Anda di halaman 1dari 36

FORMULASI DAN PEMBUATAN EYE SHADOW

TIPECOMPACT POWDER EKSTRAK BIJI COKLAT


(Theobroma cacao L)

Oleh :
ERLINDA
NIM : 1748401039

PROPOSAL TUGAS AKHIR


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Kosmetika adalah bahan-bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir,
dan organ genital luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi
baik(Permenkes RI No.1176/1:1(1)).
Kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit dapat digolongkan menjadi 2
yaitu, kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic) dan kosmetik riasan
(dekoratif atau makeup). Jenis kosmetik dekoratif diperlukan untuk merias dan
menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih
menariks erta menimbulkan efek psikologis yang baik. Seperti percaya diri
(self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi
sangat besar (Tranggono&Latifah, 2007:8)
Pertumbuhan industry kosmetik di Indonesia saat ini cukup tinggi.
Masyarakat terutama kaum wanita, semakin sadarakan pentingnya kosmetik
sebagai kebutuhan sehari-hari. Tren penggunaan kosmetik yang semakin
berkembangakan berpengaruh pada semua jenis kosmetik, salah satunya eye
shadow. Eye shedow pun semakin berkembang seiring perkembangan zaman.
Banyak gaya dan warna baru yang dicetuskan para ahli rias dan menjadi tren
yang diikuti masyarakat
Eye shadow adalah bagian dari kosmetik yang digunakan sebagai
peronamata. Eye shadow memerlukan bahan yang sangat aman dan cara
pemakaian yang hati-hati karena dikenakan pada kulit dekat mata. Biasanya
pada kelopak mata atas (tranggono&latifah,2007:96). Wanita sangat senang
mewarni kelopak mata lebih menonjol dan menarik dengan adanya warna.
Bayangan dan efek berkilau pada mata.
Tren adalah hal yang paling ditunggu oleh setiap orang di setiap
pergantian tahun. Dalam dunia kecantikan, tren sudah menjadi kiblat yang
pastiakan diikuti oleh semua pencinta kosmetik. Ada pula warna-warna yang
diprediksi menjadi tren sedunia kecantikan (Suaramerdeka, 2019:1)
Prediksi tren makeup 2020 menurut Dhiman putra untuk riasan mata maupun
pilihan warna lipstick nempaknya sudah tidak akan menampilkan warna
bold/warna-warna yang berani. Blod sudah lewat, sekarang lebih kewarna-
warna natural (stylo.ID, 2019:2)
Zat warna alami bersifat lebih aman dapat digunakan dan dikembangkan
antara lain pigmen kerotenoid, kurkumin, antosianin dan pigmen lainnya yang
terkandung dalam jaringan buah, bunga, daun, akar, batang maupun biji
tanaman. Antosianin merupakan pgmen alami yang banyak ditemui pada
tanaman yang berwarna merah dan unggu.Alami yang dapat menggantikan
pewarna sintetik (sampebarra, 2018)
Tanaman coklat merupakan salah satu sumber local yang mengandung
pgmen alami. Bagian yang dapat digunakan sebagai pewarna alami adalah biji
coklat (theobroma cacao L). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
risnawati, nazliniwaty, dan djendakita purba pada tahun 2012 tentang pewarna
alamil ipstik dari ekstrak biji coklat (theobroma cacao L) telah memberikan
warna pigmen yang memberikan warna pada biji coklat ini yaitu antosianin
golongan pelargonidin yang merupakan turunan senyawa flavonoid. Oleh
karena itu, biji coklat dapat dijadikan alternative sebagai pewarna alami
Indonesia merupakan pengekspor biji coklat terbesar ketiga dengan
produksi biji kering 550.000 ton setelah Negara pantai gading 1.242.000 ton
dan Ghana 662.000 ton pada tahun 2010 (ICCO dalamrubiyo, siswanto, 2012).
Di provinsi lampung sendiri memiliki lima komoditas utama dalam subsector
perkebunan, yaitu kopi, kakao, lada, kelapa sawit dan karet (dinas koperindag
dalam rubiyo, siswanto, 2012). Salah satu komoditas perkebunan yang sangat
penting bagi perekonomian provinsi lampung adalah komoditas kakao.
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk
mendapatkan formulasi sediaan eye shadow tipe compact powder ekstrak biji
coklat (theobroma cacao L)
B. RumusanMasalah
Biji coklat (Theobroma cacao L) memiliki kandungan antosianin yang
dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Sekarang ini banyak beredar
kosmetik yang mengandung bahan pewarna sintesis berbahaya. Masyarakat
sekarang pun banyak yang belum paha makan bahaya dari pewarna sintetis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ekstrak biji coklat (Theobroma
cacao L) dapat diformulasikan dan dibuat kedalam sediaan eye shadow tipe
compact power yang menghasilkan warna merah seperti penelitian
sebelumnya mengenai formulasi dengan pemanfaatan biji coklat (Theobroma
cacao L)sebagai pewarna alami namun dengan yang berbeda.

C. TujuanPenelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui apakah eye shadow tipe compact power ekstrak biji coklat
(Theobromacacao L). sebagai pewarna alami dapat menghasilkan warna
merah pada sediaan, padat dibuat dan memenuhi sesuai dengan literature
yang berlaku (SNI, 1998)
2. Tujuan khusus
a. Mengatahui sifat organoleptik eye shadow tipe compact power ekstrak biji
coklat (Theobroma cacao L) dengan konsentrasi 0%, 10%, 20%, dan 30%
sebagai pewarna
b. Mengetahui homogenitas eye shadow tipe compact power ekstrak biji coklat
(Theobroma cacao L) dengan konsentrasi 0%, 10%, 20%, dan 30% sebagai
pewarna
c. Mengetahui efektivitas (oles) eys shadow tipe compact power ekstrak biji
coklat (Theobroma cacao L) dengan konsentrasi 0%, 10%, 20%, dan 30%
sebagai pewarna
d. Mengetahui kekerasaan eye shadow tipe compact power ekstrak biji
coklat(Theobroma cacao L) dengan konsentrasi 0%, 10%, 20%, dan 30%
sebagai pewarna
e. Mengetahui kesukaan terhadap panulis dari eye shadow tipe compact power
ekstrak biji coklat (Theobroma cacao L) dengan konsentrasi 0%, 10%, 20%,
dan 30% sebagai pewarna

