Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Penginderaan Jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang
dikaji. Penginderaan jauh juga dapat diartikan sebagai teknik yang dikembangkan
untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus
berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan
bumi (Lillesand dan Kiefer, 1979).

Penginderaan jauh atau biasa disebut inderaja didefinisikan sebagai proses perolehan
informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan
obyek tersebut. Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan pengukuran berbagai
perubahan yang terdapat pada lahan dimana obyek berada. Proses tersebut dilakukan
dengan cara perabaan atau perekaman energi yang dipantulkan atau dipancarkan,
memproses, menganalisa dan menerapkan informasi tersebut. Informasi secara
potensial tertangkap pada suatu ketinggian melalui energi yang terbangun dari
permukaan bumi, yang secara detil didapatkan dari variasi-variasi spasial, spektral
dan temporal lahan tersebut (Landgrebe, 2003).

Penginderaan jauh berkembang dalam bentuk pemrotretan muka bumi melalui


wahana pesawat terbang yang menghasilkan foto udara dan bentuk penginderaan jauh
berteknologi satelit yang mendasarkan pada konsep gelombang
elektromagnetis. Dalam perkembangannya saat ini, dengan adanya teknologi satelit
berresolusi tinggi, pengenalan sifat fisik dan bentuk obyek dipermukaan bumi secara
individual juga dapat dilakukan (Liang, 2004). Oleh karena itu, dilakukanlah
praktikum penginderaan jauh dengan tujuan untuk mengetahui cara menginterpretasi
foto udara kemudian menyesuaikannya dengan kondisi sebenarnya dilapangan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui proses atau tahapan dalam penginderaan jauh.
2. Mengetahui perbedaan obyek titik dan polygon.
3. Menyesuikan obyek yang ada dicitra foto dengan obyek dilapangan.
CEK LAPANG TITIK DAN POLYGON PENGINDERAAN JAUH DAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DARI CITRA FOTO
BANDAR LAMPUNG
(Laporan Praktikum Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh)

Oleh

Kelompok 5
Bagas Sadewa 1514121132
M. Bayu Iswahyudi 1603015016
Romando Lumbanraja 1514121187
Yanricho Harja 1514121150
Andin Alvimaigawati 1514121210

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
II. ISI

2.1 Tinjauan Pustaka

Pengumpulan data penginderaan jauh dilakukan dengan menggunakan alat


pengindera atau alat pengumpul data yang disebut sensor. Data penginderaan jauh
dapat berupa citra, grafik, dan data numerik. Proses penerjemahan data menjadi
informasi disebut analisis atau interpretasi data dan analisis data penginderaan jauh
memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik, dan data lapangan.
Keseluruhan proses mulai dari pengambilan data, analisis data hingga penggunaan
data disebut Sistem Penginderaan Jauh. Citra penginderaan jauh merupakan
gambaran yang menyerupai wujud asli dari objek yang direkam. Identifikasi objek di
lapangan melalui citra dapat dilakukan dengan intepretasi atau penafsiran citra
penginderaan jauh, agar dapat menilai arti penting nya objek tersebut
(Purwadhi, 2001).

Kualitas objek yang terekam pada citra bergantung pada resolusi citra tersebut.
Secara umum kesan warna yang tampak pada citra adalah warna merah terang, hijau
terang, kuning terang dan warna coklat terang. Citra (image) adalah gambar pada
bidang dua-dimensi, maka sebuah citra merupakan dimensi spasi alat atau bidang
yang berisi informasi warna yang tidak bergantung waktu. Di tinjau dari sudut
pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) atas intensitas cahaya
pada bidang dua dimensi. Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan
kembali seluruh atau sebagian berkas cahaya kemudian ditangkap oleh alat optis
ataue lektro-optis (Danoedoro, 2012).
Citra merupakan salah satu dari beragam hasil proses penginderaan jauh. Citra juga
merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya.

Jenis-jenis citra antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Citra Foto

Merupakan gambaran suatu gejala dipermukaan bumi sebagai hasil pemotretan atau
perekaman menggunakan kamera dengan mempergunakan beragam bentuk sensor
kamera yang dilakukan melalui dasar-dasar persiapan yang matang sehingga sumber
asli dan hasil gambarannya tidak bisa dibedakan.

2. Citra Non Foto

Citra non foto merupakan hasil perekaman objek penelitian yang dilakukan melalui
sensor elektromagnetik dengan lebih identik dengan karakteristiknya yang condong
pada bagian luar angkasa (udara) (Danoedoro, 2012).

Ortofoto merupakan foto udara yang telah dilakukan rektifikasi sehingga


menghasilkan gambar dengan objek yang tegak. Objek yang miring karena sudut
pengambilan gambar akan dikoreksi sehingga foto menjadi tegak. Misalkan gedung
tinggi yang terlihat rebah karena kemiringan pengambilan gambar, akan terlihat
hanya atapnya saja, sehingga kaurasi foto udara akan lebih teliti (Prahasta, 2001).

Mozaik foto udara merupakan gabungan dari dua atau lebih foto udara yang saling
bertampalan sehingga terbentuk paduan gambar yang berkesinambungan dan
menampilkan daerah yang lebih luas. Penggabungan dilakukan dengan memotong
dan menyambungkan bagian-bagian foto yang overlap atau sidelap. Mozaik foot
udara umumnya dirakit dari foto udara vertikal, namun kadang-kadang juga dirakit
dari foto miring atau foto terestris. Jika dibuat dengan baik, akan memperlihatkan
penampilan seperti suatu foto tunggal yang sangat besar.
Overlap merupakan besar nilai pertampalan antara foto atau citra yang satu dengan
yang lainnya. Besar nilai overlap dapat diketahui dengan membagi daerah
pertampalan dengan panjang keseluruhan foto atau citra dikali 100%. Sidelap
merupakan besar nilai pertampalan pada dua atau lebih citra atau foto yang berbeda
jalur terbangnya. Besar nilai sidelap dapat diketahui dengan membgai daerah
sampingan pertampalan dengan panjang sampingan foto atau citra dikali 100%
(Martha, 2011).

