantung, berkurangnya elastisitas pembuluh darah, dan
serta juga berkurangnya efektifitas pembuluh darah ferifer untuk
oksigenasi. Dari perubahan yang telah disebutkan menyebabkan
peningkatan resistensi faskuler yang menyebabkan lansia lebih
cenderung mengalami hipertensi. Untuk menurunkan hipertensi pada
lansia diberikan latihan senam bugar lansia untuk menurunkan tekanan
darah. Dari latar belakangyang telah saya uraikan, didapatkan rumusan
masalah berupa “Apakah ada pengaruh senam lansia terhadap
kejadian hipertensi di wilayah kerja x ?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untukmengetahui pengaruh senam
bugar lansiaterhadap kejadian hipertensi diwilayah kerja X
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan umur lansia terhadap
kejadian hipertensi dengan senam lansia.
2. Untuk mengetahui hubungan riwayat keluarga lansia
terhadap kejadian hipertensi dengan senam lansia.

4
3. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan lansia terhadap
kejadian hipertensi dengan senam lansia.
4. Untuk mengetahui hubungan riwayat penyakit lansia
lain terhadap kejadian hipertensi dengan senam lansia.
5. Untuk mengetahui hubungan stres lansia terhadap
kejadian hipertensi dengan senam lansia.
6. Untuk mengetahui hubungan pola hidup lansia terhadap
kejadian hipertensi dengan senam lansia.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Komunitas
Diharapkan bagi komunitas lansia dapat mempertahankan
atau meningkatkan kesegaran jasmani pada lansia,
membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan,
kesimbangan, ketahanan, dan kecepatan), memberikan
rangsangan bagi saraf-saraf yang lemah. Agar lansia yang
terkena hipertensi menjadi berkurang.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat membantu dan menambah wawasan
untuk peneliti lain dalam penelitian selanjutnya dengan
topic yang sama, yaitu pengaruh senam lansia pada tekanan
darah pada lansia hipertensi.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran untuk
institusi dan referensi untuk sumber materi pendididikan.

1.5 Ruang Lingkup


Peroposal ini merupakan proposal dalam ruang lingkup keperawatan
komunitas, proposal ini diharapkan dapat digunakan dalam
meningkatkan kualitas hidup lansia dengan riwayat penyakit
hipertensi, sehingga lansia dengan riwayat penyakit hipertensi dapat

5
bisa hudup sehat dan selalu bugar dengan menerapkan senam bugar
lansia untuk menurunkan hipertensi.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Tinjauan Umum Tentang Senam Lansia

1.2.1 Konsep lansia


Disebut lansia ketika kondisi fisik sudah mulai menurun sehingga
berkurangnya daya tahan tubuh, yang mengakibatkan lansia mudah
terserang penyakit seperti hipertensi. Hipertensi pada lansia lebih sering
terjadi pada usia 45-55 tahun (setiawan, et al.,2014)
1.2.2 Pengertian senam lansia
Senam lansia adalah bentuk aktifitas fisik dengan serangkaian gerakan
nada yang teratur serta terarah agar latihan fisik ini berpegaruh kepada
fisik lansia (Widianti & Atikah, 2010). senam lansia juga merupakan olah
raga ringan dan mudah dilakukan lansia dan berfungsi juga untuk
menurunkan tekanan darah, senam juga sebagai bentuk olah raga yang
mempengaruhi curah jantung. Kemudian gerakan-gerakannya senam
lansia berdampak bagi tubuh untuk mengeluarkan panas, kemudian juga
menghasilkan asam laktat dan karbondioksida dari otot hal ini yang
menyebabkan semakin besar aliran darak kedalam otot lali kapiler menjadi
vasodilaktasi dan rlaksasi halini yang dapat menurunkan tekanan darah
setelah selesai senam lansia (wiarto, 2013)
1.2.3 Jenis senam lansia
Polanis (program pengelolaan penyakit kronis) ini terdapat di
puskesmas(Safitri & Astuti, 2017). Kegiatan polanis salah satunya adalah
melakukan senam polanis dengan dilakukan secara teratur. Senam
polanissalah satu bentuk olah raga yang meningkatkan daya tahan paru-
paru dan jantung. Senam ini saat dilakukan akan meningkatkan
metabolisme dan membakar lemak, serta mencegah terjadinya penyakit
kardiovaskuler (Lutfiasih & Nailul, 2018). Menurut Mollaoglu(2015),
tekana darah bagi penderita hipertensi akan menurun jika melakukan
senam polnis ini secara teratur. Sanam polris merangsang parasimpatis
sehingga meningkatkan aktifitas dan menurunkan saraf simparis, kondisi

7
ini membuat kadar hormon norepinefrin, katekolamin dan adrenalin,
kemudia vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah. Peredaran darah yang
membawa oksigen keselurug tubuh akan mengalir lebih lancar, sehingga
membuat tekanan darah menjadi turun (Safitri & Astuti, 2017).

