Anda di halaman 1dari 22

ANALISA LOKASI DAN POLA RUANG

Dosen : Astri Mutia Ekasari, ST., MT


Riswandha Risang Aji, ST., MURP

Teori Keseimbangan Spasial dan Interaksi Ruang


TEORI TEMPAT SENTRAL

A. TEORI CHRISTALLER

• Teori Chistaller ini awalnya mengkaji tentang persebaran


dan besarnya permukiman yang dapat diterangkan
berdasarkan fungsi pelayanannya.

• Model Christaller menjelaskan model area perdagangan


heksagonal dengan menggunakan jangkauan atau luas
pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan
threshold.
Asumsi yang digunakan Christaller :
1. Karena konsumen menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke
tempat pusat dinyatakan dalam biaya dan waktu.

2. Karena konsumen menanggung ongkos angkutan, maka jangkauan


(range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam
biaya dan waktu.

3. Semua konsumen dalam usaha untuk mendapatkan barang dan jasa


yang dibutuhkan, menuju tempat pusat yang paling dekat
letaknya.
4. Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah
sekitarnya. Artinya ada hubungan antara besarnya tempat pusat dan
besarnya (luasnya) wilayah pasaran, banyaknya penduduk dan
tingginya pendapatan wilayah yang bersangkutan.
5. Wilayah tersebut digagas sebagai dataran dimana penduduknya
tersebar merata dengan ciri ekonomis sama (Besar penghasilan
sama).
Lima Tahapan Pembentukan
Wilayah Pasaran
Berpola Heksagonal
• Dalam teorinya Christaller mengeluarkan konsep threshold dan range
seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

• Threshold adalah ambang batas/ volume ambang.


• Range adalah jangkauan/ jarak yang paling jauh yang harus ditempuh
penduduk (yang tempat tinggalnya terpencar) untuk membeli barang
ditempat sentral (wilayah dimana para pelanggan bersedia berbelanja)
➢ Christaller menggunakan istilah tempat pusat/ Central Place
bukan kota pusat, karena tempat yang sifatnya sentral tidak
tergantung dari sifatnya sebagai permukiman, tempat akan
dapat lebih besar atau lebih kecil daripada kota secara politis
atau ekonomi.
➢ Menurut Christaller pentingnya suatu tempat tidak tergantung
dari besarnya jumlah penduduk atau luas wilayahnya, tetapi
berdasarkan prestasi penduduk seluruhnya yang dihitung
dengan uang.
➢ Perkembangan tempat pusat tergantung konsumsi barang
sentral. Faktor yang memperngaruhi industrinya:
1. Penduduk (distribusi, kepadatan dan strukturnya)
2. Permintaan dan penawaran serta harga barang
3. Kondisi wilayah dan transportasi
Dalam teorinya, Christaller menggunakan 3 asas dalam sistem tempat
pusat, yaitu:
1. Asas Pasar (Market Optimizing Principle) K = 3
Dalam asas pasar semua daerah harus dilengkapi dengan barang-
barang yang diperlukan tapi jumlah tempat sentral harus sesedikit
mungkin.
2. Asas Perangkutan (Traffic Optimizing Principle) K = 4
Menurut asas perangkutan persebaran tempat-tempat
paling menguntungkan jika sebanyak mungkin tempat yang
penting terletak pada jalan yang menghubungkan dua kota
yang penting, jalan penghubung ini hendaknya sependek
dan selurus mungkin.
3. Asas Pemerintahan (Administration Optimizing Principle)
K=7
Asas pemerintahan didorong oleh kekuasan Negara (social
politik). Dalam asas ini Christaller menggambarkan bagaimana
hirarki permukiman bisa menyulitkan tata kerja pemerintah.
B. TEORI AUGUST
LOSCH
• Losch melanjutkan dan
mengembangkan teori
Christaller
• Losch melengkapi teori
Christaller dengan
menambahakan daerah
hinterland pada tempat
pusat, nilai K tidak hanya
3, 4, dan 7 akan tetapi
dilanjutkan dengan nilai
9,12,13,16,19.
❑ Teori lokasi losch berdasarkan atas demand (permintaan)
sehingga diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik
atau industri adalah dimana yang bersangkutan dapat
menguasai wilayah pasaran yang terluas.
❑ Dalam teorinya ini, asumsi yang digunakan losch adalah pada
daerah yang homogen dan datar, dimana daerah tersebut
kebutuhannya disupply daerah pusat (industri).
❑ Dalam teorinya semakin jauh dari pusat, permintaan akan
barang akan semakin menurun karena ongkos akan semakin
mahal.
❑ Losch juga memberi batasan, ia tidak mau wilayah
pasarannya akan bertindih dengan wilayah pasaran milik
pabrik lain yang menghasilkan barang yang sama (takut
kompetisi).
❑ Sehingga muncul pemikiran di dalam wilayah datar itu akan
tersebar pabrik-pabrik secara merata dan saling berhubungan
berbentuk heksagonal.
❑ Dalam teorinya losch terlalu melebih-lebihkan demand.
MODEL INTERAKSI RUANG
• Manusia memiliki ciri bergerak. Setiap hari manusia melakukan
pergerakan (berpindah) untuk kegiatan pekerjaan, belanja, sekolah,
dan kegiatan lainnya. Manusia menggunakan transportasi sebagai
alat bantu pergerakannya. Baik alat transportasi darat, laut, ataupun
udara.
• Spatial interaction (Interaksi keruangan) sebagai istilah yang
diciptakan E.L.,Hillman untuk menentukan interdependensi antar
wilayah geografis. Ia melihat interaksi spatial sebagai fokus utama
dalam kajian geografis. Didalamnya tercakup gerakan barang,
migran, uang, penumpang, informasi, gagasan, dan sebagainya antar
wilayah.
• Interaksi keruangan merupakan suatu pengertian yang dalam
geografi sosial dipakai untuk mendapatkan gambaran yang gamblang
mengenai pengaruh keruangan dari relasi yang ada antara manusia
dan manusia serta antara manusia dan lingkungannya.
• Interaksi keruangan menyatakan dirinya pada arus manusia, materi,
informasi, dan energi.
• Interaksi keruangan menyajikan dasar untuk menerangkan gejala-
gejala lokasi, relokasi, distribusi, dan difusi.
Gambar
Pengertian Pokok Interaksi Keruangan
HUKUM GRAVITASI

