Anda di halaman 1dari 47

Value Investing ala Buffett

Dapatkan Super Profit saat Saham


Diskon
U

Copyright © 2020 Jenius Investor


DAFTAR ISI

Pendahuluan
Bab 1 : Wizard of Omaha
Bab 2 : Mindset dan Prinsip Investasi Buffett
Bab 3 : Konsep Value Investing
Bab 4 : Konsep Analisa Fundamental
Bab 5 : Mencari Rasio-Rasio Keuangan
Bab 6 : Mencari Nilai Intrinsik dan Margin of Safety
Bab 7 : Cara cepat membaca Laporan Keuangan
Bab 8 : Temukan “Harta Karun” itu sekarang juga
Pendahuluan
Saat ini merupakan era yang baru, era digital dan
teknologi berkembang dengan sangat cepat, bisnis konvensional
pun bergeser dari sisi marketing, produk, layanan, komunikasi.

Melihat fenomena ini, ada satu bisnis yang tidak lekang


oleh waktu, yaitu Investasi Saham, dari zaman dulu sampai
zaman sekarang model proses begitu-begitu saja, tidak ada yang
berubah, hanya saja cara transaksi yang telah bergeser ke online
investing, kalau dulu kita untuk jual/beli suatu saham kita
direpotkan dengan datang ke kantor bursa efek atau dengan
menelpon pialang sekuritas/broker saat ini kita sudah
dimudahkan dengan adanya perkembangan teknologi digital,
semua proses transaksi dilakukan dengan online, sambil sruput
kopi pun kita bisa melakukan jual/beli saham.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa tujuan satu-


satunya di bisnis saham adalah memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya dari capital gain dan dividen, namun yang
menjadi letak permasalahan adalah sanggupkah kita meraih
keuntungan besar tersebut ?

Kebanyakan orang-orang yang terjun di dalam Investasi


saham hanya fokus kepada keuntungannya saja, sehingga
seringkali membuat seorang Investor/Trader terlena, sehingga
mereka lupa untuk menjaga modalnya, mereka lupa untuk
menerapakan manajemen keuangan yang baik, alih-alih
mendapatkan keuntungan yang besar mereka malah terjebak
dalam kerugian yang besar.

Jadi seharusnya bagaimana kita bisa mendapatkan


keuntungan yang besar di pasar saham ? tidak perlu ribet
sebenarnya kalau mau untung besar di pasar saham, kuncinya
belajar dari Warren Buffett dan praktekan prinsip dan
mindsetnya.

Buffett sendiri bukalah seorang Investor yang dilahirkan


langsung hebat dalam Investasi Saham, Buffett adalah seorang
anak biasa yang sama dengan anak-anak, tetapi mengapa
Buffett bisa menjadi orang terkaya di dunia sedangkan anak-
anak yang lain tidak ? Jawabah inilah yang akan menjadi kunci
keberhasilan Buffett dalam berinvestasi di pasar saham.
Bab 1
Wizard of Omaha

Warren Buffett lahir pada tahun 1930 di Omaha,


Nebraska, dari garis keturunan Perancis. Dia adalah anak kedua
dari 3 bersaudara dan juga adalah putra satu-satunya dari Leila
dan anggota DPR Amerika Howard Buffett. Buffett memulai
pendidikannya dengan belajar di SD Rose Hill.

Pada 1942, ayahnya terpilih pertama kalinya (kemudian


melanjutkan pendidikannya di SMP Alice Deal dan kemudian
lulus dari SMA Woodrow Wilson pada tahun 1947, dan pada
buku tahunannya keterangan untuknya adalah “menyukai
matematika, calon pialang saham.”

Buffet memperlihatkan ketertarikan yang besar pada


bisnis dan investasi pada umur yang sangat muda. Salah satu
bisnis awalnya adalah menjual permen karet, coca cola, dan
majalah mingguan dari pintu ke pintu. Dia juga bekerja di toko
kelontong milik kakeknya.

Saat masih di SMA, dia mendapatkan uang dengan


mengantar koran, menjual bola golf dan perangko, menyemir
mobil, dan lain-lain. Pada laporan pajaknya yang pertama kali
tahun 1944, Buffett meminta pemotongan pajak sebesar $35
untuk pemakaian sepeda dan jamnya untuk mengantar koran.

Pada 1945, saat kelas 2 SMA Buffett dan kawannya


membeli mesin pinball bekas seharga $25, kemudian
menaruhnya di salon. Dalam beberapa bulan mereka berhasil
berkembang dan memiliki beberapa mesin pinball pada 3 salon
di Omaha. Bisnis itu kemudian dijual Buffett dan temannya
kepada veteran perang senilai $1.200.

Warren Buffett adalah seorang investor paling sukses di


dunia, ia sendiri pernah menjadi orang terkaya di dunia pada
tahun 2008. Kesuksesan buffett sendiri tidak terjadi begitu saja
seperti hujan yang turun dari langit, kesuksesannya didapatkan
dengan proses belajar dan praktek yang dilakukan secara terus
menerus, buffett sendiri mempunyai ciri khas dalam
Investasinya yaitu dengan membeli perusahaan-perusahaan
besar dengan harga lebih rendah dari nilai wajarnya, menurut
analisisnya buffett.

Buffett adalah pimpinan dan pemegang saham terbesar


di perusahaan yang bernama Berkhire Hathaway, sebuah
perusahaan yang telah menjadikan dia besar dan sukses dalam
melakukan investasi. Ia sangat jeli dalam membeli perusahaan-
perusahaan biasa-biasa saja dan mempunyai harga yang murah,
membeli saham-saham yang “under value” yang pada akhirnya
menjadi “perternakan uang” bagi Buffett & Berkhire Hathaway.

