Oleh:
Hilmi Hadad Alwi (1183020045)
Masalah sengketa Ekonomi Syariah merupakan salah satu kasus yang hangat
diperbincangkan oleh masyarakat karena saat ini mulai banyak tumbuh segala usaha
yang berlebel syariah dimulai dari Asuransi Syariah, Bank Syariah, Loundry Syariah,
Pegadaian syariah dan masih banyak lagi. Mulai bermunculan kegiatan badan usaha
yang berlebel Syariah, maka dari itu penyelesaiannyapun harus dilakukan oleh para
lembaga yang benar-benar bisa dan paham masalah syariat Islam.
Banyaknya kegiatan masyarakat dan badan usaha yang berlebel syariah maka
tidak dapat dipungkiri akan timbul sebuah konflik, yakni sebuah situasi dimana dua
pihak atau lebih dihadapkan pada perbedaan kepentingan. Konflik tidak akan
berkembang menjadi sebuah sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan hanya
memendam perasaan tidak puas atau keprihatinan. Sebaliknya, konflik akan berubah
menjadi sengketa bilamana pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak
puas atau keprihatinannya, baik secara langsung kepada pihak yang dianggap
merugikan maupun kepada pihak lain.1
1
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Bandung: PT. Citra AdityaBakti, 2013), h.
3
2
Suyud Margono, Penyelesaian Sengketa Bisnis Alternative Dispute Resolution, (Bogor: GhaliaIndonesia, 2010),
h. 78
perkawian, kewarisan, wasiat, hibah,wakaf, zakat, infaq, sedekah dan ekonomi
syariah.3
3
Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama Di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, 2008),h.19
menjamin Penggugat atas perbuatan inkar janji (wanprestasi) yang dilakukan
Tergugat yang berakibat Penggugat menderita kerugian sejumlah
Rp205,416,682.53,00 (dua ratus lima juta empat ratus enam belas ribu enam ratus
delapan puluh dua koma lima tiga rupiah), maka mohon kepada Ketua Pengadilan
Agama Ngamprah agar jaminan akad pembiayaan Tergugat berupa tanah dan atau
tanah dan bangunan dengan Sertipikat Hak Milik No. 2774 yang terletak di Blok Pos
Kulon Kelurahan/Desa Kertamulya Kota/Kabupaten Bandung Barat, gambar situasi
No. 00090 tanggal 28 juli 2009, luas 160 m2 tercatat atas nama Nendi Suherli yang
diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya/kabupaten Bandung Barat pada
tanggal 25 Januari 2010 agar dapat dijual sesuai ketentuan hukum yang berlaku untuk
menutupi kerugian Penggugat;. Dalam sengketa wanprestasi/cidera janji akad
pembiayaan murabah ini hakim telah memutus “Mengabulkan gugatan Penggugat
untuk sebagian” dengan putusan Nomor 1/Pdt.G.S/2020/PA.Nph. Untuk mengetahui
bagaimana putusan dengan Nomor 1/Pdt.G.S/2020/PA.Nph di kabulkan sebagia oleh
Pengadilan Agama Ngamprah maka penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai
“Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
1/Pdt.G.S/2020/Pa.Nph Dalam Kasus Sengketa Ekonomi Syariah Tentang
Wanprestasi Pada Produk Pembiayaan Murabahah Bil Wakalah Di Pa
Ngamprah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas penulis
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah alasan dan pertimbangan Hakim dalam menyelesaikan sengketa
ekonomi syariah Perkara Nomor 1/Pdt.G.S/2020/PA.Nph terkait wanprestasi
pada produk pembiayaan murabahaah bil wakalah?
2. Bagaimana dasar pertimbangan Pengadilan Agama Ngamprah dalam
menetapkan putusan Nomor 1/Pdt.G.S/2020/PA.Nph menurut perspektif Hukum
Ekonomi Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pertimbagan hakim dalam melakukan proses penyelesaian
sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama Ngamprah sengketa Nomor
1/Pdt.G.S/2020/PA.Nph terkait wanprestasi pada produk pembiayan murabahah
bil wakalah
2. Untuk mengetahui dasar pertimbangan Pengadilan Agama Ngamprah dalam
menetapkan putusan Nomor 1/Pdt.G.S/2020/PA.Nph menurut perspektif Hukum
Ekonomi syariah.
D. Kegunaan Penelitian
2. Kegunaan Praktis