2.2 Metode Penginderaan Jauh


2.3 Hasil dan Pembahasan

2.3.1 Hasil

Pada praktikum penginderaan jauh dilakukan 4 pengambilan sampel obyek yaitu 2


obyek berupa titik dan 2 sampel obyek berupa polygon. Berdasarkan cek lapang
yang telah dilakukan, didapatkan hasil pada tabel sebagai berikut:

No Jenis Obyek Obyek Lapang Koordinat (UTM)


1. Titik Giant Express Kedamaian S: 50 24’ 44”
Bandar Lampung E: 1050 16’ 36”
Altitude: 261 m
Luas: 1.748 m2
GBI Bethany Fresh Anointing S: 50 24’ 45”
Lampung E: 1050 16’ 35”
Altitude: 300 m
Luas: 734 m2
2. Polygon Lahan Sawah S: 50 24’ 35”
E: 1050 16’ 53”
Altitude: 500 m
Luas: 94.518 m2
Perumahan Kedamaian Indah S: 50 24’ 45”
E: 1050 16’ 34”
Altitude: 1000 m
Luas: 144.363 m2
2.3.2 Pembahasan

Berdasarkan daerah efektif yang telah dibuat, didapatkan 2 sampel obyek titik yang
telah dilakukan cek dilapangan yaitu Supermarket Giant Express dan Gedung GBI
Bethany Fresh Anointing, kemudian didapatkan juga 2 sampel obyek berbentuk
polygon yaitu Petakan lahan persawahan dan Perumahan Kedamaian Indah. Semua
obyek yang diamati terletak di daerah Kedamaian, Bandar Lampung, Lampung.

Kegiatan lapangan dilakukan untuk melihat dan melakukan uji akurasi dari hasil
interpretasi citra penginderaan jauh terhadap sampel di lapangan. Berdasarkan hasil
survey lapangan terdapat perbedaan antara citra foto yang diamati dengan keadaan
sebenarnya saat cek lapang, obyek titik yaitu gedung Giant Express dan Gedung GBI
Bethany Fresh Anointing pada citra foto itu belum terlihat adanya bangunan tersebut,
hanya terdapat sebuah areal lahan kosong, namun, setelah melakukan cek lapangan di
areal tersebut sudah berdiri kedua obyek bangunan tersebut. Selanjutnya, untuk
obyek polygon yang diamati tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara obyek
pada citra dengan obyek sebenarnya saat dilakukan cek lapang.
Untuk didapatkan mosaik dapat dilakukan dengan pengambilan foto udara dengan
beberapa bentuk citra foto. Citra foto yang telah didapatkan kemudian
diinterpretasikan dengan menggunakan 9 unsur, yaitu sebagai berikut:

1. Rona dan Warna

Rona merukapan tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada foto. Sedangkan warna
merupakan wujud nyata yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum
sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rona yaitu

a. Karakteristik objeknya sendiri


b. Bahan yang digunakan
c. Pemrosesan emulsi
d. Cuaca
e. Letak objek permukaan bumi

2. Bentuk

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memeriksa konfigurasi atau kerangka


suatu objek. Contoh pengenalan objek berdasarkan bentuknya yaitu bangunan pada
umunya berbentuk huruf I, L, U, atau berbentuk persegi panjang.
3. Ukuran

Ukuran merupakan atribut objek yang antara yang antara lain berupa jarak, luas,
tinggi, lereng, dan volume.

Contoh ukuran berdasarkan turun lapang yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut
4. Tekstur

Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona pada citra foto atau pengulangan rona
kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.

5. Pola

Pola merupakan hubungan susunan spasial objek. Misalnya pola aliran sungai sering
menandai bagi struktur geologi, litologi, dan jenis tanah. Pabrik/industri, beberapa
gedung sering bergabung atau berjajar rapat.

6. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap.
Contoh pengenalan objek berdasarkan bayangan yaitu sebagai berikut cerobong asap
dipasang tinggi akan lebih tampak dari bayangan. Lereng terjal tampak lebih jelas
dengan adanya bayangan.

7. Situs
Situs atau lokasi hubungannya dengan objek yang lain dapat sangat berguna
membantu pengenalan objek. Contoh pengenalan objek berdasarkan situs antara lain
situs pemukiman memanjang pada umumnya sepanjang tepi jalan.

8. Asosiasi

Asosiasi merupakan keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya.
Contohnya yaitu stasiun kereta api berasosiasi dengan rel kereta api yang jumlahnya
lebih dari satu.

9. Konvergensi Bukti

Konvergensi bukti merupakan penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga


lingkupnya menjadi semakin menyempit ke aras satu kesimpulan tertentu.
III. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum adalah sebagai berikut.


DAFTAR PUSTAKA

Danoedoro, P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Penerbit Andi.


Yogyakarta.

Lillesand dan Kiefer. 1979. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. UGM Press.
Yogyakarta

Martha, Sukendra et al. (2011). Kamus Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Sekolah


Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Prahasta, Eddy. 2001. Konsep – Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi. Bandung :
Informatika. Bandung.

Purwadhi, F. 2001. Interpretasi Citra Digital. PT Gramedia Pustaka. Jakarta.

Landgrebe, D. A. 2003. Signal Theory Methods In Multispectral Remote Sensing.


John Willey & Sons Inc. New Jersey.

Liang, S. 2004. Quantitative Remote Sensing of Land Surface. John Willey & Sons
Inc. New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai