Peran Hakim Dalam Konsep Hukum Sociologi
Peran Hakim Dalam Konsep Hukum Sociologi
SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
MAKALAH
Oleh :
DWI PUTRI DESRI LANA
197005103
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 10
B. Saran ......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Hukum.
Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan
tentang Teori Hukum secara luas. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS. selaku dosen pengasuh mata kuliah Teori
Hukum yang telah memberikan arahan kepada penulis agar dapat menyelesaikan
makalah ini. Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Dengan
demikian, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberi
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berfikir mengenai hukum dengan cara yang telah ditentukan dalam ilmu hukum,
mengaitkan satu sebab dengan sebab lainnya dan hal yang timbul karenanya. Alam
berfikir hukum adalah berfikir khas, dengan karakteristik yang tidak ditemui dalam
bagi aliran ini alam berfikir hukum adalah berfikir normatif bahkan cenderung
legisme. Aliran sosiologis mengemukakan cara yang bisa dikatakan sangat bertolak
perundang-undangan.
1
memperhatikan kesadaran masyarakat dan emperhatikan nilai-nilai hukum yang
hidup dalam masyarakat. Tokoh mazhab yang mengemukakan aliran ini salah satunya
Menurut aliran ini hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan
hukum yang hidup di antara masyarakat. Aliran ini secara tegas memisahkan antara
hukum positif dengan (the positive law) dengan hukum yang hidup (the living law).
Singkatnya yaitu, aliran hukum yang konsepnya bahwa hukum yang dibuat agar
memperhatikan hukum yang hidup dalam masyarakat atau living law baik tertulis
maupun tidak tertulis. Hakim merupakan perumus dan penggali dari nilai-nilai hukum
yang hidup dalam masyarakat. Untuk itu seorang hakim harus terjun ditengah-tengah
masyarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu menyelami perasaan hukum dan
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
yang sangat terkenal bahwa “the main problem to which sociological jurists are
addressing them selves today is to enable and to compel law making, and also
interpretation and application of legal rules, to make more account, and more
intelligent account, of the social fact upon which law must proceed and to which it is
to be applied.”
Jadi, Pound memandang bahwa problema utama hukum dewasa ini menjadi
perhatian utama dari para yuris sosiologis adalah untuk memungkinkan dan untuk
mendorong pembuatan hukum, dan juga untuk menafsirkan dan menerapkan aturan-
aturan hukum, serta untuk membuat lebih berharganya fakta-fakta sosial di atas mana
Roscoe Pound adalah salah satu ahli hukum yang beraliran Sociological
1
Achmad Ali. Menjelajahi Kajian Empiris terhadap Hukum. (Jakarta: Yarsif Watampone.
1998), Hlm. 10.
3
daripada kedudukan dan fungsi hukum dalam masyarakat. Kenyataan hukum pada
dasarnya adalah kemauan publik, jadi tidak sekedar hukum dalam pengertian law in
hukum (positivism law) dan living law sebagai wujud penghargaan terhadap
Pada intinya aliran ini hendak mengatakan bahwa hukum yang baik adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Kata “sesuai”
yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.
Aliran ini memisahkan secara tegas antara hukum positif dengan hukum
yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul sebagai akibat dari
proses dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab sejarah.
2
Munir Fuadi, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, (Jakarta: Kencana
Prennamdeia Group, 2013), Hlm. 248.
4
Mazhab Sejarah menyatakan hukum timbul dan berkembang bersama dengan
masyarakat.
(law in action), yang dibedakan dengan hukum yang tertulis (law in the books).
Pembedaan ini dapat diterapkan pada seluruh bidang hukum, baik hukum substantif,
maupun hukum ajektif. Ajaran tersebut menonjolkan masalah apakah hukum yang
pengadilan serta pelaksanaannya, dan juga antara isi suatu peraturan dengan efek-
Singkatnya yaitu, aliran hukum yang konsepnya bahwa hukum yang dibuat
agar memperhatikan hukum yang hidup dalam masyarakat atau living law baik
tertulis maupun tidak tertulis. Misalnya dalam hukum yang tertulis jelas dicontohkan
adalah hukum adat yang dimana hukum ini adalah semulanya hanya sebagai
kebiasaan yang lama kelamaan menjadi suatu hukum yang berlaku dalam adat
Dalam masyarakat yang mengenal hukum tidak tertulis serta berada dalam
masa pergolakan dan peralihan, hakim merupakan perumus dan penggali dari nilai-
nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Untuk itu hakim harus terjun ditengah-
5
tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu menyelami perasaan
(penafsiran) atau disebut juga metode yuridis. Ajaran tentang penafsiran ini telah ada
dari abad ke-19 yang sangat dipengaruhi oleh Von Savigny. Hakim memberi batasan
maksud yang sesungguhnya dari pembuat undang-undang yaitu mens atau sententia
legisnya atau maksud dari aturan hukum. Penciptaan hukum oleh hakim berbeda
dengan penciptaan hukum melalui proses legislasi. Hukum ciptaan hakim berupa
putusan dan hanya berlaku mengikat khusus bagi pihak berperkara, sedangkan hukum
3
Sudikno Mertokusumo, dan A. Pitlo, Bab – Bab Tentang Penemuan Hukum, cet. I,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), Hlm. 4.
