Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Penelitian Pendidikan

Vol. 29 Nomor 2 tahun 2011

PENGEMBANGAN SISTEM DIAGNOSIS KOGNITIF


FISIKA ONLINE UNTUK SMP

Budi Naini Mindyarto, Ani Rusilowati, Kartono, Sugiyanto

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang

Abstract. The need for this study stems from the accumulation of non-tuntasan
learn physics due to the integration of assessment with learning in school. The
formulation of the problem is how to develop an online assessment system for the
diagnosis of cognitive junior physics using computerized adaptive testing (CAT)
in order to facilitate the realization of assessment for learning in school? While the
goal is to design and build a prototype system question bank and online cognitive
diagnostic assessment using CAT for junior high school Physics. Development is
done using the system development life cycle (SDLC) and a checklist to identify
the data on compliance with specifications question bank, a prototype system
assessment, cognitive diagnosis report, and revised prototype. Exploratory
descriptive approach shows that with open source technologies potentially
resulting product can be run on the network to the Internet or local computer
networks in schools. Physics problem decomposed into components of problem-
solving as measured by two 2-tier multiple choice items. Problems (testlet)
packaged in modules that are presented to the user is adaptive to the user’s level
of cognitive ability. Cognitive profile of qualitative and quantitative diagnosis of
the resulting constructive learning process for improvement. Prototype results of
this study can be accessed at: http://aku-bisa.com.

Keywords: cognitive diagnosis, two-tier multiple choice, adaptive

PENDAHULUAN guru di kelas pada dasarnya adalah untuk


mendapatkan informasi yang digunakan baik
Assessment for learning adalah penilaian untuk feedback dan feedforward (Hutchinson,
formatif yang merupakan pusat dari proses 2006; Gerdy, 2002). Informasi ini memberi
belajar dan mengajar yang efektif (Stiggins, feedback kepada guru tentang seberapa efektif
2002). Penilaian ini mendorong dan pengajaran yang telah dilakukan, dan memberi
memungkinkan guru menggunakan penilaian feedforward ke perencanaan untuk langkah-
untuk mempromosikan dan memonitor langkah berikutnya dalam pembelajaran dan
pembelajaran untuk kemajuan belajar siswa. bagaimana membantu siswa untuk mengikuti
Kontribusi penilaian formatif terhadap langkah-langkah ini. Feedback juga diberikan
pembelajaran ini mendorong pembelajaran kepada siswa untuk membantu siswa
yang berkwalitas dan menhindari praktik- mengidentifikasi dan mengambil tindakan
praktik pembelajaran yang tidak diinginkan. untuk menutup gap dalam belajarnya.
Penilaian formatif yang dilakukan oleh Feedback hasil penilaian dianggap sebagai

