IMELDA
Kata kunci: Usia, DM, Ureum Darah, Kretainin, Hemoglobin, Penderita Gagal
Ginjal Kronik.
ii
KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD ANDI MAKKASAU
KOTA PAREPARE
IMELDA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada
Program Studi Kesehatan Masyarakat
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
RIWAYAT HIDUP
v
PRAKATA
Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya sehingga penulis dengan segala usahanya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan hasil seperti yang ada dalam tulisan ini.
Meski telah disusun berdasarkan pedoman penulisan yang ada dan dengan
upaya pemanfaatan kompetensi subjektif yang optimal, namun karena
keterbatasan kemampuan penulis juga bukan suatu yang mungkin jika masih
terdapat kekurangan-kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, dengan judul
“Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di
RSUD Andi Makkasau Kota Parepare”. Oleh sebab itu penulis senantiasa
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dan membangun dari
semua pihak untuk selanjutnya mempertimbangkannya. Mudah-mudahan skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya untuk para pembaca.
Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis
menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Ibu
Henni Kumaladewi H, SKM, M.Kes selaku pembimbing l yang dengan ikhlas
memberikan bimbingan, dorongan dan motivasi yang sangat berharga bagi penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ibu Herlina Muin, SKM, MARS selaku
pembimbing ll yang juga senantiasa meluangkan waktunya dan memberikan
bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ibu Haniarti, S.Si,
Apt, M.Kes selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Parepare.
Terkhusus bagi kedua orang tuaku tercinta ayahanda Iswanto dan ibunda
Merry. Juga seluruh saudara-saudariku serta keluarga besarku terutama nenekku
yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dukungan dan motivasi selama ini.
Kepada sahabat-sahabatku Astuti, Aldes, Kasrai, Yesti dan Louis Wiwin, yang
senantiasa member dukungan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi ini.
Kepada teman-teman FIKES angkatan 2014 yang selalu bersama-sama berjuang
dalam menyelesaikan studi selama menempuh pendidikan di UM Parepare.
Semua pihak yang tidak sempat penulis menyebutkan satu persatu yang
telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung selama
menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Parepare.
Meskipun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga penulis
dapat berkarya yang lebih baik di masa yang akan datang.
Imelda
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................. 1
Identifikasi dan Perumusan Masalah .............................................. 4
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif...................................... 4
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 7
LANDASAN TEORI
Kajian Teori .................................................................................... 9
Tinjauan tentang Anatomi Ginjal .................................................... 9
Tinjauan tentang Gagal Ginjal Kronik............................................. 12
Kerangka Pemikiran ........................................................................ 34
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian ............................................................................ 36
Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 36
Instrumen Penelitian......................................................................... 36
Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 37
Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 38
LAMPIRAN ............................................................................................. 60
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner Penelitian........................................................................... 60
2. Master Tabel....................................................................................... 63
4. Dokumentasi....................................................................................... 71
ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang
ganda penyakit pada waktu bersamaan (double burdens) yang ditandai adanya
penyakit infeksi menular yang diderita oleh masyarakat namun pada waktu
(Bustan, 2010).
Selain itu, salah satu target dari Sustainable Development Goals (SDGs)
tahun 2015 adalah mengurangi sepertiga angka mortalitas dari penyakit tidak
menular. Penyakit tidak menular diperkirakan membunuh 38 juta orang per tahun,
sekitar 68% dari seluruh kematian di dunia (WHO, 2015). Gagal ginjal kronik
(GGK) atau chronic kidney diseases adalah salah satu penyakit tidak menular
ginjal kronik adalah suatu kondisi dimana ginjal mengalami kerusakan dan tidak
bisa menyaring darah sebaik ginjal yang masih sehat dan karena hal tersebut,
metabolisme dari darah tertinggal di dalam tubuh dan bisa menyebabkan masalah
1
Lebih dari 20 juta atau lebih dari 10% orang dewasa di Amerika menderita gagal
ginjal kronik dan tidak terdiagnosa. Sekitar 1 dari 2 orang dewasa yang berumur
30-64 tahun beresiko untuk menderita GGK di dalam hidupnya dan 1 dari 3
ginjal meningkat yaitu pada tahun 2002 adalah 10,2% menjadi 23,4% pada tahun
tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data dari Penetri
Indonesia, indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal cukup
tinggi. Namun yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronis tahap terminal dari
mereka yang menjalani cuci darah (emodialim) hanya sekitar 4 ribu – 5 ribu saja
ini dari jumlah penderita ginjal yang mencapai 4500 orang. Penyebab Gagal
Ginjal terbesar 70% akibat Diabetes Mellitus Tipe II disusul penyakit hipertensi.
Hipertensi, sebab hipertensi dan penyakit Ginjal Kronik merupakan dua hal yang
selalu berhubungan erat. Selain itu juga penyakit ginjal telah lama di kenal
sebagai penyebab Hipertensi sekunder. Hipertensi terjadi pada labih kurang 80%
penderita Gagal Ginjal Terminal (GTT). Hipertensi pada penderia Gagal Ginjal
Kronik dapat terjadi sebagai efek dari penyakit pembuluh darah yang telah ada
sebelumnya atau akibat dari penyakit itu sendiri. Adanya beberapa penyakit
penyerta yang terjadi pada penderita Gagal Ginjal Kronik seperti Diabetes dan
2
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar (2013) prevalensi tertinggi penyakit
GGK berdasarkan kelompok umur adalah pada kelompok umur ≥ 75 tahun yaitu
baru dari gagal ginjal kronik mulai tahun 2013 hingga 2015 terus mengalami
peningkatan yaitu sebanyak 4.977 pada tahun 2013 dan sebanyak 17.193 pada
tahun 2015.
pasien GGK yg dihemodialisa di Rumah Sakit Andi Makkasau pada tahun 2013
penderita GGK yang dihemodialisa di Rumah Sakit Umum Andi Makkasau Kota
Parepare pada tahun 2014-2018 berjumlah 150 orang laki-laki dan 119 orang
perempuan, dari uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian
3
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Parepare?
