Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN PROYEK

(KONTRAK)

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
MUTIA DWITA PUTRI M. (31220049)
TASWIN (31220050)
ALOIS APRIALDI (31220051)
SYAHRUL QAMAR (31220052)
ASTI RIYANI SYARIFUDDIN (31220053)
MUHAMMAD YASIN (31220054)

PRODI D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena dengan
rahmat,karunia serta taufik dan hidayah-nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul KONTRAK ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami
miliki.Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua kami yang senantiasa
mendoakan dan mendukung kami,teman-teman kami yang selalu memberi semangat,serta
Pak Jhon Asik,S.T.,M.,T selaku Dosen Mata kuliah Manajemen proyek yang senantiasa
membimbing kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita pengenai Pengertian,Jenis-jenis,Tipe,serta hal-hal lain seputar Materi
Kontrak sendiri.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.Untuk itu kami berharap banyak
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah terlibat dalam
pembuatan makalah ini,semoga Tuhan senantia meridhai kita semua salam setiap
urusan,Aamiin.

Makassar,13 Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Pengertian kontrak...............................................................................................3
2.2 Unsur-unsur Kontrak...........................................................................................3
2.3 Asas-asas Kontrak................................................................................................4
2.4 Syarat-syarat Kontrak..........................................................................................5
2.5 Pembatalan dan Pengakhiran Kontrak.................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................7
3.2 Saran....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................8
LAMPIRAN...........................................................................................................................9

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perjanjian kontrak kerja merupakan elemen dalam suatu perjanjian dan melekat
pada suatu hubungan bisnis/kerja baik skala besar maupun kecil, baik indakan maupun
internasional. Fungsinya sangat penting agar dapat memberikan kepastian hukum bagi
para pihak baik mengatur hak dan kewajiban para pihak serta mengamankan transaksi
bisnis dan mengatur tentang pola penyelesaian sengketa yang timbul antara kedua belah
pihak.Dengan demikian apabila terjadi perselisihan/cacat mengenai pelaksanaan
perjanjian (wanprestasi) diantara para pihak maka dokumen hukum itu akan dirujuk untuk
penyelesaian perselisihan itu. Perjanjian kontrak kerja dengan demikian merupakan
sarana untuk memastikan apa yang hendak dicapai oleh para pihak dapat diwujudkan
dalam sebuah hubungan kerja (perjanjian kerja).
Hukum pembuktian mengenal adanya alat bukti yang berupa surat sebagai alat
bukti tertulis.Surat inilah segala sesuatu yang memuat tandatanda bacaan yang
dimaksudakan untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai
pembuktian. Surat sebagai alat bukti tertulis dibagi menjadi dua yaitu surat yang
merupakan akta dan surat-surat yang bukan akta.
Ada dua macam kontrak apabila dilihat dari kedudukan hak dan kewajibanya yaitu
sepihak dan timbal balik. Kontrak sepihak adalah kontrak yang menimbulkan akibat
hukum berupa kewajiban bagi satu pihak saja dan menimbulkan hak bagi pihak lainnya.
Dalam kontrak ini walaupan yang melakukan tindakan hanya satu pihak saja tetapi harus
tetap harus didasarkan atas kesepakatan paling sedikit dua pihak. Contohnya adalah
perjanjian kuasa tanpa upah dan perjanjian penitipan barang Cuma-Cuma. Kontrak timbal
balik adalah kontrak yang menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban di
masing-masing pihak dimana hak dan kewajiban pada masing-masingpihak tersebut
saling berhubungan. Saling berhubungan diartikan dengan kewajiban yang timbul pada
satu pihak maka akan menjadi suatu kewajiban bagi pihak lainnya, begitu pula
sebaliknya. Contohnya adalah perjanjian jual beli dan perjanjian sewa menyewa barang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas,rumusan masalah yang memuat :
1. Bagaimana pentingnya diadakan kontrak sebelum melakukan kerja sama ?
2. Asas apa saja yang Terdapat dalam kontrak ?
3. Syarat Apa saja yang harus ada sehingga kontrak dikategorikan Sah ?
4. Bagaimana proses pengakhiran dan pembatalan kontrak ?

