A. TEORI CHRISTALLER
• Salah satu yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak
terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki
daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih
ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait
dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi
dengan pusat tersebut.
• Jarak dapat dinyatakan dalam bentuk jarak mutlak dan jarak nisbi.
1. Jarak mutlak dinyatakan dalam satuan mil, km, yard, dan
sebagainya. Jarak mutlak menggambarkan lokasi dan tidak akan
berubah.
2. Jarak nisbi biasanya menggunakan ukuran relatif (waktu, persepsi,
ongkos, dan sebagainya). Jarak nisbi bisa berubah (tidak mutlak).
AKSESIBILITAS
• Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah
suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat
aksesibilitas.
• Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu
lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78).
• Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi
prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung
termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk
melalui jalur tersebut.
• Aksesbilitas merupakan salah satu faktor lokasi.
• Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh:
1. Jarak
2. Kondisi sarana dan prasarana perhubungan,
3. Pemilihan jalur yang dilalui terkait dengan waktu tempuh, tingkat
keamananan dan kenyamanan
PENDEKATAN LINGKUNGAN
• Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, penentuan lokasi suatu
fasilitas tidak lagi didasarkan kepada kepentingan dan pendekatan
ekonomi semata, tetapi mulai memilirkan konsep jarak (ruang), kebijakan
politis, dan aksesbilitasnya.
• Karena ruang sifatnya terbatas dan penduduk semakin bertambah, maka
untuk ruang yang tidak tertata dan tidak direncanakan dengan baik akan
menimbulkan kesembrautan, kejenuhan, dampak lingkungan, dampak
sosial budaya, dan sebagainya.
• Dampak lingkungan mulai terfikirkan setelah alam memberikan refleksinya
terhadap apa yang dilakukan manusia. Banjir, pencemaran air, udara,
suara, lingkungan kumuh, crowded, dan sebagainya. Oleh karena itu pada
para pakar geografi wilayah mulai memikirkan penentuan lokasi suatu
fasilitas berdasarkan pendekatan lingkungan (selain variable lainnya).
Seperti:
a) Fisik (topografi, kemiringan, geologi, jenis tanah, hidrologi/
geohidrologi, curah hujan, RBA)
b) Tempat pembuatan limbah
c) Dampak yang ditimbulkan
d) Jarak dengan permukiman, dll
PENDEKATAN MATEMATIS
Pendekatan matematis berkembang setelah berbagai variable penentu
lokasi fasilitas ditetapkan dalam sebuah teori. Pendekatan ini dilakukan
untuk mencari lokasi yang benar-benar optimal, dengan semua kriteria
(variable)/ teori yang dipercaya kebenarannya dan bisa
dipertanggungjawabkan.
Pendekatan matematis ini berawal dari kegiatan menelaah gejala yang
timbul:
1. Menelaah permasalahan sekitar aspek-aspek spatial (keruangan) di
suatu wilayah atau akibat-akibat spatial yang menjadi permasalahan.
2. Membandingkan wilayah serta akibat-akibat spatial dari gejala-
gejalanya.
3. Mencari penjelasan dari kekhasan suatu wilayah serta akibat-akibat
spatial dari gejala-gejalanya.
4. Mencoba merumuskan berbagai teori tentang pertalian yang ada
diantara gejala-gejala dan akibat-akibat spatialnya: dengan tujuan
bisa menguasai dan memahaminya.
5. Menguji secara kuantitatif hal-hal yang diamati serta
kebersamaannya dengan hipotesis dan terhadap gejala-gejalanya.
TEORI TITIK HENTI (BREAKING POINT THEORY)
Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari Model
Gravitasi Reilly. Teori titik henti digunakan untuk
1. Mengetahui jarak maksimal daerah hinterland perdagangan sebuah kota.
2. Menjadi dasar pembatasan wilayah-wilayah fungsional.
3. Memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat pelayanan masyarakat.