Mari kita lihat “Milestone” yaitu titik-titik sejarah


perjalanan Buffett sehingga menjadi sangant sukses.

1941 : Pada usia 11 tahun Buffett memulai investasi


pertamanya dengan membeli saham cities service sebanyak 3
lembar dengan harga 38,25 USD.

1941 : Pada tahun yang sama pula Buffett menjual


sahamnya tersebut dengan harga 40 USD yang beberapa tahun
kemudian saham tersebut naik menjadi 200 USD.
1950 : Kuliah di Columbia Business School dan bertemu
dengan Benjamin Graham yang akhirnya menjadi mentor
investasi bagi Buffett.

1951 : Buffett mulai menerapkan prinsip-prinsip investasi


dari Graham dengan mencari nilai intrinsik dan margin of safety
dari suatu perusahaan.

1951 : Melakukan kerjasama dengan Graham dengan


membeli saham Geico (perusahaan Graham) dengan harga
10.282 USD yang merupakan 65% dari modal Buffett.

1952 : Menjual saham Geico di harga 15.259 USD yang 20


tahun kemudian harganya mencapai 1,3 Juta USD.

1954 : Menjadi seorang analis di perusahaan milik


Graham.

1956 : Membuat perusahaan Buffett Associate, Ltd.

1962 : Membeli saham Bekshire Hathaway.

1963 : Membeli saham American Express 40% dari modal


Buffett sebesar 13 juta USD.

1966 : Membeli saham Disney seharga 31 sen per lembar.

1967 : Satu tahun kemudian Buffett menjual saham Disney


seharga 48 sen per lembar. Saat buku ini ditulis (25 Juli 2019)
saham Disney seharga 141 USD per lembar.

1973 : Membeli saham Washington Post, tahun 2013


harganya melonjak sebesar 9.000%.

2008 : Menjadi orang terkaya di dunia.


Jika kita perhatikan perjalanan investasi Buffett ternyata
tidak semulus yang kita perkirakan, banyak saham yang
seharusnya ia pertahankan untuk jangka panjang, malah
dijualnya dengan cepat. Inilah yang menjadi pelajaran berharga
bagi kita yang ingin melakukan investasi, kuncinya harus sabar,
sabar dan sabar.

“ The stock market is a device for tranferring money from


impatient to the patient.”

- Warren Buffett -
Bab 2
Mindset dan Prinsip Investasi Buffett

Banyak orang awam berpendapat bahwa investasi


saham itu sulit, investasi saham itu khusus orang pintar, butuh
modal yang besar, bahkan banyak pula yang mempunyai stigma
negatif yang menganggap saham itu judi dan pasti rugi.

Sebenarnya kalau kita mau sedikit saja belajar mengenai


apa itu investasi saham yang benar, pastilah kita dapat mengerti
dan memahami bahwa investasi saham adalah bisnis yang
sempurna, mengapa saya sebut investasi saham adalah bisnis
yang sempurna, mari kita lihat perbandingannya dengan bisnis
konvensional :
Tabel Perbandingan Bisnis Konvensional dengan Investasi Saham

Bisnis Resto Investasi Saham

Bebas Gaji Karyawan

Bebas Sewa Tempat

Bebas Biaya maintenance

Bebas Biaya Peralatan

Bebas Biaya air & listrik

Bebas Biaya perizinan

Modal Awal 50 Juta 100 ribu


Risiko Kerugian 70% 5%
Tidak ada Kompetitor

Tidak ada Penyusutan Peralatan

Produk pasti laku

Risiko bangkrut 50% 1%


Tidak Perlu Pengawasan

Dengan melihat tabel di atas akan membuat pikiran


anda terbuka dengan jelas bahwa anda telah menemukan
“harta karun” yang selama ini anda cari dan impikan, jangan
sampai hal ini menjadi impian saja, “take action” dan railah
kesuksesan anda.
Mari kita lihat apa saja yang menjadi mindset dan
prinsip-prinsip Buffett yang menjadikan ia dengan sangat jeli
melihat peluang yang sangat besar di investasi saham dan bisa
menjadi manusia paling unggul dalam bisnis investasi saham.

1. Pahami Bisnis yang anda lakukan.

Memahami adalah awal dari suatu tindakan apapun


yang akan kita lakukan, tanpa mengerti dan memahami
bisnis yang anda lakukan, saya pastikan anda akan
“tersesat” dan akan merugi terus-menerus, ini akan
menjadi beban psikologi yang cukup membekas bila di awal
saja jatuh begitu dalam dalam bisnis yang tidak anda
pahami.

Begitu juga dalam investasi saham, pastikan anda


memahami perusahaan-perusahaan dan produknya,
sehingga anda dapat mengukur seberapa perusahaan itu
dapat bertumbuh dan menghasilkan keuntungan untuk
anda.

Untuk memahami dan memilih perusahaan-


perusahaan yang bagus dan mempunyai prospek yang
sangat besar untuk menghasilkan keuntungan akan saya
bahas dengan detail di Bab 6 dan seterusnya, jadi pastikan
anda tetap membaca sampai selesai sehingga anda
mendapatkan ilmu dan pengetahuan dan sangat mendalam
tapi diberikan dengan cara yang sederhana.
“Risk comes from not knowing what you’re doing”

- Warren Buffett -
2. Jangan kehilangan uang.

Seringkali karena kita terlalu fokus pada keuntungan


sehingga melupakan dalam menjaga uang kita, dalam
investasi tujuan utamanya memang mendapatkan
keuntungan dan ini berbanding terbalik dengan fokus yang
kita berikan, dengan semakin kita fokus pada keuntungan
maka saat itu juga kita terjebak pada “psikology trap” untuk
menjadi serakah, sehingga kita lupa memahami dan
membatasi terhadap risiko yang ada di dalamnya.