1
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,ada pun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Untuk mengetahui Pentingnya diadakan kontrak sebelum melakukan kerja sama.
2. Untuk mengetahui asas yang terdapat dalam kontrak.
3. Untuk mengetahui syarat sah terjadinya kontrak.
4. Untuk megetahui proses pengakhiran dan pembatalan kontrak.
5.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai kontrak atau perjanjian dalam
kerja sama.
2. Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Asas,Syarat sah kontrak serta
proses pengakhiran dan pembatalan kontrak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kontrak


Kontrak adalah perjanjian atau kesepakatan antara dua pihak yang menimbulkan
pengikatan antara keduanya untuk melaksanakan apa yang telah diperjanjiakan. Suatu
kontrak lahir atas kesepakatan dari kedua belah pihak yang berisi sekumpulan ketentuan yang
nantinya harus ditaati oleh para pihak. Kontrak itu sendiri menimbulkan hak dan kewajiban di
masing- masing pihak. Hak dan kewajiban itu sendiri timbul selaras dengan tuntutan
tercapainya suatu prestasi. Prestasi adalah suatu pelaksanaan hak dan/atau perjanjian yang
tertulis dalam suatu kontrak dan mengikat bagi para pihak yang telah mengikatkan diri atas
kontrak tersebut. Bab II Buku III KUHPerdata Indonesia menyamakan kontrak dengan
perjanjian. Kontrak dapat dipersamakan dengan perjanjian dimana keduanya memiliki unsur-
unsur yang sama yaitu adanya perbuatan/tindakan manusia, kata sepakat dari para pihak,
mengikat bagi para pihak, dan menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban.
Kontrak dilakukan diawal,sebelum mengadakan kerja sama baik dalam sekala kecil
maupun dalam sekala besar.Hal ini bertujuan agar kedua belah pihak tidak ada yang merasa
dirugikan.Kontrak sendiri biasanya ditandai dengan hitam diatas putih.Yang berisikan segala
hal yang telah disetujui kedua belah pihak dan disaksikan beberapa pihak lainnya.
Fungsinya sangat penting agar dapat memberikan kepastian hukum bagi para pihak
baik mengatur hak dan kewajiban para pihak serta mengamankan transaksi bisnis dan
mengatur tentang pola penyelesaian sengketa yang timbul antara kedua belah pihak. Dengan
demikian apabila terjadi perselisihan/cacat mengenai pelaksanaan perjanjian (wanprestasi)
diantara para pihak maka dokumen hukum itu akan dirujuk untuk penyelesaian perselisihan
itu. Perjanjian kontrak kerja dengan demikian merupakan sarana untuk memastikan apa yang
hendak dicapai oleh para pihak dapat diwujudkan dalam sebuah hubungan kerja (perjanjian
kerja).

2.2 Unsur-Usur Kontrak


AbdulKadir Muhammad menguraikan unsur-unsur dalam suatu perjanjian atau
kotrak yaitu :
1. Ada pihak-pihak,minimal dua yang terdiri dari subjek hukum berupa manusia
kodrati dan badan hukum (recht person).Dalam hal para pihak manusia,maka
orang tersebut harus dewasa dan cakap.
2. Ada persetujuan antara pihak berdasarkan kebebasan untuk mengadakan tawar
menawar dan konsesus dalam perjanjian.
3. Ada satu atau beberapa tujuan tertentu yang ingin dicapai,yang tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang,ketertiban umum,kebiasaan yang diakui
masyarakat dan kesusilaan.
4. Ada prestasi yang harus dilaksanakan oleh suatu pihak dan dapat ditumtut oleh
pihak lainnya,begitu pun sebaliknya.

3
5. Ada bentuk tertentu,yang dapat dibuat secara tertulis dalam bentuk akta,autentik
maupun dibawah tangan,bahkan dapat dibuat secara lisan.
6. Ada syarat-syarat tertentu,menurut undang-undang agar suatu kontak yang dibuat
menjadi sah.

