Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

URINALISA DAN CAIRAN TUBUH TENTANG PEMERIKSAAN FESES

Di susun oleh
Kusnul Khotimah
Tuty Winarni

JURUSAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS KELAS REGULER


KARYAWAN TINGKAT 1POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN TAHUN
AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillaah penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga dengan kekuatan pikiran dan keterbukaan hati, penyusun
dapat menyelesaikan makalah mengenai plebotomi dengan judul “PEMERIKSAAN FESES”
guna memenuhi tugas mata kuliah URINALISA DAN CAIRAN TUBUH Program Studi D3
Ahli Teknologi Laboratorium Medis.

Dalam penulisan makalah ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu kuliah urinalisa dan cairan tubuh yang telah banyak membimbing
penyusun dalam menyusun makalah ini
2. Anggota kelompok yang senantiasa bekerja sama dalam penyusunan makalah ini.
3. Berbagai pihak di sekitar penyusun yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu
yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun untuk kelengkapan tulisan ini ke depan agar dapat berguna bagi kita semua.

Tangerang, 31 Agustus 2020

Penyusun

ii
B AB I
PENDAHULUN

A. Latar B e lakang
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium
yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu
penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium
yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan
tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai
macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel
yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan
ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan
judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang
dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis
laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi
kesehatan khususnya mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan
kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel
feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara
benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada
akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.
B. Tujuan penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:
Pengertian, Indikasi, Manfaat, Feses normal, Tabel pemeriksaan, Prosedur pemeriksaan

3
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian
Feses adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus
sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran
pencernaan (tractus digestifus) pengertian tinja ini mencangkup saluran bahan
buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk carbon monoksida (CO2)
yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi
kelenjar (Soeparman, 2002:11)
Feses biasanya dikeluarkan dari tubuh satu atau dua kali sehari. Sekitar 100
sampai 250 gram (3-8 ons) feses diekskresikan oleh manusia dewasa setiap hari.
1. Makroskopik.
Pemeriksaan tinja makroskopis dilakukan sebelum dilakukannya
pemeriksaan mikroskopis, dengan memerhatikan konsistensi (keras, lunak, cair),
warna (kuning, putih, hijau/hitam), dan tanda-tanda abnormal (bau tinja (amis atau
bau busuk), lendir, darah, nanah, potongan jaringan, sisa makanan (lemak, serat-
serat; sisa obat: magnesium/barium).
2. Mikroskopik
Pemeriksaan tinja yang lebih dalam dan lebih valid dari makroskopis
dengan menggunakan bantuan alat dan metode yang mendetail dalam
pemeriksaanya.

Komponen
Biasanya, feses yang terdiri dari 75 persen air dan 25 persen zat padat. Sekitar 30
persen dari materi padat terdiri dari bakteri mati; sekitar 30 persen terdiri dari materi
makanan yang dicerna seperti selulosa; 10 sampai 20 persen adalah kolesterol dan lemak
lainnya; 10 sampai 20 persen adalah zat anorganik seperti kalsium fosfat dan besi fosfat;
dan 2 sampai 3 persen protein.

Puing-puing sel yang tumpah dari selaput lendir dari saluran usus juga dilewatkan
melalui feses, seperti halnya pigmen empedu (bilirubin) dan leukosit mati (sel darah
putih).

4
Feses juga mengandung sejumlah kecil produk limbah metabolisme. Sebagai
contoh, produk pemecahan sel darah merah dan empedu, yang disebut stercobilin,
bertanggung jawab atas warna coklat feses yang kita semua kenal.

Warna coklat feses adalah karena aksi bakteri pada bilirubin, yang merupakan
produk akhir dari pemecahan hemoglobin (sel darah merah). Bau feses disebabkan oleh
bahan kimia indole, skatole, hidrogen sulfida, dan merkaptan, yang diproduksi oleh aksi
bakteri.

Banyak penyakit dan gangguan dapat mempengaruhi fungsi usus dan


menghasilkan kelainan pada feses. Sembelit ditandai dengan evakuasi jarang dan
produksi feses keras dan kering berlebihan, sementara diare hasil karena sering buang air
besar dan lembut berlebihan, kotoran berair. Pendarahan pada lambung atau usus dapat
mengakibatkan bagian darah pada feses, yang muncul merah gelap, atau hitam. Feses
berlemak atau berminyak biasanya menunjukkan pankreas atau gangguan usus kecil.