Buffett sendiri seringkali begitu marah kepada dirinya


apabila ia kehilangan uangnya, bahkan hanya kehilangan
satu dollar pun Buffett tak rela, karena bagi Buffett sendiri
kehilangan uang satu dollar bukan masalah nilainya pada
saat ini tetapi apa yang terjadi pada uang tersebut jika ia
investasikan dalam beberapa tahun. Mari kita lihat betapa
berharganya uang satu dollar tersebut pada masa yang
akan
data
Tahun Investasi uang 1 dollar (Rp. 14.000) di Saham ng.

0 Rp14.000 D
ari
1 Rp17.500 tabel
10 Rp130.385 di
atas
20 Rp1.214.306 kita
30 Rp11.309.109 bisa
meli
40 Rp105.324.293 hat
50 Rp980.908.925
dan memahami kenapa Warren Buffett bisa begitu marah
padahal ia hanya kehilangan 1 dollar (Rp. 14.000) saja,
sesungguhnya ia bukan hanya kehilangan Rp 14.000 saja,
tapi sebenarnya ia akan kehilangan Rp 980 juta di masa
depan apabila ia menginvestasikannya di saham.
“Rule no. 1 Never lose money, Rule no. 2 Never forget rule no. 1”

- Warren Buffett -

3. Jangan gunakan semua modal.

Pepatah mengatakan “cash is the king” mungkin ini


ada benarnya, pernahkan kita membayangkan kembali apa
yang terjadi di krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008 yang
telah meluluhlantakan sendi-sendi ekonomi dunia, asia
terlebih khusus Indonesia yang kita cintai, dengan
membayangkannya saja kita akan merasa cemas, apalagi
kita kembali berada dalam situasi seperti itu lagi.

Khususnya pada krisis tahun 2008, pada tahun-tahun


sebelumnya seolah-olah semua keadaan ekonomi dunia
dan Indonesia sepertinya aman-aman saja, hampir index
saham di seluruh dunia mengalami puncak tertinggi, tetapi
siapa yang bisa mengira itu ada permulaan krisis.

Untuk itu menarik pelajaran yang sangat berharga


dari setiap peristiwa krisis ekonomi dunia, kita harus
dengan hati-hati untuk melakukan investasi saham, ada
baiknya kita tidak menggunakan semua modal yang kita
miliki untuk kita investasikan di saham, misalkan saja ada
memiliki uang 100 juta untuk di investasikan di saham,
sebaiknya anda gunakan 50% - 75% kekuatan modal anda,
jadi apabila krisis ekonomi menerjang, anda masih
mempunyai uang cash, dan bisa membeli
perusahaan/saham bagus di harga yang sedang diskon
besar-besaran.

4. Gunakan metode Investasi yang sederhana.

“Kalau bisa dipermudah, mengapa harus dipersulit”,


pasti kita sering mendegar istilah tersebut ya, kadang-
kadang banyak orang yang percaya mitos bahwa makin sulit
dimengerti itu makin hebat, makin pinter, inilah sebenarnya
yang telah menjadi mindset kebanyakan para inverstor
maupun trader yang salah kaprah, investasi saham itu
sejatinya adalah hal mudah dan sangat sederhana, tapi
orang yang “sok” pintarlah yang membuat berbagai macam
tools “aneh” yang terkesan hebat sehingga laku untuk
dijual.

Bahkan sekelas Buffett sendiripun mengakui bahwa


investasi saham itu bukan hal yang rumit, Buffett tidak
pernah menggunakan tools yang aneh-aneh dalam mencari
perusahaan-perusahaan terbaik untuk di investasikan, ia
cukup membaca laporan keuangan, mencari rasio
keuangan, nilai intrinsik, margin of safety dan mengenal
bisnis perusahaan tersebut itu saja sudah lebih dari cukup
untuk mendapatkan keuntungan dari pasar saham.

Kesuksesan di dalam investasi saham tidak diukur


dari seberapa kaya anda, seberapa pintar, atau seberapa
tinggi title pendidikan anda, itu semua bukanlah jaminan,
yang menjadi kunci adalah anda mengetahui mindset dan
prinsip-prinsip investor besar seperti Buffett dan
menerapkannya dengan konsisten dan penuh kesabaran
niscaya kesuksesan akan mengikuti anda.

5. Sabar, sabar, sabar.

Saya sangat terkesan sekali dengan Lo kheng Hong


yang mendapat julukan sebagai “Warren Buffettnya
Indonesia”, beliau lahir dari keluarga yang kurang mampu
dan harus berjuang untuk menghidupi dirinya dengan
menjadi pegawai tata usaha di salah-satu bank kecil di
kawasan Jakarta, tetapi apa yang terjadi saat ini dengan
beliau, saat ini ia mempunyai aset di atas 2,5 Trilyun,
apakah anda tau apakah bisnis yang dijalani Lo Kheng
Hong? Ia hanya berbisnis investasi saham saja, sebernarnya
apa sih yang menjadi kunci keberhasilan Lo Kheng Hong?
kunci keberhasilannya hanya satu yaitu sabar, sabar dan
sabar.

Jika kita tidak lebih sabar dari Lo Kheng Hong, kita


tidak mungkin dapat meraih kesuksesan melebihi Lo Kheng
Hong, dalam investasi saham yang harus pertama kita
pelajari adalah belajar menjadi sabar seperti apa telah
dilakukan oleh Warren Buffett dan Lo Kheng Hong.

Untuk dapat mengenal lebih jauh tentang Lo Kheng,


anda dapat menontonnya di Youtube dengan link berikut
ini: https://www.youtube.com/watch?v=8JQbHstIjTw
6. Jangan panik bila harga saham turun.