1.2.4 Manfaat senam


Semua senam atau aktifitas olah raga ringan apapun sangat bermanfaat
untuk menghambat peroses penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk
para pralansia(45 tahun) dan lansia (60 tahun ke atas). Peredaran darah
menjadi sehat paru dan otot jantung kuat dan oksigen kemudiang nutrisi
kejaringan terpenuhi. Kondisi ini baik untuk lansia karena mengurangi
resiko terjadinya penyakit degenerative seperto jantung koroner dan
hipertensi (Lewa Pramatara, & Rahayujati, 2010).
2.2 Tinjauan Umum Tentang Hipertensi
2.2.1 Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah penyakit gangguan tekanan darah meningkat, jika
sistolok lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg. Hipertensi merupakan penyakit dengan jumlah penderita yang
terus meningkat setiap tahunnya. Hipertensi penyakit nomor 3 dari 10
penyakit yang mempunyai persentase besar dan sering dijumpai pada
usia lanjut (Wahyuningsih & Astuti, 2013). Prevalensi lansia penderita
hipertensi meningkan karena disebabkan oleh jarangnya lansia
berolahraga(Suryanto, 2010).

2.2.2 Klasifikasi hipertensi


1. Hipertensi ada 2 klasifikasi dapat di bedakan menurut etiologinya
yaitu:
1) Hipertensi primer
Dimana hipertensi ini disebut juga hipertensi idiopratik karena
tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu:
genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatik dan renin.

8
Adapun faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas,
merokok, alkohol dan polisitema (Nurarif & Kusuma, 2013).
2) Hipertensi sekunder
Penyebab spesifik hipertensi sekunder, seperti ganguan ginjal,
keseimbangan hormon terganggu karena pengaruh obatan KB,
kartikosteroid, siklosporin, eritropetik, kokain, dan juga kayu
manis dengan jumlah besar, penyalah gunanan alkohol(Martuti,
2009).
2. Hipertensi berdasarkan bentuk
1) Hipertensi sistolik
Biasanya hipertensi ini ditemukan pada usia lanjut dimana
sistolik meningkat tanpa diikuti diastolic.
2) Hipertensi diastolic
Biasanya hipertensi diastolic yang meingkat adalah diastolic
tanpa diikuti sistolik biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda.
3) Hipertensi campuran
Hipertensi campran adalah hipertensi yang biasanya
meninkatkan tekanan siastolik kemudian diikuti dengan
diastolic juga.

1. Etiologi
Menurut Smeltzer(2013), hipertensi ada 2 bagian yaitu:
1) Hipertensi primer (Esensial)
Hipertensi perimerjenis ini terjadi terjadi pada dewasa sekitar 90%
- 95%. Tidak dapat diidentifikasi penyebab klinisnya. Hipertensi
ini tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikontrol dengan terapi
yang tepat. Peningkatan tekanan darah tinggi yang berkembang
dengan bertahap meningkat selama bertahun-tahun biasanya
disebabkan karna faktor genetik (Bell, Twiggs, & olin, 2015).
2) Hipertensi sekunder

