Anda di halaman 1dari 2

Abstrak

Latar Belakang : Kematian terkait asma telah menurun di seluruh dunia sejak diperkenalkan
terapi kortikosteroid inhalasi dalam beberapa dekade terakhir. Namun, masih ada beberapa
kematian akibat asma yang diidentifikasi terutama pada populasi yang kurang akan akses
pengobatan dasar. Pulmonary Emfisema interstisial karena rupturnya alveolar jarang
digambarkan sebagai komplikasi serangan asma akut yang berat, dan identifikasi analisis
patologisnya sulit. Sebelumnya, penelitian melaporkan hubungan Pulmonary Emfisema
interstisial dan Bronchial ductal gland ectasia pada asma.
Presentasi kasus : Kami menyajikan kasus seorang pria berusia 42 tahun yang meninggal
karena serangan asma yang berat. Postmortem computed tomography mengungkapkan
temuan yang tidak biasa dari akut Pulmonary Emfisema interstisial, dikonfirmasi dengan
analisis patologis. Kami meninjau 28 kasus pada jaringan asma mematikan dan
mengidentifikasi adanya Pulmonary emfisema interstisial pada 10% kasus.
Kesimpulan : Postmortem Computed tomography adalah alat diagnostik pelengkap yang
berguna untuk otopsi. Pulmonary Emfisema Interstisial pada asma eksaserbasi akut
didapatkan lebih banyak daripada yang dilaporkan. Hiperdistensi alveolar dan Bronchial
ductal gland ectasia yang menyebabkan ruptur jaringan merupakan mekanisme yang mungkin
terlibat dalam pembentukan Pulmonary Emfisema Interstisial. Dampak klinis Pulmonary
Emfisema Interstisial pada asma tidak diketahui.
Kata kunci: Asma mematikan, Otopsi, Post-mortem computerized tomography, Pulmonary
emfisema interstitial.

Latar belakang
Asma mempengaruhi lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia yang menjadi beban
kesehatan yang cukup besar1. Antara tahun 1990 dan 2013, kemajuan dalam manajemen asma
menghasilkan pengurangan 42% dalam tingkat kematian standar usia di seluruh
dunia2. Penurunan kematian asma juga telah diamati di Brasil sejak akhir 90-an, ketika terapi
kortikosteroid inhalasi tersedia secara menyeluruh. Ketimpangan masih ada di
negara; kematian menurun lebih signifikan di wilayah tenggara negara3.
Kematian karena asma diyakini sebagai kombinasi bronkokonstriksi otot polos
saluran napas dan asfiksia karena sumbatan mucus. Paru-paru pasien yang meninggal karena
asma biasanya hiperinflasi karena peningkatan tekanan yang menonjol4.
Pulmonary Emfisema Interstisial (PEI) adalah kondisi dimana udara keluar melalui
dinding alveolus ke dalam jaringan interstisial yang berdekatan. Ditemukan pada bayi
prematur, trauma tumpul toraks, ventilasi mekanik, penyakit paru obstruktif, penyakit infeksi
dan fibrosis paru idiopatik. Ketika dikaitkan dengan pneumomediastinum, proses ini dikenal
sebagai efek Macklin5,7. Pada penderita asma yang masih hidup, ada beberapa deskripsi PEI
sebagai komplikasi penyakit persisten8 dan eksaserbasi9. Namun, Cluroe et al.,
menggambarkan bahwa 20% kasus asma mematikan di Selandia Baru pada akhir 80-an
memiliki tanda-tanda histologis PEI, terkait dengan Bronchial ductal gland ectasia. Para
penulis menyarankan bahwa pecahnya ductal karena akumulasi mucus dapat menyebabkan
masuknya udara ke dalam interstisial10,11. Temuan ini tidak terkait pada setiap gambaran
klinis spesifik terkait dengan serangan terakhir, seperti interval antara kematian dan
otopsi12. Selain itu penulis tidak melaporkan PEI saat meneliti temuan patologis pada asma
mematikan13-15.
Kami menggambarkan kasus asma mematikan di mana PEI didiagnosis dengan
Computed tomography post-mortem pada thorax (PMCT) dan kemudian dikonfirmasi dengan
pemeriksaan histologi. Selain itu, kami meninjau 28 kasus asma mematikan dari data otopsi
kami untuk menggambarkan persentase kasus dengan gambaran histologis PEI yang mungkin
dibiarkan tidak didiagnosis. Kami juga membahas kemungkinan mekanisme untuk
pembentukan PEI pada asma yang mematikan.

Anda mungkin juga menyukai