Bagi pemula dalam investasi saham adalah hal yang


wajar apabila panik bila melihat portofolionya menjadi
akibat dari saham-saham yang dibelinya mengalami
penurunan, tetapi bila hal ini berlangsung secara terus-
menerus adalah menjadi hal tidak wajar lagi, hal ini seperti
analogi seorang anak kecil yang akan menangis bila
ditinggal oleh orang tuannya, apabila anak itu menjadi
dewasa pastilah ia tidak menangis lagi, kalau ia masih
menangis patutlah di cek psikologinya, pasti ada yang salah
dengan pola pikirnya.

Memiliki pola pikir yang benar adalah suatu


keharusan dalam investasi saham. Karena apabila tidak,
maka kita mengalami rasa panik dan takut bila harga saham
turun, euforia dan serakah bila harga saham naik. Kita
tentunya dapat memetik pelajaran dari kesalahan Buffett
pada awal-awal investasinya dimana ia terlalu euforia
terhadap keuntungan yang diraihya dengan cepat dari
kenaikan saham yang telah dibelinya, dengan cepat pula ia
menjualnya, padahal apabila ia mau dengan sabar
menunggu lebih lama lagi ia akan mendapatkan
keuntungan yang jauh lebih besar.

7. Belilah Perusahaan, bukan Saham.

Bagi sebagian besar investor dan trader memiliki pola


pikir yang keliru selama ini, mereka beranggapan bahwa
mereka sedang membeli saham bukannya sebuah
perusahaan, dengan pola pikir yang salah ini seringkali
investor dan trader merasa terusik bila melihat harga dari
saham yang dibelinya mengalami penurunan yang cukup
dalam dan mengalami kepanikan yang luar biasa melihat
hal tersebut, maka seringkali investor dan trader tidak
kuasa menahan rasa kesal, takut dan marah sehingga
dengan keputusan putus asanya cepat-cepat menjual
saham yang dibelinya dengan harga yang telah jatuh,
disinilah dimulai suatu kebiasan yang terus-terus berulang
sehingga banyak investor dan trader tidak pernah sampai
pada titik kesuksesan yang ia damba-dambakan.

Bila kita memandang bahwa kita membeli sebuah


bisnis/perusahaan, tentunya kita tidak dengan mudah
menjadi panik kuatir bila di awal perjalanan bisnis kita
menjadi rugi, karena bagi sebuah bisnis kerugian
merupakan hal yang biasa yang terpenting kita mengetahui
bahwa bisnis/perusahaan yang kita beli sahamnya
mempunyai prospek jangka panjang yang sangat baik dan
menguntungkan, jadi apakah kita mau dipermainkan oleh
naik-turunnya harga? Saya rasa tidak!

8. Belilah Perusahaan yang mampu bertahan “selamanya”.

“Selamanya” disini bukan berarti perusahaan


tersebut 100% tidak akan bangkrut atau tutup, tetapi kita
sebagai investor yang memilih membeli bisnis/perusahaan
pastilah dengan seleksi yang sangat ketat, mulai dari
manajemen, sumber daya manusia, produk, branding,
keunggulan kompetitif dari pesaing, market leader dan
yang paling terpenting dalam tahap seleksi adalah produk
yang “everlasting”, produk yang dipakai oleh masyarakat
luas, bukan sekedar tren saja, dan sudah dibuktikan oleh
historikal perjalanan perusahaan tersebut.

Jika kita kembali kepada tahun 2000 dimana pada


masa itu banyak sekali perusahaan-perusahaan besar tapi
tidak mampu bertahan, contoh saja Nokia, Blackberry,
Yahoo mereka pada masanya begitu sangat perkasa dan
mendominasi, tapi tidak sampai 2 dekade saja mereka
runtuh berkeping-keping, sebenarnya apa yang salah dari
bisnis mereka? Kesalahan mereka adalah tidak mampu
beradaptasi dengan kebutuhan customer yang sangat cepat
berubah, bisnis dengan menggunakan kemajuan teknologi
tinggi sangat dengan mudah menjadi “booming” tetapi juga
dengan cepat menjadi “usang” karena perkembangan
teknologi sangat cepat.

Berbeda bila kita berbisnis dengan produk


“everlasting” contoh saja itu coca-cola, unilever dan
indofood, produk mereka punya keunggulan tersendiri,
karena produk mereka konvensional dan tidak diperlukan
teknologi yang canggih untuk memakai atau
menggunakannya.
Bab 3
Konsep Value Investing

Kita memasuki bagian inti dari pembahasan buku ini


yaitu “Value Investing”, mari kita coba telusuri lebih dari dahulu
asal-muasal metode “Value Investing” hingga bisa terkenal dan
dipakai oleh para investor dan trader di seluruh dunia.

Value Investing merupakan suatu metode yang sangat


powerful dan menguntungkan jika diterapkan dengan benar dan
konsisten, konsep metode ini mulai dikembangkan oleh bapak
investasi dunia yaitu Benjamin Graham yang sekaligus adalah
dosen dan mentor dari Warren Buffett, konsep ini menjadi
begitu populer sejak Buffett dengan sukses menerapkannya.

Konsep awal “Value Investing” dari Graham adalah


dengan mencari nilai intrinsik atau nilai wajar dari sebuah
perusahaan, yang kedua adalah menetapkan margin of safety
yang adalah batasan keamanan untuk membeli suatu saham.