9
Peningkatan tekanan darah yang disertai penyebab yang spesifik,
seperti penyempitan arteri, kehamilan, dan medikasi tertentu
kemudian bisa menjadi akut denganadanya perubahan curah
jantung (Ignatavicius, Workmasn, & Rebar, 2017).
2. Epidemologi
Kejadian hipertensi di seluruh dunia mencapai lebih dari 1,3 milyar
orang, yang mana angka tersebut menggambarkan 31% jumlah
penduduk dewasa di dunia yang mengalami peningkatan sebesar 5,1%
lebih besar dibanding prevalensi global pada tahun 2000-2010 (Bloch,
2016). Pada rentang tahun yang sama, kejadian hipertensi ini lebih
tinggi terjadi pada penduduk di negara berkembang dibandingkan
negara maju bahkan nyaris sebanyak 75% penderita dengan
hipertensi tinggal di negara berkembang (Mills, 2016) dan terjadi
peningkatan sebanyak 8,1%. Sementara menurut hasil Riskesdas 2013
kejadian hipertensi di Indonesia berada dalam peringkat ke 6 dari 10
kategori penyakit tidak menular kronis. Prevalensi kejadian hipertensi
di Indonesia yang didapatkan dari hasil pengukuran tekanan darah
pada penduduk berusia ≥18 tahun mengalami penurunan dari 31,7%
pada tahun 2007 menjadi 25,8% (Kemenkes RI, 2019).
3. Faktor risiko
Faktor risiko adalah kondisi rentan seseorang terhadap hipertensi,
seseorang menderita hipertensi terjadi karena adanya faktor risiko.
1) umur
adalah factor risiko terbesar sering dengan bertambahnya usia
50-60% pasien umur yang lebih dari 60 tahun memliki tekanan
darah 140/90 mmHg.
2) Riwayat keluarga

Orang tua dengan penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi


merupakan risiko terjadinya hipertensi.

10
3) Pekerjaan
Berpengaruh karena jenis pekerjaan orang yang tidak memiliki
pekerjana atau pola anktifitas yang kurang baik akan
menyebabkan memicu tekanan darah.
4) Riwayat penyakit lain
Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada
gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah
tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga
berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk,
mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah
di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar,
2017).
5) Stres
Disebabkan oleh adanya transaksi individu dengan lingkungan
peningkatan tekanan darah lebih besar pada seseorang yang
mengalami stres emosional seperti ketegangan jiwa (rasa
tertekan, marah, murung, banyak pikiran, dan rasa bersalah)
6) Pola hidup
Pola hidup seseorang sangat berpengruh terhadap adanya darah
tinggi contohnya seperti pola makan yang tidak sehat sering
makan makanan cepat saji yang tak terkontrol kadar garamnya
akan memicu hipertensi
4. Patofisiologi
Hipertensi ditandai dengan adanya peningkatan curah jantung dan
resistensi perifer yang juga meningkat (Kowalak, 2011; Ardiansyah,
2012).
Berbagai teori menjelaskan terjadinya hipertensi, teori-teori tersebut
antara lain (Kowalak, 2011):
1. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah
arteri yang mengakibatkan retensi perifer meningkat.

11
2. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang
abnormal dan berasal dalam pusat vasomotor, dapat
mengakibatkan peningkatan retensi perifer.
3. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi
renal atau hormonal.
4. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik
yang disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.
5. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk
angiotensin II yang menimbulkan konstriksi arteriol dan
meningkatkan volume darah.
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien
hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat.
Hal ini terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel
kiri. Agar kekuatan kontraksi jantung meningkat, ventrikel kiri
mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja
jantung juga meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi,
jika hipertrofi tidak dapat mempertahankan curah jantung yang
memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis arteri koronaria,
maka jantung bisa mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran
darah yang menurun menuju ke miokardium, sehingga timbul angina
pektoris atau infark miokard. Hipertensi juga mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah yang semakin mempercepat proses
aterosklerosis dan kerusakan organ-organ vital seperti stroke, gagal
ginjal, aneurisme dan cedera retina (Kowalak, 2011).
Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan tahanan
perifer. Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi adalah
normal. Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan perifer.
Peningkatan tahanan perifer disebabkan karena vasokonstriksi arteriol
akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut. Jika
hipertensi sudah dialami cukup lama, maka yang akan sering dijumpai
yaitu adanya perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah
arteriol seperti penebalan pada tunika interna dan terjadi hipertrofi

12
pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia, maka
sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga
terjadi anoksia relatif. Hal ini dapat diperjelas dengan adanya sklerosis
koroner (Riyadi, 2011).
5. Manifestasi klinik
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati
seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas,
wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga
berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah
lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah di hidung)
(Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).
Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi,
diantaranya adalah
1. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada
abnormalitas lain selain tekanan darah tinggi.
2. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat,
penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots)
(infarksio kecil), dan papiledema bisa terlihat pada penderita
hipertensi berat.
3. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang
saling berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh
darah yang terganggu.
4. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner
dengan angina atau infark miokardium.
5. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi
gagal jantung.
6. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia,
peningkatan BUN, serta kadar kreatinin).
7. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan
iskemik transien TIA (yaitu perubahan yang terjadi pada

13
penglihatan atau kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh
mendadak atau hemiplegia transien atau permanen).
6. Penatalaksanaan hipertensi
Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah
kematian dan komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80
mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal
kronis) kapan pun jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).
1. Pendekatan nofarmakologis mencakup penurunan berat badan;
pembatasan alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi.
Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi
buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti
menurunkan tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2013).
2. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping
terkecil, dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas
obat tersedia sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat
beta (Smeltzer, 2013).
3. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang
kompleks (Smeltzer, 2013).
Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah
mengendalikan tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi,
adapun penatalaksanaannya sebagai berikut :
1. Non Medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka
pengendalian faktor risiko, yaitu :
1) Turunkan berat badan pada obesitas.
2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).
3) Hentikan konsumsi alkohol.
4) Hentikan merokok dan olahraga teratur.
5) Pola makan yang sehat.
6) Istirahat cukup dan hindari stress.

14
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet
hipertensi.
Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi 2 diharapkan lebih hati-hati terhadap makanan yang
dapat memicu timbulnya hipertensi, antara lain :
1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan
menggunakan garam dapur/ soda, biskuit, daging asap, ham,
bacon, dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin,
asinan, acar, dan lainnya.
2) Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.
3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin,
kecap, terasi, magi, tomat kecap, petis, taoco, dan lain-lain.
2. Medikamentosa meliputi :
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan
pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu.
Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi
hari
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60
mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan berkala
dinaikkan sampai tercapai respon yang diinginkan. Lebih tua usia
penderita, penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang
sampai berat dapat diobati dengan kombinasi HCT + propanolol,
atau HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif. Pada

15
hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi di atas,
ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg. Penderita hipertensi
dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada penyulit/
hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit.
b. Kerangka Teori
Faktor Lain
Faktor senam lansia Umur
Konsep lansia Riwayat keluarga
Jenis senam lansia Pekerjaan
Manfaat senam Riwayat penyakit
Stres
Pola hidup

hipertensi

Resiko hipertensi Resiko hipertensi


Meningkat Menurun

Dampaknya Manfaatnya
Pecah pembuluh darah Komplikasi berkurang
Aktifitas terhambat Aktifitas lancar
Faktor Sosial ekonomi Factor social ekonomi
menurun meningat
Kematian

16
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep


Variabel independen pada penelitian ini adalah pengaruh senam lansia.
Sedangkan variable terikat (dependent variabel) adalah variabel yang bergantung
pada variable bebas, merupakan hasil dari pengaruh variable bebas. Sering dikenal
dengan variable criterion, outcome, effect dan response (Creswell, 2016). Pada
penelitian ini, yang menjadi variable dependen adalah hipertensi. Variabel
counfounding adalah data yang terdiri dari umur, riwayat keluarga, pekerjaan,
riwayat penyakit,setres, pola hidup

Variabel Independent VariabDependen

Pengaruh senam lansia Hipertensi

Variabel Confounding:
umur
riwaya keluaga
pekerjaan
riwayat penyakit
stress

Pola hidup

3.2. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :

Ha1. Ada pengaruh senam lansia pada lansia terhadap hipertensi.


Ha2. Ada pengaruh senam lansia, umur, riwayan keluarga, pekerjaan, riwayat
penyakit, stres, pola hidup terhadap hipertensi..

17
3.3. Definisi Operasional
Defenisi operasional memuat penjelasan- penjelasan yang berkaitan dengan
variable yang akan diteliti. Variabel independennya adalah pengaruh senam lansia,
variable dependen adalah hipertensi. Sedangkan variable counfounding dalam
penelitian ini adalah karakteristik lansia yang terdiri dari umur, riwayat keluarga,
pekerjaan, riwayat penyakit, setres, pola hidup. Semua variable tersebut akan
dijelaskan.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Independen (Bebas): Senam lansia adalah Observasi 0= tidak mengikuti Ordinal
Pengaruh senam lansia gerak nada yang senam (0 kali)
teratur serta terarah 1= mengikuti senam
agar latihan fisik tidak rutin (1-11 kali)
ini berpegaruh 2= mengikuti senam
kepada fisik rutin(> 11)
lansiauntuk
meningkatkan
kemampuan
fungsional raga
Dependen (Terikat): Besarnya tekanan Observasi 1. Tekanan darah Ordinal
Hipertensi darah lansia yang naik : >140/90
diukur sebelum dan mmHg.
sesudah dilakukan 2. Tekanan darah
intervensi dengan tetap : 140/90 mmHg
spigmanomet er dan 3.Tekanan darah
dinyatakan dalam turun : <140/90
satuan mmHg(mili mmHg.
meter Hidragium).
Variabel Confounding: Lamanya seseoran Observasi Usia responden Ordinal
(umur) hidup yang dihitung dalam tahun
dari lahir sampai 1. 45-55 tahun
dengan saat 2. 55-60 tahun
penelitian
berlangsung
riwayan keluarga Dilihat dari riwyat Kuesioner 1. Ada Ordinal
orang tua dengan 2. Tidak ada
penderita hipertensi
merupakan risiko
terjadinya hipertensi

