Abstrak
Pengadaan barang dan jasa pemerintah untuk paket pekerjaan dengan nilai di atas
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) harus dilaksanakan dengan berdasarkan suatu
perikatan dalam bentuk Surat Perjanjian (kontrak) antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
dengan Penyedia Barang/Jasa. Bagi penyedia barang/jasa, kontrak merupakan jaminan
bahwa proses pembayaran atas pekerjaan yang telah dilaksanakannya tidak akan mengalami
hambatan. Bagi PPK kontrak
kontrak merupakan
merupakan jam
jaminan
inan bahwa penyelesaian
penyelesaian p
pekerjaan
ekerjaan oleh
penyedia barang/jasa sesuai dengan kesepakatan.
Tujuan dibuatnya
dibuatnya perikatan tertulis dalam
dalam ben
bentuk
tuk kontrak adalah agar masing-
masing-
masing pihak yang mengikatkan diri dalam kontrak mengetahui secara rinci hak dan
kewajibannya serta b berupaya
erupaya maksimal untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dari sudut
pandang majemen risiko setiap kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah pasti
mengandung risiko. Indikator adanya risiko dalam pelaksanaan kontrak tersebut dapat
dilihat dari adanya ketentuan dalam Peraturan Presiden tentang Pengadaan barang dan Jasa
Pemerintah yang membolehkan PPK untuk melakukan pemutusan kontrak secara sepihak
dan/atau mengenakan denda kepada penyedia barang/jasa yang tidak melaksanakan kontrak
sebagaimana mestinya.
Tulisan ini mencoba menguraikan tentang risiko pelaksanaan kontrak dan langkah-
langkah penanganannya.
Pengertian Risiko
Dalam pergaulan masyarakat sehari-hari
sehari-hari kata “risiko” diartikan sebagai akibat dari
suatu perbuatan atau tindakan yang telah dilakukan oleh seseorang. Contohnya ketika
seseorang memanjat pohon dan jatuh maka orang mengatakan bahwa jatuh dari pohon itu
adalah resiko dari pekerjaan memanjat. Contoh lain ketika seorang pejabat tertangkap karena
telah melakukan tindakan korupsi orang mengatakan bahwa tertangkapnya pejabat tersebut
adalah risiko dari perbuatannya melakukan korupsi. Masyarakat pada umumnya hanya
membicarakan risiko ketika akibat dari perbuatan seseorang telah terjadi. Apabila kegiatan
yang dilakukan seseorang telah berakhir dengan baik orang tidak pernah membicarakan risiko
pekerjaan tersebut. Oleh karena itu dalam pengertian sehari-hari di kalangan masyarakat risiko
itu diartikan sebagai akibat dari suatu perbuatan yang telah dilakukan.
Di jajaran pemerintahan, istilah “risiko” diartikan sebagai suatu yang belum terjadi dan
belum tentu terjadi yang kalau hal tersebut terjadi akan berakibat tidak baik terhadap
pencapaian tujuan organisasi. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa setiap kegiatan yang
dilakukan oleh instansi pemerintah pasti memiliki risiko meskipun risiko dimaksud belum
tentu terjadi. Risiko tersebut harus dikelola supaya tidak menyebabkan timbulnya pengaruh
negatif yang akan menghambat terhadap tujuan organisasi pemerintah. Pengelolaan risiko di
lingkungan instansi pemerintah disebut manajemen risiko.
Di lingkungan Kementerian Keuangan penerapan manajemen risiko telah menjadi
suatu kewajiban dan terus dikembangkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor
191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen
Keuangan. Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan nomor 191/191/PMK.09/200
PMK.09/20088 berbunyi:
(1) Setiap unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan harus menerapkan dan
mengembangkan manajemen ri risiko
siko di lingkungan masing-masing.
(2) Penerapan dan pengembangan Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh seluruh unit Eselon II sebagai unit yang memiliki risiko yang
selanjutnya disebut Unit Pemilik Risiko.