4
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebagai Pengantar, (Liberty, Yogyakarta,
1996). Hlm. 56.
6
produk legislasi berlaku umum. Bagaimanapun juga, penemuan hukum maupun
masyarakat.5
memutus suatu perkara. Hakim dalam memutus suatu perkara tidak semata-mata
dihasilkan dari suatu proses yang sangat bergantung pada bagaimana hakim
menafsirkan dan menerapkan hukum yang ada, baik hukum formal maupun hukum
materiil.7
Pada hakikatnya, dengan titik tolak ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman maka tugas hakim
5
Roscoe Pound, Law Finding Through Experience and Reason : Three Lectures,
(University of Georgia Press, Athens, 1960), Hlm. 1.
6
Harifin A. Tumpa, Kekuasaan Kehakiman Dimaknai Menegakkan Hukum, Keadilan,
http://www.ditjenmiltun.net/index.php/component/content/article/114-umum/1410-harifin-kekuasaan-
kehakiman-dimaknai-menegakkan-hukum-keadilan.html, di akses pada tanggal 27 September 2019.
7
Ibid.
7
untuk mengadili perkara berdimensi menegakkan keadilan dan menegakkan hukum.
ayat (4), Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 ditentukan,
Konsekuensi aspek ini maka hakim dalam memutus perkara tidak boleh
hanya bersandar pada Undang-Undang semata, akan tetapi juga harus sesuai dengan
hati nuraninya.
atau penerapan hukum tersebut. Peran hakim dalam menerapkan hukum tidak melulu
dipahami sebagai upaya pengendalian sosial (social control) yang bersifat formal
Tugas yudisial hakim tidak lagi dipahami sekedar sebagai penerap undang-
undang terhadap peristiwa konkrit (berupa berbagai kasus dan konflik) atau sebagai
8
Putusan hakim untuk menyelesaikan suatu perkara yang diajukan di
Pengadilan, bahwa putusan yang baik adalah yang memperhatikan tiga nilai unsur
(keadilan).
dalam mengadili perkara selain bersandar kepada Undang-Undang juga bertitik tolak
kepada norma-norma yang hidup (living law) dalam masyarakat sehingga putusan
Hakim tidak dapat memaksakan suatu norma yang tidak lagi relevan
diterapkan dalam suatu masyarakat maka hakim harus dapat menggali nilai-nilai
hukum yang hidup (living law) dalam suatu masyarakat. Apabila seorang hakim
dalam mengadili suatu kasus konkret tetap memaksakan menerapkan suatu norma
Pada akhirnya, hakim dalam isi putusan suatu perkara, selama hakim
keadilan masyarakat.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Roscoe Pound adalah salah satu ahli hukum yang beraliran Sociological
Jurisprudence adalah aliran hukum yang konsepnya bahwa hukum yang dibuat agar
memperhatikan hukum yang hidup dalam masyarakat atau living law baik tertulis
proses legislasi. Hukum ciptaan hakim berupa putusan dan hanya berlaku mengikat
khusus bagi pihak berperkara, sedangkan hukum produk legislasi berlaku umum.
nilai hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat. Dalam konteks hakim sebagai
penegak hukum hendaknya hakim dalam mengadili perkara selain bersandar kepada
Undang-Undang juga bertitik tolak kepada norma-norma yang hidup (living law)
10
Peran hakim dalam menerapkan hukum tidak melulu dipahami sebagai
upaya pengendalian sosial (social control) yang bersifat formal dalam menyelesaikan
konflik, tetapi sekaligus mendesain penerapan hukum itu sebagai upaya rekayasa
sosial (social engineering). Hakim yang merupakan perumus dan penggali dari nilai-
nilai hukum yang hidup dalam masyarakat memiliki peran penting untuk hakim harus
menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hakim
tidak dapat memaksakan suatu norma yang tidak lagi relevan diterapkan dalam suatu
masyarakat maka hakim harus dapat menggali nilai-nilai hukum yang hidup (living
law) dalam suatu masyarakat. Apabila seorang hakim dalam mengadili suatu kasus
konkret tetap memaksakan menerapkan suatu norma yang tidak lagi relevan maka
B. Saran
Penting rasa keadilan dan hati nurani yang adil yang perlu ditanamkan pada
setiap insan hakim. Kalau menurut keyakinan seorang hakim dan menurut rasa
keadilan hati nurani dan hukumnya telah sesuai dengan Demi Keadilan Berdasarkan
Ke Tuhanan Yang Maha Esa. Oleh karenanya aparat penegak hukum khususnya
hakim harus mengetahui bahwa putusan Pengadilan merupakan suatu yang sangat
11
perkara yang mereka hadapi dan mereka betul-betul merasa mendapatkan keadilan
pembentukan hukum dan proses penemuan hukum agar dapat mengkaji dan menggali
nilai-nilai hukum yang hidup di dalam masyarakat, agar dapat tercapai tujuan hukum.
12
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Fuadi, Munir, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Jakarta: Kencana
Prennamdeia Group, 2013.
Pound, Roscoe, Law Finding Through Experience and Reason : Three Lectures,
University of Georgia Press, Athens, 1960.
Mertokusumo, Sudikno dan A. Pitlo, Bab – Bab Tentang Penemuan Hukum, cet. I,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993.
Website: