Anda di halaman 1dari 13

ERGONOMI DAN PRODUKTIVITAS KERJA

OLEH:

IKE ALIN MARLINA

DOSEN PEMBIMBING: NS. SINTYA HALISYA PEBRIANI, S.kep, M.kes

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG


2020/2021
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerja mereka. Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon
yang artinya kerja dan nomos yang berarti aturan dapat didefinisikan suatu
cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan. Manusia untuk merancang suatu
sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan dengan efektif,
aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pusat dari


ergonomi adalah manusia. Tujuan dari ergonomic ialah usaha untuk mencegah
cidera, meningkatkan produktifitas, efisiensi, dan kenyamanan dibutuhkan
penyesuaian antara lingkungan kerja, pekerja, dan manusia yang terlibat dengan
pekerja tersebut.

Ergonomi juga disebut suatu cabang ilmu yang sistematis dan


memanfaatkan informasi – informasi mengenai sifat, kemampuan dan
keterbatasan manusia untuk merancang system kerja sehingga orang dapat
hidup dan bekerja pada system itu dengan baik yaitu mencapai tujuan yang
diinginkan melalui perkerjaan dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalakna
1979).

Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu


ergonomi.

1. Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:

• Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan


cidera

dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.


• Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial

dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik

selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

• Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan

antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas

kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Menurut Nurmianto (2008) masalah-masalah ergonomi dapat


dikategorikan ke dalam bermacam-macam grup yang berbeda, bergantung
kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti :

1. Anthtropometric

Antropometri berhubungan dengan konflik dimensional antara ruang

geometri fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan

pengukuran dari dimensi tubuh secara linear, termasuk berat dan volume. Jarak

jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan lainnya. Masalah-masalah antropometri

merupakan manifestasi dari kekurang cocokannya antara dimensi ini dan desain

dari ruang kerja. Pemecahannya adalah memodifikasi desain dan menyesuaikan

kenyamanan.

2. Cognitive

Masalah kognitif muncul ketika informasi beban kerja yang berlebihan

dan infomasi beban kerja di bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka

waktu yang panjang maupun dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan
ketegangan. Pada sisi lain, fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk

pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahannya adalah untuk melengkapkan

fungsi manusia dengan fungsi mesin untuk meningkatkan performansi sebaik

pengembangan pekerjaan.

3. Musculoskeletal

Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal

tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif.

Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja

atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai

dengan batas kemampuan manusia.

4. Cardiovaskular

Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem sirkulasi, termasuk

jantung. Akibatnya adalah jantung memompakan lebih banyak darah ke otot

untuk memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahannya yaitu

mendesain kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi

pekerjaan.

5. Psychomotor

Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem psychomotor yang

menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan

manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.


Sedangkan pendekatan dalam ergonomi adalah dengan aplikasi secara

sistematiss dari informasi-informasi tentang kemampuan manusia,


keterbatasanketerbatasan, karakteristik, tingkah laku dan motivasi pada desain
peralatan dan

prosedur kerja yang digunakan serta lingkungan dimana mereka berfungsi.

1. Anatomi dan fisiologi : mempelajari struktur serta fungsi atau tat kerja
daritubuh dalam keadaan normal.

2. Psikologi trepan : mempelajari tentang pengaruh kondisi kerja terhadap

tingkah laku manusia. Akhirnya dapat disimpulkan beberapa pokok persoalan


dari disiplin ilmu ergonomi :

 Mempelajari performance, seperti menambah kecepatan kerja,


keselamatan

kerja dan mengurangi kelelahan.

 Mengurangi waktu dan biaya pelatihan.


 Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia dengan mengurangi

tingkat ketrampilan yang diperlukan.

 4. Mengurangi kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.


 5. Memperbaiki kenyamanan manusia dalam bekerja.

Berkaitan dengan bidang penyelidikan yang dilakukan, ergonomi memiliki

peran yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan sutu sistem kerja.
Ergonomi dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan, yaitu (Sutalaksana,
1979):
1. Penyelidikan tentang Display. Display adalah suatu perangkat antara
(interface)

yang menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan

mengkomunikasikannya kepada manusia dalam bentuk angka-angka,


tandatanda, lambang dan sebagainya. Informasi ini dapat disajikan dalam
bentuk

statis, misalnya peta suatu kota dan dapat pula dalam bentuk dinamis yang

menggambarkan perubahan variabel menurut waktu, misalnya speedometer.