2.3 Asas-Asas Kontrak

1. Asas Kebebasan Berkontrak


Kebebasan berkontrak pada dasarnya merupakan perwujudan dari kehendak
bebas, pancaran hak asasi manusia yang perkembangannya dilandasi semangat
liberalisme yang mengagungkan kebebasan individu. Menurut paham
individualisme setiap orang bebas untuk memperoleh apa yang dikehendaki,
sementara itu di dalam hukum perjanjian falsafah ini diwujudkan dalam asas
kebebasan berkontrak.
Menurut asas kebebasan berkontrak seorang pada umumnya mempunyai
pilihan bebas untuk ngadakan perjanjian. Di dalam asas ini terkandung suatu
pandangan bahwa orang bebas untuk melakukan atau tidak melakukan perjanjian,
bebas dengan siapa ia melakukan perjanjian, bebas tentang apa yang diperjanjikan
dan bebas untuk menetapkan syarat-syarat perjanjian

2. Asas Konsensualisme
Kontrak atau perjanjan harus didasarkan pada konsensus atau kesepakatan
dari pihak-pihak yang membuat perjanjian. Dengan asas konsensualisme,
perjanjian dikatakan telah lahir jika ada kata sepakat atau persetujuan kehendak di
antara para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Tidak ada kata sepakat, tidak
ada kontrak (no consent no contract).

3. Asas Kekuatan Mengikatnya Kontrak


Dasar teoritik mengikatnya kontrak bagi para pihak yang umumnya dianut di
negara-negara civil law dipengaruhi oleh hukum Karonik. Hukum Karonik juga
mengajarkan dan juga mengakui bahwa setiap janji itu mengikat. Dari sinilah
kemudian lahir pacta sunt servanda. Dengan pacta sunt servanda orang harus
mematuhi janjinya. Dikaitkan dengan perjanjian para pihak yang membuat
perjanjian harus melaksanakan atau perjanjian yang mereka buat. Menurut asas ini
kesepakatan para pihak itu mengikat sebagaimana layaknya undang-undang bagai
para pihak yang membuatnya.

4. Asas Itikad Baik


Pasal 1338 (3) KUHPerdata menyatakan bahwa, “Perjanjianperjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik.” Artinya dalam melasanakan perbuatan ini
kejujuran harus berjalan dalam hati sanubari seorang manusia. Jadi selalu
mengingat bahwa manusia sebagai anggota masyarakat harus jauh dari sfat
merugikan pihak lain, atau menggunakan kata-kata secara membabi buta pada saat
kedua belah pihak membuat suatu perjanjian. Kedua belah pihak harus selalu

4
memperhatikan hal-hal ini, dan tidak boleh menggunakan kelalain pihak lain
untuk menguntungkan diri pribadi.

5. Asas Personalitas
Adanya asas personaltas dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1340 ayat
(1) KUHPerdata. Pasal ini menyebutkan, overeenkomsten zijn alleen van kracht
tuschen de handelende partijen (perjanjian hanya berlaku bagi mereka yang
membuatnya). Denga demikian asas personalitas bermakna bahwa kontrak atau
perjanjian hanya berlaku bagi pihak-pihak yang membuatnya.

2.4 Syarat-syarat Kontrak

Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, sahnya perjanjian-perjanjian dibutuhkan empat


syarat, yaitu:
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri (agreement/consensus) Pada
dasarnya kata sepakat adalah pertemuan persesuaian kehendak antara para pihak
di dalam perjanjian. Seseorang dikatakan memberikan persetujuannya atau
kesepakatannya jika ia memang menghendaki apa yang disepakati. Kesepakatan
itu sifatnya bebas, artinya betul-betul atas kemauan sukarela pihak-pihak, tidak
ada paksaan sama sekali dari pihak manapun. Dalam pengertian persetujuan
kehendak itu juga tidak ada kekhilafan dan tidak ada penipuan (pasal1321,1322,
dan 1328 KUHPerdata).