Usia
Lama waktu hidup pasien sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir.
Kriteria Objektif
4
Diabetes Mellitus
Kriteria Objektif
mellitus
Kriteria Objektif:
Kadar ureum darah adalah konsentrasi ureum dalam darah setelah dilakukan
penatalaksanaan medis sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang
digolongkan atas :
Kriteria Objektif
5
Kadar Kreatinin Darah
penatalaksanaan medis sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang
Kriteria Objektif
Kadar Hemoglobin
penata laksanaan medis sesua dengan yang tercata pada kartu status pasien.
Kriteria Objektif
1. Pria
2. Wanita
6
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Kota Parepare.
Parepare.
Kegunaan Penelitian
GGK.
7
2. Menambah pengalaman dan pengetahuan serta merupakan kesempatan bagi
8
LANDASAN TEORI
Kajian Teori
tua, terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal terlindung dengan baik dari
trauma langsung karena di sebelah posterior dilindungi oleh tulang kosta dan otot-
otot yang meliputi kosta, sedangkan di bagian anterior dilindungi oleh bantalan
vertebra torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari ginjal kiri, karen hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan
dan beratnya antara 120 sampai 150 gram. Sembilan puluh lima persen (95%)
orang dewasa memiliki jarak antar kutub ginjal antara 11 sampai 15 cm.
Perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian
internal yang dikenal sebagai medula. (Smeltzer dan Bare, 2007 dalam Andika,
2011). Korteks terdiri dari semua glomerulus dan medula terdiri dari ansa Henle,
yasa rekta, dan bagian akhir dari duktus kolektivus (O’callaghan, 2013). Pada
manusia, setiap ginjal tersusun dari 400.000-800.000 nefron, walaupun jumlah ini
berkurang seiring usia. Nefron merupakan unit dasar ginjal. Nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus terkait yang menuju pada duktus kolektivus. Urin
Fungsi Ginjal
Fungsi ekskresi
2. Regulasi volume cairan tubuh, bila ada kelebihan cairan maka terdapat
produksi hormon anti diuretik (ADH) dikurangi dan akibatnya produksi urin
10
Fungsi Endokrin
mungkin dibuat oleh hati. Zat eritropoetin diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah.
granula renin yang dilepaskan dari aparat jukstaglomerular. Renin akan merubah
dirubah lagi menjadi angiotensin II oleh enzim mempunyai 2 efek, yaitu pertama
darah.
baru setelah dirubah kedua kalinya yaitu diginjal menjadi 1,25 (OH) D3 ia
11
Tinjauan tentang Gagal Ginjal Kronik
fungsi ginjal dan penurunan progresif Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Istilah
gagal ginjal kronik (GGK) berlaku bagi proses pengurangan signifikan jumlah
nefron yang terus menerus dan ireversibel dan biasanya pada stadium 3-5
jumlah nefron yang berfungsi, nefron yang tersisa melakukan kompensasi dengan
meningkatkan filtrasi dan reabsorpsi zat terlarut. Hal ini akan merusak nefron
yang tersisa dan mempercepat kehilangan nefron. Penyakit ginjal stadium akhir
damage) terjadi dari 3 bulan, berupa kelainan struktural dan fungsional, dengan
atau tanpa penurunan LFG, dengan manifestasi berupa kelainan patologis dan
terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau
urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging test) ataupun dengan kriteria,
dengan atau tanpa kerusakan ginjal (K/DOQI, 2002 dalam Rasmalia, 2011).
12
Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita
asimptomatik gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dengan tes pemekaran
Pada stadium ini dimana dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak.
LFG besarnya 25% dari normal. Kadar BUN dan kreatininin serum mulai
meningkat dari normal. Gejala-gejala nokturia atau sering berkemih dimalam hari
sampai 700ml dan poliuria (akibat kegagalan pemekaran urin) mulai timbul.
Sekitar 90% dari nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar
200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal.
Kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan mencolok. Gejala-gejala yang
timbul karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan
umerik.
13
Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah, maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare,2001).
bervariasi dan begantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal
turun kurang dari 25% normal, manifestasi gagal ginjal kronik mungkin minimal
karen nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak.
nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Pada saat penyusutan
dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respons dari kerusakan
14
nefron dan secara progresif fungsi ginjal menururn secara drastis dengan
sirkulasi sehingga akan terjadi sindroma uremia berat yang memberikan banyak
mengatakan bahwa semua unit nefron telah terserang penyakit, namun dalam
stadium yang berbeda-beda dan bagian-bagian spesifik dari nefron yang berkaitan
dengan fungsi tertentu dapat saja benar-benar rusak atau berubah strukturnya.
Misalnya, lesi organik pada medula akan merusak susunan anatomik pada
lengkung Henle dan vasa rekta, atau pompa klorida pada pars ascendens lengkung
Henle yang akan menganggu proses aliran balik pemekat dana aliran balik
penukar.
nefron yang utuh, yang berpendapat bahwa bila nefron terserang penyakit maka
seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang masih berkurang sehingga
keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat dipertahnkan lagi. Hipotesis nefron
yang utuh ini sangat berguna untuk menjelaskan pola adaptasi fungsional pada
keseimbangan air dan elektrolit tubuh saat LFG sangat menurun. (Rasmalia,
2011).
