Kamad Man Ic Ikuti Webinar Internasional
Kamad Man Ic Ikuti Webinar Internasional
Dalam suasana apapun, dan kapanpun, menuntut ilmu atau belajar tidak boleh berhenti sampai
hayat dikandung badang. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh kepala MAN Insan Cendekia
Lampung Timur, Antoni Iswantoro, M.Ed., yang menyempatkan diri mengikuti webinar internasional
yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI bekerjasama dengan Institut Leimena. Kegiatan
webinar ini mengusung tema “Understanding The Abrahamic Family Through Qibla Studies
(Memahami Keluarga Abrahamik Melalui Kajian Kiblat)”, dilaksanakan secara daring dengan
menggunakan aplikasi Zoom Meeting, Rabu, (21/10/2020).
Dalam acara ini menghadirkan Dr. Ari M. Gordon (Direktur U.S. Muslim-Jewish Relations, American
Jewish Committee), sebagai pembicara utama dan dua pembicara profesional dari dalam negeri yang
bertindak sebagai penanggap, yakni Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin (Dosen, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta) dan Arkhimandrit Romo Daniel Byantoro, Ph.D (Ketua dan Pendiri Gereja Orthodox
Indonesia).
Webinar diawali dengan sesi sambutan yakni Drs. Jakob Tobing, MPA (Chairman Institut Leimena),
Dr. Alwi Shihab (Senior Fellow Institut Leimena), dan Dr. Muhammad Zain, (Direktur Guru dan
Tenaga Kependidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI).
Sambutan:
Drs. Jakob Tobing, MPA (Chairman Institut Leimena)
Dr. Alwi Shihab (Senior Fellow Institut Leimena)
Dr. Muhammad Zain (Kementerian Agama RI) Di
Hadir pula,
Sambutan:
Drs. Jakob Tobing, MPA (Chairman Institut Leimena)
Dr. Alwi Shihab (Senior Fellow Institut Leimena)
Dr. Muhammad Zain (Kementerian Agama RI)
UNDANGAN
Registrasi: http://bit.ly/Oct21Qibla
Sambutan:
Drs. Jakob Tobing, MPA (Chairman Institut Leimena)
Dr. Alwi Shihab (Senior Fellow Institut Leimena)
Dr. Muhammad Zain (Kementerian Agama RI)
Narasumber:
Dr. Ari M. Gordon (Direktur U.S. Muslim-Jewish Relations, American Jewish Committee)
Penanggap:
Dr. phil. Sahiron Syamsuddin (Dosen, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Arkhimandrit Romo Daniel Byantoro, PhD (Ketua dan Pendiri Gereja Orthodox Indonesia)
[ENGLISH] Many studies on qibla, the prayer direction of Muslims, have focused on determining the
direction, the “where” of the qibla. Here we will explore the “why” and “what.” Why do religious
communities choose to face in a particular direction? What does that direction signify? The
qurʾānic approach to liturgical orientation is best understood within the cultural context into
which the Qurʾān revealed. Therefore, understanding of Judaism and early Christianity will
provide a helpful context to understand the reason for and meaning of qibla. In doing so,
understanding the qibla would help not only Muslims but also Christians and Jews to have a
more comprehensive appreciation of their own religions, their shared ancestry as Abrahamic
family, and what it means to their relations today. Difference does not mean that they must be
at odds with one another, but rather it means that they have a lot to talk about and learn.
[INDONESIAN]
Banyak kajian mengenai kiblat, arah shalat umat Muslim, fokus pada menentukan arah,
mempertanyakan “ke mana.” Di sini kita akan menggali “mengapa” dan “apa.” Mengapa umat
beragama memilih arah tertentu? Apa makna dari arah tersebut? Pendekatan Qur’an terhadap
arah liturgis paling baik dipahami dalam konteks budaya di mana Al-Qur’an diwahyukan. Oleh
sebab itu, pemahaman akan Yudaisme dan Kekristenan di masa awal dapat memberikan konteks
yang menolong untuk memahami alasan dan makna kiblat.
Dengan demikian, memahami kiblat tidak hanya menolong umat Muslim tapi juga umat Kristen
dan Yahudi untuk memahami lebih baik agamanya masing-masing, titik-titik temu leluhur
mereka sebagai satu keluarga Abrahamik, dan apa maknanya bagi relasi di antara mereka masa
kini. Perbedaan tidak berarti harus saling bermusuhan, tetapi berarti banyak hal yang dapat
mereka perbincangkan dan pelajari bersama.