(3) Pimpinan unit Eselon II sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan Pemilik
Risiko.
Perihal Kontrak
Dalam pergaulan masyarakat pada umumnya setiap orang tidak mungkin terlepas dari
adanya persetujuan-persetujuan
persetujuan-pe rsetujuan ketika berhubungan dengan orang lain. Akibat dari
persetujuan itu akan timbul hak dan kewajiban pada masing-masing individu. Adakalanya hak
dan kewajiban itu dilaksanakan secara seketika, misalnya dalam peristiwa jual beli hak penjual
untuk memperoleh pembayaran dan memberikan barang kepada pembeli, dan hak pembeli
untuk menerima barang dan kewajibannya untuk membayar kepada penjual timbul secara
bersamaan dalam waktu yang sama dimana hak dan kewajiban tersebut dilaksanakan secara
seketika. Adakalanya pemenuhan hak dan kewajiban tersebut tidak langsung dilaksanakan
pada saat persetujuan itu dibuat, tetapi harus dilaksanakan di masa yang akan datang. Untuk
menjamin dipenuhinya kewajiban di masa yang akan datang maka kesepakatan yang dibuat
pada saat ini perlu dituangkan secara tertulis dalam suatu perjanjian. Dalam pengadaan
barang/jasa perjanjian demikian
demik ian disebut kontrak.
kontrak .
Jika dilihat dari persyaratan kontrak dapat dipastikan bahwa semua kontrak antara
PPK dan penyedia barang jasajasa pemerintah adalah sah dan telah memenuhi
memenuhi unsur-un
unsur-unsur
sur yang
dikehendaki pasal 1320 KUH Perdata. Persyaratan kewenangan jelas ada pada para pihak,
wewenang PPK di atur dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 dan wewenang
pimpinan perusahaan diatur dalam akte pendirian perusahaann
perusahaannya.
ya. Adanya kesepakatan para
pihak terhadap isi kontrak sudah sangat jelas karena lahirnya kontrak pengadaan barang/jasa
pemerintah telah melalui
melalui seluruh rangkaian pproses
roses pemil
pemilihan
ihan penyedia
penyedia barang/jasa.
barang/jasa. Untuk
menyatakan bahwa kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah batal demi hukum juga
hukum juga suatu
hal yang tidak mungkin karena pengadaan barang/jasa yang merupakan objek kontrak bukan
merupakan suatu yangyang dilarang. Karena itu k ketika
etika PPK dan penyedia barang
barang/jasa
/jasa telah
selesai menandatangani kontrak tidak ada pilihan lain kecuali kedua belah pihak berupaya
untuk menunaikan seluruh kewajiban yang telah diatur dalam kontrak dengan sebaik-
baiknya.
Dengan pertimbangan bahwa penanganan risiko harus dilakukan dengan cara yang
efisien, maka tidak semua risiko harus ditangani. Risiko yang berada dalam batas toleransi
pemilik risiko dapat dibiarkan saja tidak ditangani. Palaksanaan penanganan risiko harus
memperhatikan petunjuk penanganan sebagai berikut:
1. Pihak yang terlibat dalam penangan risiko harus memahami proses bisnis organisasi.
2. Penyusunan rencana penanganan
penanganan risiko melibatkan pihak yan yangg berkepentingan
berkepentingan dengan
risiko.
risiko.
3. Rencana penanganan risiko harus SMART ( Specific, Measurable, Acheivable, Realistic,
Time bound )).
.
4. Memperhatik
Memperhatikan an dan dialamatkan
d ialamatkan pada penyebab yang menimbulkan risiko.
5. Memperhatik
Memperhatikan an biaya dan manfaat.
6. Bukan untuk mengurang jumlah risiko tetapi hanya untuk menurunkan level risiko.
7. Rencana penanganan
penanganan risiko yang telah disusun harus dijalankan.