86
Budi NM, Ani R, Kartono, Sugiyanto Pengembangan Sistem Diagnosis

feedback hanya jika digunakan untuk menutup dan koreksi respon siswa dapat dilakukan
gap yang ada pada siswa (Gao, 2006). dengan mudah dan otomatis. Feedback yang
Dalam pembelajaran di kelas SMP pada dihasilkan berdasarkan respon siswa juga
umumnya, penyelenggaraan penilaian formatif dapat dilaporkan secara otomatis dan instant
sering memakan banyak waktu. Ketika guru sehingga dapat segera dimanfaatkan oleh
IPA Fisika memberi sejumlah pertanyaan guru untuk melakukan kegiatan-kegiatan
untuk mengecek pemahaman siswa, guru perbaikan pembelajaran. Konsekuensi logis
menginterpretasi dan mengidentifikasi gap dari suatu tes berbasis komputer adalah harus
antara apa yang sebenarnya dipelajari siswa tersedianya perangkat keras komputer untuk
(learning outcome) dan target pencapaian menyajikan tes bagi setiap siswa. Penerapan
belajar yang diinginkan (learning goal). computer-based assessment dalam penilaian
Kemudian guru memberi feedback kepada pembelajaran telah dilakukan dalam bentuk
siswa untuk menutup gap tersebut. Namun tutorial diantaranya yaitu Tutorial Fisika
pengadministrasian paper and pencil test Berbantuan Komputer (Budi, 2003).
dan ukuran kelas yang besar membuat beban Fasilitasi ICT dalam bidang penilaian
penilaian kelas ada di tangan guru IPA Fisika pendidikan semakin dapat dirasakan dalam
dan sering membuat feedback tidak dapat pembelajaran IPA Fisika yaitu dengan
diberikan dengan segera dan kurang spesifik pengadopsian teknologi internet. Penilaian
(Budi, 2001). pendidikan menjadi semakin fleksibel dimana
Penilaian formatif yang dilakukan penilaian tidak lagi terpancang kepada waktu
oleh guru IPA Fisika jika tidak bersifat dan tempat tertentu. Penilaian dapat dilakukan
komplemen dengan proses pembelajaran, secara klasikal di sekolah maupun di luar
tidak akan berkontribusi terhadap kemajuan sekolah dan waktu penyajianpun dapat diatur
belajar siswa. Dengan proses penilaian dan yaitu pada saat jam sekolah atau di luar jam
proses pembelajaran yang seakan-akan sekolah. Fasilitasi internet untuk penilaian
berdiri sendiri-sendiri, tidak akan mendorong pendidikan telah dilakukan yaitu Template
siswa untuk berkembang. Guru seakan-akan Tutorial Fisika Berbasis Web (Budi & Suharto,
hanya menghakimi siswa tanpa menggali 2005) dimana bank soal dikembangkan
meaningful feedback dibalik kegagalan siswa berdasarkan pola-pola yang telah disediakan.
yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki Fasilitasi ICT baik berbasis web atau
pembelajaran berikutnya. Penyampaian yang konvensional telah memberikan
materi IPA Fisika dapat berlangsung terus kontribusi efisiensi dan efektivitas dalam
pokok bahasan demi pokok bahasan tetapi pengadministrasian penilaian IPA Fisika.
kesulitan demi kesulitan akan dialami oleh Feedback dan feedforward telah berhasil
siswa tanpa adanya solusi yang membangun dihasilkan namun dengan cara yang kurang
yang berakibat kepada ketidak-tuntasan cerdas (intelligent). Dengan computerized
belajar siswa. adaptive testing (CAT), tes diagnosis kognitif
Dengan berkembangnya adopsi teknologi akan dapat dilakukan secara cerdas dimana
dalam bidang pendidikan termasuk dalam item-item tes yang diberikan kepada siswa
tekonologi penilaian pendidikan, penilaian disesuaikan dengan tingkat kemampuannya.
formatif dalam kelas menjadi terfasilitasi Siswa berkemampuan tinggi akan menerima
terutama dengan adanya ICT. Tes formatif item-item tes yang relatif sukar dan sebaliknya
IPA Fisika dapat disajikan dalam bentuk untuk anak berkemampuan rendah.
perangkat lunak komputer yaitu computer- Penelitian tradisional CAT di Indonesia
based assessment sehingga penyusunan soal telah dilakukan tetapi masih terfokus pada

