OLEH : KELOMPOK 24
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
permanen atau kernikterus. Sebanyak 60 % dari bayi sehat akan mengalami penyakit
dalam minggu pertama kelahiran (Maisels, 2008; Lin et al 2015). Hal ini juga
menyatakan bahwa peningkatan kadar bilirubin diatas normalnya terjadi pada bayi
premature sebanyak 80 % dan bayi cukup bulan sebnayak 60 % pada minggu pertama
kelahiran.
bilirubin dalam darah dengan cepat. Kurangnya asupan kalori dan cairan, penurunan
berat badan atau tertundannya buang air besar menyebabkan resiko bayi mengalami
kuning. Salah satu jenis penyakit kuning adalah ikterik fisiologis, dimana penyakit
ini dikategorikan tidak berbahaya, namun jika kadar bilirubin sangat berlebih atau
bisa mengarah ke patologis maka harus segera ditangani dengan cepat. Penanganan
yang dilakukan diantarannya fototerapi, tranfusi tukar dan pijat bayi untuk mencegah
Seyyedrasooli, 2015).
Pijat bayi memiliki banyak manfaat diantaranya adalah meningkatkan
dan memperpendek rawat inap di rumah sakit (Niemi, 2017). Mohhadam et al,
(2015) menyatakan bahwa pijat bayi akan menurunkan kadar bilirubin dalam darah
dari pada yang tidak dilakukan pijat bayi dengan p= 0,0003. Lin et al (2015) juga
menyatakan bahwa pijat bayi sangat signifikan menurunkan kadar bilirubin dalam
darah dengan p= 0,03. Di Daerah Wates dan Sleman neonatal banyak mengalami
komplikasi diantaranya adalah asfiksia, ikterus, hipotermi, sepsis, trauma lahir dan
gangguan pernafasan. Pada tahun 2015 angka kejadian komplikasi neonatal mencapai
124,5 %, dimana jumlah perkiraan neonatus dengan komplikasi sebanyak 785 kasus
dan ternyata yang mendapat penanganan sebanyak 977 kasus dan angka tersebut
melebihi jumlah angka nasional yaitu sebesar (15%) (Dinas Kesehatan Kulon Progo
Sleman, 2016). Tindakan yang dilakukan untuk menangani bayi ikterik di rumah
sakit masih sebatas tindakan medis diantaranya pemberian fototerapi dan tranfusi
tukar. untuk tindakan keperawatan baru sepatas pemberian ASI atau edukasi kepada
orang tua untuk lebih sering memberikan ASI. Untuk tindakan mandiri keperawatan
masih minim. Oleh karena itu peneliti mencoba melihat teori yang berkaitan dengan
penatalaksanaan pada bayi ikterik salah satunya adalah Pijat bayi atau terapi
sentuhan.
B. Rumusan masalah
Bayi RS Yogyakarta?