Pekerjaan Pekerjaan orang yang Kuesioner 1. Berat Ordinal

18
tidak memiliki 2. Sedang
pekerjana atau pola 3. Ringan
anktifitas yang
kurang baik akan
menyebabkan
memicu tekanan
darah.
Riwayat penyakit Gejala-gejala yang Kuesioner 1. Ada Ordinal
mudah untuk 2. Tidak ada
diamati seperti
terjadi pada gejala
ringan yaitu pusing
atau sakit kepala,
cemas, wajah
tampak kemerahan,
tengkuk terasa
pegal, cepat marah,
telinga berdengung,
sulit tidur, sesak
napas, rasa berat di
tengkuk, mudah
lelah, mata
berkunang-kunang,
mimisan
Stres Disebabkan oleh Kuesioner Kategori setres Ordinal
adanya transaksi 1. Berat
individu dengan 2. Sedang
lingkungan 3. Ringan
peningkatan tekanan
darah lebih besar
pada seseorang yang
mengalami stres
emosional seperti
ketegangan jiwa
(rasa tertekan, marah,
murung, banyak
pikiran, dan rasa
bersalah)
pola hidup Sangat berpengruh Kuesioner 1.1 Baik Ordinal
terhadap adanya 2.1 Cukup baik
darah tinggi 3.1 Kurang baik
contohnya seperti
pola makan yang
tidak sehat sering
makan makanan
cepat saji yang tak
terkontrol kadar
garamnya akan
memicuhipertensi
 

19
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Metode Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis penelitian ini
adalah penelitian exsperimen yang merupakan suatu prosedur penelitian yang
dilakukan perlakuan atau intervensi pada subjek penelitian. Tujuan penelitian
ini untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/intervensi pada variabel
independen dan variabel dependen.
Desain penelitian yang digunakan pre e,ksperimen yaitu penelitian
eksperimen yang dilakukan tanpa memperhatikan adanya variabel kontrol
dan nir- acak. Peneliti memberikan perlakuan selanjutnya diobservasi efek
dari perlakuan tersebut. (Budiman, 2011). Rancangan penelitian yang
digunakan adalah one group pre-post test desain . Penelitian ini melibatkan
satu kelompok subjek dengan mengobservasi tekanan darah sebelum dan
sesudah diberi perlakuan atau intervensi.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja X
4.2.2 Waktu penelitian
Dilaksanakan pada tanggal Juni-Juli 2020

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian subjek (misalnya manusia/klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien penderita hiprtensi di Wilayah Kerja X
4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian


jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Nursalam, 2011).

20
4.3.2.1 Besar sampel
Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh
rancangan dan ketersediaan subjek dari penelitian itu
sendiri. Semakin besar sampel yang dipergunakan semakin
baik dan representatif hasil yang diperoleh. Prinsip umum
yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian digunakan
sampel sebanyak mungkin. Namun demikian, penggunaan
sampel sebesar 10%-20% untuk subjek dengan jumlah lebih
dari 1.000 dipandang sudah cukup (Nursalam, 2011).
Jumlah sampel yang akan diteliti pada penelitian ini
sebanyak 33 sampel di Wilayah Kerja X
Adapun rumus yang digunakan adalah :
N
n=
1+ N ( d)2
Dimana :
n :Besar sampel
N :Besar populasi
d : Tingkat penyimpangan yang diinginkan
50
n= 2
1+50( 0,1)
50
n=
1+0,50
50
n=
1,50
n=33,3
n = 33

4.3.2.2 Teknik sampling


Teknik sampling merupakan cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian
(Nursalam, 2011).