Tipus, kolera, dan disentri amuba diantara penyakit yang disebarkan oleh kontaminasi
makanan dengan feses orang yang terinfeksi.

1.2 Manfaat pemeriksaan feses


1. Mengetahui ada tidaknya masalah pada pencernaan
2. Mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada feses
1.3 Indikasi pemeriksaan feses
Dokter akan mempertimbangkan pemeriksaan feses pada kondisi-kondisi seperti:

1. Alergi atau peradangan pada saluran pencernaan. Misalnya, alergi susu pada
bayi.
2. Infeksi yang bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, atau virus yang
menyerang saluran cerna, termasuk skistosomiasis.
3. Perdarahan di saluran pencernaan.
4. Mengalami gejala-gejala gangguan saluran cerna, seperti mual, muntah, perut
kembung, nyeri atau kram perut, BAB berlendir, demam, serta diare.
5. Sebagai pemeriksaan penyaring kanker usus besar dengan melihat ada atau
tidaknya darah pada tinja.
6. Gangguan penyerapan gizi atau sindrom malabsorbsi.

5
7. Membantu dalam mengidentifikasi penyakit hati, pankreas, atau saluran
pencernaan. Dalam kondisi ini, dokter akan memeriksa enzim pada tinja
pasien untuk memastikan normal atau tidaknya fungsi pankreas.

Peringatan Pemeriksaan Feses

1. Hindari pemeriksaan feses jika mengalami siklus menstruasi atau perdarahan aktif
yang disebabkan oleh wasir.
2. Jangan menggunakan sampel tinja yang telah jatuh ke dasar kloset, terkena urine
atau peralatan di kamar mandi.
3. Beri tahu dokter jika baru-baru ini menjalani foto Rontgen yang menggunakan zat
kontras barium. Zat ini dapat mempengaruhi hasil tes.
4. Informasikan kepada dokter jika baru-baru ini berpergian, terutama berpergian ke
luar negeri, selama beberapa minggu atau bulan.
5. Sebelum pemeriksaan, beri tahu dokter mengenai obat-obat yang sedang
digunakan, termasuk obat resep, obat bebas, herba, atau suplemen.

Sebelum Pemeriksaan Feses

Ada beberapa hal yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan sebelum
pemeriksaan feses, tergantung dari bentuk tes feses yang akan dijalani. Pada pemeriksaan
feses yang bertujuan menemukan darah, tanyakan kepada dokter mengenai jenis-jenis
makanan yang tidak boleh dikonsumsi 2-3 hari sebelum tes dimulai.

Beberapa jenis obat dapat mengubah hasil tes. Obat-obatan tersebut umumnya adalah
antibiotik, antidiare, antiparasit, pencahar, obat maag antasida, dan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS). Oleh karena itu, tanyakan kepada dokter mengenai obat-obat yang
pemakaiannya harus dihentikan.

6
1.4 Feses normal

Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah
tersebut 70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa
sisa kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel
sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid
silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan
berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per- minggu.

7
1.5 Tabe l pe me riks aan

A. Tabel : Gejala yang diagnostic pada pemeriksaan makroskopik

Makroskopik Penyebab Catatan


Butir, kecil, keras, Konstipasi Pada keadaan usus
warna tua besar yang sensitive
keadaan dapat diselingi
diare yang cair atau
berlendir
Volume besar, berbau Malabsorpsi zat lemak atau Ekskresi lemak 6 g/hari
dan mengambang protein merupakan hal yang
abnormal; mungkin
terdapat pada penyakit
usus halus primer,
fibrosis kistik,
pankreastitis, sindroma
post-gastrektomi,
penyumbatan saluran
empedu dengan tinja
yang agak terbentuk,
sering diawali kelainan
fungsi
Rapuh dengan lendir Sindrom usus besar yang mudah Darah tanpak lebih
tanpa darah terangsang inflamasi dangkal nyata dari pada lendir
dan difus, adenoma dengan
jonjot-jonjot
Rapuh dengan darah Inflamasi usus besar; tifoid, Dehidrasi gangguan
dan lendir shigella, amebeasis,tumor ganas keseimbangan elektrolit
Volume besar, cair, Infeksi non-invasif (cholera, Untuk parasit perik salah
sisa padat sedikit e.coli keadaan toksik, keracunan tinja selagi masih panas
makanan oleh stafilikok, radang
selaput osmotic (defisiensi
disakharida, makan berlebihan)