D. Manfaat
1. Hasil analisis jurnal ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
klinis bagi perawat untuk memastikan penelitian yang dicari sesuai dengan
TINJAUAN PUSTAKA
A. IKTERIK NEONATUS
1. Pengertian
neonatus yang mengacu pada warna kuning pada kulit dan sklera yang disebabkan
terlalu banyaknya bilirubin dalam darah lebih dari 10 mg/dl pada 24 jam pertama
terbentuk lebih cepat daripada kemampuan hati bayi yang baru lahir (neonatus)
untuk dapat memecahnya dan mengeluarkannya dari tubuh, Ikterik adalah warna
kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender, kulit atau organ lain akibat
dalam darah. Penguraian sel darah merah merupakan proses yang dilakukan oleh
tubuh manusia apabila sel darah merah telah berusia 120 hari. Hasil penguraian
hati (hepar) dan dikeluarkan dari badan melalui buang air besar (BAB) dan Buang
adalah warna kuning yang terlihat pada sklera, selaput lender, kulit atau organ
lain pada nenonatus akibat kadar bilirubin dalam darah lebih dari 10 mg/dl pada
24 jam pertama kehidupan, dan terjadi karena bilirubin tidak terkonjugasi oleh
hepar, sehingga tidak dapat dieksresikan dari tubuh dan menumpuk pada darah,
bila tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan terjadinya kern ikterus yang
2. Penyebab
disebabkan oleh beberapa factor, secara garis besar etioologi ikterik neonates
(PPNI, 2017):
a. Penurunan Berat Badan abnormal (7-8% pada bayi baru lahir yang
3. Klasifikasi
a. Ikterik fisiologis
Ikterik fisiologis yaitu warna kuning yang timbul pada hari kedua atau ketiga
dan tampak jelas pada hari kelima sampai keenam dan menghilang sampai
kern icterus. Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa, kadar
bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl dan pada
BBLR 10 mg/dl, dan akan hilang pada hari keempat belas, kecepatan kadar
Ikterik ini mempunyai dasar patologis, ikterik timbul dalam 24 jam pertama
bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam. Konsentrasi bilirubin serum serum
melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg%pada bayi
darah, defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis). Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl
atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl per-jam atau lebih 5 mg/dl perhari.
Ikterik menetap sesudah bayi umur 10 hari (bayi cukup bulan) dan lebih dari
14 hari pada bayi baru lahir BBLR. Beberapa keadaan yang menimbulkan
ikterik patologis:
2) Kelainan dalam sel darah merah pada defisiensi G-PD (Glukosa-6 Phostat
4. Manifestasi Klinik
2014):
a. Warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender, kulit atau
d. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus cukup bulan, dan 12,5
f. Ikterik yang disertai dengan berat badan lahir kurang 2000 gr, masa esfasi
5. Penanganan
1) Menyusui bayi denga ASI, bilirubin dapat pecah jika bayi banyak
cukup ASI. Seperti yang diketahui ASi memiliki zat zat terbaik yang
dengan cepat.
d. Fototerapi
yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut
dalam air, dan dikeluarkan melalui urine, tinja, sehingga kadar bilirubin
menurun.
senyawa tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol
yang mudah larut dalam air dan cairan empedu duodenum dan
feses.
2) Komplikasi fototerapi
selesai.
d) Kenaikan suhu akibat sinar lampu, jika hal ini terjadi sebagian
lampu dimatikan, tetapi diteruskan dan jika suhu terus naik, lampu
e. Transfusi tukar
kadar bilirubin tetap tinggi. Pada umumnya transfuse tukar dilakukan pada
bilirubin indirek cepat yaitu 0,3-1 mg% per-jam, anemia berat pada
neunatus dengan gejala gagal jantung, bayi dengan kadar hemoglobin tali
pusat kurang dari 14 mg% dan uji comb positif. Tujuan transfuse tukar
PEMBAHASAN
RSIA Sadewa pada tahun 2018. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30
Kriteria eklusi :
dan Rhesus
c. Perdarahan subgaleal.
atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan
kriteria inklusi dan eklusi maka bisa dijadikan sampel penelitian. Dengan
posisi senyaman mungkin kepada bayi, sambal menjelaskan kepada orang tua
tindakan yang akan dilakukan kepada bayi. Responden juga akan dilakukan
pijat bayi (+fototerapi) dilakukan sebanyak 2 kali pada pagi hari dan sore
kadar bilirubin setelah intervensi. Secara statistik tidak ada perbedaan yang
kelompok kontrol dengan selisih 0,62. Adanya terapi pijat maka terjadi
penurunan bilirubin pada kelompok intervensi yang jauh lebih baik dari
kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan pijat bayi adalah cara memberikan
dan fototerapi dengan penurunan kadar bilirubin, dan tidak ada perbedaan
yang bermakna antara bayi yang mendapatkan pijat bayi dan fototerapi
Marmi, & Raharjo, K. (2015). Asuhan neonates, bayi, balita, dan anak prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ridha, H.N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.