21
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling yaitu suatu
teknik penetapan sampel dengan cara, one group. Jadi
sempel yang di ambil dari penelitian ini berjumlah 15
responden dengan satu kelompok yang akan di berikan
perlakuan di wilayah kerja X
Dengan kriteria sampel :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau
dan akan diteliti (Nursalam, 2011).
Kriterianya adalah :
1) Klien lansia penderita hipertensi diwilayah kerja x
2) Klien lansia yang bersedia menjadi responden.
3) Klien lansia dalam kondisi sadar penuh.
4) Klie lansia bisa berbicara.
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau
mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi
(Nursalam, 2011).
Kriterianyaadalah :
1) Klien lansia yang bukan penderita hipertensi yang
ada diwilayah kerja x
2) Klien yang tidak bersedia menjadi responden.
3) Klien lansia dengan afasia.
4) Klien lansia dengan kondisi tidak sadar.

4.4 Pengumpulan Data


4.4.1 Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan data
sekunder :
1. Data primer

22
Data primer adalah data yang didapatkan dari pasien dengan
menggunakan tehnik wawancara dan observasi langsung, dengan
menggunakan kuisioner. Dengan tujuan agar data yang didapatkan
lebih sesuai dan akurat kebenarannya.
2. Data sekunder
Data yang didapatkan langsung dari lansia penderita hipertensi di
wilayah kerja x

4.5 Etika Penelitian


Pada penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa perlunya persetejuan dari
pihak-pihak terkait. Untuk pengambilan data di lokasi penelitian, pertama
yang dilakukan adalah meminta surat rekomendasi penelitian dari kampus
untuk diserahkan ke tempat penelitian yaitu di Wilayah Kerja X Setelah
mendapatkan persetujuan, barulah dilakukan penelitian den̶gan menekankan
etika penelitian :
4.5.1 Informed Consent
Lembar persetujuan yang akan diberikan pada responden yang akan diteliti
dan memenuhi criteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat
penelitian.
4.5.2 Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan namaresponden,
tetapI lembar tersebu tdiberikan kode.
4.5.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.6 Langkah Pengolahan Data


Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
4.6.1 Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan
memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data, dan
memeriksa keseragaman data.

23
4.6.2 Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban
atau data perlu disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu,
untuk setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan
memberi nomor halaman pada daftar pertanyaan, nomor pertanyaan ,
nomor variabel, nama variabel dan kode.
4.6.3 Tabulasi Data
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu
table menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian,
table mudah untukdi analisa. Tabel tersebut dapat berupa table sederhana
maupun table silang.

4.7 Analisa Data


Setelah data tersebut dilakukan editing, koding, dan tabulasi maka
selanjutnya dilakukan analisa dengan cara :
4.7.1 Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
dengan cara mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam
penelitian yaitu distribusi frekuensinya.
4.7.2 Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara variabel
bebas secara sendiri-sendiri dengan variabel terikat. Analisa data akan
di olah dengan uji statatistik chi-square dengan menggunakan SPSS
dengan tingkat kemaknaan ɑ = 0,05.

24
DAFTAR PUSTAKA

Yantina, Y., & Saputri, A. (2019). Pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah
pada wanita lansia dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas
banjarsari metro utara tahun 2018. Jurnal Farmasi Malahayati, 2(1).

Zannah, M., Habibi, M., & Hansen, H. (2017). Pengaruh senam bugar lansia
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di wilayah kerja
puskesmas bontang selatan i kota bontang tahun 2016.

F. N. R. Totok Hernawan, "Pengaruh senam hipertensi lansia terhadap penurunan


tekanan darah lansia dengan hipertensi di panti wreda darma bhakti
kelurahan pajang surakarta," Kesehatan, vol. 10, no. 1, p. 26, 2017.

A. R. M. Adha Reza Fahlevi, "Senam pronalis menurunkan tekanan darah lansia


penderita hipertensi," Kesehatan, vol. 1, no. 2, p. 119, 2019

Kemenkes RI. (2019). Prevalensi Hipertensi, Penyakit yang Membahayakan.


Jakarta.

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alihbahasa oleh
Andry Hartono. Jakarta: EGC.

M. U. Grace Tedy Tulak, "pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan


darah lansia penderita hipertensi di puskesmas wara palopo," Kesehatan,
vol. 2, no. 1, p. 169, 2017.

Smeltzer & Bare (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

“Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja


X”
Independen: PENGARUH SENAM LANSIA
Dependen: HIPERTENSI
Nah yang memepengaruhi usia, riwayat keluarga, pekerjaan, riwayat penyakit,
stres, pola hidup

25

Anda mungkin juga menyukai