Anda di halaman 1dari 26

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
Air dan air limbah – Bagian 84 : Cara uji kadar logam terlarut
dan logam total secara Spektrometri Serapan Atom (SSA) –
SNI 6989-84:2019

nyala
Standar Nasional Indonesia

ICS 13.060.50
Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
© BSN 2019

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

BSN
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta
SNI 6989-84:2019

Daftar isi

Daftar isi................................................................................................................................. i

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
Prakata ....................................................................................................................................ii
1 Ruang lingkup .................................................................................................................. 1

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
2 Istilah dan definisi ............................................................................................................ 1
3 Kesehatan dan keselamatan kerja ................................................................................ 3
4 Cara uji ............................................................................................................................ 3
4.1 Prinsip .................................................................................................................... 3
4.2 Bahan .................................................................................................................... 3
4.3 Peralatan ............................................................................................................... 4
4.4 Pengawetan contoh uji ........................................................................................... 4
4.5 Persiapan pengujian .............................................................................................. 4
4.6 Pembuatan kurva kalibrasi ..................................................................................... 5
4.7 Pengujian ............................................................................................................... 6
4.8 Perhitungan............................................................................................................ 6
5 Pengendalian mutu .......................................................................................................... 6
Lampiran A (normatif) Pelaporan ........................................................................................... 8
Lampiran B (informatif) Prosedur pembuatan larutan induk logam ....................................... 9
Lampiran C (informatif) Pemakaian asam lain bersama dengan asam nitrat untuk preparasi
contoh uji ............................................................................................................................. 11
Lampiran D (informatif) Praktik pengendalian mutu (Quality Control Practices) ................. 12
Lampiran E (informatif) Contoh perhitungan verifikasi metode ............................................ 14
Lampiran F (informatif) Kisaran kadar optimum, MDL, dan LOQ berdasarkan hasil verifikasi
metode ................................................................................................................................ 18
Lampiran G (informatif) Presisi dan bias ............................................................................. 19
Bibliografi ............................................................................................................................. 20

© BSN 2019 i
SNI 6989-84:2019

Prakata

Standar Nasional Indonesia SNI 6989-84:2019 Air dan air limbah – Bagian 84 : Cara uji kadar

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
logam terlarut dan logam total secara Spektrometri Serapan Atom (SSA) – nyala merupakan
standar baru hasil penggabungan dari 10 (sepuluh) SNI yaitu:

1. SNI 6989.4:2009 (Fe), Air dan air limbah – Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala,
2. SNI 6989.5:2009 (Mn), Air dan air limbah – Bagian 5: Cara uji mangan (Mn) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala,
3. SNI 6989.6:2009 (Cu), Air dan air limbah – Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala,
4. SNI 6989.7:2009 (Zn), Air dan air limbah – Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala,
5. SNI 6989.8:2009 (Pb), Air dan air limbah – Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala,
6. SNI 6989.16:2009 (Cd), Air dan air limbah – Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala,
7. SNI 6989.17:2009 (Cr-T), Air dan air limbah – Bagian 17: Cara uji krom total (Cr-T) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala,
8. SNI 6989.18:2009 (Ni), Air dan air limbah – Bagian 18: Cara uji nikel (Ni) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala,
9. SNI 06-6989.33-2005 (Ag), Air dan air limbah – Bagian 33: Cara uji kadar perak (Ag)
secara Spektrofotometer Serapan Atom (SSA),
10. SNI 06-6989.39-2005 (Ba), Air dan air limbah – Bagian 39: Cara uji kadar barium (Ba)
secara Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

Hal baru dalam Standar ini meliputi:

− perubahan persiapan contoh uji logam total, dan pemakaian asam lain bersama
dengan asam nitrat untuk preparasi contoh uji;
− penambahan lingkup matrik air yang diuji;
− penambahan kisaran kadar dan panjang gelombang untuk 10 logam;
− penambahan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja;
− penambahan prosedur pembuatan larutan induk logam;
− Informasi praktik pengendalian mutu; dan
− Contoh perhitungan verifikasi metode.

Standar ini menggunakan Standard Methods for the Examination Of Water and Wastewater
23rd Edition (2017) Method 3111 B: Metal by Atomic Absorption Spectrometry sebagai
referensi utama, dan telah melalui uji coba di laboratorium dalam rangka verifikasi metode
yang digunakan.

Standar ini disusun oleh Komite Teknis 13-03 Kualitas Lingkungan. Standar ini telah dibahas
dan disetujui dalam rapat konsensus nasional di Jakarta, pada tanggal 14 Mei 2019
Konsensus ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait, yaitu:
perwakilan dari produsen, konsumen, pakar, dan pemerintah.

Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 5 Agustus 2019 sampai dengan 4
Oktober 2019, dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.

© BSN 2019 ii
SNI 6989.84:2019

Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengindentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK

© BSN 2019 iii


SNI 6989.84:2019

Air dan air limbah – Bagian 84 : Cara uji kadar logam terlarut dan logam total
secara Spektrometri Serapan Atom (SSA) – nyala

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan metode untuk penentuan kadar logam total dan logam terlarut sesuai

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
dalam Tabel 1 dalam contoh uji air tanah, air permukaan, air limbah, dan ekstrak Toxicity
Characteristic Leaching Procedure (TCLP) secara Spektrometri Serapan Atom (SSA)-nyala.