2. Penyelidikan tentang Kekuatan Fisik Manusia. Dalam hal ini penyelidikan

dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas manusia pada saat bekerja dan kemudian

dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut. Penyelidikan ini juga

mempelajari perancangan obyek serta peralatan yang disesuaikan dengan

kemampuan fisik manusia pada saat melakukan aktivitasnya.

3. Penyelidikan tentang Ukuran Tempat Kerja. Penyelidikan ini bertujuan untuk

mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan dimensi tubuh

manusia agar diperoleh tempat kerja yang baik sesuai dengan kemampuan dan

keterbatasan manusia.

4. Penyelidikan tentang Lingkungan Kerja. Penyelidikan ini meliputi kondisi

lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas, seperti pengaturan cahaya,

kebisingan suara, temperatur, getaran dan lain-lain yang dianggap

mempengaruhi tingkah laku manusia.


Berkenaan dengan bidang-bidang penyelidikan itu, maka terlibat sejumlah

disilplin dalam ergonomi, yaitu :

1. Anatomi dan fisiologi, struktur dan fungsi pada manusia.

2. Antropometri, ukuran-ukuran tubuh manusia.

3. Fisiologi psikologi, sistem syaraf dan otak.

4. Psikologi eksperimen, prilaku manusia.

Ergonomi bisa diklasifikasikan ke dalam disiplin-disiplin ilmu yang lebih


spesifik. Permasalahannya, pengklasifikasian ergonomi berbeda-beda antara
satu sumber dengan sumber lainnya sehingga sering membingungkan. Ada yang
mengklasifikasikannya berdasarkan objek kajian yang dipelajari (ergonomi
fisik, ergonomi kognitif), ada yang berdasarkan tempat pengaplikasiannya
(ergonomi industri, ergonomi perkantoran), ada yang berdasarkan luas
lingkupnya (ergonomi makro, ergonomi mikro), ada yang berdasarkan latar
belakang pendidikan (keselamatan dan kesehatan kerja, antropometri). Menurut
Nurmianto (2008)

Pngelompokkan bidang kajian ergonomi dibagi menjadi lima yaitu :

1. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang

dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk

perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang

dikeluarkan saat bekerja.

2. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan

pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan

peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya.


3. Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan

mekanisme tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot

manusia dalam bekerja dan sebagainya

4. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan

masalah penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan

sebagainya.

5. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek

psikologis dan suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres

dan lain sebagainya.

 Kerja dengan tidak menggunakan prinsip ergonomi

Beberapa keluhan yang terjadi di tempat kerja dan biasa dialami oleh pekerja
adalah dikarenakan kelelahan fisik, yang biasa diakibatkan kerja yang
berlebihan dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya
seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah
istirahat dan tidur yang cukup.

Karena intensitas kerja yang dilakukan dengan tidak dikungnya


faktorergonomi baik dari alat kerja atau dari pengetahuan akan ergonomi,
sehingga dengan posisi yang salah maka akan menimbulkan kecelakaan kerja
yang dialami oleh pekerja.

 Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling

Kegiatan MMH yang meliputi pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik


memiliki potensi untuk menimbulkan kecelakaan kerja. Kegiatan tersebut
melibatkan koordinasi sistem kendali tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot, dan
tulang belakang.

Bila koordinasi tubuh tidak terjalin dengan baik akan menimbulkan


resiko kecelakaan kerja pada bidang MMH. Membagi faktor yang menjadi
penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH menjadi dua faktor :

1. Faktor Fisik (Physical Factor)

Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari suhu; kebisingan; bahan kimia;
radiasi;gangguan penglihatan; postur kerja; gangguan sendi (gerakan dan
perpindahan berulang); getaran mesin dan alat; alat angkut; permukaan lantai.

2. Faktor Psikososial (Psychosocial Factor)

Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja; peraturan
kerja; gaji yang tidak adil; rangkap kerja; stress kerja; konsekuensi kesalahan
kerja; istirahat yang pendek; dan terganggu saat kerja.

Kedua faktor diatas berpengaruh pada kecelakaan kerja pada bagian


muskuloskeletal. Untuk faktor Fisik (Physical Faktor) yang menjadi faktor
beresiko terhadap gangguan muskuloskeletal adalah postur/sikap kerja dan
gangguan sendi akibat pekerjaan yang berulang. Sedangkan diantara faktor
Psikososial yang menjadi penyebab utama adalah rendahnya pengawasan dalam
aktivitas produksi dan terbatasnya keleluasan para pekerja .Hal seperti dalam
proses produksi, pengoperasian mesin dan peraturan perusahaan masih longgar
untuk dilanggar para pekerja, terutama menyangkut keselamatan kerja. Hak
pekerja dalam memperoleh
istirahat sebentar untuk mengendorkan saraf dan otot masih kurang.