8
Rapuh, mengandung Dervertikulitis aatau abses lain, Bilirubin serum biasanya
nanah atau jaringan tumor nekrotik, parasit abnormal
nekrotik

Agak lunak putih abu-abu Obtruksi saluran makan barium -


sedikit

B. Tabel: Keadaan yang mempengaruhi warna tinja

Warna Tidak patologis Patologis


Coklat, coklat tua Oksidasi normal dari -
kuning pigmen empedu
Coklat
Coklat tua sekali Dibiarkan lama di udara -
makanan yang mengandung
banyak daging
Hitam Makan besi Perdarahan saluran cerna,
Konsumsi obat tertentu
Abu -abu Makan kokoa Perdarahan di saluran
cerna bagian proksimal
steatore (konsistensi
seperti bubur dan
berbuih)
Abu-abu muda sekali Makanan mengandung banyak Obtruksi saluran
bahan susu barium empedu
Hijau atau kuning hijau Makanan yang mengandung Makanan melalui
banyak bayam, sayuran hijau usus dalam waktu
lain. Pencahar yang barasal cepat hingga pigmen
sayuran empedu belum
sempat teroksidasi

Merah Makanan yang mengandung Perdarahan yang berasal


banyak lobak merah (biet) dari saluran cerna bagian
distal

9
1.6 Pros e dur pe me riks aan

Pengambilan sampel tinja bisa dilakukan di rumah sakit atau secara mandiri di rumah. Di
rumah sakit, petugas laboratorium akan memberikan wadah khusus untuk menampung sampel
feses. Wadah ini biasanya berupa pot plastik berbentuk tabung, dengan ukuran yang bervariasi
dan kedap udara. Pastikan wadah tersebut dalam keadaan bersih.

Berikut ini tahapan yang bisa Anda lakukan dalam mengambil sampel tinja:

 Gunakan plastik pembungkus untuk mengambil sampel tinja yang kering atau kertas
koran yang diletakkan di kloset saat BAB.
 Pastikan tinja tidak berceceran atau jatuh menyentuh dasar kloset untuk mencegah
kontaminasi.
 Gunakan sendok khusus atau spatula yang disediakan bersama wadah, untuk mengambil
sampel feses kira-kira seukuran biji kurma, dan pindahkan ke dalam wadah.
 Cegah sampel tinja bercampur bersama urine.
 Setelah sampel tinja terkumpul di dalam wadah, segera masukkan dan tutup rapat di
dalam kantong plastik.
 Cuci tangan dengan air dan sabun sampai bersih. Jangan lupa untuk menyiram sisa
kotoran yang berada di dalam kloset.
 Segera bawa wadah yang berisi sampel feses ke laboratorium, sebaiknya tidak lebih dari
24 jam untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan mengaburkan hasil pemeriksaan.

Pengambilan sampel feses bisa menjadi hal yang cukup menyulitkan untuk anak-anak. Ikuti
cara-cara berikut ini:

 Sebelum memulai, Anda dan anak disarankan mencuci tangan sampai bersih.
 Gunakan sarung tangan berbahan lateks untuk menjaga kebersihan tangan Anda.
 Anak-anak yang mengalami diare umumnya cukup sulit untuk mengekspresikan
keinganannya untuk BAB. Untuk mengambil sampel feses, Anda dapat meletakkan
plastik yang menutupi kloset kamar mandi, agar tidak terjadi kontaminasi feses dengan
kloset. Plastik pembungkus juga bisa dilapisi pada popok bayi.
 Bila sampel sudah terkumpul, cuci tangan Anda dan Si Kecil sampai bersih.

Tuliskan nama, tanggal lahir, dan tanggal pengambilan sampel pada label wadah sampel untuk
mencegah wadah tertukar.

10
Pengambilan feses bisa dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya pada tes untuk mengetahui
adanya parasit atau cacing yang menempel di tinja, pengambilan sampel bisa dilakukan sebanyak
dua kali atau lebih. Pada pemeriksaan feses untuk mengetahui ada atau tidaknya lemak,
pengambilan sampel tinja dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Jika mengalami gejala
gangguan saluran cerna setelah berpergian ke luar negeri, dokter akan menyarankan pengambilan
sampel tinja dilakukan selama 7-10 hari berturut-turut.