Tabel 1 - Kisaran kadar optimum dan panjang gelombang


berdasarkan parameter logam yang dianalisis

No. Parameter Instrument Detection Level Kisaran Kadar Optimum Panjang


(mg/L) (mg/L) Gelombang
(nm)
1 Besi (Fe) 0,02 0,3 – 10 248,3
2 Mangan (Mn) 0,01 0,1 – 10 279,5
3 Tembaga (Cu) 0,1 0,2 – 10 324,7
4 Seng (Zn) 0,005 0,05 – 2,0 213,9
5 Timbal (Pb) 0,05 1 – 20 283,3
6 Kadmium (Cd) 0,002 0,05 – 2 228,8
7 Kromium (Cr) 0,02 0,2 – 10 357,9
8 Nikel (Ni) 0,02 0,3 – 10 232,0
9 Perak (Ag) 0,01 0,1 – 4,0 328,1
10 Barium (Ba)* 0,03 1 – 20 553,6
Keterangan:
*Khusus untuk logam barium, oksidan yang digunakan adalah gas nitrous oxide (N2O)

CATATAN 1 Tabel 1. disadur dari Table 3111:I. Atomic Absorption Concentration Ranges with Direct
Aspiration Atomic Absorption, Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water”,
23rd Edition, 2017

CATATAN 2 Metode ini tidak dapat digunakan, apabila baku mutu lingkungan lebih rendah dari MDL.

2 Istilah dan definisi

2.1
air bebas mineral
air yang diperoleh dengan cara penyulingan ataupun proses demineralisasi sehingga
diperoleh air dengan konduktivitas lebih kecil dari 2 μS/cm

2.2
air limbah
sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair

[Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014]

© BSN 2019 1 dari 20


SNI 6989-84:2019

2.3
air permukaan
air yang terdiri atas air sungai, air danau, air waduk, air saluran, mata air, air rawa dan air gua

[SNI 6989.57:2008]

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
2.4
air tanah
air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah, antara lain

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
sumur bor, sumur gali dan sumur pantek

[SNI 6989.58:2008]

2.5
ekstrak Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP)
cairan hasil ekstraksi yang telah disaring dengan menggunakan penyaring serat kaca (fiber
glass) berpori 0,6 µm – 0,8 µm

[US EPA SW 846 1311:1996]

2.6
kurva kalibrasi
grafik yang menyatakan hubungan antara kadar larutan kerja dengan hasil pembacaan
serapan yang merupakan garis lurus

2.7
larutan blanko
air bebas mineral yang diasamkan atau perlakuannya sama dengan contoh uji

2.8
larutan induk logam
larutan yang mempunyai kadar logam tertentu yang digunakan untuk membuat larutan baku
dengan kadar yang lebih rendah

2.9
larutan baku logam
larutan induk logam tertentu yang diencerkan dengan larutan pengencer sampai kadar tertentu

2.10
larutan kerja logam
larutan baku logam tertentu yang diencerkan dengan larutan pengencer, digunakan untuk
membuat kurva kalibrasi

2.11
larutan pencuci
larutan HNO3 5% (v/v) yang digunakan untuk merendam dan mencuci semua peralatan gelas
dan plastik

2.12
larutan pengencer
larutan yang digunakan untuk mengencerkan larutan kerja, yang dibuat dengan cara
mengencerkan 1,5 mL asam nitrat pekat dengan air bebas mineral hingga 1.000 mL

© BSN 2019 2 dari 20


SNI 6989.84:2019

2.13
logam terlarut
logam dalam air yang dapat lolos melalui saringan membran berpori 0,45 µm

2.14
logam total

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
semua logam yang ada dalam contoh uji air dan ekstrak TCLP setelah dilakukan proses
pemanasan dengan asam kuat

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
2.15
spike matrix
contoh uji yang diperkaya dengan larutan baku dengan kadar tertentu

3 Kesehatan dan keselamatan kerja

Untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja di laboratorium, maka diperlukan:

a) penggunaan alat pelindung diri (APD) disesuaikan dengan ruang lingkup pekerjaan.
b) penanganan bahan kimia secara aman mengacu kepada lembar data keselamatan bahan
(Safety Data Sheet, SDS).

4 Cara uji

4.1 Prinsip

Analit logam tertentu diatomisasi dalam nyala udara-asetilen diubah menjadi bentuk atomnya
yang menyerap energi radiasi elektromagnetik dari lampu katoda berongga (hollow cathode
lamp). Besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit.

4.2 Bahan

a) air bebas mineral;


b) asam nitrat (HNO3) pekat p.a;
c) hidrogen peroksida (H2O2) 30%;
d) larutan induk logam besi (Fe) 1.000 mg/L;
e) larutan induk logam mangan (Mn) 1.000 mg/L;
f) larutan induk logam tembaga (Cu) 1.000 mg/L;
g) larutan induk logam seng (Zn) 1.000 mg/L;
h) larutan induk logam timbal (Pb) 1.000 mg/L;
i) larutan induk logam kadmium (Cd) 1.000 mg/L;
j) larutan induk logam kromium (Cr) 1.000 mg/L;
k) larutan induk logam nikel (Ni) 1.000 mg/L;
l) larutan induk logam perak (Ag) 1.000 mg/L;
m) larutan induk logam barium (Ba) 1.000 mg/L;
n) gas asetilen (C2H2) kemurnian tinggi (High Purity, HP) dengan tekanan minimum 689 kPa
(100 psi);

CATATAN Tekanan dapat disesuaikan dengan manual alat.

o) gas nitrous oxide (N2O);


p) larutan pengencer HNO3: larutkan 1,5 mL HNO3 pekat dengan air bebas mineral hingga
1.000 mL, kemudian homogenkan;

© BSN 2019 3 dari 20


SNI 6989-84:2019

q) larutan pencuci HNO3 5 % (v/v): tambahkan 50 mL HNO3 pekat ke dalam gelas piala
1.000 mL yang berisi 800 mL air bebas mineral, kemudian tambahkan air bebas mineral
hingga 1.000 mL dan homogenkan;
r) media penyaring dengan ukuran pori 0,45 µm; dan
s) udara tekan.

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
CATATAN Larutan induk logam dapat dibuat dengan cara penimbangan sesuai dengan Lampiran B.

4.3 Peralatan

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
a) Spektrometer Serapan Atom (SSA)-nyala dilengkapi dengan burner sesuai dengan gas
oksidan yang digunakan;
b) lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp, HCL) Fe, Mn, Cu, Zn, Pb, Cd, Cr, Ni, Ag,
dan Ba;
c) gelas piala 250 mL dan 1.000 mL;
d) pipet volumetrik 1 mL, 2 mL, 5 mL, 10 mL, 25 mL, dan 100 mL;
e) labu ukur 50 mL, 100 mL, dan 1.000 mL;
f) Erlenmeyer 250 mL;
g) corong gelas;
h) kaca arloji;
i) pemanas listrik;
j) sistem penyaring vakum; dan
k) labu semprot.

4.4 Pengawetan contoh uji

Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan sesuai petunjuk di bawah
ini:

Wadah : Botol plastik (polyethylene) atau botol gelas


Pengawet : a) Untuk logam terlarut, saring dengan media penyaring dengan
ukuran pori 0,45 μm dan diasamkan dengan HNO3 hingga pH
< 2.
b) Untuk logam total, asamkan dengan HNO3 hingga pH < 2.
Lama Penyimpanan : 6 bulan
Kondisi Penyimpanan : Suhu ruang

4.5 Persiapan pengujian

4.5.1 Persiapan contoh uji logam terlarut

Siapkan contoh uji yang telah disaring menggunakan media penyaring dengan ukuran pori
0,45 μm dan diawetkan. Contoh uji siap didestruksi mengikuti langkah pada sub pasal 4.5.2
butir 1) sampai 7).

4.5.2 Persiapan contoh uji logam total dan ekstrak TCLP (destruksi dengan HNO3)

Siapkan contoh uji untuk pengujian logam total dan ekstrak TCLP, dengan tahapan sebagai
berikut:

1) homogenkan contoh uji, ambil secara kuantitatif 100 mL contoh uji dan masukkan ke
dalam gelas piala 250 mL atau Erlenmeyer 250 mL;
2) tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan kaca arloji dan
bila dengan Erlenmeyer gunakan corong gelas;

© BSN 2019 4 dari 20


SNI 6989.84:2019

3) panaskan perlahan-lahan sampai volumenya berkisar 10 mL - 20 mL; jika destruksi belum


sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat,
4) kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup Erlenmeyer dengan corong dan
panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua logam
larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau contoh
uji menjadi jernih;

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
CATATAN Jika destruksi tidak sempurna, lihat Lampiran C.

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
5) bilas kaca arloji atau corong dengan air bebas mineral dan masukkan air bilasannya ke
dalam gelas piala;
6) pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 100 mL (saring bila perlu) dan tambahkan air
bebas mineral sampai tepat tanda tera kemudian homogenkan;
7) untuk pengujian logam kromium, tambahkan 1 mL H2O2 30 % ke dalam 100 mL contoh
uji yang telah didestruksi
8) contoh uji siap diukur serapannya.

4.5.3 Pembuatan larutan logam (Fe, Mn, Cu, Zn, Pb, Cd, Cr, Ni, Ag, dan Ba)

Buat larutan baku dan larutan kerja sesuai dengan parameter yang akan dianalisis.

4.5.3.1 Pembuatan larutan baku logam 100 mg/L

1) pipet 10 mL larutan induk logam 1.000 mg/L, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL;
2) tepatkan dengan larutan pengencer sampai tepat tanda tera dan homogenkan.

4.5.3.2 Pembuatan larutan baku logam 10 mg/L

1) pipet 10 mL larutan baku logam 100 mg/L, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL;
2) tepatkan dengan larutan pengencer sampai tepat tanda tera dan homogenkan.

4.5.3.3 Pembuatan larutan kerja logam

Buat deret larutan kerja logam dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 (tiga) kadar yang berbeda
secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.

4.6 Pembuatan kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut:

1) operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat (cookbook)
untuk pengukuran logam tertentu;
2) aspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-nyala kemudian atur serapan hingga nol;
3) aspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA-nyala, lalu ukur serapannya pada
panjang gelombang logam tertentu sesuai dengan parameter logam yang dianalisis (lihat
Tabel 1);
4) lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer;
5) buat kurva kalibrasi dari data pada sub pasal 4.6 butir 3) dan tentukan persamaan garis
lurusnya;
6) jika koefisien korelasi regresi linier (r) < 0,995, periksa kondisi alat dan ulangi langkah
pada sub pasal 4.6 butir 2) sampai dengan butir 3) hingga diperoleh nilai koefisien r ≥
0,995.

© BSN 2019 5 dari 20


SNI 6989-84:2019

4.7 Pengujian

Uji kadar logam dengan tahapan sebagai berikut:

1) aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala dan ukur serapannya pada panjang
gelombang logam tertentu (lihat Tabel 1). Bila hasil serapan lebih besar dari kisaran kadar

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
optimum, lakukan pengenceran;
2) catat hasil pengukuran dan laporkan hasil pengujian sesuai dengan Lampiran A.