D. ManfaatPenelitian
1. Bagipenelitian
Menambah pengalaman dan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan ilmu
yang telah di dapat selama menjalani perkuliahan di jurusan farmasi politeknik
kesehatan tanjung karang khususnya dalam ilmu farmasetika.
2. Bagi institusi
Menambahkan khasanah informasi bagi mahasiswa di Jurusan Farmasi
Poltekkes Tanjung karang terutama untuk pengayakan mata kuliah
farmasetika dan formulasi eye shadow tipe compact ekstrak biji coklat
(Theobroma cacao L) sebagai pewarna variasi konsentrasi
3. Bagi masyarakat
Memberikan tambahan informasi tentang pemanfaatan zat warna alami dari
ekstrak biji coklat (Theobroma cacao L)

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian pembuatan eye shadow tipe compact
power ekstrak biji coklat (Theobroma cacao L) sebagai pewarna alami
diekstraksi dengan metode meserani kemudian diformulasikan dalam eye
shadow tipe compact power dengan variasi konsentrasi ekstrak yaitu 0%,
10%, 20%, dan 30% dan dilakukan beberapa uji terhadap sediaan eye shadow
tipe compact power berupa organoleptis, homogenitas, kekerasaan, efektivitas
dan uji kesukaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata yunani “kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias dan mengatur. Menurut peraturan kepala badan
pengawas obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015
Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika, dinyatakan bahwa definisi kosmetik
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian
biar tubuh manusia (epidermis,rambut,kuku,bibir dan organ genital bagian
luar), atau gigi dan membrane mmukosa mulut, terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (per ka
BPOM No. 19/2015:5:1:1(1))
Sub bagian kosmetika medic bagian/SMF ilmu penyakit kulit dan
kelamin FKUI/RSUPN Dr. cipto mengunkusumo, jarkata membagi kosmetik
menjadi beberapa macam :
1. Kosmetika pemeliharaan dan perawatan yang terdiri atas :
a. Kosmetika pembersih (cleansing)
b. Kosmetika pelembab (moisturizing)
c. Kosmetika pelindung (protecting)
d. Kosmetika penipis (thining)
2. Kosmetika rias/dekoratif, yang terdiri atas :
a. Kosmetika rias kulit terutama wajah
b. Kosmetika rias rambut
c. Kosmetika rias kuku
d. Kosmetika rias bibir
e. Kosmetika mata
3. Kosmetika pewangi parfum. Termasuk dalam golongan ini:
a. Deodoran dan antiperpiran
b. After shavelotion
B. Kosmetika Rias/Dekoratif
Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah untuk mempercantik diri yaitu
usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha
tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar
oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi
kekurangan (cacat) yang ada.
Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada tubuh yang dirias
dan tidak bermaksud untuk diserap kedalam kulit serta mengubah secara
permanen kekeurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif terdiri atas
bahan aktif berupa zat warna berbagai bahan dasar
(bedak,cair,minyak,krim,tingtur,aerosol) dengan melengkap bahan pembuatan
stabil dan parfum (wasitaatmadja, 1997:122)

Gambar 2.1 Kosmetik Dekoratif


Sumber
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/13/23471911/bpom-imbau-
kaum-milenial-tak-mudah-tergiur-kosmetik-branded-murah
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetik dekoratif dapat dibagi
menjadi (wasitaatmadja,1997:30)
1. Kosmetik rias kuli (wajah)
2. Kosmetik rias bibir
3. Kosmetik rias mata
4. Kosmetik rias kuku
5. Kosmetik rias rambut
Peran zat warna dalam kosmetik dekoratif, zat warna untuk kosmetik
dekoratif berasal dari berbagai kelompok (trangono dan latifah,2007:91) :
1. Zat Warna Alam yang larut
Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik.Sebetulnya
dampak zat warna ala mini pada kulit lebih baik dari pada zat warna
sintetis tetapi kekuatan pewarnanya relative lemah, tak tahan cahaya, dan
relative mahal. Misalnya alkalain zat warna merah yang diekstrak dari
kulit akal alkana (radix alcannae), klorofil daun-daun hijau, henna yang
diekstrak dari daun lawsonia inermis.
2. Zat Warna Sintetis yang Larut
Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari aniline, sekarang
benzene,toluene, anthracene, dan hasil isolasi dari coal-tar lain yang
berfungsi sebagai produk awal bagi kebanyakan zat warna dalam
kelompok ini sehingga sering disebut sebagai zat warna aniline atau coal-
tar
3. Pigmen-pigmen Alam
Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat
secara alamiah, misalnya alumunium silikat, yang warnanya tergantung
pada kandungan besi oksida atau mangan oksida. Zat warna ini murni,
sama sekali tidak berbahaya, penting untuk mewarni bedak-krim dan
make-up sticks. Warnanya tidak seragam, tergantung asalnya, dan pada
pemanasan kuat menghasilkan pigmen warna baru.
4. Pigmen-pigmen Sintetis
Sejumlah zat warna asal coal-tar juga di klasifikasi sebagai pigmen
sintetis.Daya larutnya dalam air, alcohol, dan minyak rendah sehingga
umumnya hanya digunakan dalam bentuk bubuk padat yang terdispersi
halus.Banyak pigmen sintetis yang tidak boleh digunakan dalam preparat
kosmetik karena toksis, misalnya cadmium sulfide dan Prussian blue.
5. Lakes Alam dan Sintetis
Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu atau lebih zat warna yang
larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan
mengikatnya sedemikian rupa
(biasanya reaksi dengan kimia) sehingga produk akhirnya menjadi bahan
pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minyak, atau pelarut lain.