Berikut ini metode Benjamin Graham dalam melakukan


seleksi perusahaan-perusahaan yang akan dia beli sahamnya
menggunakan konsep awal dari “Value Investing” :

1. Beli saham dari perusahaan- perusahan besar.


2. Bukan perusahaan berteknologi tinggi
3. Fundamental keuangan yang sangat bagus.
a. Current Asset > Current Liability
b. Debt to Equty Ratio (DER) < 100%
c. Perusahaan tidak pernah rugi dalam 10 tahun terakhir.
d. Selalu membayar dividen dalam 20 tahun terakhir.
e. Laba rata-rata dalam 10 tahun terakhir 33%
f. PER maksimal 15x
g. PBV maksimal 1,5x
h. PER x PBV maksimal 22,5
4. Intrinsic Value > Last Price
5. Margin of Safety (MoS) > 29%

Pada awal mula-mula melakukan investasi saham,


buffett meniru gaya pemikiran dan metode dari Graham seperti
tahapan-tahapan seleksi saham di atas, tapi lambat laun pada
tahun 1986 gaya investasi Buffett mendapatkan pengaruh
positif dari partner kerjanya Charlie Munger dan tokoh ekonomi
inggris John Maynard ekonom besar asal inggris, perlahan
Buffett mengubah gaya investasinya yang tadinya fokus dengan
melihat pada “Aset berwujud” menjadi fokus dengan melihat
“Aset tak berwujud”.

Pada tahun 1990 Buffett juga mendapatkan pengaruh


dari gaya investasi Philip Fisher seorang investor besar dan
penggagas metode “Growth Investing”. Dari pemikiran Fisher,
Buffett menambahkan manajemen yang bagus terhadap nilai
bisnis perusahaan dan yang lebih luas lagi kita kenal sebagai
Good Coorporate Governance (GCG) yang menyangkut pada
tata kelola perusahaan yang baik.

Berikut ini tiga proses tahapan “Value Investing” dalam


mencari perusahaan-perusahaan terbaik :
1. Mencari perusahaan-perusahaan yang mempunyai kinerja
keuangan & GCG terbaik yang dapat ditemukan dengan
mencari rasio-rasio keuangan yang memenuhi kriteria.
2. Estimasi Nilai Intrinsik & Margin of Safety dan mengukur
pertumbuhan perusahaan di masa depan.
3. Memilih perusahaan-perusahaan dengan harga murah atau
sedang diskon berdasarkan Analisis Fundamental dari
tahapan 1 dan 2.
Bab 4
Konsep Analisis Fundamental

Analisis Fundamental merupakan “otak” bagi metode


“Value Investing” tanpa adanya data-data dan informasi
keuangan yang dihasilkan oleh analisis keuangan, metode
apapun tidak mampu mengukur seberapa bagus suatu
perusahaan, analisis fundamental merupakan parameter yang
paling tepat dalam kita memilih perusahaan-perusahaan terbaik,
tentunya kita tidak ingin membeli perusahaan/saham seperti
beli kucing dalam karung, yang tidak ada yang tahu seberapa
bagus perusahaan/saham yang dibelinya.

Analisis fundamental adalah proses memandang


bisnis pada tingkat keuangan paling dasar atau fundamental.
Jenis analisis ini meneliti rasio-rasio utama bisnis yaitu rasio-
rasio keuangan dan kesehatan keuangan suatu perusahaan.
Analisis fundamental juga dapat memberi gambaran kepada
anda tentang nilai saham yang wajar suatu perusahaan
seharusnya. Dibutuhkan beberapa faktor dalam melalukan
analisis fundamental termasuk di dalamnya pendapatan,
manajemen aset, dan produksi bisnis serta tingkat bunga.
Mari kita lihat data-data dan informasi apa saja yang
bisa dihasilkan dari analisis fundamental :

1. Rasio-rasio keuangan.
2. Estimasi Nilai Intrinsik.
3. Estimasi Magin of Safety.
4. Estimasi pertumbuhan keuangan di masa depan.
5. Perbandingan Fundamental dengan perusahaan lainnya
(sektor yang sama)

Kelima informasi penting ini akan dibahas secara lebih


mendalam di bab selanjutnya.
Bab 5
Mencari Rasio-Rasio Keuangan

Pada bagian ini kita akan membahas secara lebih


mendalam mengenai rasio-rasio keuangan, untuk mendapatkan
data-data keuangan dan profil dari perusahaan yang tercatat
sahamnya di Bursa Efek Indonesia kita melihat dan mengunduh
(download) di website resmi BEI yaitu idx.co.id, setelah
mengetahui data-data dan informasi keuangan tersebut
selanjutknya kita menghitung atau mencari nilai dari masing-
masing rasio keuangan.

Dibawah ini adalah rumus dari setiap rasio keuangan


yang dijabarkan dengan rumus/formula disertai dengan
penjelasan dan hubungannya dengan bagus atau tidaknya
kondisi keuangan dari masing-masing perusahaan yang tercatat
secara publik di bursa.

1. Return on Equity (ROE)


Inilah rasio keuangan favorit saya, kenapa ? karena
dengan kita mengetahui nilai dari ROE kita dapat mengetahui
apakah perusahaan tersebut benar-benar bertumbuh dan
menghasilkan keuntungan secara konsisten dari tahun ke tahun.

Tapi kita juga harus hati-hati dalam menilai ROE suatu


perusahaan, kita harus benar-benar memahami darimana laba
bersih itu didapat, kita baru saja dihebohkan dengan manipulasi
laporan keuangan (laba bersih) dari sebuah perusahaan plat
merah (bumn) yang akhirnya terkuak dan akhirnya perusahaan
plat merah tersebut dijatuhi denda.

Kita juga harus jeli darimanakah laba bersih itu


didapatkan, apakah dari hasil penjualan produk atau dari
penjualan aset perusahaan, ini menjadi penting karena jika
pertumbuhan laba bersih didapatkan dari penjualan aset, kita
harus menghitungnya kembali laba bersih itu sesungguhnya
yang didapat dari penjualan produk/jasa.

2. Book Value (BV)

Book Value atau nilai buku adalah rasio keuangan yang


menggambarkan seberapa besar nilai dari satu lembar saham
perusahaan tersebut, untuk mendapatkannya kita harus
membagi total modal/ekuitas dengan jumlah saham yang
beredar.
Nilai dari Book Value juga digunakan untuk
mendapatkan nilai Price to Book Value yang akan kita bahas
selanjutnya.