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
4.8 Perhitungan

Kadar logam dihitung sebagai berikut:

Kadar logam (mg/L) = C x fp

Keterangan:
C adalah kadar logam yang di dapat dari hasil pengukuran (mg/L);
fp adalah faktor pengenceran.

5 Pengendalian mutu

a) gunakan bahan kimia pro analisis (pa).


b) gunakan alat gelas bebas kontaminasi.
c) gunakan alat ukur yang terkalibrasi.
d) cuci peralatan gelas atau plastik dengan larutan pencuci.
e) dikerjakan oleh analis yang kompeten.
f) lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui waktu penyimpanan
maksimum.
g) perhitungan koefisien korelasi regresi linier (r) ≥ 0,995 dengan intersepsi lebih kecil atau
sama dengan batas deteksi.
h) lakukan analisis blanko dengan frekuensi 5 % - 10 % per batch (satu seri pengukuran)
atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai kontrol kontaminasi.
i) lakukan analisis duplo dengan frekuensi 5 % - 10 % per batch (satu seri pengukuran) atau
minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai kontrol ketelitian analisis.
Jika Perbedaan Persen Relatif (Relative Percent Difference/RPD) lebih besar atau sama
dengan 10 % maka dilakukan pengukuran ketiga. Hitung % RPD dengan rumus sebagai
berikut:

(Hasil Pengukuran – duplikat pengukuran)⁄2


% RPD= � � ×100 %
(Hasil pengukuran +duplikat pengukuran)

apabila hasil pengukuran dan duplikat pengukuran di bawah MDL, maka perhitungan %
RPD dilakukan dengan Laboratory Fortified Matrix Duplicate (LFMD). LFMD adalah
duplikat dari spike matrix.

j) lakukan kontrol akurasi dengan spike matrix atau salah satu standar kerja dengan
frekuensi 5 % - 10 % per batch (satu seri pengukuran) atau minimal 1 kali untuk jumlah
contoh uji kurang dari 10. Kisaran persen temu balik untuk spike matrix adalah 85 % - 115
% dan untuk standar kerja 90 % – 110 %. Hitung persen temu balik (% R) dengan rumus
sebagai berikut:

A-B
%R= ×100 %
C

© BSN 2019 6 dari 20


SNI 6989.84:2019

Keterangan:
A adalah kadar contoh uji yang diperkaya (spike) (mg/L);
B adalah kadar contoh uji (mg/L);
C adalah kadar standar yang ditambahkan (mg/L).

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
CATATAN 1 Volume spike matrix yang ditambahkan maksimal 5 % dari volume contoh uji.

CATATAN 2 Hasil akhir kadar contoh uji yang diperkaya (spike matrix) berkisar 2 kali - 5 kali
kadar contoh uji. Kadar contoh uji yang sudah diperkaya berada pada kisaran rentang pengukuran.

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK

© BSN 2019 7 dari 20


SNI 6989-84:2019

Lampiran A
(normatif)
Pelaporan

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
Catat pada buku kerja hal sebagai berikut:

a) Parameter yang dianalisis.

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
b) Tanggal pengambilan contoh uji.
c) Tanggal penerimaan contoh uji.
d) Nomor contoh uji.
e) Nama analis.
f) Tanggal analisis.
g) Rekaman kurva kalibrasi.
h) Rekaman hasil pengukuran dan perhitungan.

CATATAN Buku kerja dapat berupa log book atau file elektronik.

© BSN 2019 8 dari 20


SNI 6989.84:2019

Lampiran B
(informatif)
Prosedur pembuatan larutan induk logam

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
B.1 Larutan induk logam Fe 100 mg/L

1) timbang ± 0,100 g logam Fe, masukkan ke dalam labu ukur 1.000 mL;

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
2) tambahkan campuran 10 mL HCl (1+1) dan 3 mL HNO3 pekat sampai larut;
3) tambahkan 5 mL HNO3 pekat lalu encerkan dengan air bebas mineral hingga tanda tera;
4) hitung kembali kadar Fe berdasarkan hasil penimbangan (1 mL ≈ 100 µg Fe).

B.2 Larutan induk logam Mn 100 mg/L

1) timbang ± 0,1000 g logam Mn, masukkan ke dalam labu ukur 1.000 mL;
2) tambahkan campuran 10 mL HCl pekat dan 1 mL HNO3 pekat hingga larut;
3) tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda tera, kemudian homogenkan;
4) hitung kadar Mn berdasarkan hasil penimbangan (1 mL ≈100 µg Mn).

B.3 Pembuatan larutan induk logam Cu 100 mg/L

1) timbang ± 0,1000 g logam Cu, masukkan ke dalam labu ukur 1.000 mL;
2) tambahkan 2 mL HNO3 pekat sampai larut;
3) tambahkan 10 mL HNO3 pekat dan air bebas mineral hingga tepat tanda tera, kemudian
homogenkan;
4) hitung kadar Cu berdasarkan hasil penimbangan (1 mL ≈ 100 µg Cu).

B.4 Larutan induk logam Zn 100 mg/L

1) timbang ± 0,100 g logam Zn, masukkan ke dalam labu ukur 1.000 mL;
2) tambahkan 20 mL HCl (1+1) hingga larut;
3) tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda tera, kemudian homogenkan;
4) hitung kadar Zn berdasarkan hasil penimbangan (1 mL ≈ 100 µg Zn).