C. Kulit
kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar. Bagi perlindungan kulit fungsi mantek asam kulit cukup
penting, sehingga ia disebut “the first line of the skin” (pelindungan pertama
kulit). Yang lebih berperan dalam fungsi “mantel asam” kulit bukan pada segi
keasamannya- meskipun ini penting dalam mencegah infeksi mikroorganisme
karena umumnya mikroorganisme tidak tahan dalam lingkungan yang bersifat
asam-tetapi lebih pada susunan bahan-bahannya, terutama pada susunan asam-
asamnya. Hendaknya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin
dengan pH fisiologis “mantel asam”, yaitu antara 4,5-6,5 (Tranggono dan
Latifah, 2007:11:21)
mata merupakan organ tubuh yang sering dinilai keindahnya dalam
penampilan seorang. Estetika dari mata sering menjadi bahan ucapan, tulisan
atau lukisan baik dalam lagu cinta, novel, puisi, atau lukisan wanita cantik
jelita. Rias mata merupakan hal yang dapat dilupakan bagitu saja , apabila
seseorang ingin berpenampilan lebih tentu dengan selalu mempertimbangkan
komdisi. Keperluan dan tujuan yang ingin dicapai. Ada 3 bagian mata yang
perlu dirias, yaitu kelopak mata (eye lid), bulu mata (eye lash), dan alis mata
Leye brow) (wasitaatmadja, 1997:133).
Gambar 2.2 Mata
Sumber
:https://www.charlottetilbury.com/us/products/makeup/eyes/eyeshadow/pink

D. Eye Shadow (Rias Kelopak Mata)


Kosmetik rias kelopak mata terdiri atas bayangan mata ( eye shadow) dan
setting cream. Bayangan mata (eye shadow) ialah rias kelopak mata terlihat
lebih cekung ke dalam Kosmetika ini berisi pigmen warna yang berasal dari
bahan alami anorganik yang diizinkan untuk dipakai (wasitaatmadja,
1997:134).
Tujuan pemakaian preparat ini adalah untuk mengaksentuasikan mata,
membuat putih biji mata tampak lebih cemerang. Preparat ini digunakan pada
kulit dekat mata, biasanya pada kelopak mata atas.Warna-warnanya mulai dari
gray, blue, gray green, sampai olive green. Kadang-kadang serbuk logam
(bronze, emas, alumunium) ditambahkan untuk menimbulkan pancaran
keperakan (metallic sheen).
Eye shadow termasuk “ekstrem” diantara preparat dekoratif dan
memerlukan bahan yang sangat aman dan cara pemakaian yang hati-hati
karena dikenakan di dekat mata. Penggunaan eye shadow sudah dilakukan
sejak 4500 tahun yang lalu di mesir (Tranggono dan Latifah, 2007 :96)

Gambar 2.3 eye shadow


Sumber : https://id.priceprice.com/eyeshadow/
Berdasarkan bentuknya, eye shadow terbagi menjadi beberapa jenis :
(muliyawan dan suriana, 2013: 100)
1. Eye Shadow Padat
Bentuk eye shadow jenis ini hampir serupa dengan bedak
padat.Biasanya dikemas dalam kotak kecil berisi beberapa warna yang
dilengkapi dengan kuas untuk memulaskannya. Penggunanya eye
shadow ini pun cukup mudah, hanya mengoleskan kuas kecil pada eye
shadow, lalu pulaskan pada kelopak mata secara perlahan-lahan
2. Eye shadow spidol
Eye shadow jenis ini mudah digunakan karena memiliki bentuk seperti
pensil kunci pemakaiannya adalah jangan menekan terlalu keras agar
warna yang diulaskan terlihat halus
3. Eye Shadow cream
Eye shadow cream dikemas dalam beberapa warna mirip dengan
bentuk padat. Eye shadow ini lebih mudah menpel langsung
menggunakan jari tangan pada kelopak mata.

E. Compact power
Compact power adalah sediaan dasar berupa padatan lembut, mudah
disuapkan merata pada kulit dengan spon, tidak menimbulkan iritasi, biasanya
berbentuk cake dan dapat digunakan sebagai pembawa sediaan kosmetik
untuk berbagai tat arias (depkes RI, 1985:17)
Kosmetik dengan bentuk sediaan compact power memiliki fungsi yang
hampir sama dengan kosmetik dengan sedian bubuk/serbuk. Sediaan
serbuk/bubuk biasanya digunakan di rumah untuk sementara bentuk
padat/compact power digunakan saat jauh dari rumah untuk merias wajah.
Bahan yang digunakan untuk membuat sediaan kompak/compact power pada
dasarnya sama dengan yang digunakan sediaan bubuk/serbuk tetapi perlu
ditambahkan bahan pengikat untuk membuatnya menjadi bentuk
kompak/padat (mitsui 1997:376)
Bentuk sediaan cimpact power memiliki adhesivitas yang baik terhadap
kulit, mudah diaplikasikan serta lebih nyaman dan efesien.Karena bentuknya
yang padat maka tidak mudah bertaburan.Teksturnya yang sering
memudahkan untuk meratakan pada kelopak mata untuk sediaan eye shadow
tipe compact power dan hasil akhirnya tampak natural, matte, dan tidak mudah
crease atau pecah. Namun sediaan eye shadow tipe compact power memiliki
kekurangan yaitu warna yang dihasilkan tidak terlalu pigmented atau kurang
terlihat, sehingga untuk hasil yang pigmented perlu diaplikasikan berkali-kali
(willkinson and more, 1982 dalam Dwiwulandari, Darsono dan Wijaya, 2018).