b. Kecakapan (capacity) Pasal 1329 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap


orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan bila ia oleh undang-
undang tidak dinyatakan tidak cakap. Pasal ini merupakan dasar hukum yang
menyatakan bahwa orang adalah subjek hukum.

c. Hal yang Tertentu (certainty of terms) Suatu hal tertentu yang dimaksud Pasal
1320 KUHPerdata adalah kewajiban debitor dan hak kreditur. Ini berarti bahwa
hal tertentu itu adalah apa yang diperjanjikan, yakni hak dan kewajiban kedua
belah pihak. Pasal 1333 ayat (1) KUHPerdata menentukan, eene overeenkomst
moet tot onderwerp hebben eene zaak welke ten minste tenaanzien hare sort
bepaald is (suatu perjanjan harus mempunyai pokok suatu benda yang paling
sedikit dapat ditentukan jenisnya). Zaak dalam bahasa Belanda tidak hanya berarti
barang dalam arti sempit, tetapi juga berarti yang lebih luas lagi, yakni pokok
persoalan.

d. Sebab yang Halal (consideration) Berdasarkan Pasal 1337 KUHPerdata, sebab


yang halal adalah:
1) Sebab yang tidak terlarang atau tidak bertentangan dengan undang-
undang; 2) sebab yang sesuai dengan kesusilaan baik;
3) sebab yang sesuai dengan ketertiban umum.

5
2.5 Pembatalan dan Pengakhiran Kontrak

 Pembatalan Kontrak Dalam khazanah hukum kontrak, yang dimaksud


dengan pembatalan kontrak pada dasarnya adalah suatu keadaan yang membawa
akibat suatu hubungan kontraktual itu dianggap tidak pernah ada. Dengan
pembatalan kontrak, maka eksistensi kontrak dengan sendirinya menjadi hapus.
Akibat hukum kebatalan yang menghapus eksistensi kontrak selalu dianggap
berlaku surut sejak dibuat kontrak.
Meskipun ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
tampak dibuat untuk kepentingan para pihak dalam perikatan atau perjanjian,
namun jika diteliti lebih jauh, rumusan tersebut ternyata hanya dibuat untuk
kepentingan pihak yang beritikad baik dalam perikatan atau perjanjian. Untuk
menjamin bahawa untuk kepentingan pihak yang beritikad baik tersebut akan
dipenuhi, maka diberikanlah peran yang aktif pada Hakim Pengadilan untuk
memutuskan batal tidaknya suatu perikatan atau perjanjian yang dibuat oleh para
pihak. Selain ketentuan yang berlaku secara umum bagi perikatan, dalam
ketentuan yang mengatur mengenai perikatan yang lahir dari perjanjian, Kitab
Undang-undang Hukum Perdata memberkan alasan tertentu kepada salah satu
pihak dalam perkatan yang lahir dari perjanjian tersebut umtuk membatalkan
perikatan atau perjanjian yang telah dibuat olehnya. Alasan-alasan tersebut biasa
dikenal dalam Ilmu Hukum sebagai alasan subjektif. Disebut dengan subjektif
karena berhubungan dengan diri dari subjek yang mmenerbitkan perikatan
tersebut. Pembatalan perjanjian tersebut dapat dimintakan apabila :