3. Price to Book Value (PBV)

Rasio keuangan ini adalah favorit dari Warren Buffettnya


indonesia yaitu Lo Kheng Hong, dengan mengetahui nilai PBV
kita dapat dengan cepat mengetahui apakah sebuah saham dari
suatu perusahaan sudah over value (terlalu mahal) atau masih
under value (masih murah), inilah cara sederhana yang bisa
menjadi acuan dasar untuk melakukan seleksi saham terbaik.

Tentunya kita harus dengan hati-hati menilai sebuah


saham apakah sudah over value atau under value, memang
secara wajar nilai value itu idealnya adalah satu, karena jika
nilainya satu, maka nilai harga dari satu lembar sahamnya sama
dengan nilai ekuitasnya, karena rasio ini merupakan
perbandingan antara harga saham dengan nilai bukunya, tetapi
kita tidak boleh melakukan generalisasi bahwa semua sektor
dengan nilai tertentu itu sudah over value atau under value.
Contoh kasusnya adalah perbedaan sektor yang paling
mencolok adalah sektor consumer good dan pertambangan,
tentunya PBV dari kedua sektor ini mempunyai batasan normal
yang berbeda, jika di sektor pertambangan nilai 1 adalah batas
normal, tetapi untuk sektor consumer good nilai 3 adalah batas
normal, dan bila kita mau lebih dalam dalam, suatu saham yang
dalam satu sektor pun terkadang tidak “apple to apple” (setara),
karena perbedaan nama besar perusahaan dan produknya,
contohnya adalah saham UNVR dan STTP walaupun di dalam
sektor yang sama tapi keduanya bagai bumi dan langit. Oleh
karena itu kita harus dengan teliti untuk memberikan penilaian
normal tidaknya suatu PBV.

Pada bab selanjutnya kita akan bahas lebih detail lagi


mengenai cara-cara memilih dan menilai batasan normal yang
tepat bagi setiap perusahaan secara spesifik.

4. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio keuangan DER ini menggambarkan perbandingan


antara total utang dan ekuitas suatu perusahaan, perusahaan
yang bagus adalah yang total utangnya lebih kecil dari
ekuitasnya, karena dengan makin besar utangnya maka
perusahaan akan terbebani dengan membayar pokok dan bunga
dari utang tersebut, hal ini menjadikan nilai DER juga cukup
penting dalam seleksi penilaian suatu keuangan perusahaan
tersebut dalam keadaan sehat atau tidak.
Tentunya penilaian di atas tidak berlaku untuk sektor
keuangan dan perbankan, karena pastinya uang nasabah
perusahaan perbankan tersebut dianggap sebagai utang, maka
nilai DER perusahaan keuangan dan perbankan selalu > 100%.

5. Return on Asset (ROA)

Rasio keuangan ini mirip dengan rasio ROE, jika rasio


ROE adalah perbandigan antara laba bersih dengan ekuitas
sedangkan ROA menggambarkan perbandingan antara laba
bersih dengan aset, apabila nilai ROA semakin besar maka
perusahaan sangat bagus dan efektif dalam mengelolah aset
sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang besar bagi
perusahaan.

6. Net Profit Margin (NPM)


Rasio keuangan ini juga mirip dengan rasio ROE dan
ROA, rasio NPM ini menggambarkan perbandingan antara laba
bersih dengan penjualan. Semakin nilai rasio NPM ini semakin
besar semakin baik perusahaan tersebut dalam menghasilkan
laba bersih.

7. Earning Per Share (EPS)

Rasio keuangan ini menggambarkan jumlah laba bersih


yang didapatkan dari satu lembar saham, yang didapat dengan
membagi laba bersih dengan jumlah saham yang beredar.

8. Price Earning Ratio (PER)

Untuk mengetahui nilai rasio PER Anda terlebih dahulu


harus mengetahui nilai EPS perusahaan tersebut, rasio PER ini
menggambarkan apresiasi pemegang saham publik/pasar
terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
PER sendiri dihitung dalam satuan kali. Sebagai contoh bila suatu
saham memiliki PER sebesar 10x, berarti pasar menghargai
sebesar 10% laba per satu lembar saham dari harga sahamnya.
Sebagian investor menyakini semakin kecil PER-nya semakin
bagus, tetapi ada juga berpandangan bahwa semakin besar PER
semakin bagus, manakah yang benar ? saya akan jawab pada
bab selanjutnya.

9. Current Ratio (CR)

Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat


menutupi kewajiban/utang lancar. Semakin besar hasil
perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka
semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam melunasi
utangnya.

10. Debt to Asset Ratio (DAR)


Rasio keuangan ini mirip dengan rasio DER, rasio ini
menggambarkan perbandingan total utang dengan total aset,
semakin besar total aset dari suatu perusahaan, semakin baik
perusahaan tersebut bisa membayar hutang baik jangka pendek
maupun jangka panjang.

Bab 6
Mencari Nilai Intrinsik dan Margin of Safety

Disaat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang


terkoreksi cukup dalam tentu adalah hal yang wajar bagi
seorang investor dan trader menjadi takut dan bahkan tidak
sedikit yang menjadi panik.

Tapi kepanikan yang terjadi seringkali tidak masuk akal


dan lebih kepada kepanikan yang disebabkan oleh kondisi harga
yang bergejolak bukanlah kepada fundamental dan kinerja
terhadap perusahaan/emiten itu sendiri, terkadang karena
kepanikan itu cenderung menular, maka seringkali seorang bisa
lupa dan terpengaruh bahwa sebenarnya fundamental
perusahaan itu dalam keadaan baik-baik saja.