B.5 Larutan induk logam Pb 100 mg/L

1) timbang ± 0,1598 g Pb(NO3)2, masukkan ke dalam labu ukur 1.000 mL. Tambahkan sedikit
HNO3 (1+1);
2) tambahkan 10 mL HNO3 pekat dan air bebas mineral hingga tepat tanda tera kemudian
homogenkan;
3) hitung kembali kadar Pb berdasarkan hasil penimbangan (1 mL ≈ 100 µg Pb).

B.6 Pembuatan larutan induk logam Cd 100 mg/l

1) timbang ± 0,100 g logam Cd, masukkan ke dalam labu ukur 1.000 mL;
2) tambahkan 4 mL HNO3 pekat sampai larut;
3) tambahkan 8 mL HNO3 pekat dan air bebas mineral hingga tepat tanda tera, kemudian
homogenkan;
4) hitung kadar Cd berdasarkan hasil penimbangan (1 mL ≈ 100 µg Cd).

© BSN 2019 9 dari 20


SNI 6989-84:2019

B.7 Larutan induk logam Cr 100 mg/L

1) timbang ± 0,1923 g CrO3, masukkan ke dalam labu ukur 1.000 mL yang berisi air bebas
mineral;
2) tambahkan 10 mL HNO3 pekat dan encerkan dengan air bebas mineral hingga tanda tera,

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
lalu homogenkan;
3) hitung kadar krom berdasarkan hasil penimbangan (1 mL ≈ 100 µg).

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
B.8 Larutan induk logam Ni 100 mg/L

1) larutkan ± 0,1000 g logam nikel dengan 10 mL HNO3 pekat yang panas hingga larut;
2) dinginkan lalu encerkan dalam labu ukur 1.000 mL dengan air bebas mineral hingga tepat
tanda tera, kemudian homogenkan;
3) hitung kadar Ni berdasarkan hasil penimbangan (1 mL ≈ 100 µg Ni).

B.9 Larutan induk logam Ba 100 mg/L

1) timbang ± 0,1516 g BaCl2 (sudah dikeringkan selama 2 jam pada suhu 250 °C), masukkan
ke dalam labu ukur 1.000 mL, larutkan dengan 10 mL air bebas mineral dan 1 mL HCl
(1+1)
2) tambahkan 10 mL HCl (1+1) kemudian tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda
tera, kemudian homogenkan;
3) hitung kadar Ba berdasarkan hasil penimbangan (1 mL ≈ 100 µg Ba).

B.10 Larutan induk logam Ag 100 mg/L

1) timbang ± 0,1575 g AgNO3, masukkan ke dalam labu ukur 1.000 mL yang berisi 100 mL
air bebas mineral;
2) tambahkan 10 mL HNO3 pekat;
3) tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda tera, kemudian homogenkan;
4) hitung kadar Ag berdasarkan hasil penimbangan (1 mL ≈ 100 µg Ag).

© BSN 2019 10 dari 20


SNI 6989.84:2019

Lampiran C
(informatif)
Pemakaian asam lain bersama dengan asam nitrat untuk preparasi contoh uji

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
Jika destruksi contoh uji pada sub pasal 4.5.2 butir 4) belum sempurna, maka lakukan

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
destruksi dengan menambahkan asam sesuai dengan Tabel C.1

Tabel C.1 - Pemakaian asam lain bersama dengan asam nitrat


untuk preparasi contoh uji

Tidak
Disarankan Bisa berguna
No. Larutan asam disarankan
untuk analisis untuk contoh uji
untuk analisis
1 Asam klorida (HCl) Ag Sb, Ru, Sn Th, Pb
2 Asam sulfat (H2SO4) Ti - Ag, Pb, Ba
3 Asam perklorat (HClO4) - mengandung -
bahan organik
4 Asam fluorida (HF) - mengandung -
silika

CATATAN Tabel C.1 disadur dari Table 3030:I Acids used with HNO3 for sample preparation,
Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water”, 23rd Edition, 2017.

© BSN 2019 11 dari 20


SNI 6989-84:2019

Lampiran D
(informatif)
Praktik pengendalian mutu (Quality Control Practices)

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
D.1 Blanko pereaksi

a) blanko pereaksi (metode blank) terdiri dari air bebas mineral dan semua pereaksi

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
(termasuk pengawetan) sesuai dengan metoda yang digunakan.
b) blanko pereaksi digunakan untuk menentukan apakah pereaksi dan prosedur preparasi
memberikan kontribusi di dalam pengukuran ketidakpastian.
c) dalam satu batch pengukuran minimum digunakan satu blanko pereaksi untuk setiap set
contoh uji (batch) atau 5 % per jumlah contoh uji.
d) evaluasi hasil blanko pereaksi adalah untuk melihat apakah kontaminasi dapat diterima
atau tidak.
e) apabila hasil dari pengujian blanko pereaksi > 1/2 Minimum Reporting Level (MRL), maka
contoh uji tersebut dilakukan preparasi ulang dan analisis ulang, kecuali metode
menentukan sebaliknya.
f) pedoman umum untuk hasil analisis blanko pereaksi adalah sebagai berikut:
− blanko pereaksi < Method Detection Levels (MDLs), maka tidak diperlukan tindakan
korektif;
− blanko pereaksi > 1/2 MRL, tetapi < MRL dan hasil contoh uji adalah > MRL,
mengindikasikan bahwa terdapat analit di dalam blanko pereaksi;
− blanko pereaksi > MRL, maka diperlukan tindakan korektif lebih lanjut.