hipotesis nefron yang utuh. Meskipun PGK terus berlanjut, namun jumlah zat
15
terlarut yang harus diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostasis
tidak berubah, meskipun jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut
sudah menurun secara progresif. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal
sebgai respon ketidakseimbangan cairan dan eletrolit. Sisa nefron yang ada
ginjal. Terjadinya peningkatan kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorpsi
tubulus dalam setiap nefron meskipun LFG untuk seluruh masa nefron yang
terdapat dalam ginjal turun dibawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini cukup
tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya, kalau sekitar 75%
masa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi zat terlarut bagi setiap nefron
peningkatan filtrasi dan peningkatan reabsorbsi oleh tubulus) tidak dapat lagi
dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses eksresi maupun pada proses zat
terlarut dan air menjadi berkurang. Sedikit perubahan pada makanan dapat
mengubah keseimbangan yang rawan tersebut, karena makin rendah LFG (yang
berarti makan sedikit nefron yang ada) semakin besar perubahan kecepatan
menyebabkan berat jenis urin menyebabkan nilai 1,010 atau 285 mOsm (yaitu
sama dengan konsentrasi plasma dan merupakan penyebab gejala poliuria dan
16
Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik
Pada Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang ringan, terkadang tidak dapat
ditemukan gejala apapun. Gejala seperti pruritus, malaise, kejenuhan, muda lupa,
nafsu seksual menurun, mual, dan mudah lelah merupakan keluhan yang sering
dijumpai pada penderita PGK. Gagal tumbuh merupakan keluhan utama pada
memiliki tekanan darah yang tinggi yang disebabkan oleh overload cairan atau
normal atau rendah, hal ini dapat terjadi bila penderita memiliki kecenderungan
hilangnya garam pada ginjal seperti pada medullary cystic disease. Denyut nadi
dan laju nafas cepat akibat dari anemia dan asidosis metabolik. Apabila ginjal
Pada gagal ginjal kronik akan terjadi rangkaian perubahan. Bila LFG
menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan
menderita sindrome umerik, yaitu suatu kompleks gejala yang diakibatkan atau
berkaitan dengan retensi metabolik nitrogen akibat gagal ginjal. Terdapat dua
gejala klinis yang dapat terjadi pada sindrome umerik, yaitu: (Suharyanto, dan
majid, 2010)
17
1. Ganguan fungsi pengaturan dan ekskresi : kelainan volume cairan dan
1. Orang
Menurut WHO (2014), orang dewasa yang memiliki riwayat diabetes atau
hipertensi, atau dengan keduanya memliki resiko tinggi untuk menderita GGK
dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak memiliki riwayat penyakit ini.
Sekitar 1 dari 3 orang dewasa dengan diabetes dan 1 dari 5 orang dewasa dengan
hipertensi menderita GGK. Orang dengan usia lebih dari 50 tahun akan lebih
beresiko untuk menderita GGK dan laki-laki 50% lebih beresiko menderita GGK
dibandingkan perempuan.
Orang Amerika berkulit hitam 3,5 kali lebih beresiko untuk menderita
GGK tahap akhir dibandingkan dengan berkulit putih sedangkan kaum Hispanik
setengah kali leih beresiko dibandingkan dengan kaum non Hispanik. (WHO,
2014).
menderita GGK di Indonesia terdapat pada kelompok umur diatas 75 tahun yaitu
dengan perevalensi 0,6% dan berdasarkan jenis kelamin lebih banyak diderita oleh
18
Variabilitas antar individu yang mencolok dalam laju perkembangan
menjadi GGK memiliki komponen herediter yang penting, dan sejumlah lokus
diidentifikasi. Selain itu, telah diketahui bahwa wanita usia subur relatif
2013).
2. Tempat
Menurut WHO (2014) diperkirakan bahwa lebih dari 10% atau lebih dari
Tengah yaitu 0,5% kemudian berada diprovinsi Aceh, Sulawesi Utara dan
3. Waktu
(NHANES), prevalensi gagal ginjal kronik di Amerika Serikat pad tahun 1999-
2002 mengalami peningkatan dari 13,9% menjadi 14,4% pada tahun 2003-2006,
pada tahun 2007-2010 menjadi stabil yaitu 13,4% dan pada tahun 2011-2014
Faktor Resiko
Faktor resiko GGK, yaitu pasien dengan DM atau hipertensi, obesitas atau
perokok, berumur lebih dari 50tahun, dan individu dengan riwayat penyakit DM,
19
hipertensi dan penyakit ginjal keluarga (National Kidney Foundation, 2009).
Berikut beberapa faktor resiko yang terjadi pada gagal ginjal kronik :
1. Glumerulonefritis
tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun orang dewasa
(Smeltzer dan Bare, 2001 dalam Yossi 2017). Glimerulonefritis dapat dibagi
spektrum usia sistematik. (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam Yossi 2017)
akut yang ada. Pada banyak pasien, antigen diluar tubuh mengawali proses,
jaringan ginjal sendiri berlaku sebagai antigen penyerang (Smeltzer dan Bare,
20
b. Glumerulonefritis kronik (GNK)
sekitar seperlima dari ukuran normal, dan terdiri dari jaringan fibrosa yang luas.
ginjal kasar dan ireguler. Sejumlah glomeruli dan tubulsnya berubah menjadi
c. Pielonfritis Kronik
ginjal. Infeksi ini bermula dari saluran kemih bawah kemudian naik sampai ginjal.
Infeksi saluran kemih (ISK) bawah dapat asimtomatik dan karena ginjal terkena,
baru diketahui adanya infeksi pada saluran kemih bawah. Escherichia coli adalah
2014).
onflasi yang berulang dan terbentuknya jaringan parut yang meluas. Proses
berkembangnya gagal ginjal kronik dari infeksi ginjal yang berulang berlangsung
selama beberapa tahun. Pada pielonfritis kronik, tanda yang terus menerus muncul
21
adalah bakteriuria sampai pada saat ketika jaringan ginjal sudah mengalami
pemarutan (skar) yang berat dan atrofi sehingga pasien mengalami insufisiensi
ginjal yang ditandai dengan hipertensi, nitrogen ure darah (Baradero dkk, 2014).
d. Nefropati Diabetik
6,714 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien gagal ginjal yang tidak
menderita nefropati diabetik (Fitriana, 2012). Tingginya kadar gula dalam darah
membuat ginjal harus bekerja lebih keras dalam penyaringan darah, dan
dan mengakibatkan fungsi penyaringan ginjal menurun. Pada saat itu, tubuh akan
mendapatkan banyak limbah karena menurunnya fungsi ginjal. Apabila hal ini
2012)
adalah penyebab yang paling sering dari ESRD dan memerlukan terapi
transpalantasi ginjal.