• Gravitasi didalam perencanaan digunakan untuk melihat seberapa besar


daya tarik suatu wilayah terhadap wilayah lainnya. Gravitasi disini
biasanya diartikan sebagai pusat kota/ centra business distric atau pusat
ekonomi dan pusat-pusat lainnya yang menjadi magnet terhadap kegiatan
suatu wilayah.

• Model gravitasi merupakan model yang paling banyak digunakan untuk


melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu
lokasi.
• Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan
besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Model ini dapat
digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal.
JARAK NISBI DAN JARAK MUTLAK

• Salah satu yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak
terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki
daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih
ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait
dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi
dengan pusat tersebut.
• Jarak dapat dinyatakan dalam bentuk jarak mutlak dan jarak nisbi.
1. Jarak mutlak dinyatakan dalam satuan mil, km, yard, dan
sebagainya. Jarak mutlak menggambarkan lokasi dan tidak akan
berubah.
2. Jarak nisbi biasanya menggunakan ukuran relatif (waktu, persepsi,
ongkos, dan sebagainya). Jarak nisbi bisa berubah (tidak mutlak).
AKSESIBILITAS

• Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah
suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat
aksesibilitas.
• Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu
lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78).
• Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi
prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung
termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk
melalui jalur tersebut.
• Aksesbilitas merupakan salah satu faktor lokasi.
• Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh:
1. Jarak
2. Kondisi sarana dan prasarana perhubungan,
3. Pemilihan jalur yang dilalui terkait dengan waktu tempuh, tingkat
keamananan dan kenyamanan
PENDEKATAN LINGKUNGAN
• Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, penentuan lokasi suatu
fasilitas tidak lagi didasarkan kepada kepentingan dan pendekatan
ekonomi semata, tetapi mulai memilirkan konsep jarak (ruang), kebijakan
politis, dan aksesbilitasnya.
• Karena ruang sifatnya terbatas dan penduduk semakin bertambah, maka
untuk ruang yang tidak tertata dan tidak direncanakan dengan baik akan
menimbulkan kesembrautan, kejenuhan, dampak lingkungan, dampak
sosial budaya, dan sebagainya.
• Dampak lingkungan mulai terfikirkan setelah alam memberikan refleksinya
terhadap apa yang dilakukan manusia. Banjir, pencemaran air, udara,
suara, lingkungan kumuh, crowded, dan sebagainya. Oleh karena itu pada
para pakar geografi wilayah mulai memikirkan penentuan lokasi suatu
fasilitas berdasarkan pendekatan lingkungan (selain variable lainnya).
Seperti:
a) Fisik (topografi, kemiringan, geologi, jenis tanah, hidrologi/
geohidrologi, curah hujan, RBA)
b) Tempat pembuatan limbah
c) Dampak yang ditimbulkan
d) Jarak dengan permukiman, dll
PENDEKATAN MATEMATIS
Pendekatan matematis berkembang setelah berbagai variable penentu
lokasi fasilitas ditetapkan dalam sebuah teori. Pendekatan ini dilakukan
untuk mencari lokasi yang benar-benar optimal, dengan semua kriteria
(variable)/ teori yang dipercaya kebenarannya dan bisa
dipertanggungjawabkan.
Pendekatan matematis ini berawal dari kegiatan menelaah gejala yang
timbul:
1. Menelaah permasalahan sekitar aspek-aspek spatial (keruangan) di
suatu wilayah atau akibat-akibat spatial yang menjadi permasalahan.
2. Membandingkan wilayah serta akibat-akibat spatial dari gejala-
gejalanya.
3. Mencari penjelasan dari kekhasan suatu wilayah serta akibat-akibat
spatial dari gejala-gejalanya.
4. Mencoba merumuskan berbagai teori tentang pertalian yang ada
diantara gejala-gejala dan akibat-akibat spatialnya: dengan tujuan
bisa menguasai dan memahaminya.
5. Menguji secara kuantitatif hal-hal yang diamati serta
kebersamaannya dengan hipotesis dan terhadap gejala-gejalanya.
TEORI TITIK HENTI (BREAKING POINT THEORY)
Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari Model
Gravitasi Reilly. Teori titik henti digunakan untuk
1. Mengetahui jarak maksimal daerah hinterland perdagangan sebuah kota.
2. Menjadi dasar pembatasan wilayah-wilayah fungsional.
3. Memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat pelayanan masyarakat.

Teori ini dapat digunakan jika memenuhi beberapa syarat yaitu:


1. Keadaan ekonomi penduduk relatif sama
2. Topografi wilayah datar
3. Sarana prasarana transportasi memadai
4. Daya beli masyarakat sama
WASSALAMU‘ALAIKUM WR. WB.

Anda mungkin juga menyukai