D.2 Laboratory Fortified Blank (LFB)

a) Laboratory Fortified Blank (LFB) adalah air bebas mineral (termasuk dengan pengawet
yang digunakan) yang ditambahkan konsentrasi analit yang diinginkan.
b) LFB dapat digunakan sebagai Laboratory Control Sample (LCS) jika metode
menggunakan prosedur ekstraksi atau digest.
c) LFB digunakan untuk mengevaluasi kinerja laboratorium dan menganalisis recovery
dalam matriks blanko.
d) minimal satu LFB digunakan untuk setiap set contoh uji (batch) atau 5 % dari jumlah
contoh uji per batch nya.
e) konsentrasi yang digunakan dan ditambahkan minimal 10 kali nilai MDL, atau sesuai
dengan yang ditentukan di dalam data Quality Assurance Project Plan (QAPP).
f) jika hasil LFB di luar nilai keberterimaan lakukan tindakan korektif, termasuk preparasi
ulang dan analisis ulang contoh uji. Kegunaan hasil LFB adalah untuk evaluasi kinerja
batch, perhitungan limit keberterimaan, dan untuk diplotkan dalam control chart.

D.3 Laboratory Fortified Matrix (LFM)


a) Laboratory Fortified Matrix (LFM) adalah contoh uji yang ditambahkan dengan sejumlah
analit sebelum preparasi. LFM digunakan untuk mengevaluasi % R dari analit dalam
matriks contoh uji.
b) apabila frekuensi penggunaan LFM tidak ditentukan di dalam metode, maka sertakan
setidaknya satu LFM untuk masing-masing set contoh uji (batch) atau minimal 5 % per
jumlah contoh uji dalam 1 batch.
c) konsentrasi yang ditambahkan sebaiknya 10 kali nilai MRL, sama dengan titik tengah
kurva kalibrasi, atau ditentukan oleh metode.

© BSN 2019 12 dari 20


SNI 6989.84:2019

d) sebaiknya konsentrasi yang ditambahkan ke dalam LFM sama dengan konsentrasi yang
ditambahkan ke dalam LFB, untuk melihat perbedaan efek matriks dari kinerja
laboratorium.
e) evaluasi hasil LFM untuk % R; jika % R tidak berada dalam rentang batas kendali, maka
lakukan tindakan korektif untuk memperbaiki efek matriks, gunakan metode lain, gunakan
metode penambahan standar, atau tandai data jika dilaporkan.

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
f) jika metode ini tidak memberikan batasan keberterimaan, maka gunakan batas
keberterimaan pendahuluan yang dihitung dari Initial Demonstration Capability (IDC).
g) batas keberterimaan LFM lebih luas daripada LFB atau LCS.

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
h) perhitungan % R:

Kons LFM × (Vol.spike + Vol.contoh uji) - (Kons.contoh uji × Vol.contoh uji)


%R= � � ×100
Kons.spike ×Vol.spike

Keterangan:
%R adalah persen temu balik;
Kons. LFM adalah konsentrasi LFM yang di dapat dari hasil pengujian;
Vol. spike adalah volume standar yang ditambahkan ke dalam contoh uji (mL);
Vol. contoh uji adalah volume contoh uji (mL);
Kons. contoh uji adalah konsentrasi contoh uji (mg/L);
Kons. spike adalah konsentrasi standar yang ditambahkan ke dalam contoh uji (mg/L).

© BSN 2019 13 dari 20


SNI 6989-84:2019

Lampiran E
(informatif)
Contoh perhitungan verifikasi metode

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
Contoh perhitungan ini berdasarkan pengujian logam timbal (Pb) yang dilakukan di
laboratorium.

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
E.1 Pembuatan kurva kalibrasi

Tabel E.1 – Penentuan absorbansi


berdasarkan konsentrasi larutan standar Pb

No. Konsentrasi (mg/L) Absorbansi


1 0,00 -0,0004
2 0,10 0,0054
3 0,20 0,0096
4 0,50 0,0188
5 1,00 0,0369
6 2,00 0,0720
Intercept = 0,00125
Slope = 0,03547

y = 0.0355x + 0.0013
0.0800 R² = 0.9987
0.0700
0.0600
0.0500
0.0400
0.0300
0.0200 Kurva Logam
Pb
0.0100
0.0000
-0.01000.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Gambar E.1 – Kurva kalibrasi logam Pb

© BSN 2019 14 dari 20


SNI 6989.84:2019

E.2 Presisi

Tabel E.2 – Penentuan presisi pengujian logam Pb

No. Absorbansi Konsentrasi


(mg/l)

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
1 0,0181 0,4743
2 0,0193 0,5094
3 0,0193 0,5093

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
4 0,0198 0,5232
5 0,0185 0,4856
6 0,0191 0,5045
7 0,0188 0,4960

Rerata = 0,5003
RD = 0,01641
RSD = 3,281
2^1-(0,5 log 0,00000050
CV Horwitz = C Fraksi =
C)
Log C = -6,301
0,67 CV Horwitz 11,898
CV Horwitz = 17,578
=
Hasil RSD ≤ 0,67 CV Horwitrz
Presisi
=

E.3 Akurasi (LFM)

Penentuan akurasi dengan cara melakukan spike terhadap contoh uji air limbah industri
dengan data sebagai berikut:
Konsentrasi contoh uji = 0,390 mg/L
Konsentrasi spike = 25,000 mg/L
Volume contoh uji = 98,000 mL
Volume spike = 2,00 mL

Hasil penentuan akurasi sebagai berikut:

Tabel E.3 – Penentuan akurasi pengujian logam Pb

No. Konsentrasi LFM


% Recovery
(mg/L)
1 0,88 99,56
2 0,82 87,56
3 0,81 85,56
4 0,90 103,56
5 0,95 113,56
6 0,85 93,56
7 0,92 107,56
Rerata = 98,70
akurat

© BSN 2019 15 dari 20


SNI 6989-84:2019

E.4 Reprodusibilitas

Uji reprodusibilitas dilakukan oleh 2 analis menggunakan data LFMD, dengan hasil seperti
pada Tabel E.4.
Tabel E.4 – Penentuan reprodusibilitas pengujian logam Pb

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
Analis-1 Analis-2
Konsentrasi Konsentrasi
No. Absorbansi No. Absorbansi
(mg/L) (mg/L)

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
1 0,0181 0,4743 1 0,0179 0,4685
2 0,0193 0,5094 2 0,0190 0,5019
3 0,0193 0,5093 3 0,0177 0,4650
4 0,0198 0,5232 4 0,0187 0,4918
5 0,0185 0,4856 5 0,0175 0,4579
6 0,0191 0,5045 6 0,0188 0,4955
7 0,0188 0,4960 7 0,0177 0,4629

Rerata = 0,4890
SD = 0,0203
RSD = 4,159
CV Horwitz = 2^1-(0,5logC) Fraksi = 4,8899E-07
Log C = -6,310703829
CV Horwitz = 17,819
0,67 CV Horwitz = 11,939
Hasil RSD ≤ CV Horwitz = memenuhi

E.5 Penentuan MDL

Penentuan MDL dilakukan menggunakan larutan spike 0,2 mg/L dengan hasil seperti pada
Tabel E.5.1 dan Tabel E.5.2.

Tabel E.5.1 – Penentuan MDL

Matriks contoh contoh uji +


No. % Recovery
uji air sungai spike
1 0,0000 0,20 100,00
2 0,0000 0,16 81,50
3 0,0000 0,21 105,00
4 0,0000 0,18 90,00
5 0,0000 0,18 90,50
6 0,0000 0,20 101,00
7 0,0000 0,24 120,00
Rerata = 0,1966 98,29
SD = 0,02501
RSD = 12,721
MDL = 3,14 x SD Baku Mutu = 0,1 PermenLH No. 05
Tahun 2014 Lamp.
XLVIII
MDL = 0,08 10 MDL = 0,785
LOQ = 0,25
CV Horwitz = 2^1-(0,5logC) C Fraksi = 0,00000020
log C = -6,699
CV Horwitz = 20,386 0,67 CV Horwitz = 13,66

© BSN 2019 16 dari 20


SNI 6989.84:2019

Tabel E.5.2 – Uji keberterimaan penentuan MDL

No. Parameter Syarat MDL Hasil Keterangan


1 RSD RSD ≤ 0,67 CV Horwitz 12,721 Memenuhi
2 Recovery 90 % - 110 % 98,29 Memenuhi

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
3 Spike 10 MDL > spike > MDL 0,8 > 0,2 > 0,08 Memenuhi
4 S/N 2,5 – 10 7,861 Memenuhi
5 Baku mutu MDL < Baku Mutu* 0,08 < 0,1 Memenuhi

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
*Baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014

E.6 Limit of Linearity (LoL)

E.6.1 Penentuan LoL pada kadar 0,1 mg/L – 2,0 mg/L

Std
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Stdev Stdev2 FHitung FTabel
(mg/l)
1 0,1 0,0055 0,0054 0,0046 0,0048 0,0046 0,0048 0,0052 0,0054 0,0061 0,0047 4,9E-04 2,4E-07
2 0,2
3 0,5
2,5838 5,3511
4 1,0
5 1,5
6 2,0 0,0702 0,0714 0,0709 0,0698 0,0711 0,0710 0,0714 0,0703 0,0726 0,0705 7,9E-04 6,3E-07

F hitung = 2,584 "Jika f hitung < f tabel, LoL diterima"


F Tabel = 5,351

Kesimpulan: dengan tingkat kepercayaan 99 % maka kadar 0,1 mg/L – 2,0 mg/L merupakan
daerah rentang kerja metode pengujian Pb dan 2,0 mg/L merupakan batas linieritas (LoL).

E.6.2 Penentuan LoL pada kadar 1 mg/L – 20 mg/L

Std
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Stdev Stdev2 FHitung FTabel
(mg/l)
1 1 0,0369 0,0455 0,0409 0,0442 0,0369 0,0399 0,0379 0,0398 0,0462 0,0411 0,00339 1,1E-05
2 2
3 5
4,93902 5,35113
4 10
5 15
6 20 0,707 0,7127 0,7077 0,6967 0,7097 0,7087 0,7127 0,7017 0,7247 0,7037 0,00753 5,7E-05

F hitung = 4,939 "Jika f hitung < f tabel, LoL diterima"


F Tabel = 5,351

Kesimpulan: dengan tingkat kepercayaan 99 % maka kadar 1 mg/L - 20 mg/L merupakan


daerah rentang kerja metode pengujian Pb dan 2,0 mg/L merupakan batas Linieritas (LoL).

© BSN 2019 17 dari 20


SNI 6989-84:2019

Lampiran F
(informatif)
Kisaran kadar optimum, MDL, dan LOQ berdasarkan hasil verifikasi metode

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
Berdasarkan hasil verifikasi metode, didapatkan kisaran kadar optimum, MDL, dan LOQ,
seperti pada Tabel F.1.