87
Budi NM, Ani R, Kartono, Sugiyanto Pengembangan Sistem Diagnosis

estimasi kemampuan (Mutaqin & Haryanto, METODE PENELITIAN


2007; Agus, 2007). Dengan adanya kebaruan
unsur cerdas menggunakan teknologi CAT, Penelitian ini merupakan tahap pertama
informasi diagnosis kognitif dan juga estimasi dari penelitian pengembangan (research
kemampuan dari domain yang diukur dapat & development) yang direncanakan untuk
diungkap secara lebih efisien. diselesaikan dalam 2 tahun. Tahap pertama
Konsekuensi logis dari sistem online yaitu penelitian pengembangan ini menggunakan
adanya perangkat komputer yang terkoneksi metode pengembangan perangkat lunak
dengan jaringan internet atau adanya jaringan system development life cycle (SDLC)
komputer local (LAN) di sekolah. Keberadaan dan metode pengumpulan data checklist
SMP-SMP berstandar internasional yang yang digunakan untuk mengidentifikasi
mensyaratkan adanya fasilitasi penuh ICT data tentang pemenuhan spesifikasi bank
termasuk koneksi komputer ke internet serta soal, prototype sistem penilaian, laporan
keberadaan kelas-kelas akselerasi yang diagnosis kognitif, dan revisi prototype.
memprogramkan penyelesaian studi di SMP Penelitian ini menggunakan pendekatan
dalam 2 tahun merupakan lahan yang strategis deskriptif eksploratif untuk menganalisis
untuk memaksimalkan potensi yang ada. data tentang karakteristik dari bank soal dan
Dengan mengimplementasikan penilaian prototype sistem penilaian diagnosis kognitif
formatif menggunakan tes diagnosis kognitif menggunakan CAT untuk Fisika SMP, serta
menggunakan CAT secara online, paradigma laporan diagnosis kognitif yang dihasilkan
assessment for learning akan terwujud dimana baik informasi kuantitatif maupun informasi
proses penilaian akan berjalan secara sinergi kualitatif.
dengan proses pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menyelidiki efektivitas dan
efisiensi sistem ini, agent of change diperlukan Sistem penilaian diagnosis kognitif
untuk melakukan penelitian guna membangun menggunakan computerized-adaptive testing
sistem yang mampu berkontribusi baik (CAT) untuk Fisika SMP secara online ini
praktis maupun metodologis. Secara praktis, dikembangkan menggunakan teknologi open
keberhasilan pembangunan sistem secara source. Item-item penilaian diagnosis kognitif
online melalui internet untuk mewujudkan dikelola menggunakan database management
system yaitu MySQL sedangkan interface-
paradigma assessment for learning di suatu
interface-nya dikembangkan menggunakan
sekolah ini sudah siap untuk di-share pula
skrip PHP. Pemilihan teknologi open source
oleh guru-guru Fisika SMP dan juga orang
ini dimaksudkan untuk memudahkan
tua siswa pada sekolah-sekolah lain di bagi mereka yang akan mengembangkan
seluruh Indonesia atau bahkan oleh pihak- lebih lanjut penerapan teknologi ini dalam
pihak manapun tanpa terbatas oleh tempat mengembangkan sistem penilaian diagnosis
dan waktu. Secara metodologis, siklus kognitif menggunakan CAT mengingat
pengembangan sistem melalui bentuk teknologi ini tersedia secara cuma-cuma bagi
collaborative e-research antara peneliti, guru umum.
Fisika SMP, dan siswa SMP ini berkontribusi Penilaian diagnosis kognitif Fisika untuk
terhadap peningkatan kemampuan guru dalam SMP tersusun dari item-item yang berbasiskan
melakukan penelitian khususnya penelitian 2-tier multiple choice items yang terdiri dari
kolaboratif menggunakan media komunikasi pasangan jawaban dan alasan. Setiap item
internet (e-research). pilihan ganda diikuti oleh sejumlah pilihan

88
Budi NM, Ani R, Kartono, Sugiyanto Pengembangan Sistem Diagnosis

yang merupakan alternatif alasan terhadap satu jawaban yang telah dipilih sebelumnya.

Gambar 1. 2-tier multiple choice item


Item-item 2-tier multiple choice ini mencakup dimensi komputasi dan pengkodean
dikembangkan dan disajikan dalam bentuk bentuk tertulis yang benar (Newman, 1977,
testlet dimana sebuah pernyataan permasalahan 1983 dan Kirsch & Mosenthal, 1993 dalam
Fisika diikuti dengan beberapa pertanyaan- Neill, 2000). Berdasarkan dekomposisi ini,
pertanyaan bentuk pilihan ganda. Penjabaran sebuah persoalan Fisika disajikan dalam
sebuah pernyataan persoalan Fisika kedalam bentuk sebuah pernyataan yang diikuti oleh
pertanyaan-pertanyaan ini didasarkan kepada empat item pilihan ganda yang disajikan
pendekatan problem solving yang lazim ke dalam dua 2-tier multiple choice. Item
digunakan dalam persoalan-persoalan Fisika. pertama mengungkap deskripsi permasalahan,
Pola problem-solving dalam persoalan Fisika item kedua mengungkap eksplanasi
dapat dijabarkan ke dalam tiga komponen terhadap deskripsi permasalahan, item
yaitu identifikasi yang mencakup dimensi ketiga mengungkap aplikasi komputasi dan
pembacaan dan pemahaman, formulasi pengkodean, dan item pilihan ganda keempat
permasalahan yang mencakup dimensi mengungkap eksplanasi berupa transformasi
transformasi permasalahan ke dalam bentuk permasalahan menggunakan menggunakan
matematis yang sesuai, dan aplikasi yang konsep-konsep fisika.