a) Telah terjadi kesepakatan secara palsu dalam suatu perjanjian; karena


telah terjadi kekhilafan, paksaan atau penipuan pada salah satu pihak
dalam perjanjian itu dibuat (Pasal 1321 sampai dengan Pasal 1328
Kitab Umdang-undang Hukum Perdata);
b) salah satu pihak dalam perjanjian tidak cakap untuk bertindak dalam
hukum (Pasal 1330 sampai dengan Pasal 1331 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata).
 Pengakhiran Kontrak
Berdasarkan Pasal 1381 KUHPerdata terhapusnya perikatan disebabkan oleh:
a) Pembayaran;
b) penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan;
c) pembaharuan utang;
d) perjumpaan utang atau kompensasi;
e) percampuran utang;
f) pembebasan utangnya;
g) musnahnya barang yang terutang;
h) kebatalan atau pembatalan;
i) berlakunya suatu syarat batal;
j) lewatnya waktu.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap kerja sama baik berskala kecil hingga berskala besar,dalam bidang
apapun,bisnis hingga konstruksi harus awali dengan Kontrak yang telah memenuhi
syarat,baik pihak yang terlibat sebagai pelaku maupun pihak yang terlibat sebagai
saksi.
Hal ini dapat memudahkan sewaktu-waktu terjadi perselisihan antar kedua belah
pihak,maka akan mudah diselesaikan.karena perjanjian atau kontrak ini memiliki
aturan hukum yang mengikat.

3.2 Saran

Sebaiknya setiap kontrak harus disetujui dalam bentuk simbolik seperti kertas
atau notaris.Sehingga terdapat bukti yang lebih kuat lagi.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/17606/05.1%20bab%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
https://www.pengadaan.web.id/2019/08/pengertian-kontrak.html
https://docplayer.info/62629539-makalah-ontrak-disusun-untuk-memenuhi-tugas-mata-
kuliah-pengantaran-hukum-bisnis-dosenpengam-andy-kridasusila-se-mm.html

8
LAMPIRAN

Berikut ini merupakan pertanyaan dari kelompok diskusi lainnya.Beserta penjawab yang
berasal dari kelompok 4 :
Selaku Moderator Diskusi : Mutia Dwita Putri M
1. Kelompok 1
 Pertanyaan (Fatimah Nur Fauziah) : jelaskan maksud dari aspek cara
pembayaran pada bentuk kontrak kerja konstruksi ?

Jawaban (Taswin) :Bentuk kontrak dari segi/aspek cara pembayaran


berdasarkan prestasi pekerjaan penyedia jasa yang
dikategorikan ke dalam 3 (tiga) macam yaitu:
Pembayaran Bulanan (Monthly Payment), Pembayaran
atas Prestasi (Stage Payment) dan Pembayaran atas
seluruh hasil pekerjaan selesai atau yang sering disebut
Pra Pendanaan Penuh dari penyedia jasa ( Contractor’s
Full Prefinanced).Cara Pembayaran Bulanan (Monthly
Payment)Dalam sistem cara pembayaran ini, prestasi
penyedia jasa dihitung setiap akhir bulan. Setelah
prestasi tersebut diakui Pengguna Jasa maka Penyedia
Jasa dibayar sesuai prestasi tersebut. Kelemahan cara ini
adalah berapapun kecilnya prestasi penyedia jasa pada
suatu bulan tertentu dia tetap harus dibayar.Cara
Pembayaran atas Prestasi (Stage Payment)Dalam
bentuk kontrak dengan sistem/ cara seperti ini,
pembayaran kepada penyedia jasa dilakukan atas dasar
prestasi yang dicapai dalam satuan waktu (bulanan).
Biasanya besarnya prestasi dinyatakan dalam
persentase. Sering pula cara pembayaran seperti ini
disebut pembayaran termin/ angsuran.Cara Pembayaran
Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor’s
Full Prefinanced)
Dalam bentuk kontak dengan sistem/cara pembayaran
seperti ini, Penyedia Jasa harus mendanai dahulu
seluruh pekerjaan sesuai kontrak. Setelah pekerjaan
selesai 100% dan diterima pengguna jasa, barulah
penyedia jasa mendapatkan pembayaran sekaligus.
Dapat saja pada saat itu yang dibayar Pengguna Jasa
adalah sebesar 95% dari nilai kontrak karena yang 5%
ditahan (retention money) selama tanggung jawab atas
cacat atau pembayaran penuh 100%, tapi Penyedia Jasa
harus memberikan jaminan untuk masa tanggung jawab
atau cacat, satu dan lain hal sesuai kontrak.