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
Tabel F.1 – Kisaran kadar optimum, MDL, dan LOQ
berdasarkan hasil verifikasi metode

No. Parameter Kisaran MDL LOQ


Kadar Optimum (mg/L) (mg/L)
(mg/L)
1 Besi (Fe) 0,3 – 10 0,02 0,06
2 Tembaga (Cu) 0,2 – 10 0,02 0,05
3 Mangan (Mn) 0,1 – 10 0,02 0,05
4 Seng (Zn) 0,05 – 2,0 0,02 0,04
5 Timbal (Pb) 1 – 20 0,08 0,25
6 Kadmium (Cd) 0,05 – 2 0,02 0,05
7 Kromium (Cr) 0,2 – 10 0,04 0,12
8 Nikel (Ni) 0,3 – 10 0,02 0,05
9 Perak (Ag) 0,1 – 4,0 0,04 0,10
10 Barium (Ba) 1 – 20 0,25 0,80

© BSN 2019 18 dari 20


SNI 6989.84:2019

Lampiran G
(informatif)
Presisi dan bias

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
Standar ini telah melalui uji coba metode dengan memperlakukan bahan acuan bersertifikat
(Certified References Material, CRM) QC ERA WatRTM Suppy Metal Cat. No. 697 diperoleh
hasil sesuai Tabel G.1.

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
Tabel G.1 - Hasil uji coba metode dengan memperlakukan bahan acuan bersertifikat
(Certified References Material, CRM) QC ERA WatRTM Suppy Metal Cat. No. 697

Acceptable range Hasil laboratorium


Analit Median (µg/L)
(µg/L) (µg/L)
Besi (Fe) 1020 887 - 1150 1087
Mangan (Mn) 515 466 - 563 497
Tembaga (Cu) 940 848 - 1030 975
Seng (Zn) 1080 977 - 1180 1052
Timbal (Pb) 85,4 73,0 – 97,8 < MDL
Kadmium (Cd) 26,4 23,1 – 29,7 28,9
Kromium (Cr) 77,2 68,3 – 86,1 85,1
Nikel (Ni) 267 239 - 296 278
Perak (Ag) 122 108 - 136 129
Barium (Ba) 923 831 - 1010 995

Standar ini telah melalui uji coba metode dengan mengikuti Proficiency Testing Australia (PTA)
Round 239 dan diperoleh hasil uji profisiensi sesuai Tabel G.2.

Tabel G.2 - Hasil uji profisiensi

Hasil Uji Norm. Robust CV Robust


Analit Median
(µg/L) IQR (%) z-score
Besi (Fe) 557 ± 25 556,0 23,4 4,2 0,04
Tembaga (Cu) 447 ± 29 462,0 20,0 4,3 -0,75
Seng (Zn) 527 ± 46 491,0 22,2 4,5 1,62
Timbal (Pb) 488 ± 34 461,5 21,7 4,7 1,22
Kromium (Cr) 449 ± 24 396,0 20,4 5,1 2,60
Nikel (Ni) 306 ± 20 294,5 17,0 5,8 0,67

© BSN 2019 19 dari 20


SNI 6989-84:2019

Bibliografi

[1] SNI 6989.57:2008, Metoda pengambilan contoh air permukaan

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
[2] SNI 6989.58:2008, Metoda pengambilan contoh air tanah

[3] Laura Bridgewater et al. “Standard Methods for the Examination of Water and Waste

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
Water”. 23rd Edition. 2017. Washington DC: APHA, AWWA, and WEF., Method 3020,
Quality Assurance/Quality Control

[4] Laura Bridgewater et al. “Standard Methods for the Examination of Water and Waste
Water”. 23rd Edition. 2017. Washington DC: APHA, AWWA, and WEF., Method 3030 D.
Digestion for metals

[5] Laura Bridgewater et al. “Standard Methods for the Examination of Water and Waste
Water”. 23rd Edition. 2017. Washington DC: APHA, AWWA, and WEF., Method 3030 E.
Nitric Acid Digestion

[6] Laura Bridgewater et al. “Standard Methods for the Examination of Water and Waste
Water”. 23rd Edition. 2017. Washington DC: APHA, AWWA, and WEF., Method 3111 B,
Direct Air-Acetylene Flame Method

[7] Laura Bridgewater et al. “Standard Methods for the Examination of Water and Waste
Water”. 23rd Edition. 2017. Washington DC: APHA, AWWA, and WEF., Method 3111 D,
Direct Nitous Oxide-Acetylene Flame Method

[7] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air Limbah

[8] US EPA SW 846 1311:1996, Toxicity Characteristic Leaching Procedure

© BSN 2019 20 dari 20


Informasi pendukung terkait perumus standar

[1] Komtek Perumusan SNI

Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk pelaksanaan sosialisasi/bimbingan teknis
Komite Teknis 13-03 Kualitas Lingkungan

[2] Susunan keanggotaan Komtek Perumusan SNI


Ketua : Noer Adi Wardojo

Penanggung Jawab penggunaan: Kepala Pusat Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK
Wakil Ketua : Giri Darminto
Sekretaris : Diah Wati Agustayani
Anggota : 1. Rina Aprishanty
2. Ardeniswan
3. Henggar Hardiani
4. Muhammad Farid Sidik
5. M.S. Belgientie TRO
6. Noor Rachmaniah
7. Oges Susetio
8. Sri Bimo Andy Putro
9. Sunardi
10. Yuli Purwanto

[3] Konseptor Rancangan SNI


Yuli Purwanto, S.Si.,
Laboratorium Lingkungan PT. Sucofindo Cabang Bandung

[4] Sekretariat pengelola Komtek Perumusan SNI


Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan
Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Anda mungkin juga menyukai