2. Kwalitas dan volume hasil pekerjaan kurang dari yang semestinya.
2.
Jenis dan kwalitas barang yang menjadi objek kontrak pengadaan barang/jasa
pemerintah harus dituangkan dengan jelas di dalam kontrak dan/atau dokumen lainnya.
Surat perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah tidak berdiri sendiri, melainkan
menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan dokumen-dokumen lainnya yang
digunakan dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa. Dengan demikian meskipun
kualitas barang/jasa tidak tercantum dengan jelas di dalam kontrak pihak penyedia
barang/jasa tetap harus menyediakan barang/jasa sesuai dengan spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan. Spesifikasi teknis barang dimaksud dapat merujuk pada dokumen-
dokumen yang digunakan dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa seperti surat
penawaran, dokumen pemilihan penyedia, berita acara penjelasan dll.
Volume pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa juga harus
dicantumkan dengan jelas di dalam kontrak. Dalam hal jenis kontrak yang digunakan adalah
kontrak harga satuan, volume yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan
dan dapat dilakukan perubahan sepanjang tidak menyebabkan nilai kontrak bertambah
menjadi lebih dari 110% nilai kontrak awal. Penyedia barang/jasa wajib menyerahkan
barang/jasa sesuai dengan kebutuhan nyata berdasarkan pesanan yang mungkin saja
berbeda dengan jumlah barang/jasa yang tercantum dalam kontrak. Pembayaran dilakukan
berdasarkan jumlah barang/jasa yang benar-benar
benar-b enar diserahkan oleh penyedia barang/jasa.
Jika jumlah barang yang nyata-nyata diserahkan melebihi jumlah yang tercantum dalam
kontrak maka harus dilakukan addendum kontrak. Sebaliknya jika jumlah barang yang
nyata-nyata diserahkan kurang dari jumlah yang tercantum dalam kontrak, tidak perlu
dilakukan addendum kontrak meskipun nilai pembayaran kontrak menjadi tidak terbayar
seluruhnya. Dalam hal jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum
sum penyedia
harus menyerahkan barang/jasa sesuai volume yang telah ditetapkan dalam kontrak.
Volume pekerjaan yang telah disepakati tidak boleh dilakukan penambahan atau
pengurangan.
Jumlah/volume barang serta spesifikasi teknis barang yang dituangkan dalam kontrak
adalah hasil perhitungan kebutuhan dalam rangka melaksanakan tugas satuan kerja.
Kekurangan penyerahan barang dan/atau tidak terpenuhinya spesifikasi teknis barang akan
berakibat kurang maksimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi satker. Karena itu dalam
manajemen risiko kualitas dan jumlah/volume barang yang tidak sesuai dengan yang
tertuang dalam kontrak, merupakan risiko dalam pelaksanaan kontrak pengadaan
barang/jasa pemerintah.
Untuk menghindari terjadinya risiko barang yang diserahkan tidak sesuai dengan
kualitas dan jumlah yang tercantum dalam kontrak hal yang dapat dilakukan adalah:
a. Mencantumkan spesifikasi teknis barang dengan jelas dan lengkap dalam dokumen
pemilihan penyedia barang/jasa.
b. Mengharuskan persyaratan melampirkan gambar dan brosur barang dalam surat
penawaran peserta lelang.
c. Melaksanakan evaluasi secara ketat terhadap spesifikasi teknis dan merek barang yang
tercantum dalam dokumen penawaran peserta.
d. Mencantumkan merek dan type/model barang secara jelas dalam kontrak.
e. Memberikan pembekalan teknis kepada Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
f. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Penyusunan kontrak dilakukan oleh PPK dimulai dari penyusunan draft kontrak
untuk diserahkan kepada Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan. Kelompok Kerja Unit
Layanan Pengadaan mencantumkan draft kontrak dalam dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa untuk diketahui oleh semua calon peserta lelang. Dengan demikian semua
ketentuan yang akan dituangkan dalam kontrak seyogyanya telah diketahui oleh penyedia
barang/jasa sebelum
sebelu m mengajuk
mengajukan
an penawaran dalam pros
proses
es pemilihan penyedia
p enyedia barang/jasa.
b arang/jasa.