Pengambilan sampel tinja umumnya tidak menyebabkan rasa sakit, kecuali pada pasien dengan
konstipasi yang akan kesulitan dan sakit ketika mengejan.

Setelah Pemeriksaan Feses

Hasil tes umumnya diberikan setelah 1-3 hari. Jika hasil tes tidak langsung diberikan, pasien
diperbolehkan untuk pulang ke rumah dan diminta kembali menemui dokter setelah hasil tes
sudah ada.

Berikut ini ciri-ciri hasil pemeriksaan feses yang dinyatakan normal:

 Tinja berwarna coklat, bertekstur lembut, dan bentuk keseluruhan yang konsisten.
 Pada tinja tidak ditemukan bakteri berbahaya, jamur, parasit, virus, darah, lendir, nanah,
atau serat daging yang tidak tercerna dengan baik.
 Tinja mengandung 2-7 gram lemak dalam satu hari atau per 24 jam.
 Kadar gula dalam tinja kurang dari 0,25 g/dL.

Sejumlah kondisi dapat mengubah hasil pemeriksaan feses. Diskusikan hasil tes dengan dokter.
Apabila ditemukan ketidaknormalan pada feses pasien, dokter akan melakukan penanganan atau
pengobatan sesuai hasil tes. Misalnya, memberikan obat antibiotik jika pada pemeriksaan
ditemukan bakteri, atau memberikan obat cacing bila ditemukan telur cacing pada tinja pasien.

1. Secara Makros kopis


syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :
1. Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine.
2. Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di lemari
es.
3. Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
4. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang
bercampur darah atai lendir.

11
5. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja
sewaktu.
6. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu.
7. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glas s.
8. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan
lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja keras,dos
karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar.
9. Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –
(negatif),(+),(++),(+++) saja
Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan
sampel feses.

 Pe me riks aan Jumlah


Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari.
Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja
meningkat.
 Pe me riks aan Warna
1. Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan
terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai
jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning
juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
2. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil
atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam
mekonium.
3. Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran
pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan
tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe
yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna
dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
4. Warna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal,
mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
5. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua
disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna

12
hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan
mungkin juga oleh melena .

 Pe me riks aan B au
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk
didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan
dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak
dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam.
Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah
yang tercerna menambah bau tinja.
 Pe me riks aan Kons is te ns i
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras
atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan
tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada
penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus .
 Pe me riks aan Le ndir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya
lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
1) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada
usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali
iritasi terjadi pada usus halus.
2) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpatinja.
3) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis,
mucous colitis pada anxietas.
4) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan
rektal anal.
5) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif
kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
6) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.

13
 Pe me riks aan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah
itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.
1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja
dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau
varices dalam oesophagus.
2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar
tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma
rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
 Pe me riks aan Nanah

Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada
penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada
penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak
 Pe me riks aan Paras it
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang
mungkin didapatkan dalam feses.
 Pe me riks aan adanya s is a makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya
yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu
dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi
makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka
pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah.
Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan
lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

14
2. Secara Mikros kopis
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel
epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah
pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
a. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan
bentuk trofozoit. Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru
didapatkan bentuk tropozoit.
 Pemeriksaan Langsung : Tropozoit
Metode ini dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan secara cepat. Untuk bentuk
tropozoit dari amoeba dipergunakan larutan eosin 2%, sedangkan untuk inti dan bentuk kista
amoeba dengan larutan lugol (2% larutan iodium + 3% larutan iodkali) (Gambar 26).

Prosedur Pemeriksaan
1) Gunakan kaca objek yang hangat. Pindahkan spesimen tinja yang berupa lendir atau darah
ke kaca objek. Pada tinja cair perlu dikocok secara hati-hati dan baik sebelum dilakukan
pemeriksaan, karena amoeba cenderung melekat pada dinding wadah penampung (plastik).
Pewarnaan:
 Bila mungkin hindarkan penambahan larutan salin, karena dapat mematikan
amoeba.
 Penambahan eosin. Penambahan eosin (20g/l) dalam larutan garam faali, latar
belakang akan berwarna merah muda, sedangkan amoeba tidak berwarna, sehingga
deteksi amoeba yang bergerak akan lebih mudah.
2) Tutup dengan kaca penutup dan tekan hati-hati dengan memakai kain atau kertas tisu, agar
didapatkan sediaan yang tipis. Periksa di bawah mikroskop dengan lensa objektif 10 kali
dengan kondensor iris ditutup secukupnya, sehingga didapat kontras yang baik. Cari
bentukan kecil, tidak teratur, dan terang, (gerak amoeboid tidak terlihat dengan pembesaran
kecil).
3) Periksa di bawah mikroskop dengan lensa objektif 40 kali untuk identifikasi amoeba.
 Cari gerak amoeboid yang khas. Amoeba akan terlihat gerakan maju satu arah
dengan mendorong ke luar sitoplasmanya (pseudopodia).
 Cari sel darah merah di dalam sitoplasmanya, yang tampak pucat abu-abu
kekuningan.

15
Hasil Pengamatan

1. Ditemukannya sel darah merah menunjukkan amoeba adalah Entamuba histolytica.


2. Pada sediaan segar tanpa pewarnaan, inti amoeba sukar dilihat.
3. Terkadang spesies amoeba non patogen dapat ditemukan dalam tinja.
4. Pada sediaan yang tidak diwarnai amoeba non patogen dapat dibedakan dari Entamoeba
histolytica dengan tidak ditemukannya sel darah merah di dalam sitoplasmanya.

 Pemeriksaan Kista
Kista dapat ditemukan pada tinja pada atau setengah padat
Cara langsung:

1. Teteskan 1 tetes larutan PZ atau eosin di bagian tengah dari separuh bagian kiri kaca objek,
dan 1 tetes larutan lugol iodin di bagian tengah separuh yang kanan.
2. Iodin lugol terlalu kuat untuk pewarnaan protozoa, sehingga sebelum dipakai harus
diencerkan terlebih dahulu menjadi 1 : 5 dengan larutan garam faali.
3. Ambil sedikit spesimen dan campur spesimen tinja dengan larutan garam faali pada kaca
objek sebelah kiri.
4. Ambil spesimen dan campur dengan larutan iodin pada kaca objek sebelah kanan.
5. Tutup masing-masing spesimen dengan kaca penutup (sedapat mungkin hindari timbulnya
gelembung udara).
6. Periksa sediaan di bawah mikroskop lensa objektif 10x dengan penutup iris kondensor
secukupnya, sehingga didapatkan kontras yang baik.
7. Periksa sediaan di bawah lensa objektif 40 x. Pusatkan perhatian untuk mencari kista yang
mengandung badan kromatid berbentuk batang dengan ujungnya yang tumpul, terutama
terdapat pada kista yang muda.

Hasil Interpretasi:
Akan terlihat kista kecil bulat berukuran 10 – 15 µm. Dengan larutan garam faali (PZ), kista
tampak sebagai bulatan transparan, membias jernih dengan latar belakang abu-abu.
Kista dengan badan kromatid berbentuk batang dengan ujung tumpul, pada sediaan PZ atau Eosin,
dan tidak tampak pada sediaan iodin. Beberapa kista mempunyai banyak benda kromatid. Inti
pada Entamoeba histolytica jumlahnya tidak lebih dari empat.

16
Gambar Pewarnaan Langsung (Direct wet mount) (Padoli, 2016)

Cara Konsentrasi : Teknik Pengapungan Zinc Sulfat

Jika jumlah parasit dalam spesimen tinja adalah rendah, pemeriksaan preparat basah direct
tidak dapat mendeteksi mereka, maka tinja harus dikonsentrasi. Kista dan larva utuh setelah
prosedur konsentrasi sedangkan tropozoit bisa hancur selama proses.
Prinsip
Tinja dicampur dengan larutan Zn SO4 (zinc sulfate, larutan dengan berat jenis tinggi). Kista yang
lebih ringan akan mengapung di permukaan.

Alat dan Bahan

1. tabung reaksi 15 ml.


2. Lidi
3. Kaca penutup
4. Etanol
5. Eter
6. Cawan petri
7. Larutan Zn SO4 33% w/v (331 gram ZnSO4 – 7H2O/l berat jenis 1.180 – 1.200)