F. Biji Coklat

Gambar 2.4 Biji Coklat


Sumbernya :https://hellosehat.com/herbal/biji-kakao

1. Klasifikasi tumbuhan coklat (Theobroma cacao L)


Kingdom : platae
Divisi : spermatophyte
Kelas : Dicotyledeneae
Ordo : malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L
(kristanto, 2012:12)
2. Morfologi tumbuhan
a) Batang dan cabang
Menurut Hall (19932 dalam PPKKI, 2010), tinggi tanaman kakao jika
dibididayakan di kebun, tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8-3,0
meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,50-7,0 meter (kristanto,
2012:13)
b) Daun
Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus) ujung daun meruncing
(acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus).Susunan daun tulang
menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun.Tepi
daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun
dewasa hijau daun licin dan mengkilap (kristanto, 2012:15)
c) Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori, artinya bunga tumbuh dan berkembang
dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang.Tempat tumbuh bunga
tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut
dengan bantalan bunga (cushioll).Bunga kakao berwarna putih, unggu atau
kemerahan. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). daun mahkota
panjangnya 6-7 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk
seperti kuku binatang (claw) dan bisanya terdapat dua garis merah. Bagian
ujung berupa lembaran tipis, flesibel, dan berwarna putih(kristanto,
2012:15)
d) Buah dan biji
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua
mavam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak
putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang
ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (kristanto,
2012:17)
Biji tersusun dalam lima baris menggelilingi poros buah. Jumlahnya
beragam, yaitu 20-50 butir per buah.Jika dipotong melintang, tampak
bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian
pangkalnya menempel pada poros lembaga (embryo axis).Warna kotiledon
putih untuk tipe criollo dan unggu untuk tipe forestero. Biji dibungkus oleh
daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam manis dan diduga
mengandung zat penghambat perkecambahan (karmawati, dkk, 2010).
3. Kandungan kimia tumbuhan
Biji coklat memiliki kandungan polifenol. Senyawa polifenol dalam biji
coklat yaitu flavonoid, katekin, prosianidin, antosianin dan tannin
kompleks (spillane, 1995). Warna unggu dari biji coklat disebabkan
adanya pigmen antosianin golongan pelargonidin yang merupakan turunan
senyawa flavonoid.Antosianin memiliki berbagai manfaat, salah satu
diantaranya sebagai pewarna alami yang dapat mengantikan bahan
pewarna sintetik (Risnawati, Nazliniwaty, Purba, 2012).
Kestabilan antosianin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH,
suhu, cahaya, oksigen dan kopigmentasi ( Armanzah dan Hendrawati,
2016: 19)
a. Transformasi struktur dan pH
Pada umumnya penambahan hidroksilasi menurnkan stabilitas,
sedangkan penambahan metilasi meningkatkan stabilitas.Faktor pH tidak
hanya mempengaruhi warna antosianin tetapi juga mempengaruhi
stabilitasnya. Antosianin akan lebih stabil dalam larutan asam jika
dibandingkan dengan larutan alkali. Dalam medium cair kemungkinan
antosianin dalam empat bentuk struktur yang tergantung pada pH.
Diantaranya basa quonidal biru (A), kation flavilium (AH+), basa
karbinol yang tidak berwarna (B), dan khalkon tidak berwarna (B)
(Arthey dan Ashurst, 2001 dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19)
b. Suhu
Pemanasan bersifat “irreversible” dalam mempengaruhi stabilitas pigmen
domana kalkon yang tidak berwarna tidak dapat kembali menjadi kation
flavilium yang berwarna merah.Degradasi antosianin dipengaruhi oleh
temperature.
c. Cahaya
Antosianin tidak stabil dalam larutan netral atau basa dan bahkan dalam
larutan asam warnanya dapat memundar perlahan-lahan akibat terkena
cahaya, sehingga larutan sebaiknya disimpan di tempat gelap dan suhu
dingin ( Herborne, 1996 dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19)
d. Oksigen
Oksidatif mengakibatkan oksigen molekuler pada antosianin.Oksigen dan
suhu nampaknya mempercepat kerusakan antosianin. Stabilitas warna
antosianin selama proses menjadi rusak akibat oksigen (Arthey dan
Ashurst, 2001 dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19).
e. Kopigmentasi
Kopigmen (penggabungan antosianin dengan antosianin atau komponen
organic lainnya) dapat mempercepat atau memperlambat proses
degradasi, tergantung kondisi lingkungan. Bentuk kompleks turun
dengan adanya protein tannin, flavonoid lainnya, dan
polisakarida.Walaupun sebagian komponen tersebut tidak berwarna,
mereka dapat meningkatkan penyerapan warna antosianin dengan
pergeseran batokromik, dan meningkatkan penyerapan warna pada
panjang gelombang penyerapan warna maksimum. Kompleks ini
cenderung menstabilkan selama proses dan penyimpanan (Fennema,
1996 dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19).

G. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari berbagai
tanaman obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat
dalam bagian tanaman obat tersebut dengan menggunakan pelarut tertentu
(Marjoni, 2016: 15 ). Ekstrak adalah suatu produk hesil pengambilan zat aktif
melalui proses ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan
diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat (Marjoni,
2016:23).
Gambar 2.6 Metode Ekstraksi
Sumber :http://mutiara-mulhidin.blogspot.com/p/chemistry.html

Maserasi berasal dari kata “macerate” yang berarti merendam, sehingga


maserasi dapat diartikan sebagai suatu sediaan cair yang dibuat dengan cara
merendam bahan nabati menggunakan pelarut bukan air atau pelarut setengah
air seperti etanol encer selama waktu tertentu pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya. Cara ektraksi ini merupakan cara yang sangat
sederhana (Marjoni, 2016:39).
Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif
berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like).
Dalam proses maserasi, pelarut yang digunakan akan menembus dinding sel
dan kemudian masuk ke dalam sel tanaman yang penuh dengan zat aktif
kemudian zat aktif pun akan terlarut. Pelarut yang berada didalam sel
mengandung zat aktif sementara pelarut yang diluar sel belum terisi zat aktif,
sehingga terjadi ketidakseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan
di luar sel. Perbedaan konsentrasi ini akan mengakibatkan terjadinya difusi,
dimana larutan dengan konsentrasi tinggi terdesak keluar sel diganti dengan
pelarut konsentrasi rendah. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sampai
didapat suatu keseimbangan konsentrasi (Marjoni, 2016:40).
Ekstraksi antosianin dari tumbuhan segar adalah dengan menghancurkan
bagian tumbuhan tersebut dalam tabung menggunakan sedikit mungkin
metanol yang mengandung HCL pekat 15. Cara lain, jaringan tumbuhan yang
jumlahnya lebih banyak dapat dimaserasi dalam pelarut yang mengandung
asam, lalu maserat disaring. Ekstrak kemudian dipekatkan pada tekanan

rendah dan pada suhu 35oC-40oC sampai volumenya mejadi kira-kira


seperlima volume ekstrak asal (Harbone, 1987:80).