Selanjutnya pemenang lelang mengadakan perikatan dengan PPK dengan mengacu pada
draft kontrak.
dapat menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja satker. Untuk itu penyusunan
rencana tidak hanya terfokus pada jumlah barang yang akan diadakan, tetapi juga
memperhatikan spesifikasi teknis dan kinerja dari masing-masing barang. Perlengkapan dan
peralatan yang tepat akan memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi seluruh pegawai
dalam menyelesaikan tugas dan fungsinya.
Dalam pembangunan konstruksi perencanaan harus dituangkan secara detail dalam
bentuk gambar disain bangunan. Ruang lingkup perencanaan tidak hanya terbatas pada
bentuk bangunan dan penataan letak dan ukuran ruangan, tetapi juga meliputi struktur dan
daya tahan bangunan konstruksi. Karena itu bentuk dan kekuatan podasi, ukuran besi
besi,, kualitas
adukan semen/beton, juga harus mendapat perhatian yang serius dan dituangkan secara jelas
dalam perencanaan. Kesalahan perencanaan akan sangat berpengaruh pada hasil akhir
pekerjaan. Karena itu kegagalan perencanaan harus
harus diperhitungkan sebagai salah satu risiko
pelaksanaan kontrak.
Dalam bidang pengadaan barang perencanaan kebutuhan barang dilakukan oleh PPK
dengan melakukan analisis kebutuhan berdasarkan data dan informasi kebutuhan dari
seluruh pegawai satuan kerja. Data tentang
tentang jumlah dan kondisi barang/perlen
barang/perlengkapan
gkapan kantor.
Kesalahan dalam melakukan analisis kebutuhan dapat berakibat jumlah barang yang
diadakan baik jumlah maupun spesifikasi teknisnya tidak sesuai dengan kebutuhan. Karena
kinerja barang/perlengkapan kantor memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja
pegawai maka kesalahan merencanak
merencanakanan kebutuhan dapat menggang
mengganggugu tugas kantor.
Penutup
Pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan nilai paket lebih dari
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak dapat dilaksanakan secara seketika seperti
jual beli barang pada umumnya. Untuk melaksanakan pekerjaan pengadaan tersebut
penyedia barang/jasa yang telah ditunjuk membutuhkan waktu penyelesaian pekerjaan.
Perbedaan waktu penunjukan penyedia dengan waktu penyerahan pekerjaan memungk
memungkinkan
inkan
timbulnya kondisi yang mempengaruhi atau dapat merubah pendirian penyedia barang/jasa
dalam menyelesaikan kewajiban menyediakan barang/jasa yang berakibat tidak
diserahkannya
diserahkann ya barang/jasa dalam keadaan baik sesuai kesep
kesepakatan
akatan dengan PPK. Untuk
menjamin bahwa pihak penyedia barang/jasa memenuhi kewajibannya maka penunjukan
penyedia barang/jasa harus diikuti dengan penandatanganan kontrak pengadaan
barang/jasa.
Tujuan pembuatan kontrak adalah untuk
u ntuk menjamin bahwa penyedia barang/jasa akan
menyerah hasil pekerjaannya berupa barang/jasa sesuai dengan yang telah disepakati dalam
kontrak. Dalam perspek
perspektif
tif manajemen resiko
resiko pelaksanaan kont
kontrak
rak memiliki cuk
cukup
up banyak
risiko antara lain:
Daftar Pustaka
1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.
4. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerint
Pemerintah.
ah.
5. Peraturan menteri Keuangan nomor 191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Manajemen
Risiko di Lingkungan
Lingkungan Departemen Keuangan.