17
Prosedur Pemeriksaan Teknik Pengapungan Zinc Sulfat

1. Siapkan kaca penutup bersih bebas dari lemak.


2. Buat campuran 10 ml etanol 95% dan 10 ml eter.
3. Tuangkan campuran tadi ke dalam cawan petri dan masukkan ke dalamnya 30 kaca
penutup satu persatu, kocok dan biarkan selama 10 menit.
4. Keluarkan kaca penutup satu persatu dan keringkan dengan kain kasa dan simpan pada
cawan petri yang kering.
5. Ambil spesimen tinja sebanyak ± 2 ml dan masukkan ke dalam tabung reaksi.
6. Tuangkan larutan jenuh garam dapur ke dalam botol sampai ¼ volume tabung reaksi.
7. Dengan lidi atau pengaduk, hancurkan tinja dan campur dengan rata.
8. Tuangkan lagi larutan jenuh garam dapur sampai batas permukaan tabung reaksi.
9. Ambil dengan lidi bagian kasar yang mengapung pada permukaan.
10. Tempatkan kaca penutup, sehingga menutupi tabung reaksi. Pastikan bahwa kaca penutup
kontak dengan cairan dan tidak ada gelembung udara, biarkan selama 30–45 menit.
11. Angkat kaca penutup, setetes cairan akan menempel.
12. Tempatkan kaca penutup di atas kaca objektif dan segera periksa di bawah mikroskop
(menghindari sediaan cepat kering). Tutup kondensor iris secukupnya, supaya didapat
kontras yang baik
13. Teteskan iodin di bawah gelas penutup dan periksa secara mikroskopis dengan objek 40x
untuk identifikasi kista

Gambar Teknik Pengapungan Zinc Sulfat (Leventhal dan Cheadle, 2012)


18
Gambar 29. Troposit (A dan B) , kista (C dan D) Entamoeba histolytica (A dan C) dan G.
Lambia (B dan D) (Cuomo, Noel dan White, 2009)

b. Te lur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan
sebagainya.
telur Ascaris lumbricoides

19
telur Trichuris trichiura

c. Le ukos it
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.
Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah
leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita
dengan alergi saluran pencenaan. Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat
ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.

d. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan
bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu
berarti abnormal.
e. Epitel

20
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal
dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang
terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
f. Kris tal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat
kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium
oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak
didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal
Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat
Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis.
Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
kristal hematoidin

g. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat
dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
h. Se l ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya
ialah supaya jangan dianggap kista amoeba.

i. Jamur
1) Pemeriksaan KOH

21
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH
(kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin
adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis
adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat
ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan
tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti
diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka
panjang. Kalau memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka
biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila
ada faktor risiko juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian
hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan
jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga

3. Secara Kimia
A. Darah s amar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes
terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat
dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5
– 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah
> 2 ml/ hari
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes,
orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas
peroksidase/oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
1. Me tode be nzidine bas a
 Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah
hingga mendidih.
 Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin
kembali.
 Kedalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
 Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
 Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.

22
 Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
 Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )

Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar
Hijau Positif ( +)
Biru bercampur hijau Positif (2+)
Biru Positif (3+)
Biru tua (4+)

2. Me tode B e nzidine Dihidrochlorida


Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai
pengganti benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi
kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya
sama seperti diterangkan diatas.
Cara Kerja
a) Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml
asam acetat glacial, campur.
b) Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml
alcohol 95 %, campur.
c) Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja
sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
d) Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan
itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil,
extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan
hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat
dapat menyebabkan positif (+) palsu

23
B. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada
ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna
kelabu disebut akholik.
Pros e dur ke rja :
 Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan
mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja
 Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
 Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan
selama 6-24 jam
 Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

C. Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik
jika dibandingkan terhadap tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan angka
mutlak

24
25
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pemeriksaan feses masih sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium
klinik maupun laboratorium di rumah sakit. Pemeriksaan feses adalah salah satu
parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu
penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.

Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan


makroskopis, mikroskopis dan kimia.
1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan
warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir,
pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan
pemeriksaan adanya sisa makanan.
2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap
Protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi,
dan jamur.
3. pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin,
urobilinogen dan bilirubin.

26
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata,R.1999.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat.


(Halaman 180-185)

Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku


Kedokteran EGC.(Halaman 518-519)

frances. K. widmann. 1994. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium.


Jakarta: EGC

Myhealth.Alberta.ca (2017). Health Informaton and Tools. Stool Analysis.

NHS Choices UK (2016). Common Health Question. How Should I Collect and Store a
Stool (Faeces)

Canadian Cancer Society (2018). Stool Test.

DerSarkissian, C. WebMD (2017). Stool Sample Culture Test.

Dowshen, S. Kids Health (2014). Stool Tests.

Lab Tests Online (2016). Stool Culture.

27

Anda mungkin juga menyukai