H. Formulasi Sediaan Eye Shadow Compact powder


Beberapa formula dari sediaan eye shadow diantaranya adalah :

1. Formula eye shadow menurut Formularium Kosmetika Indonesia


(2012:80)
Talc ad 100
Mica 15,0
Sericite 5,0
Pigment 15,0
Pearly pigment 10,0
Pengawet q.s
Minyak mineral 6,0
Dimetikon 2,0
Sorbital seskuioleat 2,0
BHA/BHT/Tocopherol q.s
Pewangi q.s

2. Formula eye shadow menurut Nater, dalam Wasitaatmadja, (1997:135)


Titanium oksida 0,50
Warna 10,0-30,0
Zinc stearat 0,70
Mg karbonat 0,10
Isopropil lanolat 0,50
Talcum 40,0-60,0

3. Formula eye shadow menurut Barel et all, (2001:677)


Talc 4.20
Bismuth oxychloride 10.00
Fumed silica 0.50
Zinc stearate 5.00
Titanium dioxide (and) mica 65.00
Methyl paraben 0.10
Propyl paraben 0.10
Imidazolidinyl urea 0.10
Lanolin alcohol l3.75
Mineral oil 9.75
Isostearyl neopentanoate 1.50

4. Formula eye shadow menurut Dwiwulandari, Darsono dan Wijaya


(2018:5)
Zink stearate 6,0
Isopropil miristat 0,3
Propil paraben 0,02
Metil paraben 0,18
Mika 20
Talkad 73,5

I. Bahan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact powder


1. Zink stearat
Pemerian : Bubuk hidrofobik yang halus, putih tebal dengan
bau khas yang samar
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, alkohol, dan eter;
larut dalam benzene
Kegunaan : zat perekat bahan (Wade & Paul, 1994 : 569).
2. Isopropil miristat
Pemerian : cairan yang jernih, tidak berwarna, praktis tidak
berbau dengan rasa lembut
Kelarutan : bercampur dengan aseton, klorofrom, etanol. Etil asetat,
lemak, alcohol berlemak, minyak tetap, hidrokarbon cair,
toluene dan lilin. Praktis tidak larut dalam gliserin,
propilenglikol dan air
Kegunaan : zat pengikat (Wade & Paul, 1994 : 241).
3. Propil paraben
Pemerian : Serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol
(95%) P; dalam 3 bagian aseton P; dalam 140 gliserol
P dan dalam 40
bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida
Kegunaan : Zat pengawet (Depkes RI, 1979:535).
4. Metil paraben
Pemerian : serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti
rasa tebal
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam3,5 bagian etano (95%) P dan dalam 3
bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam
larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P
panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas,
jika didinginkan larutan tetap jernih
Kegunaan : Zat pengawet (Depkes RI, 1979:378)
5. Mika
Pemerian : Serbuk, tidak berwarna, tidak berbau, lembut dan
mengkilap
Kelarutan : tidak larut dalam air, asam encer, pelarut alkali dan
organik
Kegunaan : Zat pengkilat

( https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/muskovite ).
6. Talk
Pemerian : Serbuk halus, sangat halus licin, mudah melekat pada
kulit, bebas dari butiran; warna putih atau putih
kelabu
Kelarutan : Tidak larut hampir dalam semua pelarut
Kegunaan : Zat tambahan/pengisi (Depkes RI, 1979:591).
J. Evaluasi Sediaan Eye Shadow
1. Uji organoleptis
Indra manusia adalah instrumen yang digunakan dalam analisis sensor,
terdiri dari indra penglihatan, pencicipan, perabaan, dan pendengaran.
Proses pengindraan terdiri dari tiga tahap, yaitu adanya rangsangan
terhadap indra oleh suatu benda, akan diteruskan oleh saraf-saraf dan
datanya di proses oleh otak sehingga kita memperleh kesan tertentu
terhadap benda tersebut (Setyaningsih dkk, 2010:7).
a. Penglihatan
Penilaian kualitas sensori prduk bisa dilakukan dengan melihat bentuk,
ukuran, kejernihan, kekeruhan, warna, dan sifat-sifat permukaan
(Setyaningsih dkk, 2010:8).
b. Penciuman
Bau dan aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk di
klasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu
besar.Penciuman dapat dilakukan terhadap produk secara langsung
(Setyaningsih dkk, 2010:9)
c. Perabaan
Indra peraba terdapat pada hampir semua permukaan tubuh, beberapa
bagian seperti rongga mulut, bibir, dan tangan lebih peka terhadap
sentuhan.Untuk menilai suatu tekstur suatu produk dapat dilakukan
perabaan dengan menggunakan ujung jari tangan (Setyaningsih dkk,
2010:11).