9
 Pertanyaan (Ririn Eka Putri) : Jelaskan yang dimaksud dengan tipe
kontrak paket jadi (turn key) !

Jawaban (Alois Aprialdi) : Kontrak Terima Jadi (Turnkey) merupakan


Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan
dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:

Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan;
dan
Pembayaran dapat dilakukan berdasarkan termin sesuai kesepakatan dalam
Kontrak.

2. Kelompok 2
 Pertanyaan (Muh fadel Muqmin) : bagaimana penindak lanjutan apabila
pekerjaan konstruksi lebih cepat rampung atau selesai dibandingan
dengan waktu yang telah ditetapkan dalam sebuah kontrak ?

Jawaban (Syahrul Qamar) : Apabila pekerjaan konstruksi lebih cepat selesai


dibandingkan dari target hari pada kontrak,maka hal yang harus lebih dulu
dilakukan yaitu melakukan riset terhadap kualitas pekerjaan yang telah
dilakukan,apakan sesuai dengan perencanaan awal atau tidak.Apabila
pekerjaan kontruksi tersebut sesuai dengan perencanaan awal maka kedua
belah pihak berhak membicarakan Langkah atau target selanjutnya.
3. Kelompok 3
 Pertanyaan (Dewi Anti) : Apabila terjadi sengketa pada
proyek,apakah hal tersebut akan diselesaikan secara kekeluargaan atau
dibawa ke pengadilan ?

Jawaban (Pak Jhon) : Apabila dalam suatu proyek mengalami


sengketa,maka hal ini akan diselesaikan dengan beberapa tahap.yang pertama
dengan negosiasi jika tidak efektif,maka akan dilakukan dengan cara mediasi
dimana hal ini akan melibatkan pihak ketiga,jika car aini masih dianggap
belum efektif,maka akan dilakukan dengan cara pengadilan.namun alangkah
baiknya jika masalah tersebut dapat diselesaikan secara kekeluargaan.
 Pertanyaan (Andi Sakira Aulia) : Apa saja proses akhir sebelum
penandatangan kontrak ?

Jawaban (Asti Riyani Syarifuddin) : proses akhir sebelum penandatanganan


kontak adalah Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)
Pejabat Penandatangan Kontrak sebelum menetapkan SPPBJ melakukan reviu
atas laporan hasil pemilihan Penyedia dari Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
untuk memastikan:
a. bahwa proses pemilihan Penyedia sudah dilaksanakan berdasarkan
prosedur yang ditetapkan; dan

10
b. bahwa pemenang pemilihan/calon Penyedia memiliki kemampuan untuk
melaksanakan Kontrak.

10
Berdasarkan hasil reviu, Pejabat Penandatangan Kontrak memutuskan
untuk menerima atau menolak hasil pemilihan Penyedia tersebut.