Gambar 14. Pernyataan Permasalahan Fisika

89
Budi NM, Ani R, Kartono, Sugiyanto Pengembangan Sistem Diagnosis

Gambar 15. Dekomposisi Permasalahan ke dalam Dua 2-tier MC Item

Database bank soal dipakai untuk satu alasan dalam siswa menjawab pertanyaan
mengelola soal dalam bentuk pilihan ganda, komponen identifikasi. Database bank soal
karakteristik dari setiap soal, respon dari setiap juga mengakomodasi alasan di luar alasan-
user, identitas user, dan tingkat kemampuan
alasan yang disajikan untuk diinputkan dalam
user. Untuk komponen identifikasi,
pertanyaan diikuti dengan sejumlah pilihan bentuk expanded textarea di bagian bawah
dimana siswa diminta untuk memilih salah dari pilihan alasan.

Gambar 4. Expanded textarea sebagai tempat untuk memasukkan

alasan yang dimiliki user untuk item pilihan ganda apakah user yakin dalam
membantu mengetahui tingkat keyakinan member respon atau hanya menebak, database
user dalam memberi respon terhadap item- bank soal memberikan field berupa pilihan

90
Budi NM, Ani R, Kartono, Sugiyanto Pengembangan Sistem Diagnosis

tingkat keyakinan yang mengikuti setiap soal.

Gambar 5. Pilihan tingkat keyakinan user dalam memberi respon terhadap setiap
soal
Database bank soal juga mengakomodasi Soal-soal yang disimpan dalam database
soal yang hanya mengungkap tingkat bank soal disajikan secara adaptif terhadap
pemahaman yaitu dengan memberikan tingkat kemampuan kognitif siswa dimana
eksplanasi terhadap deskripsi permasalahan pada tahap awal siswa akan mendapatkan
fisika. Jadi bank soal mengakomodasi soal-soal dengan tingkat kesulitan sedang
permasalahan-permasalahan fisika yang dapat dan beberapa tahap berikutnya siswa akan
diungkap menggunakan dua 2-tier multiple mendapatkan soal-soal yang sesuai dengan
choice item dimana terdapat dimensi komputasi tingkat kemampuan kognitifnya. Siswa-siswa
dan pengkodean dan juga permasalahan- dengan tingkat kemampuan kognitif tinggi
permasalahan yang hanya dapat diungkap akan diadaptasi untuk mendapatkan soal-soal
menggunakan satu 2-tier multiple choice item. dengan tingkat kesulitan tinggi dan sebaliknya.
Berdasarkan respon dari siswa terhadap soal-
soal yang diterimanya, sistem penilaian
diagnosis kognitif akan menghasilkan
profil kognitif yang berisi informasi tentang
kemampuan kognitif siswa. Berdasarkan profil
kognitif ini dapat digunakan untuk melihat
tingkat pencapaian dari materi yang diujikan,
mengidentifikasi pemahaman konseptual dan
keterampilan-keterampial problem solving,
permasalahan-permasalahan kognitif dan
bagian-bagian materi yang berpotensi untuk
Gambar 18. Soal dengan satu 2-tier dilakukan perbaikan, serta untuk memonitor
multiple choice item perkembangan kognitif siswa.
Untuk memulai menggunakan sistem
penilaian diagnosis kognitif, siswa diminta
untuk memasukkan informasi identitas diri
sebagai mekanisme autentikasi penggunaan
program. Siswa kemudian disajikan sebuah
modul awal dengan tingkat kesulitan
sedang yang terdiri dari beberapa soal yang
masing-masing mewakili sub-sub materi
yang diujikan. Secara adaptif dalam empat
tahap soal-soal yang disajikan disesuaikan
Gambar 19. Soal dengan dua 2-tier dengan tingkat kemampuan kognitif siswa.
multiple choice item Setelah menyelesaikan keempat modul yang

91
Budi NM, Ani R, Kartono, Sugiyanto Pengembangan Sistem Diagnosis

disajikan, siswa kemudian disajikan laporan Berdasarkan laporan ini siswa memperoleh
diagnosis kognitif baik informasi kuantitatif informasi tentang profil kognitif tentang
yang merepresentasikan tingkat kompetensi materi yang diujikan yaitu tentang kekuatan
yang diukur maupun informasi kualitatif yang dan kelemahan, pemahaman konseptual,
menggambarkan performansi berdasarkan keterampilan problem solving, dan bagian-
respon dari siswa terhadap soal-soal dalam bagian dari materi yang perlu mendapatkan
keempat modul yang telah dikerjakan. perbaikan.

Gambar 8. Printscreen Output

92
Budi NM, Ani R, Kartono, Sugiyanto Pengembangan Sistem Diagnosis

SIMPULAN DAN SARAN Saran


Simpulan Disamping fitur-fitur yang telah
diimplementasikan di atas, produk penelitian
Aplikasi DKFOnline ini merupakan ini perlu ditindak-lanjuti dengan penelitian
produk pengembangan dalam bidang pengembangan berikutnya agar benar-benar
pendidikan khususnya untuk digunakan dalam dapat memfasilitasi terwujudnya assessment
penilaian untuk menunjang pembelajaran for learning yaitu dengan lebih memvariasi
di sekolah menengah. Produk penelitian stimulus-stimulus yang diintegrasikan ke
ini dikembangkan untuk memfasilitasi dalam permasalahan-permasalahan fisika
terwujudnya paradigma assessment for yang disajikan ke user diantaranya diantaranya
dengan memasukkan audio, video, animasi,
learning di sekolah. Karakteristik yang telah
dan mekanisme navigasi interaktif dan
dikembangkan dalam penelitian ini diantaranya pelaporan yang lebih bervariatif sehingga
yaitu potensi untuk dapat dijalankan pada akan memberikan sistem diagnosis kognitif
jaringan internet atau jaringan komputer lokal yang lebih konstruktif.
di sekolah mengingat sistem ini dikembangkan
menggunakan teknologi open source. DAFTAR PUSTAKA
Item-item dalam bank soal dikembangkan
berbasiskan 2-tier multiple choice items yang Agus S. (2007). Pengembangan dan
Implementasi Computerized Adaptive
merupakan pasangan jawaban dan alasan.
Testing di Universitas Terbuka (Proposal
Permasalahan fisika didekomposisi ke dalam Disertasi). Yogyakarta: Universitas
komponen-komponen problem-solving yang Negeri Yogyakarta.
diukur oleh dua 2-tier multiple choice items. Ani R. & Budi N.M. (2007). Feasibilitas
Soal-soal (testlet) dikemas dalam modul- Perwujudan Assessment for Learning
modul dimana setiap modul berisi item-item Berbasis Teknologi Informasi pada
dari semua topik yang diujikan. Modul- SMP-SMP Berstandar Internasional di
modul ini disajikan kepada user secara adaptif Kota Semarang, Magelang, dan Kudus.
terhadap tingkat kemampuan kognitif user Semarang: Lemlit UNNES.
Boud, D. (1995). Assessment and Learning:
dalam bentuk multi-stage adaptive testing.
Contradictory or Complementary. In
Sistem ini dapat menghasilkan laporan berisi Assessment for Learning in Higher
profil informasi diagnosis kognitif yaitu Education. London: Kogan Page.
tingkat kemampuan (theta) dari domain yang Bolt, D. (2007). The Present and Future of IRT-
diujikan, tingkat masteri atribut-atribut yang Based Cognitive Diagnostic Models
diukur dalam tes, indikasi item-item yang (ICDMs) and Related Methods. Journal
gagal, dan petunjuk (hint) untuk kesuksesan of Educational Measurement, Winter
menjawab benar dari item-item dimana siswa 2007, Vol.44, No.4, pp.377-383.
gagal menjawab dengan benar. Prototype hasil Budi NM. (2007). Implementasi
Unidimensional Computerized Adaptive
penelitian ini dapat diakses di: http://aku-bisa.
Testing (UCAT) Menggunakan
com. Teknologi Open Source. Semarang:

93
Budi NM, Ani R, Kartono, Sugiyanto Pengembangan Sistem Diagnosis

Lemlit UNNES. Junker, B. W., & Sijtsma, K. (2001).