 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling

Usaha terbaik dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja terutama pada

bagian muskuloskeletal adalah mengurangi dan menghilangkan pekerjaan yang

beresiko terhadap keselamatan kerja. Ini adalah prinsip dasar dalam usaha

peningkatan keselamatan dan keamanan kerja. Dibawah ini beberapa hal


tindakan

untuk mengurangi resiko gangguan muskuloskeletal pada pekerjaan MMH:

1. Perancangan ulang pekerjaan

• Mekanisasi. Penggunaan sistem mekanis untuk menghilangkan


pekerjaan yang

berulang. Jadi dengan penggunaan peralatan mekanis mampu menampung

pekerjaan yang banyak menjadi sedikit pekerjaan.

• Rotasi pekerjaan. Pekerja tidak hanya melakukan satu pekerjaan, namun

beberapa pekerjaan dapat dilakukan oleh pekerja tersebut. Tujuan dari langkah

ini adalah pemulihan ketegangan otot melalui beban kerja yang berbeda-beda.

• Perbanyakan dan pengayaan kerja. Sebuah pekerjaan sebisa mungkin


tidak dilakukan dengan monoton, melainkan dilakukan dengan beberapa variasi.

Tujuan dari langkah ini adalah menghindari beban berlebih pada satu bagian

otot dan tulang pada anggota tubuh.


• Kelompok kerja. Pekerjaan yang dilakukan beberapa orang mampu
membagi beban kerja pada otot secara merata. Hal ini disebabkan anggota
kelompok bebas melakukan pekerjaan yang dilakukan.

2. Perancangan tempat kerja

Prinsip yang dilaksanakan adalah perancangan kerja memperhatikan

kemampuan dan keterbatasan pekerja. Tempat kerja menyesuaikan dengan


bentuk

dan ukuran pekerja agar aktivitas MMH dilakukan dengan leluasa. Kondisi

lingkungan seperti cahaya, suara, lantai dan lain-lain juga perlu perhatian untuk

menciptakan kondisi kerja yang nyaman.

3. Perancangan peralatan dan perlengkapan

Perancangan peralatan dan perlengkapan yang layak mampu mengurangi

penggunaan tenaga yang berlebihan dalam menyelesaikan pekerjan.


Menyediakan

pekerja dengan alat bantu dapat mengurangi sikap kerja yang salah, sehingga

menurunkan ketegangan otot.

4. Pelatihan Kerja

Program ini perlu dilakukan terhadap pekerjaan, karena pekerja melakukan

pekerjaan sebagai kebiasaan. Pekerja harus mengetahui mengenai pekerjaan


yang berbahaya dan perlu mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan yang
aman. Untuk melakukan kegiatan manual material handling (MMH) dengan
aman, maka dalam melaksanakan pelatihan kerja MMH perlu memahami
pedomannya. Alexander (1986) mengungkapkan empat (4) prinsip yang
dipegang selama melakukan MMH, yaitu :

• Berusaha untuk menjaga beban pengangkatan selalu dekat dengan tubuh

(mencegah momen pada tulang belakang).

• Berusaha untuk menjaga posisi pinggul dan bahu selalu dalam posisi segaris

(mencegah gerakan berputar pada tulang belakang).

• Menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mudah jatuh.

• Berpikir dan merencanakan metode dalam aktivitas MMH yang sulit dan

berbahaya.

 Nordic Body Map

Nordic Body Map adalah sistem pengukuran keluhan sakit pada tubuh yang
dikenal dengan musculoskeletal.Sebuah sistem muskuloskeletal (sistem gerak)
adalah sistem organ yang memberikan hewan (dan manusia) kemampuan untuk
bergerak menggunakan sistem otot dan rangka.Sistem muskuloskeletal
menyediakan bentuk, dukungan, stabilitas, dan gerakan tubuh.

• Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner


checklist ergonomi. Bentuk lain dari checklist ergonomi adalah checlist
International

Labour Organizatin (ILO).

• Namun kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling


sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja, dan

kuesioner ini paling sering digunakan karena sudah terstandarisasi dan

tersusun rapi (Kroemer, 1994).

Anda mungkin juga menyukai