Anda di halaman 1dari 4

Penatalaksanaan

Pengobatan endometriosis sulit mengalami penyembuhan karena adanya


risiko kekambuhan. Tujuan pengobatan endometriosis lebih disebabkan oleh
akibat dari endometriosis tersebut, seperti nyeri panggul dan infertilitas. 2 Terapi
hormonal disarankan ketika rasa sakit mengganggu bekerjaatau kegiatan sehari-
hari, karena terapi ini biasanya mengurangi nyeri panggul dan dispareunia lebih
dari 80% perempuan yang menderita endometriosis. Terapi hormon tidak
efektifuntuk endometrioma ovarium besar yang memerlukan operasi. Operasi
jugadapat diindikasikan ketika pengobatan medis tidak berhasil atau ketika
kondisi medis melarang penggunaan terapi hormon.1
a. Pengobatan simtomatik
Pengobatan dengan memberikan antinyeri seperti paracetamol 500 mg 3
kali sehari, Non Steroidal Anti Imflammatory Drugs (NSAID) seperti ibuprofen 400
mg tiga kali sehari, asam mefenamat 500 mg tiga kali sehari. Tramadol, parasetamol
dengan codein, GABA inhibitor seperti gabapentin .2
b. Kontrasepsi oral
Penanganan terhadap endometriosis dengan pemberian pil kontrasepsi
dosis rendah. Tujuan pengobatan ini adalah induksi amenorea, dengan
pemberian berlanjut selama 6-12 bulan. Membaiknya gejala dismenorea dan
nyeri panggul dirasakan oleh 60-95% pasien.2
c. Progestin
Progestin adalah obat sintetis yang memiliki aktivitas progesteron
seperti pada endometrium. Progestin memungkinkan efek anti endometriosis
dengan menyebabkan desisualisasi awal pada jaringan endometrium dan
diikuti dengan atrofi. Progestin digunakan untuk mengurangi nyeri panggul
endometriosis. Efek samping yang umum dari terapi progestin adalah
perdarahan uterus yang tidak teratur, peningkatan berat badan, retensi air,
nyeri payudara, sakit kepala, mual, danperubahan mood, terutama depresi.1,2
d. Gonadotropin Releasing Hormone Agonist (GnRHa)
GnRHa menyebabkan sekresi terus-menerus FSH dan LH sehingga
hipofisa mengalami disensitisasi dengan menurunnya sekresi FSH dan LH
mencapai keadaan hipogonadotropik hipogonadisme, dimana ovarium tidak
aktif sehingga tidak terjadi siklus haid.2
e. Danazol
Danazol adalah androgen sintetik dan merupakan derivate 17 a-ethynyl
testosteron. Danazol mempunyai beberapa mekanisme kerja diantaranya
menginduksi amenorea melalui supresi terhadap aksis HipotalamusPituitari
Ovarium (HPO), inhibisi steroidogenesis ovarium dan mencegah proliferasi
endometrium dengan mengikat reseptor androgen dan progesteron pada
endometrium dan implan endometriosis. Danazol sebaiknya tidak digunakan,
kecuali pada perempuan yang sudah dalam pengobatan dan tidak timbul efek
samping terhadapnya atau apabila terapi lain sudah terbukti tidak efektif.
f. Aromatase inhibitor
Estrogen lokal dari lesi endometriosis berkaitan erat dengan ekspresi
enzim aromatase sitokrom P450. Kadar mRNA aromatase yang meningkat
ditemukan pada lesi endometriosis dan endometrioma ovarium. Penggunaan
aromatase inhibitor jangka panjang dapat meningkatkan risiko osteopenia,
osteoporosis dan fraktur.
g. Anti prostaglandin
Litelatur menunjukkan peningkatan kadar prostaglandin di cairan
peritoneum dan lesi endometriosis pada perempuan dengan endometriosis.
Sehingga NSAID banyak digunakan dalam penatalaksanaan nyeri terkait
endometriosis

Terapi Bedah
Terapi bedah bisa diklasifikasikan menjadi terapi bedah konservatif jika
fungsi reproduksi berusaha dipertahankan dan radikal jika uterus dan ovarium
diangkat secara keseluruhan. Usia, keinginan untuk memperoleh anak lagi,
perubahan kualitas hidup, adalah hal-hal yang menajdi pertimbangan ketika
memutuskan suatu jenis tindakan operasi.3
1. Pembedahan konservatif
a. Tujuannya adalah merusak jaringan endometriosis dan melepaskan
perlengketan perituba dan periovarian yang menjadi sebab timbulnya
gejala nyeri dan mengganggu transportasi ovum. Pendekatan
laparoskopi adalah metode pilihan untuk mengobati endometriosis
secara konservatif. Ablasi bisa dilakukan dengan dengan laser atau
elektrodiatermi. Secara keseluruhan, angka rekurensi adalah 19%.
Pembedahan ablasi laparoskopi dengan diatermi bipolar atau laser
efktif dalam menghilangkan gejala nyeri pada 87%. Kista
endometriosis dapat diterapi dengan drainase atau kistektomi.
Kistektomi laparoskopi mengobati keluhan nyeri lebih baik daripada
tindakan drainase. Terapi medis dengan agonis GnRH mengurangi
ukuran kista tetapi tidak berhubungan dengan hilangnya gejala nyeri.
b. Flushing tuba dengan media larut minyak dapat meningkatkan
angka kehamilan pada kasus infertilitas yang berhubungan dengan
endometriosis.
c. Untuk dismenorhea yang hebat dapat dilakukan neurektomi
presakral. Bundel saraf yang dilakukan transeksi adalah pada vertebra
sakral III, dan bagian distalnya diligasi.
d. Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA) berguna untuk
mengurangi gejala dispareunia dan nyeri punggung bawah.
e. Untuk pasien dengan endometriosis sedang, pengobatan hormonal
adjuvant postoperative efektif untuk mengurangi nyeri tetapi tidak ada
berefek pada fertilitas. Analog GnRH, danazol, dan
medroksiprogesteron berguna untuk hal ini.
2. Pembedahan radikal
a. Histerektomi total dengan ooforektomi bilateral dan sitoreduksi
dari endometrium yang terlihat. Adhesiolisis ditujukan untuk
memungkinkan mobilitas dan menormalkan kembali hubungan antara
organ-organ di dalam rongga pelvis.
b. Obstruksi ureter memerlukan tindakan bedah untuk mengeksisi
begian yang mengalami kerusakan. Pada endometriosis dengan
obstruksi usus dilakukan reseksi anastomosis jika obstruksi berada di
rektosigmoid anterior.