e. Ginjal Polikistik
nyawa yang paling sering ditemukan diseluruh dunia. Ekspansi progresif kata-kata
berisi cairan menyebabkan ginjal sangat membesar dan sering menyebabkan gagal
22
Gambaran klinis dari penyakit ini adalah kista multipel diginjal namun
kista juga dapat timbul dihati, limpa dan pangkreas. Walaupun penyakit ini
bersifat asimtomatik, namum gejala dapat timbul akibat adanya kista ataupun efek
penyakit ini terhadap fungsi ginjal. Kista juga dapat menyebabkan nyeri secara
langsung atau nyeri dapat timbul akibat perdarahan dalam kista, infeksi atau batu
f. Hipertensi
Hipertensi terdapat pada >80% pasien dengan gagal ginjal kronik. Pada
apakah hipertensi atau penyakit ginjal yang merupakan gangguan awal (Kotchen,
2010).
Pencegahan Primordial
mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya.
23
Pencegahan primordial yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan
perhari merupakan kebiasaan yang baik untuk kesehatan ginjal juga dengan pola
Pencegahan Primer
orang-orang yang memiliki resiko untuk terkena penyakit GGK (Budiarto dan
Anggraeini, 2012). Orang yang beresiko tinggi mengalami GGK adalah orang
meningkatkan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat menumpuk dan
membentuk kristal.
Pencegahan Sekunder
24
1. Diagnosa GGK
a. Anamnesis
klinis GGK. Untuk memastika GGK, diperlukan data tentang riwayat penyakit
pasien. Bila ada data yang menunjukkan penurunan faal ginjal yang bertahap (laju
filtrasi glomerulus yang progresif menurun) diagnosis tidaklah sulit. Gejala seperti
gatal, kram otot, anoreksia, mual bahkan kebingungan sesuai dengan gangguan
b. Pemeriksaan Fisik
adalah :
mobilitas ginjal.
kostovertebralis.
c. Pemeriksaan
25
1) Pemeriksaan faal ginjal, pemeriksaan ureum, kreatinin serum dan
asam urat serum sudah cukup memadai sebagai uji saring untuk faal
ginjal.
dalam urin.
Nilai LFG merupakan parameter terbaik tentang ukuran fungsi ginjal, yaitu
Menurut Majid (2009) dalam Asrianto (2012), cara yang paling teliti untuk
26
1) Tes Bersihan Kreatinin
spesimen urin 24 jam dan satu spesimen darah yang diambil dalam waktu
24 jam yang sama. Pada penyakit GGK, nilai GFR turun dibawah nilai
2) Kreatinin Plasma dan Nitrogen Urea Darah atau Blood Urea Nitrogen
(BUN).
Kedua zat ini merupakan hasil akhir nitrogen dari metabolisme protein yang
normal diekskresi dalam urin. Bila LFG turun seperti pada yang normal
diekskresi dalam urin. Bila LFG turun seperti pada insufiensi ginjal, kadar
e. Pemeriksaan Ultrasound
organ ataupun obstruksi dapat diidentifikasi. Majid (2009) dalam Asrianto (2012).
f. Pemeriksaan Penunjuang
27
1) Diagnosis Etiologi GGK, beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis,
Urography (MCU).
2. Pengobatan Konservatif
mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta mengurangi produksi ion hidrogen
Jumlah asupan kalium dalam diet yang diperbolehkan dalam diet adalah 40
klorida dan kalium klorida) ekspektoran, kalium sitrat dan makanan seperti sup,
28
c. Pengaturan Diet Natrium
cairan , edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif.
Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus diawasi
dengan seksama. Asupan yang bebas dapat menyebabkan beban sirkulasi menjadi
terutama infeksi saluran kemih. Semua jenis infeksi dapat meperkuat proses
katabolisme dan mengganggu nutrisi yang adekuat serta keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga infeksi harus segera diobati untuk mencegah gangguan fungsi
secara hati-hati pada pasien uremik. Waktu paruh obat-obatan yang diekskresikan
melalui ginjal sangat memanjang pada uremia sehingga dapat terjadi kadar toksik
dalam serum dan dosis obat-obatan ini harus dikurangi. Ahli nefrologi memilih
29
g. Pengobatan Komplikasi
1) Hipertensi
(dengan ataupun tanpa diuretik) agar tekanan darah dapat terkontrol (Anna,
2013).
2) Hiperkalemia
Yossi, 2017).
3) Anemia
pemberian vitamin dan asam folat, besi dan transfusi darah (Suharyanto dan
30
4) Asidosi
5) Osteodistrofi Ginjal
rendah fosfat dengan pemberian agen yang dapat mengikat fosfat dalam
sebaiknya dimulai pada awal perjalanan gagal ginjal progresif ketika LFG-
6) Hiperurisemia
lanjut biasanya adalah alopurinol. Obat ini mengurangi kadar asam urat
7) Neuropati Perifer
ginjal mencapai tahap yang sangat lanjut. Tidak ada pengobatan yang
31
diketahui untuk mengatasi perubahan tersebut kecuali dengan dialisis yang
Pencegah Tersier
adalah :
1. Hemodialisis
Hemodialisisis adalah salah satu bentuk prosedur cuci darah dimana darah
adalah untuk mengeluarkan zat-zat telarut dengan berat molekul rendah dan
tinggi. Efisiensi dialisis ditentukan oleh aliran darah dan dialisat melalui dialyzer
serta karakteristik dialyzer yaitu efisiensinya dalam mengeluarkan zat terlarut (Liu
dan Chertow,2013).
fistula antara arteri dengan vena (yang butuh waktu 8 minggu untuk siap dipakai)
atau dengan menggunakan saluran lumen ganda pada vena jugularis, subklavia
atau femoralis. Difusi zat terlarut dan air terjadi melalui membran semipermeabel
yang memisahkan darah dengan zat terlarut yang mengalir dengan arah yang
berlawanan (Davey,2010).