Budi NM. (2003). Pengaruh Tutorial Fisika Cognitive assessment models with few
Berbantuan Komputer terhadap assumptions, and connections with
Kemampuan Kognitif dan Sikap nonparametric item response theory.
Mahasiswa terhadap Fisika. Semarang: Applied Psychological Measurement,
Lemlit UNNES. 25, 258-272.
Budi N.M. (2001). Kontribusi Tes Formatif Kartono & Budi NM. (2007). Pengembangan
terhadap Proses Pembelajaran IPA Bank Soal Bidang Studi Matematika
Fisika SMP se Kota Semarang. Tingkat SLTP. Semarang: Lemlit
Semarang: Lemlit UNNES. UNNES.
Budi NM. & Suharto. (2005). Pengembangan Leighton, J.P. and Gierl, M.J. (2007). Cognitive
Template Program Tutorial Berbasis Diagnostic Assessment for Education:
Web untuk Meningkatkan Kapabilitas Theory and Applications. Cambridge
Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Fisika University Press.
FMIPA UNNES. Semarang: DUE- Neill, A. (2000). An Introduction to the
LIKE UNNES. Assessment Resource Banks (ARBS)
Chipman, S. F., Nichols, P. D. & Brennan, R. and their Diagnostic Potential. Paper
L. (1995). Introduction. In P. D. Nichols, presented at Technology in Mathematics
S.F. Chipman, and R. L. Brennan (Eds.), Education (TIME 2000) December
Cognitively Diagnostic Assessment 2000, Auckland, New Zealand.
(p.327-361). Hillsdale, NJ: Lawrence Sadaghiani, H. and Bao, L. (2007). Immediate
Erlbaum Associates. Informative Feedback Using a New
Gao, L. (2006). Toward a Cognitive Processing Homework System. Department of
Model of MELAB Reading Test Item Physics, The Ohio State University.
Performance. Second or Foreign Snow, R.E., & Lohman, D.F. (1989).
Language Assessment, Volume 4, 2006 Implication of Cognitive Psychology for
English Language Institute, University Educational Measurement. In R.L. Linn
of Michigan. (Ed), Educational Measurement (3rd
Gerdy, KB. (2002). Teacher, Coach, Ed) (pp.263-331). New York: American
Cheerleader, and Judge: Promoting Council on Education/Macmillan.
Learning through Learner-Centered Stiggins, R.J. (2002). Assessment Crisis: The
Assessment. Law Library Journal. Vol. Absence of Assessment FOR Learning
94:1 Kappan Professional Journal (Online).
HCECSS (2007). Diagnostic Assessment. Diakses tanggal 5 April 2005. [http://
(Online). Diakses tanggal 5 April 2008. www.pdkintl.org/kappan/k0206sti.htm]
[http://www.highlandschools-irtualib. Templin, J. (2006). Using Models for
org.uk/ltt/whole_learner/ diagnostic. Cognitive Diagnosis in Formative
htm] Settings: Evaluating a Third Grade
Ho, J., Peh, J. & Seah, WC. (2005). Informating Science Benchmark Test. University of
Formative Assessment with Technology. Kansas.
Singapore: Ministry of Education. van der Linden. W.J. (2005). A Comparison
Hutchinson, C. (2006). Assessment is for of Item-Selection Methods for Adaptive
Learning. (Online). Diakses tanggal 21 Tests with Content Constraints. Journal
April 2008. [http://www.ltscotland.org. of Educational Measurement, Fall 2005,
uk/assess]. Vol.42, No.3, pp. 283-302

94
Budi NM, Ani R, Kartono, Sugiyanto Pengembangan Sistem Diagnosis

Wang, C., & Gierl, M.J. (2007). Investigating


the Cognitive Attributes Underlying
Student Performance on the SAT®
Critical Reading Subtest: An Application
of the Attribute Hierarchy Method.
National Council on Measurement in
Education, Chicago, Illinois, April 9,
2007.
Zou, J., Gierl, M.J., & Cui, Y. (2007).
Computerized Attribute-Adaptive
Testing: A New Approach Incorporating
Cognitive Psychology. Paper presented
at the 2007 GMAC® Conference on
Computerized Adaptive Testing.

95

Anda mungkin juga menyukai