2. Uji homogenitas
Dispersi warna diuji dengan meyebarkan serbuk pada permukaan kertas
berwarna putih dan diuji pada kaca pembesar. Tidak boleh ditemukan
adanya lapisan warna atau ketidaksempurnaan pada disperse Eye Shadow
tipe compact powderyang menyebabkan pulverasi (penyerbukan) yang
tidakmerata (Butler, 2000:194).
3. Uji efektivitas (oles)
Uji oles dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula dengan cara
dioleskan sampai memberikan warna pada punggung telapak tangan.
Sediaan dioleskan menggunakan aplikator eye shadow yang mempunyai
ujung spons kemudian dibandingkan dengan sediaan eye shadow yang
beredar. Amati warna yang dihasilkan dan apakah sediaan dapat disapukan
oleh aplikator serta mudah dioles pada kulit (Keihler, 1956 dalam Harahap
& Sari,2018).
4. Uji kekerasan
Langkah yang baik dilakukan uji keretakan terhadap sediaan eye shadow
tipe compact powder dengan menjatuhkan pada permukaan kayu 3 kali
pada ketinggian 8-10 inci karena sediaan eye shadow tipe compact powder
memiliki kecenderugan mudah pecah. Jika cake yang dihasilkan tidak
rusak, mengindikasikan bahwa kekompakan lulus uji dan dapat disimpan
tanpa menghasilkan hal-hal yang tidak memuaskan (Butler, 2000:195).
5. Uji kesukaan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik.Panelis diminta tanggapan
pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan).Mereka juga
mengemukakan tingkat kesukaannya.Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut
skala hedonik. Tingkatan

J. Kerangka Teori
Sediaan Kosmetik

Eye shadow padat/compact


power

(Muliyawan & Suriana,2013)

Pewarna alami Pewarna sintesis

1. bunga kecombrang
2. buah syzygium
1. Merah jambu,merah jambu tua
2. Merah muda, merah kecoklatan
3. Merah muda, merah, merah tua

Biji coklat (theobroma Formula Eys shadow menurut


cacao L) mengandung Dwiwulandari, Darsono dan Wijaya
(2018:5) :
antosianin golongan
Zink stearat 6,0
pelargonidin yang Isopropil miristat 0,3
merupakan senyawa Propel paraben 0,02
flavonoidyang Metal paraben 0,18
memberikan warna Mika 20
Talk 73,5
merah muda, merah,
merah tua yang dapat
dijadikan sebagai
pewarna alami Eye shadow menggunakan ekstrak biji
coklat (Theobroma cacao L) 0%, 10%,
(Risnawati,Nazliniwaty, 20%, dan 30%
Purba, 2012

Evalusi eye shadow tipe compact power :


1. Uji organoleptis (setyaningsih dkk,
2010:7-11)
2. uji homogenitas (butler, 2000: 194)
3. uji efektivitas (keihler, 1956)
4. uji kekerasan (butler, 200:195)
5. uji kesukaan (setyaningsih dkk,
2010:59
6. uji stabilitas (harahap & sari, 2018)
7. uji bebas partikel asing (SNI,1998)
8. uji iritasi (harahap & sari, 2018)

K. Kerangka Konsep

Ekstrak biji coklat (Theobroma Evaluasi Eys Shadow


cacao L) dengan konsentrasi 0%,
10%, 20%, dan 30% sebagai Tipe Compact Power
pewarna yang dapat memberikan
1. Uji organoleptis
warma merah mudah, merah,
(setyaningsih dkk, 2010 : 7-11)
merah tua dalam formulasi eys
2. Uji homogenitas
shadow compact power
(Butler, 2000 : 194)
3. Uji oles (Keihler, 1956)
4. Uji kekerasan
(Butler, 2000 : 195)
5. Uji kesukaan
M. Definisi Operasional
Tabel 2.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


Penelitian Ukur
1 Ekstrak biji Ekstrak kental Menimban Neraca Nilai bobot Rasio
coklat diformulasikan g analitik gram
(Theobrom ke dalam Eye
a cacao L) shadow tipe
compact
power ekstrak
biji coklat
(Theobroma
cacao L)
dengan
konsentrasi
0%,10%,20%,
dan 30%

2 Uji
Organoleptik Penilaian Observasi Checkli 1. Putih Nominal
a. Warna Visual panelis st 2. Merah
terhadap Eye muda
shadow tipe 3. Merah
compact 4. Merah tua
power ekstrak
biji coklat
(Theobroma
cacao L)
dengan
konsentrasi
0%,10%,20%,
dan 30%

b. Aroma Sensasi aroma Observasi Checkli 1. Bau yang Nominal


panelis melalui st kuat
indra 2. Bau yang
penciuman lemah
terhadap bau 3. Tidak
yang kuat atau berbau
bau yang
lemah dari
formulasi Eye
shadow tipe
compact
power ekstrak
biji coklat
(Theobroma
cacao L)
dengan
konsentrasi
0%,10%,20%,
dan 30%

c. Tekstur Bentuk yang Observasi Checkli 1. Halus Nominal


dirasakan st 2. kasar
panelis saat
diaplikasikan
ke jari
terhadap
formulasi Eye
shadow tipe
compact
power ekstrak
biji coklat
(Theobroma
cacao L)
dengan
konsentrasi
0%,10%,20%,
dan 30%
3 Uji Penampilan Observasi Checkli 1. Homogen Ordinal
Homogenitas sususnan terhadap st 2. Tidak
partikel Eye sediaan Eye homogen
shadow tipe shadow tipe
compact compact
power ekstrak power
biji coklat dengan
(Theobroma menyebark
cacao L) an serbuk
dengan pada
konsentrasi permukaan
0%,10%,20%, kertas
dan 30% yang berwarna
diamati pada putih, uji
kaca objek pada kaca
terdispersi pembesar
merata atau dilihat tidak
tidak ada warna
yang tidak
merata

4 Efektivitas Pemeriksaan Observasi checklis 1. tidak Ordinal


(Oles) pelepasan zat yang t baik
warna terhadap dilakukan 2. baik
kulit panelis oanelis
pada formulasi mengoleska
Eye shadow n formulasi
tipe compact Eye
power ekstrak shadow tipe
biji coklat compact
(Theobroma power pada
cacao L) kulit
dengan ounggung
konsentrasi tangan
0%,10%,20%, menggunak
dan 30% an aplikator