32
Kesulitan utama pada hemodialisis adalah ketidakstabilan kardiovaskular
digunakan sebagai terapinya, serta akibat pertukaran cairan dalam jumlah besar
yang terjadi selama dialisis) dan kesulitan dalam membuat akses ke pembuluh
darah. Pembersihan zat-zat metabolit yang toksik dapat menyebabkan sakit yang
pertama kali. Hal tersebut dapat dicegah dengan menggunakan dialisis kecil
2. Dialisis Peritoneal
cylic peritoneal dialysis (CCPD, dialisis peritoneal siklik kontinu), atau kombinasi
atau hipertonik empat kali sehari ke dalam rongga peritoneum melalui kateter
dialisisnya. Setelah beberapa jam, cairan yang mengandung zat terlarut serta zat
pada malam hari. Pasien terhubung ke suatu pendaur (cycler) otomatis yang
33
berbeda-beda sesuai karakteristik membran membran peritoneum (Liu dan
Chertow, 2013).
3. Transplantasi Ginjal
kehidupan yang lebih baik dan meningkatkan usia harapan hidup dibandingkan
mendapatkan transplantasi ginjal dari donor keluarga yang masih hidup atau
Kerangka Pemikiran
variabel dependen di Wilayah kerja RSUD Andi Makkasau Kota Parepare yang
34
Karateristik Penderita Gagal
Ginjal Kronik
Keterangan:
Variabel Independen
Variabel Dependen
METODE PENELITIAN
35
Metode Penelitian
Instrumen Penelitian
Kuesioner
peneliti.
Dokumentasi
oleh peneliti.
36
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data penderita GGK yang
Sampel
N
n¿ 2
1+(N . e )
N
n¿
1+(199. 0,12)
199
n¿
1+1,99
199
n¿
2,99
199
n¿
2,99
n ¿ 66,5=67 orang
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
37
responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks
Pengolahan Data
Data Primer
Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita GGK yang
Analisis Data
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk
38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Karakteristik Responden f %
Umur
≥ 41 Tahun 45 67,2
≤ 40 Tahun 22 32,8
Jenis Kelamin
Laki-laki 25 37,3
Perempuan 42 62,7
Pekerjaan
PNS 14 20,9
Wiraswasta 16 23,9
IRT 25 37,3
Petani 10 14,9
Buruh 0 0,0
Lainnya 2 3,0
Pendidikan
Tidak Sekolah 4 6,0
SD 5 7,5
SMP 19 28,4
SMA 18 26,9
Perguruan Tinggi/ Akademik 21 31,3
Jumlah 67 100,0
39
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan
IRT, 10 responden (14,9%) yang bekerja sebagai petani, tidak ada responden yang
bekerja sebagai buruh dan 2 responden (3,0%) yang bekerja selain yang telah
disebutkan di atas.
lulusan SD, 19 responden (28,4%) yang lulusan SMP, 18 responden (26,9%) yang
akademik.
Karakteristik Variabel
Makkasau Kota Parepare ditinjau dari usia, riwayat penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, kadar ureum darah, kadar kreatinin darah, dan kadar hemoglobin. Hasil
40
Usia
Usia f %
Resiko tinggi ( ≥ 41 tahun) 45 67,2
Resiko rendah ( ≤ 40 tahun) 22 32,8
Jumlah 67 100,0
(32,8%) yang berusia dibawah 40 tahun dalam kriteria resiko rendah sedangkan
45 responden (67,2%) yang berusia diatas 40 tahun dalam kriteria resiko tinggi.
Parepare ketika divonis gagal ginjal kronik memiliki penyakit diabetes melitus.
Makkasau Kota Parepare ditinjau dari penyakit diabetes melitus disajikan pada
Tabel 3.
41
Tabel 3. Karakteristik Penderita GGK yang menjalani Hemodialisa di RSUD
Andi Makkasau Kota Parepare ditinjau dari Penyakit Diabetes Melitus
yang tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus ketika divonis menderita
Hipertensi
darah yang normal apabila tekanan darah >140/90 mmHG atau tidak normal
Hipertensi f %
Hipertensi 37 55,2
Tidak Hipertensi 30 44,8
Jumlah 67 100,0
42
responden (44,8%) yang tidak mengalami hipertensi ketika divonis menderita
GGK.
Kadar ureum darah yang dimaksudkan adalah apakah penderita GGK yang
ureum darah yang normal apabila kadar ureum darah (15 – 39 mg/ 100 ml) atau
tidak normal apabila kadar ureum darah ( > 39 mg/ 100 ml). Berikut karakteristik
(77,6%) yang memiliki kadar ureum darah tidak normal, sedangkan 15 responden
kadar kreatinin darah yang normal apabila kadar kreatinin dalam darah (≤1,5 mg/
100 ml) atau tidak normal apabila kadar kreatinin dalam darah (>1,5 mg /100 ml).
43
Makkasau Kota Parepare ditinjau dari kadar kreatinin darah disajikan pada Tabel
6.
Kadar Hemoglobin
hemoglobin yang normal apabila kadar hemoglobin 14-18 gr/ dL bagi pria dan
kadar hemoglobin 12-16 gr/ dL bagi wanita atau tidak normal apabila kadar
hemoglobin ± 14-18 gr/ dL bagi pria dan kadar hemoglobin ± 12-16 gr/ dL bagi
RSUD Andi Makkasau Kota Parepare ditinjau dari kadar hemoglobin disajikan
pada Tabel 7.