4. Kelompok 5
 Pertanyaan (Muhammad Rafli Fauzan) : hal-hal apa saja yang dapat
membatalkan kontrak?

Jawaban (Muhammad Yasin) : Pembayaran


Dalam hal ini debitor telah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan apa yang
diperjanjikannya kepada pihak kreditor. Baik dengan melakukan penyerahan
sejumlah uang atau barang yang dijanjikannya. Pembayaran dapat diartikan juga
sebagai pelunasan. Tehitung sejak dilunasinya utang-utang pihak yang berutang
(debitor) maka berakhirlah perjanjian tersebut.
Penawaran pembayaran tunai, dengan diikuti adanya penyimpanan atau
penitipan
Adakalanya pihak kreditor menolak pembayaran utang yang akan dilakukan si
debitor. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut pihak yang berutang debitor
dapat menitipkan apa yang akan diserahkannya kepada kreditor di pengadilan.
Pengadilan yang dimaksud yaitu pengadilan yang telah ditunjuk para pihak dalam
perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Pembaharuan utang (Novasi)
Pembaharuan utang merupakah salah satu hal yang mengakibatkan berakhirnya
perjanjian lama dan pada saat yang bersamaan menimbulkan perjanjian yang baru.
Eksistensi dari perjanjian baru tersebut menggantikan kedudukan dari perjanjian
yang lama. Adapun yang termasuk dalam kategori pembaharuan utang yaitu adanya
utang lama yang dihapuskan dengan adanya suatu perjanjian yang baru. Adanya
perubahan kreditor atau debitor berdasar pada kesepakatan bersama, juga termasuk
dalam kategori pembaharuan utang.
Perjumpaan utang atau kompensasi
Perjumpaan utang terjadi demi hukum, pada suatu keadaan dimana dua orang saling
berutang satu sama lain. Contohnya: A mempunyai utang kepada B sebesar
Rp.1.000.000,- Sebaliknya B mempunyai utang kepada A sebesar Rp.1.500.000,-.
Demi hukum dalam hal ini telah terjadi perjumpaan utang, sehingga A hanya
memiliki kewajiban pembayaran utang kepada B sebesar Rp.500.000,-
Percampuran utang
Merupakan suatu keadaan dimana 1 (satu) orang berkedudukan sebagai kreditor dan
debior untuk suatu permasalahan utang yang sama.
Salah satu contohnya yaitu ketika seorang bapak (kreditor) meminjamkan sejumlah
uang kepada anaknya (debitor). Ketika kreditor meninggal dunia, maka debitor akan
berkedudukan selaku ahli waris dari kreditor, yang menerima boedel waris dari
pewaris. Maka ahli waris yang awalnya berkedudukan sebagai debitor setelah
kreditor meninggal dunia, secara otomatis menurut hukum menggantikan
kedudukan pewaris sebagai kreditor termasuk utang piutang dengan dirinya sendiri.
Dalam hal demikian maka perjanjian utang piutang antara bapak dengan anaknya
tersebut otomatis berakhir menurut hukum.

Pembebasan utang
Pembebasan utang merupakan suatu perbuatan hukum yang mana, pihak kreditor
melepaskan haknya untuk melakukan penagihan piutang terhadap debitor.
Termasuk berlaku demi hukum dalam utang piutang secara tanggung renteng.
Sebagai contoh A memiliki piutang kepada B, C dan D sejumlah Rp.3.000.000 secara
tanggung renteng. Kemudian A secara sukarela menyatakan membebaskan B atas

11
utang-utang yang dimilikinya terhadap A. Pada dasarnya demi hukum pembebasan
utang tersebut juga berlaku terhadap C dan D. Kecuali jika ada pernyataan tegas dari
A yang menyatakan sebaliknya.
Musnahnya barang yang terutang
Hilang atau musnahnya suatu obyek dalam perjanjian, mengakibatkan perjanjian
yang bersangkutkan berakhir. Dengan catatan hilang atau musnahnya obyek tersebut
bukan merupakan kesalahan dari pihak debitor dan terjadinya sebelumnya debitor
lalai dalam melakukan penyerahan kepada kreditor
Pembatalan
Hal ini berkaitan dengan dipenuhinya syarat sah perjanjian sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 1320 – 1337 KUHPerdata, yaitu adanya syarat subyektif dan syarat
obyektif. Tidak terpenuhinya syarat obyektif (sepakat dan kecapakan para pihak)
memberikan hak kepada pihak yang merasa dirugikan untuk mengajukan
pembatalan atas perjanjian tersebut. Sedangkan tidak terpenuhinya syarat objektif
(sesuatu hal tertentu dan obyek yang halal) mengakibatkan perjanjian tersebut batal
demi hukum. Pembatalan tersebut perlu diajukan ke forum penyelesaian (pengadilan
atau arbitrase) yang ditunjuk dalam perjanjian yang telah disepakati para pihak
Berlakunya suatu syarat batal
Hal ini berkaitan erat dengan adanya perjanjian bersyarat yang disepakati para pihak
yaitu berakhirnya suatu perjanjian disebabkan oleh terjadinya hal-hal tertentu yang
telah ditentukan dalam perjanjian.
Daluwarsa
Batas waktu untuk melakukan suatu tuntutan hukum atas pemenuhan prestasi
berdasarkan sutau perjanjian yaitu 30 tahun terhitung sejak timbulnya hak tersebut.

11

Anda mungkin juga menyukai