5 Kekerasaan Pemeriksaan Observasi Checkli 1. tidak Ordinal


sediaan Eye yang st pecah
shadow tipe dilakukan 2. pecah
compact dengan
power ekstrak menjatuhka
biji coklat n sediaan
(Theobroma Eye
cacao L) shadow tipe
dengan compact
konsentrasi power pada
0%,10%,20%, permukaan
dan 30% kayu 3 kali
memiliki pada
kencenderunga ketinggian
n mudah pecah 8-10 inci
atau tidak
6 Kesukaan Penilaian Menilai Checkli 1. sanga Ordinal
terhadap suka sediaan st t suka
atau tudaknya Eye 2. suka
fpemulasi shadow tipe 3. tidak
sediaan Eye compact suka
shadow tipe power yang
compact dilakukan
power yang oleh 15
sudah orang
memenuhi
syarat evaluasi
Eye shadow
terhadap
panelis

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental.Penelitian ini
bertujuan menggetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat
dari adanya perlakukan tertentu. Penelitian eksprimen adalah untuk
menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara
mengadakan intervensi atau mengenakan perlakuan kepada satu atau lebih
kelompok eksprimen dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakukan
(notoatmodjo, 2010 : 50).
Penelitian ini dilakukan dengan merancang, membuat formulasi, dan
mengevaluasi sediaan. Membuat formulasi sediaan eye shadow tipe compact
power dengan ekstrak biji boklat (Theobroma cacao L) dengan variasi
konsentrasi ekstrak 0%, 10%, 20%,dan 30% serta menganalisa sifat
organoleptis, homogenitas, efektivitas, kekerasaan dan uji kesukaan.

B. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah formulasi dan pembuatan eye shadow tipe
compact power ekstrak biji coklat (Theobroma cacao L).formulasi tersebut
dibuat dalam 7 variasi konsentrasi yaitu 0%, 10%, 20%,dan 30%

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret-Mei 2021 di Laboratorium
Farmasetika dan Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang serta Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia
Universitas Lampung.

D. Alat dan Bahan


1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, kaca
arloji, kertas perkamen, mortir dan stemper, rotary evaporator, corong,
batang pengaduk, beaker glass, waterbath, gelas ukur, kertas saring, sudip,
spatula dan wadah eye shadow tipe compact powder.
2. Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar ungu.
Bahan kimia yang digunakan antara lain : talk, zink stearat, isopropil
miristat, propil paraben, metil paraben dan mika, etanol 96%, asam asetat
dan aquadest.

E. Prosedur Kerja Penelitian


1. Identifikasi Tanaman
Identifikasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui
kebenaran sampel ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.).
2. Pembuatan serbuk simplisia biji coklat
a. Dipilih buah coklat yang telah masak berwarna kuning
b. Diambil biji coklat dan dicuci bersih menggunakan alir mengalir
c. Diletakkan biji coklat diatas nampan kemudian dikeringkan dibawah
sinar matahari
d. Dilakukan sortasi kering pada simplisia biji coklat
e. Dihaluskan biji coklat dengan cara menumbuk atau menggunakan
blender hingga halus
f. Biji coklat yang telah halus diayak menggunakan ayakan
3. Pembuatan ekstrak biji coklat
a. Ditimbang serbuk simplisia biji coklat sebanyak 3 kg pada neraca
analitik, masukkan ke dalam bawah
b. Ditambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 4,5 L yang telah dicampur
dengan 90 gram asam sitrat.
c. Ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, di tempat yang terlindung cahaya
sambil sesekali diaduk tiap 24 jam.
d. Setelah 5 hari, ampas disaring dengan kertas saring sehingga didapatkan
filtrat pigmen dan ampasnya.
e. Direndam kembali ampasnya dengan pelarut etanol 96% sebanyak 1,5 L
yang telah ditambah 30 gram asam sitrat selama 2 hari sambil diaduk tiap 24
jam.
f. Setelah 2 hari, disaring kembali hasil maserasi lalu campurkan hasil filtrat
yang petama dengan yang kedua.
g. Filtrat pigmen yang didapat lalu diuapkan dengan rotary evaporator dengan
suhu 50oC.
h. Dilakukan pemekatan ekstrak dengan menggunakan waterbath hingga
menjadi ekstrak kental dengan berat konstan.
4. Identifikasi Kandungan Antosianin (Armanzah dan Hendrawati, 2016)
Uji identifikasi antosianin secara kualitatif dilakukan menggunakan
filtrate yang didapat sebelum dan sesudah dilakukan penguapan dengan cara
a. Ambil filtrat sebanyak 1 ml hasil dari ekstraksi
b. Ditambahkan 2 tetes NaOH 10% dilihat perubahan warnanya
c. Kemudian ditambahkan HCL pekat sebanyak 2 tetes lihat warnanya
Sampel positif mengadung zat antosianin jika setealah ditetesi NaOH
10% warna berubah menjadi hijau dan setelah ditetesi HCL pekat warnanya
berubah menjadi merah.
5. Formulasi yang digunakan
Tabel 3.1 Formula Eye Shadow tipe Compact powder dengan Ekstrak biji
coklat (Theobroma cacao L) dalam (%)
komponen fungsi Formulasi
F0 F1 F2 F3
Ekstrak biji coklat Pewarna - 10 20 30
Zink stearat Perekat 6,0 6,0 6,0 6,0
Isopropil miristat Pengikat 0,3 0,3 0,3 0,3
Propil paraben Pengawet 0,02 0,02 0,02 0,02
Metil paraben Pengawet 0,18 0,18 0,18 0,18
Mika Pengkilat 20 20 20 20
Talk pengisi 73,5 63,5 53,5 43,5

Keterangan :
Formula 0 : Formula Eye Shadow tipe compact powder
menurut Dwiwulandari, Darsono dan
Wijaya (2018:5)
Formula 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 10%

Formula 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 20%

Formula 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 30%


Tabel 3.2 Formula Eye Shadow tipe Compact powder dengan Ekstrak biji coklat
(Theobroma cacao L.) dalam 5 gram

komponen fungsi Formulasi


F0 F1 F2 F3
Ekstrak biji coklat Pewarna - 0,5 1 1,5
Zink stearat Perekat 0,3 0,3 0,3 0,3
Isopropil miristat Pengikat 0,015 0,015 0,015 0,015
Propil paraben Pengawet 0,001 0,001 0,001 0,001
Metil paraben Pengawet 0,009 0,009 0,009 0,009
Mika Pengkilat 1 1 1 1
Talk pengisi 3,675 3,175 2,675 2,175