Kadar Hemoglobin f %
Normal 21 31,3
Tidak Normal 46 68,7
Jumlah 67 100,0
44
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 67 responden terdapat 46 responden
Pembahasan
fungsi ginjal dan penurunan progresif Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Istilah
gagal ginjal kronik (GGK) berlaku bagi proses pengurangan signifikan jumlah
nefron yang terus menerus dan ireversibel dan biasanya pada stadium 3-5
(Bragman dan Skorecki, 2013). Dalam penelitian ini ada enam karakteristik
Parepare ditinjau dari usia, riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, kadar
Usia
tahun dalam kriteria resiko rendah sedangkan 45 responden (67,2%) yang berusia
Penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil merupakan proses normal bagi
setiap manusia seiring dengan bertambahnya usia. Usia merupakan faktor resiko
terjadinya gagal ginjal kronis. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin
45
berkurang fungsi ginjal. Secara normal penurunan fungsi ginjal ini telah terjadi
pada usia diatas 40 tahun. Hal ini disebabkan karena semakin bertambah usia,
dalam skala kecil merupakan proses normal bagi setiap manusia seiring
karena masih dalam batas-batas wajar yang dapat ditoleransi ginjal dan tubuh.
Namun, akibat ada beberapa faktor risiko dapat menyebabkan kelainan dimana
penurunan fungsi ginjal terjadi secara cepat atau progresif sehingga menimbulkan
berbagai keluhan dari ringan sampai berat, kondisi ini disebut gagal ginjal kronik
(GGK) atau chronic renal failure (CRF) (Pranandari dan Supadmi, 2015).
ginjal yaitu pada usia 46-55 tahun (0,4%) dan usia 55-74 tahun (0,5%).
proses normal bertambahnya usia dengan adanya beberapa faktor risiko dapat
menyebabkan kelainan dimana penurunan fungsi ginjal terjadi secara cepat atau
kondisi ini disebut gagal ginjal kronik (Pranandari & Supadmi, 2015).
usia responden tertinggi berada pada rentang usia 41-60 tahun sebanyak 32 orang
sesudah 40 tahun akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus secara progresif
46
hingga usia 70 tahun sebanyak kurang lebih 50% dari normalnya, hal tersebut
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Ada beberapa jenis diabetes
melitus yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus tipe
sebagai ekskresi albumin lebih dari 30 mg per hari dan dianggap penting untuk
fungsi laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal
penderita DM tipe 2 akan menderita nefropati diabetik suatu saat yang dapat
yang tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus ketika divonis menderita
47
Tingginya kadar gula dalam darah pada penderita diabetes melitus
membuat ginjal harus bekerja lebih keras dalam proses panyaringan darah, dan
dan mengakibatkan fungsi penyaringan ginjal menurun. Pada saat itu, tubuh akan
mendapatkan banyak limbah karena menurunnya fungsi ginjal. Apabila hal ini
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Adhiatma, dkk (2014)
Hipertensi
GGK.
48
remodeling pembuluh darah; dan 4) Mekanisme hormonal: sistem renin,
Pada hipertensi, kenaikan teknan darah yang tinggi akan merusak tunika
intima pembuluh darah yang halus sehingga terjadi penumpukan fibrin dalam
(Kowalak, 2013). Ginjal yang rentan terhadap perubahan aliran darah akibat
hipertensi, tidak dapat bekerja dengan baik jika terjadi penurunan aliran darah
yang signifikan. Apabila tekanan darah sistemik meninggi karena stenosis arteri
renalis yang utama atau karena arterosklerosis pada percabangan ginjal maka akan
lebih kuat pada pembuluh darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi peningkatan
lebih lanjut tekanan darah. Siklus ini dapat menimbulkan kerusakan dan
mengakibatkan gagal ginjal, infark mokard, stroke, dan gagal jantung (Kowalak,
2013).
pernah diderita pasien gagal ginjal kronis di RSU Haji Medan tahun 2012-2013
penelitian yang dilakukan oleh Adhiatma, dkk (2014) yang hasil penelitiannya
49
Kadar Ureum Darah
responden terdapat 52 responden (77,6%) yang memiliki kadar ureum darah tidak
normal.
Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang
Jumlah ureum dalam darah ditentukan oleh diet protein dan kemampuan ginjal
melakukan fungsi filtrasinya. (Lamb et al., dalam Indriani, dkk., 2017). Kondisi
gagal ginjal yang ditandai dengan kadar ureum plasma sangat tinggi dikenal
dengan istilah uremia. Keadaan ini dapat berbahaya dan memerlukan hemodialisa
Ureum dalam darah merupakan unsur utama yang dihasilkan dari proses
penguraian protein dan senyawa kimia lain yang mengandung nitrogen. Ureum
dan produk sisa yang kaya akan nitrogen lainnya, secara normal akan dikeluarkan
dari dalam pembuluh darah melalui ginjal, sehingga peningkatan kadar ureum
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Suryawan, dkk
(2016) dari hasil pemeriksaan kadar ureum serum pada pasien GGK dengan jenis
50
kelamin laki-laki diperoleh data sebanyak 24 sampel (80%) memiliki kadar ureum
serum yang tinggi (>43 mg/dl) dengan rata-rata kadar ureum serumnya yaitu
memiliki kadar ureum serum yang tinggi pula (>43 mg/dl) dengan rata-rata kadar
ureum serumnya yaitu 130,4 mg/dl. Dengan demikian, terhadap 30 pasien GGK
dapat diketahui bahwa seluruh pasien (100%) memiliki kadar ureum serum yang
tinggi.
darah normal.
yang sangat penting dalam produksi energi di otot. Kreatinin sebagian besar
dijumpai di otot rangka, tempat zat ini terlibat dalam penyimpanan energi sebagai
kreatinin fosfat, dalam sintesis ATP dari ADP, kreatinin fosfat diubah menjadi
kreatinin dengan katalisasi enzim kreatinin kinase. Reaksi ini berlanjut seiring
kreatin, yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh ginjal. Kreatinin diangkut melalui
51
terhadap disfungsi ginjal, sedangkan kadar ureum akan berubah sebagai respons
Hasil penelitian ini sejalan dnegan yang dilakukan oleh Suryawan, dkk
(2016) dari pemeriksaan kadar kreatinin serum pada pasien GGK dengan jenis
kreatinin serum yang tinggi (>1,0 mg/dl) dengan rata-rata kadar kreatinin
serumnya yaitu 13,1 mg/dl, sementara dari 6 pasien perempuan, 6 orang (20%)
memiliki kadar kreatinin serum yang tinggi pula (>1,0 mg/dl), dengan rata-rata
kadar kreatinin serumnya yaitu 10,6 mg/dl. Kadar kreatininserum dalam darah
mempunyai nilai rujukan normal yaitu 0,5- 1,0 mg/dl. Dengan demikian terhadap
30 pasien GGK dapat diketahui bahwa seluruh pasien (100%) memiliki kadar
Kadar Hemoglobin
adalah laki-laki dewasa < 13 g/dl, wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl, wanita
hamil < 11 g/dl. Terjadinya anemia adalah gangguan eritropoiesis defisiensi besi,
masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi asam
52
Kadar hemoglobin pada pasien penyakit ginjal kronik ini sudah masuk
dalam kriteria anemia. Kadar hemoglobin terendah adalah sebesar 3,4 g/dl dan
tertinggi sebesar 12,3 g/dl. Rata-rata kadar hemoglobin pasien yang menderita
penyakit ginjal kronik pada penelitian adalah sebesar 7,3 g/dl. Hal ini sesuai
dengan angka kejadian anemia yang lebih dari 85 % pada penderita penyakit
Anemia pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh multi faktor, tetapi
(ESF). Hal lain yang ikut berperan terjadinya anemia adalah gangguan
eritropoiesis defisiensi besi, masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya
hemolisis, defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna atau uterus, toksin
azotemia, hemodialisis.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat,
dkk (2010), bahwa prevalensi anemia pada pasien penyakit ginjal kronik adalah
sebanyak 66 orang (98,5%) sedangkan pasien penyakit ginjal kronik yang tidak
53
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
sebagai berikut:
tinggi.
54
sebagian besar responden yaitu 50 responden (74,6%) yang memiliki kadar
Saran
dengan mengurangi asupan makanan tinggi protein seperti susu, telur, dan
terkontrol.
2. Bagi pasien gagal ginjal kronik yang sudah memiliki penyakit penyerta
55
4. Bagi masyarakat supaya melakukan pengendalian terhadap penyakit yang
dapat menyebabkan komplikasi pada fungsi ginjal, seperti cek rutin tekanan
DAFTAR PUSTAKA
Adhiatma, Arief Tajally, Wahab Zulfachmi, & Widyantara, Ibnu Fajar Eka. 2014.
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gagal
Ginjal Kronik Pada Pasien Hemodialisis Di RSUD Tugurejo Semarang.
1Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
Bargman, J.M DAN Skorecki, K., 2013 Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Harisson
Nefrologi dan Gangguan Asam Basa. Jamenson, J., Larry Loscalzo.
Jakarta : ECG.
Dewi, S.P. 2015. Hubungan Lamanya Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. URL
:http://lib.say.ac.id
Dewi, dkk. (2017). Karakteristik Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis di RSUD Kabupaten Kotabaru. Volume 2,
Nomor 2, 2017
Dyah P. 2014. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit FKUI.
56
Hardiyanti R. 2014. Gambaran Diri Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.
Hidayat, Rahmat, Azmi, Syaiful, & Pertiwi Dian. 2010. Hubungan Kejadian
Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3). http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Hoffbrand AV, Petit JE, Mos PAH, Essential hematology. Edisi ke-4. Oxford:
Blackwell science; 2001.
Indriani, V., Siswandari, W., Lestrari, T. 2017. Hubungan Antara Kadar Ureum,
Kreatinin dan Klirens Kreatinin dengan Proteinuria pada Penderita
Diabetes Mellitus. Prosiding Seminar Nasionaldan Call for Paper
Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal
Berkelanjutan VII : 758-765. Purwokerto, 17-18 November 2017
:Purwokerto.
Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika.
57
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2015. Jurnal Wiyata. P-ISSN
2355 – 6498 |E-ISSN 2442-6555. Vol. 3 No. 2 Tahun 2016.
Pranadari, Restu dan Supadmi, Woro. 2015. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik
Di Unit Hemodialisis Rsud Wates Kulon Progo. Majalah Farmaseutik,
Vol. 11 No. 2 Tahun 2015.
Purnamasari, H. 2016. Gambaran Pola Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Selama
Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
Sari, I., Jemadi.,& Hisnawi. 2014. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik
Yang Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2012-
2013. Jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/7599
Suryawan, Arjani & Sudarmanto. 2016. Gambaran Kadar Ureum Dan Kreatinin
Serum Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Terapi
Hemodialisis DI RSUD Sanjiwani Gianyar. Jurnal Vol. 4, No.2,
Desember 2016.
Tanto, Chris dan Priantono, Dimas et al. 2014. Hipertensi dan Dislipidemia dalam
Buku Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta.
58
LAMPIRAN
59
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
I. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Berilah tanda silang (X) terhadap jawaban yang kamu anggap benar di bawah ini!