Oleh sebab itu seorang investor dan trader tidak boleh


terjebak oleh kondisi harga saham yang cenderung berubah-
rubah, yang harus dilakukan serorang investor dan trader adalah
dengan berpatokan hanya kepada fundamental dan harga
wajar/ nilai intrinsik dari perusahaan tersebut.
Kabar baiknya seorang investor tidak perlu lagi repot-
repot untuk mencari rumus atau formula untuk menentukan
harga wajar/nilai intrinsik tersebut, karena Benjamin Graham
seorang bapak pencetus “Value Investing” telah memberikan
warisan formula yang sangat berharga kepada kita, bahkan
warren buffett pun menjadi sukses dengan menerapkan formula
tersebut.

Yang terpenting disini adalah kita tetap konsisten dan


sabar dalam menunggu harga saham naik tinggi, mari kita lihat
rumus dan formula dari nilai intrinsik tersebut :

V = EPS x (8,5 +2G) x 4,4


Y
V = Nilai Intrinsik

EPS = Earnings Per Share (laba bersih per saham)

g = Persentase ekspetasi pertumbuhan dalam 7 – 10 tahun

4.4 = Rata-rata suku bunga obligasi (kita ganti dengan suku


bunga BI Rate)

Y = Yield Obligasi kelas AAA

Dari formula diatas mari kita coba studi kasus, dengan mencari
Nilai Intriksik dari saham ICBP :

V = EPS x (8,5 +2G) x 4,4 = 444 x (8,5 + 2 x 11,5) x 5 = 6.590


Y 11,5

V = 6.590 (Nilai Intrinsik saham ICBP tahun 2019)


EPS 2019 Annualized = 444 (laba bersih per saham ICBP tahun
2019)

g = 12,8 (Pertumbuhan Laba bersih ICBP dalam 8 tahun terakhir)

4.4 = diganti dengan 5 (suku bunga BI Rate)

Y = Yield Obligasi Korporasi tertinggi di Indonesia (11,5%)

Kalau diatas kita sudah bisa mencari Nilai Intrinsik,


selanjutnya apa sih parameter/batasan dimana kita sudah bisa
melakukan pembeliaan saham, ternyata Benjamin Graham juga
memberikan Formula batasan yang menurut beliau paling pas
untuk membeli suatu saham, mari kita lihat saja formulanya :

Magin of Safety (%) = (Intrinsic Value – Current Price) /


Intrinsic Value x 100

Dari Formula diatas mari kita mencari nilai MoS untuk saham
ICBP yang sebelumnya sudah kita ketahui untuk nilai intriknya :

MOS = (6.590 : 11.175) / 6.590 x 100 = -70 atau -70 %

Dengan formula MoS diatas kita bisa mendapatkan nilai


MoS dari saham ICBP pada tahun 2018 adalah = -70%

Menurut Benjamin Graham nilai MoS minimal > 29%


Bila kita berpatokan pada batasan Benjamin Graham
maka sebenarnya nilai MoS ICBP masih terlalu mahal
(overvalues), tetapi bila kembali kepada prinsip Buffett, nilai
ICBP ini seharusnya cukup murah untuk kita bisa membelinya.

Kenapa Buffett bisa menggangap murah saham dari


ICBP ini, kalau kita kembali ke bab 3, disana dengan menjelaskan
bagaimana prinsip Buffett dalam memilih sebuah
perusahaan/saham tidak lagi 100% menggunakan prinsip dari
Graham, kalau saja Buffett melihat saham ICBP pastilah ia
tertarik untuk membelinya, ini yang akan mungkin menjadi
alasannya :

1. Buffett melihat PT. Indofood CBP Sukses Makmur


merupakan market leader dalam produk mie instan, yang
sudah melakukan ekspor ke mancanegara, siapakah
perusahaan mie instan pesaing yang mampu melawan
kedigdayaan dari indomie ? saat ini masih belum ada.
2. Manajemen ICBP pastilah dikelolah oleh manjemen yang
kompeten & berpengalaman, karena bagaimana bisa ICBP
menjadi market leader selama bertahun-tahun bisa tidak
dikelola oleh manajemen yang kompeten &
berpengalaman.
3. Perusahaan yang terus bertumbuh dengan konsisten, ICBP
telah mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang
konsisten dalam 7 tahun terakhir.
4. Mempunya utang yang lebih kecil dari ekuitasnya.
5. ICBP juga rajin memberikan deviden secara rutin kepada
pemegang sahamnya.
6. Nilai PBV ICBP masih paling murah diantara perusahaan-
perusahaan consumer good lainnya, contoh saja MYOR dan
UNVR.

Dari Pertimbangan beberapa alasan penting diatas kita


mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya saham ICBP ini cukup
layak untuk dikoleksi dalam jangka panjang, walaupun
sebenarnya nilai intrinsik lebih rendah dari harga saham
terakhirnya.
Bab 7
Cara cepat membaca Laporan Keuangan

Membaca laporan keuangan adalah merupakan


“makanan” sehari-hari dari Buffett, tahukah anda bahwa Buffett
menghabiskan waktunya 25% membaca dalam 1 hari, jadi
Buffett menghabiskan waktunya selama 6 jam setiap harinya
untuk membaca, termasuk membaca laporan keuangan.

Membaca Laporan keuangan adalah suatu hal yang


mutlak diperlukan bagi siapa saja yang ingin sukses di dalam
investasi saham, tapi harusnya kita membaca semua laporan
keuangan yang lebih dari 600 emiten saham yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
Kabar baiknya kita tidak perlu repot-repot membaca
begitu banyak laporan keuangan semua emiten yang terdaftar di
bursa, berikut cara menyeleksi emiten manakah yang layak
dibaca laporan keuangannya :

1. Sudah terdaftar (IPO) di bursa minimal 5 tahun.


2. Mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang konsisten
minimal dalam 5 tahun terakhir.
3. Rata-rata ROE minimal dalam 5 tahun terakhir minimal
10%.
4. Tidak pernah mengalami kerugian.