Keterangan :
Formula 0 : Formula Eye Shadow tipe compact powder tanpa ekstrak
Formula 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 10%
Formula 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 20%
Formula 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 30%
6. Pembuatan Eye Shadow tipe compact powder
a. Ditimbang masing-masing bahan sesuai formulasi.
b. Campurkan bahan-bahan serbuk seperti talk, zink stearat, mika, propil
paraben dan metil paraben, gerus hingga halus dan homogen (massa I).
c. Ambil ekstrak kental biji coklat, kemudin tambahkan isopropil miristat,
campurkan hingga homogen (massa II).
d. Setelah massa II sudah homogen tambahkan pada massa I secara perlahan-
lahan kemudian gerus hingga semua bahan tercampur merata.
e. Setelah homogen lalu diayak menggunakan mesh 100.
f. Kemudian masukan sediaan kedalam wadah dan padatkan.
7. Pengulangan
Pengulangan pada eksperimen ini (Hanafiah, 2001:9) :

(t – 1)(r 1) ≥5
(7 – 1)(r – 1) ≥15
7r – 7 ≥ 15
r ≥3,14≈4
keterangan :t = jumlah perlakuan
r = jumlah pengulangan

Pada penelitian ini dilakukan 5 (lima) perlakuan yaitu F1, F2, F3, dan F0
sebagai kontrol pembanding dengan 4 kali pengulangan.

F. Evaluasi Sediaan Eye Shadow Tipe Compact powder


a. Uji organoleptis
Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara visual penampilan
fisik dari sediaan yang dibuat.Pengujian organoleptis dilakukan dengan
mengamati sediaan dari tekstur, warna dan bau sediaan menggunakan
pancaindra. Uji ini dilakukan oleh 15 panelis, data yang diperoleh
dimasukkan ke dalam tabel (Setyaningsih dkk, 2010 : 7-11).
b. Uji homogenitas
Dispersi warna diuji dengan meyebarkan serbuk pada permukaan kertas
berwarna putih dan diuji pada kaca pembesar.Pengujian ini dilakukan untuk
melihat apakah warna pada Eye Shadow terdispersi secara merata atau tidak.
Kemudian data dimasukkan kedalam tabel dengan memberi kode
1=homogen dan 2=tidak homogen (Butler, 2000 : 194).
c. Uji efektivitas
Uji efektivitas (uji oles) dilakukan terhadap sediaan masing-masing
formula dengan cara dioleskan sampai memberikan warna pada punggung
telapak tangan dan diamati warnanya. Persyaratan uji ini adalah sediaan
dapat disapukan oleh aplikator
F. Alur Penelitian

Perizinan penelitian Pengajuan izin penelitian di Lab. Farmakognosi &


Farmasetika Politeknik Kesehatan Tanjung Karang, dan
Laboratorium Kimia Unila

Sampel biji coklat disiapkan dan diidentifikasi di Lab


Persiapan sampel
farmakognosi Poltekkes-Tjk.

Ekstraksi Dilakukan teknik penyarian meserasi biji coklat (theobroma


cacao L) menggunakan pelarut etanol 96% : asam asetat : air
(25:1:5) dengan perbandingan bahan dan pelarut 1:2

b. Ditimbang masing-masing bahan sesuai formulasi.


c. Campurkan bahan-bahan serbuk dalam 1 mortir
hingga homogen (massa I).
d. Ekstrak kental ubi ungu tambahkan isopropil miristat
Pembuatan Eye Shadow
tipe compact power

Pengujian Eye shadow


tipe compact power

Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil uji
organoleptis, uji homogenitas, uji efektivitas, uji
kekerasan dan uji kesukaan.

Analisa data Data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan


analisa univariat

G. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini dilakukan uji organoleptis, homogenitas, efektivitas,
kekerasan dan uji kesukaan.Untuk uji kekerasan dan homogenitas dilakukan
oleh peneliti, sedangkan untuk uji organoleptis, efektivitas dan uji kesukaan
dilakukan oleh panelis.Pada pengujian ini teknik pengumpulan data dilakukan
dengan metode checklist. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk uji
homogenitas dan kekerasan dan mengumpulkan 15 orang panelis untuk uji
organoleptis, uji efektifitas dan uji kesukaan

I. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
a. Editing
Pengecekan kembali data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Pengecekan
dilakukan terhadap semua lembar pengujian yang meliputi, organoleptis,
homogenitas, efektivitas (oles), kekerasan serta kesukaan dengan memeriksa
kelengkapan data untuk diproses lebih lanjut (Notoatmodjo, 2010 : 176).
b. Coding
Setelah data diedit, dilakukan pengkodean yakni merubah bentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka / bilangan yang dimaksudkan untuk
memudahkan dalam melakukan analisis. Seperti data organoleptis warna
dilakukan pengkodean yaitu 1=putih, 2=Putih keunguan, 3=ungu muda,
4=ungu, dan 5=Ungu tua (Notoatmodjo, 2010 : 177).
c. Entrying
Data-data yang telah selesai di editing dan coding selanjutnya dimasukkan
ke dalam program komputer untuk dianalisis. Data dimasukkan kedalam
program komputer pengolah tabel dan data disesuaikan dengan kode yang
sudah diberikan untuk masing-masing evaluasi seperti organoleptis,
homogenitas, efektivitas (oles) , kekerasan, dan kesukaan lalu dianalisis
untuk mendapatkan persentase (Notoatmodjo, 2010 : 177).
d. Tabulasi
Setelah data dianalisis, hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel dan
grafik. Data pada program komputer pengolah tabel dan data dibuat dalam
bentuk tabel agar mempermudah dalam menganalisis dan disajikan dalam
bentuk grafik agar lebih mudah dalam pemahaman (Notoatmodjo, 2010 :
179).

Anda mungkin juga menyukai