Komplikasi
Komplikasi dari endometriosis sering berhubungan dengan adanya
fibrosis dan jaringan parut yang tidak hanya berefek pada organ yang
terkena, namun juga dapat menyebabkan obstruksi kolon dan ureter.
Ruptur dari endometrioma dan juga dihasilkannya zat berwarna coklat
yang sangat iritan juga dapat menyebabkan peritonitis. Meskipun jarang,
lesi endometrium dapat berubah menjadi malignan dan paling sering
terjadi pada kasus endometriosis yang berlokasi di ovarium.4

Prognosis
Endometriosis dapat mengalami rekurensi kecuali telah dilakukan
dengan histerektomi dan ooforektomi bilateral. Angka kejadian rekurensi
endometriosis setelah dilakukan terapi pembedahan adalah 20% dalam waktu
5 tahun. Ablasi komplit dari endometriosis efektif dalam menurunkan gejala
nyeri sebanyak 90% kasus. Beberapa ahli mengatakan eksisi lesi adalah
metode yang baik untuk menurunkan angka kejadian rekurensi dari gejala-
gejala endometriosis. 5

DAPUSNYA
1. A Guide for Patients Revised. American Society For Reproductive
Medicine. 2012
2. Hanifa W. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2011
3. Hendy H. Endometriosis dari aspek teori sampai penanganan klinis.
Surabaya. Airlangga University Press.2015
4. Memardeh SM, Muze KN. Endometrosis. Dalam Current obstetry and
gynecology diagnosa and therapy. 9th ed. Boston: Mc Graw Hill. 2003
5. American Society for Reproductive Medicine. Revised American
Society for Reproductive Medicine classification of endometriosis.
Fertil Steril 1997; 67, 5: 817-21.
b) Terapi pembedahan Indikasi terapi pembedahan pada pasien endometriosis adalah:
Endometriosis dengan gejala parah yang tidak responsif terhadap terapi hormon,
endometriosis yang parah dan menginfiltrasi untuk memperbaiki distorsi anatomi panggul,
dan endometriosis > 1 cm. Pembedahan bisa dilakukan secara konservatif ataupun definitif
(Konar, 2013). Metode pembedahan apapun yang digunakan harus disesuaikan dengan usia
pasien, tingkat kesuburan pasien, dan respon pasien terhadap perawatan medis (Parisei et al.,
2008).
 Bedah konservatif Bedah konservatif direncanakan untuk merusak lesi endometriosis dalam
upaya memperbaiki gejala (rasa nyeri, subfertilitas) dan dalam waktu yang sama untuk
memelihara fungsi reproduksi. Laparoskopi biasanya dilakukan untuk menghancurkan lesi
endometriotik dengan eksisi atau ablasi oleh elektrodiaterapi atau dengan menggunakan
laser. Perawatan bedah konservatif minimal pada endomertiosis ringan (abalasi plus
adhesiolisis) dapat meningkatkan hasil kesuburan. Laparoscopic uterosacral nerve ablation
(LUNA) dilakukan saat rasa sakit yang diderita pasien endometriosis sangat parah.
Keuntungan dari laser adalah memotong jaringan dengan sedikit kemungkinan kerusakan
pada struktur vital. Kistektomi yang dilakukan melalui laparoskopi diketahui efektif dalam
menghilangkan nyeri sekitar 74% kasus endometriosis ringan sampai sedang. Tingkat
kehamilan yang tinggi didapatkan pada pasien 6 bulan pasca-operasi konservatif untuk
endometriosis (Konar, 2013).
 Bedah definitif Indikasi operasi definitif adalah: Pada perempuan dengan stadium lanjut
endometriosis dimana: (i) Tidak ada kemajuan untuk perbaikan kesuburan (ii) Bentuk
pengobatan lainnya telah gagal (iii) Perempuan dengan keluarga lengkap. Operasi definitif
berarti dilakukannya tindakan berupa histerektomi dengan salpingo-oforektomi bilateral
bersamaan dengan reseksi jaringan endometrium selengkap mungkin (Konar, 2013). c)
Kombinasi terapi pembedahan dengan medikamentosa Terapi hormonal praoperasi bertujuan
untuk mengurangi ukuran dan vaskularitas lesi yang memudahkan proses pembedahan.
Terapi hormon pasca operatif bertujuan untuk menghancurkan lesi residual yang tertinggal
setelah operasi dan untuk mengendalikan rasa nyeri. Tetapi kombinasi ini tidak memperbaiki
kesuburan. Durasi terapi biasanya 3-6 bulan sebelum operasi dan 3-6 bulan pasca operasi.
Probabilitas kumulatif kehamilan pasca 3 tahun setelah laparoskopi adalah 47%. Keseluruhan
risiko kekambuhan adalah 40% dalam waktu 5 tahun (Konar, 2013).

Anda mungkin juga menyukai