A. Usia
a. ≤ 41 tahun
b. ≥ 40 tahun
B. Riwayat Penyakit
1. Apakah anda pernah merasakan beberapa keluhan dibawah ini..? (pilihan jawaban
boleh lebih dari 1)
a. Mual + muntah
60
b. Sakit pinggang
c. Sesak nafas
d. Edema
e. Kesadaran menurun
f. Buang air kecil sedikit
g. Lebih dari satu keluhan
2. Apakah anda memiliki riwayat penyakit sebelumnya ...?
a. Ya (Bisa lebih dari 1 penyakit)
1) Hipertensi 2) Diabetes Militus 3) Lainnya..(sebutkan)
b. Tidak ada riwayat penyakit
3. Berapa kali anda dihemodialisa di RSUD Andi Makkasau Parepare...?
a. ≤ 1 kali
b. ≥ 2 kali
4. Dalam seminggu Berapa kali anda melakukan Hemodialisa (cuci Darah)?
a, . ≤ 1 kali
b. ≥ 2 kali
C. Indikator Darah
1. Bagaimana kadar Ureum darah anda saat ini...?
a. Normal
b. Tidak Normal
2. Bagaimana kadar kreatinin darah anda saat ini .....?
a. Normal
b. Tidak Normal
3. Bagaimana kadar Hemoglobin anda saat ini...?
a. Normal
b. Tidak Normal
4. Bagaimana tekanan darah anda saat ini...?
c. Normal
d. Tidak Normal
5. Pada saat anda divonis mengalami gagal ginjal kronik, bagaimana ukuran
perkembangan sel kanker (Stadium kanker) yang diderita saat ini...?
a. Stadium 1
b. Stadium 2
61
c. Stadium 3
d. Stadium 4
e. Stadium 5
f. Tidak tercatat
6. Apakah dokter memberikan anda obat, serta menyarankan untuk diet atau bahkan
diharuskan untuk Hemodialisa..?
62
Lampiran 2: Master Tabel
MASTER TABEL KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RSUD ANDI MAKKASAU KOTA PAREPARE
64
Karakteristik Responden Usia Riwayat Penyakit Indikator Darah
Responden Umu 4
1 2 3 1 2 3 4
r Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan
41 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
42 1 1 2 3 1 3 1 1 2 2 2 2 2
43 2 2 1 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2
44 2 1 4 3 2 1 1 1 1 2 2 2 1
45 2 1 4 4 2 2 1 1 1 2 2 1 1
46 2 2 3 4 2 3 1 1 1 2 2 2 1
47 1 1 2 4 1 3 2 2 2 1 1 2 2
48 1 1 2 4 1 3 2 2 2 1 1 2 2
49 2 2 1 5 2 1 2 2 2 2 2 2 2
50 2 1 1 5 2 2 1 2 1 2 2 2 1
51 2 2 1 5 2 2 1 1 2 2 2 2 2
52 1 1 4 4 1 2 1 2 1 2 2 2 1
53 1 2 3 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2
54 2 1 4 4 2 1 1 1 2 2 2 1 2
55 2 2 3 3 2 1 1 1 1 2 2 2 1
56 2 2 3 3 2 1 1 1 1 2 2 2 1
57 2 2 1 5 2 2 1 1 1 2 2 2 1
58 2 2 1 5 2 1 1 2 1 1 1 2 1
59 2 2 1 5 2 1 2 2 2 1 1 2 2
60 2 1 1 5 2 2 1 1 2 2 2 2 2
61 2 1 2 5 2 3 1 1 1 2 2 2 1
62 2 2 1 5 2 2 1 1 1 2 2 2 1
65
Karakteristik Responden Usia Riwayat Penyakit Indikator Darah
Responden Umu 4
1 2 3 1 2 3 4
r Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan
63 2 1 4 4 2 1 2 2 2 2 2 2 2
64 2 2 3 4 2 3 2 2 2 2 2 1 2
65 2 2 3 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2
66 1 2 1 5 1 1 2 2 2 2 1 2 2
67 2 2 2 3 2 2 1 1 1 2 2 1 1
Keterangan:
Karakteristik Responden:
Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Usia
≥41 tahun = 1 1. Laki-laki 1. PNS 1. Tidak sekolah 1. Dibawah 40 tahun
≤40 tahun = 2 2. Perempuan 2. Wiraswasta 2. SD 2. Lebih dari 40 tahun
3. IRT 3. SMP
4. Petani 4. SMA
5. Buruh 5. Perguruan tinggi/
6. Lainnya Akademik
1.Keluhan 2.Riwayat Penyakit Sebelumnya Kadar Ureum Kadar kreatinin Kadar Hemoglobin Tekanan darah
< 3 keluhan = 1 Ya=1 darah darah 1. Normal 1. Normal
3 – 4 keluhan = 2 Tidak memiliki riwayat=2 1. Normal 1. Normal 2. Tidak normal 2. Tidak normal
> 5 keluhan = 3 3.Hipertensi 2. Tidak Normal 2. Tidak normal
Ya = 1 Tidak =2
4.Diabetes Mellitus
66
Ya = 1 Tidak =2
67
Lampiran 3: Tabel Distribusi Frekuensi
UMUR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ≥41 Tahun 45 67.2 67.2 67.2
≤40 Tahun 22 32.8 32.8 100.0
Total 67 100.0 100.0
JENIS KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 25 37.3 37.3 37.3
Perempuan 42 62.7 62.7 100.0
Total 67 100.0 100.0
PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid PNS 14 20.9 20.9 20.9
Wiraswasta 16 23.9 23.9 44.8
IRT 25 37.3 37.3 82.1
Petani 10 14.9 14.9 97.0
Lainnya 2 3.0 3.0 100.0
Total 67 100.0 100.0
68
PENDIDIKAN
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Sekolah 4 6.0 6.0 6.0
SD 5 7.5 7.5 13.4
SMP 19 28.4 28.4 41.8
SMA 18 26.9 26.9 68.7
Perguruan Tinggi/
21 31.3 31.3 100.0
Akademik
Total 67 100.0 100.0
69
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ada riwayat 47 70.1 70.1 70.1
Tidak ada riwayat
20 29.9 29.9 100.0
penyakit
Total 67 100.0 100.0
70
KADAR UREUM DARAH
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Normal 15 22.4 22.4 22.4
Tidak
52 77.6 77.6 100.0
Normal
Total 67 100.0 100.0
KADAR HEMOGLOBIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Normal 21 31.3 31.3 31.3
Tidak
46 68.7 68.7 100.0
Normal
Total 67 100.0 100.0
71
Lampiran 4: Dokumentasi Penelitian
72
Gambar 3. Peneliti membantu penderita GGK mengisi kuesioner
73
Gambar 5. Peneliti membantu penderita GGK mengisi kuesioner
74