Data-data di atas bisa anda dapatkan di aplikasi


sekuritas anda atau di aplikasi Jenius Investor yang bisa anda
download di play store dengan link berikut ini 
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.jeniusinvest
or.jeniusinvestor

Jika suatu emiten tidak memenuhi kriteria diatas


langsung saja buang jauh-jauh dari hadapan kita, jangan
membuang waktu untuk membaca laporan keuangan
perusahaan yang belum teruji waktu dan juga tidak
menguntungkan, kita fokus pada perusahaan-perusahaan
dengan kinerja keuangan dan manjemen yang terbaik saja.

Selanjutnya setelah tahap seleksi pertama selesai


langkah selanjutnya adalah melakukan analisis laporan
keuangan terpilih tersebut, untuk mendapatkan laporan
keuangan dengan gratis, Anda cukup mengunduhnya di website
resmi dari Bursa Efek Indonesia idx.co.id.

Berikut ini tahapan-tahapan seleksi kedua yang perlu


dilakukan untuk menyeleksi laporan keuangan yang bagus :
1. Mencatat Laba bersih, Arus Kas, Ekuitas, Aset dan
Liabilitas, minimal selama 5 tahun terakhir.
2. Mencari berapa persentase pertumbuhan (CAGR) dari
Laba bersih dan Ekuitas minimal selama 5 tahun
terakhir.
3. Pilih emiten-emiten dengan pertumbuhan laba bersih
dan ekuitas terbesar.
4. Pastikan Arus Kas selalu dalam keadaan positif minimal
dalam 5 tahun terakhir.
5. Pastikan saham terpilih mempunyai Liabilitas < Ekuitas
6. Pastikan laba bersih bukan didapat dari penjualan aset.

Berikut ini cara mendownload laporan keuangan di idx.co.id :

Klik  Laporan Keuangan Perusahaan Tercatat


Pilih Opsi  Laporan Keuangan

Jenis Efek  Saham

Tahun  Disesuaikan dengan pilihan

Period  Disesuaikan dengan pilihan


Pilih  FinancialStatement-2018…….

Laporan keuangan tipe ini adalah Laporan keuangan


berdasarkan format dari Bursa Efek Indonesia, dengan isi lebih
sedikit tapi tidak mempunyai catatan kaki.

Pilih  Indofood CBP Sukses…….

Laporan keuangan tipe ini adalah Laporan keuangan dengan


format bebas dari emiten, dengan isi lebih banyak tapi
mempunyai catatan kaki.

Silahkan mengunduh file Laporan keuangan sesuai dengan


kebutuhan Anda.

Berikut cara membaca laporan keuangan yang benar :


Pastikan tanggal, mata uang, dan pembulatan sudah sesuai.

Pastikan jumlah aset posisinya tepat.


Pastikan jumlah liabilitas posisinya tepat.

Pastikan jumlah ekuitas posisinya tepat.


Pastikan jumlah penjualan atau pendapatan posisinya tepat.

Pastikan Laba/Rugi bersih posisinya tepat.


Pastikan Jumlah arus kas bersih dari operasinal posisinya tepat.

Pastikan Jumlah arus kas bersih untuk investasi posisinya tepat.


Pastikan Jumlah arus kas bersih dari pendanaan posisinya tepat.

Pastikan total Kas/Arus Kas pada akhir periode posisinya tepat.


Bab 8
Temukan “Harta Karun” itu sekarang juga

Lo kheng hong dalam seminarnya pernah berkata bahwa


“Harta karun” itu berada begitu dekat dengan kita, bukan hanya
berada di dasar laut atau di bawah tanah, tapi sesungguhnya
“Harta karun” tersebut berada di Pasar Saham.

Kesempatan itu bisa datang kapan saja, tapi kesempatan


yang sama tidak mungkin akan datang dua kali, maka dari itu
gunakan sumber bacaan yang berkualitas dan berbobot,
temukan mentor yang betul-betul membimbing Anda untuk
dapat memberikan ilmu dan pencerahan untuk menjadi Investor
yang sukses di pasar saham.

Berikut ini adalah ringkasan dari pembahasan “Value


Investing ala Buffett” tentang bagaimana kita dapat menemukan
“Harta karun” tersebut :

1. Margin of Safety > 29%


2. Intrinsic Value > Last price
3. Rata-rata Return on Equity (ROE) > 15 dalam 5 tahun
terakhir
4. Last Debt to Equity Ratio (DER) < 100%
5. Price to Book Value < 2x
6. Mempunyai manajemen yang sangat profesional dan
kompeten di bidangnya.
7. GCG yang sangat Bagus.
8. Pertumbuhan Laba yang konsisten setiap tahunnya dan
meningkat tajam dalam 5 tahun terakhir.
9. Mempunyai Cash Flow yang positif
10. Pihak manajemen tidak pernah terlibat atau menjadi
tersangka tindak pidana.
11. Mempunyai brand yang sangat kuat dan produk yang
dibutuhkan semanjang masa.

Sebelas syarat diatas bukanlah syarat mutlak tapi paling


tidak ini adalah syarat yang paling ideal untuk diterapkan,
nantikan ebook kami selanjutnya yang akan membahas lebih
mendalam mengenai “Karakteristik saham berdasarkan sektor”
dan “Cara menilai aset tidak berwujud”

Selamat belajar dan menemukan “harta karun” di pasar


saham, semoga buku ini dapat bermaanfaat dalam menambah
wawasan bagi semua orang yang ingin belajar mengenai
Investasi Saham dan sukses menjadi seorang Investor.

Anda mungkin juga menyukai