Anda di halaman 1dari 9

PENGENDALIAN HAYATI DENGAN TRICHODERMA

( laporan praktikum bioekologi penyakit tumbuhan )

Oleh

Andri agasy
1214121202

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengendalian hama secara konvensional ternyata dapat menimbulkan masalah


antara lain resurjensi, resistensi, timbulnya hama sekunder, residu pada hasil
pertanian, pencemaran lingkungan, dan kesehatan. Kemudian muncul konsep
pengendalian hama terpadu untuk memperbaharui cara pengendalian diatas.
Penerapan PHT dilakukan dengan pendekatan ekologis agar menghindari dari
residu pestisida yang dapat menyebabkan beberapa masalah. Maupun begitu,
pengendalian hama terpadu ditujukan untuk menekan agar OPT tidak
menyebabkan kerusakan ekonomis dan keberlanjutan produksi.
Untuk terlaksananya penerapan PHT secara menyeluruh dan berkelanjutan, telah
ditetapkan bahwa strategi operasional PHT adalah dengan mengutamakan peran
lingkungan sebagai faktor pengendali alamiah dan memprioritaskan pemanfaatan
dan pelestarian musuh alami. Seharusnya kita tidak ragu-ragu untuk menempatkan
pengendalian hayati sebagai komponen utama PHT. Dengan demikian kita akan
lebih peduli pada keberadaan dan kelestarian Agens Hayati.
Potensi jamur Trichoderma sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif
terhadap serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur tersebut semakin
luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Disamping karakternya sebagai antagonis diketahui pula bahwa
Trichoderma,sp. Juga berfungsi sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk
organik. Penggunaan jamur Trichoderma secara luas dalam usaha pengendalian
OPT perlu disebarluaskan lebih lanjut agar petani-petani Indonesia dapat
memproduksi jamur Trichoderma secara mandiri. Trichoderma mudah didapatkan
dari alam dan mudah juga diperbanyak. Media untuk memperbanyak Trichoderma
yaitu menggunakan media beras, sekam, jagung dan bekatul. Oleh karena itu,
dilakukan praktikum ini untuk mengetahui cara perbanyakan Trichoderma sebagai
agensia hayati untuk pengendalian penyakit tumbuhan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui teknik pengujian kemampuan agensial hayati untuk menghambat
pertumbuhan patogen tanaman secara in vitro sebelum aplikasi lapang
II. METODELOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalat cawan petri,jarum ose,bor
gabus,Bunsen,dan laminar air flow sedangkan bahan yang digukan pada
praktikum ini adalah bikan murni jamur Colletotricum capsici,bikan murni
Trichoderma spp,media PDA dan Alkohol 70%

2.2 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Disipakan cawan petri steril yang berisi media PDAbikan murni
2. Diletakan potongan bor gabus biakan murni C.capsici 3 cm dari pinggir petri
dan potongan bor gabus biakan murni Trichoderma spp 3 cm dari pinggir petri
yang beralawanan dengan potongan bor gabus bioakan murni C.capsici
3. Diukur jari-jari koloni jamur C.capsici yang menuju dan yang menjahui kologi
jamur Trichoderma spp,3 hari sekali selama 2 minggu
4. Dihitung persentase penghambatan jamur Trichoderma spp dengan

r 1−r 2
menggunakan rumus:persentse daerah penghabatan= X 100 %.
r1
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

NO Gambar Keterangan
1

3.2 Pembahasan

Trichoderma spp. diklasifikasikan dalam Kingdom Plantae,Devisio


Amastigomycota,Class Deutromycetes,Ordo Moniliales, Famili
Moniliaceae,Genus Trichoderma, Spesies Trichoderma spp.. Cendawan marga
Trichoderma terdapat lima jenis yang mempuyai kemampuan untuk
mengendalikan beberapa patogen yaitu Trichorderma harzianum, Trichorderma
koningii, Trichorderma viride, Trichoderma hamatum dan Trichoderma
polysporum. koningii, Trichorderma viride, Trichoderma hamatum dan
Trichoderma polysporum.
Trichoderma spp. memiliki konidiofor bercabang – cabang teratur, tidak
membentuk berkas, konidium jorong, bersel satu, dalam kelompokkelompok kecil
terminal, kelompok konidium berwarna hijau biru. Trichoderma spp. juga
berbentuk oval, dan memiliki sterigma atau phialid tunggal dan berkelompok
(Semangun, 1996).

Trichoderma spp. adalah jenis cendawan yang tersebar luas di tanah, dan
mempunyai sifat mikoparasitik. Mikoparasitik adalah kemampuan untuk menjadi
parasit cendawan lain. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap
jenis-jenis cendawan fitopatogen. Beberapa cendawan fitopatogen penting yang
dapat dikendalikan oleh Trichoderma spp. antara lain : Rhizoctonia solani,
Fusarium spp, Lentinus lepidus, Phytium spp, Botrytis cinerea, Gloeosporium
gloeosporoides, Rigidoporus lignosus dan Sclerotium roflsii yang menyerang
tanaman jagung, kedelai, kentang, tomat, dan kacang buncis, kubis, cucumber,
kapas, kacang tanah, pohon buah- buahan, semak dan tanaman hias ( wahyudi
2002 ).

Contoh hari jamur antagonis selaian Trichoderma spp adalah Gliocladium


sp,konidiofor Gliocladium sp berwarna healin koloninya berwarna hijau muda
dengan mesialia panjang dan halus.
IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1.
DAFTAR PUSTAKA

Semangun, 1996.Ilmu Penykit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Suwahyono dan Wahyudi. 2002. Penyakit-Penyakit Tumbuhan Di Indonesia.


Gadjah University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai